Вы находитесь на странице: 1из 42

BAB III

PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

3.1. Parameter Motor Induksi Tiga Fasa


Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran
pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol, dan percobaan rotor tertahan (
block- rotor). Dengan penyelidikan pada setiap rangkaian ekivalen, percobaan
beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan
rotor

R'2
. Hal ini bisa terjadi pada keadaan normal jika slip dalam nilai yang
s

minimum. Slip yang mendekati nol terjadi ketika tidak ada beban mekanis, dan
mesin dikatakan dalam keadaan berbeban ringan.
Pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan menahan rotor tetap diam.
Pada kondisi ini slip bernilai satu yang merupakan nilai slip tertinggi untuk

R'2
kondisi motor, jadi nilai
bernilai minimum. Untuk menentukan bentuk
s
rangkaian ekivalen, pola fluksi dianggap sinusoidal, demikian juga rugi-rugi yang
diukur proporsional terhadap fluksi utama, dan kejenuhan diabaikan

3.1.1 Percobaan DC

Untuk memperoleh harga R1 dilakukan dengan pengukuran DC yaitu


dengan menghubungkan sumber tegangan DC (VDC) pada dua terminal input dan

Universitas Sumatera Utara

arus DC-nya (IDC) lalu diukur. Di sini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada
tegangan yang terinduksi.
1. Kumparan hubungan Wye (Y)
Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung Y,
dan diberi suplai DC dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
a
IDC

RDC

+
-

VDC

b
RDC
c
RDC

Gambar -3.1a Kumparan HubunganWye(Y)


Harga R1DC dapat dihitung, untuk kumparan dengan hubungan Y, adalah
sebagai berikut :

R1D C=

1 VD
2 ID

( Ohm )..................(3.1)

2. Kumparan Hubungan Delta ()


Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung
delta dan diberi suplai DC, dapat dilihat pada Gambar 3.1b di bawah ini.

Gambar-3.1b Kumparan Hubungan Delta ()

Universitas Sumatera Utara

Diketahui bahwa tahanan pada kumparan pada masing masing phasa dianggap
sama, maka R A = RB = RC = R .

Jadi gambar diatas dapat disederhanakan menjadi gambar berikut.

ID C
RA

VD C

RP
IA

Dimana

RP = RB + RC

Jadi

RA =

Dimana

I A = I D C

IA =

VDC
IA
RP
R A + RP

2
I D C, maka
3

V DC
3 VDC
= 2 I
R1dc = 2 I
DC
3 DC

Harga R1 ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1-1,5 untuk operasi arus bolakbalik, karena pada operasi arus bolak-balik resistansi konduktor meningkat karena
distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang
melintasi alur.
R1ac = k R1dc ( Ohm )...........................(3.2)
Dimana k = faktor pengali, besarnya 1,1 1,5

Universitas Sumatera Utara

Karena besar tahanan konduktor stator dipengaruhi oleh suhu, dan biasanya bila
rugi-rugi motor ditentukan dengan pengukuran langsung pada motor, maka untuk
mengetahui nilai tahanan yang paling mendekati, biasanya dilakukan dengan
beberapa kali pengukuran dan mengambil besar rata-rata dari semua pengukuran
yang dilakukan.

3.1.2 Percobaan Beban Nol


Motor induksi dalam keadaan beban nol dibuat dalam keadaan berputar
tanpa memikul beban pada rating tegangan dan frekuensinya. Besar tegangan
yang digunakan ke belitan stator perphasanya adalah V1 ( tegangan nominal), arus
masukan sebesar I 0 dan dayanya P0 . Nilai ini semua didapat dengan melihat alat
ukur pada saat percobaan beban nol.
Dalam percobaan beban nol, kecepatan motor induksi mendekati
kecepatan sinkronnya. Dimana besar s 0, sehingga

R2'
~ sehingga besar
s

'
impedansi total bernilai tak berhingga yang menyebabkan arus I 2 pada Gambar

3.2 bernilai nol sehingga rangkaian ekivalen motor induksi pada pengukuran
beban nol ditunjukkan pada Gambar 3.3. Namun karena pada umumnya nilai
kecepatan motor pada pengukuran ini nr 0 yang diperoleh tidak sama dengan ns
maka slip tidak sama dengan nol sehingga ada arus I2 yang sangat kecil mengalir
'
pada rangkaian rotor, arus I 2 tidak diabaikan tetapi digunakan untuk menghitung

rugi rugi gesek + angin dan rugi rugi inti pada percobaan beban nol. Pada
pengukuran ini didapat data-data antara lain : arus input (I1= I 0 ), tegangan input

Universitas Sumatera Utara

(V1 = V0 ), daya input perphasa (P0) dan kecepatan poros motor ( nr 0 ). Frekuensi
yang digunakan untuk eksitasi adalah frekuensi

sumber f, maka rangkaian pada

saat beban nol adalah sepeti pada gambar di bawah ini.

I1 = I

R1

jX1

'

R'2
s

I
Im

Ic
V1

Rc

Zm

Xm

Gambar- 3.2 Rangkaian Ekivalen pada Saat Beban Nol

Dengan tidak adanya beban mekanis yang terhubung ke rotor dan


tegangan normal diberikan ke terminal, dari Gambar 3.2 didapat besar sudut phasa
antara arus antara I 0 dan V0 adalah :

0 = C o1 s 0 ..................................................(3.3)
V0 I 0
Dimana: P0 = Pn l = daya saat beban nol perphasa

Universitas Sumatera Utara

V0 = V1 = tegangan masukan saat beban nol


I 0 = I n l = arus beban nol
dengan P0 adalah daya input perphasa. Sehingga besar E1 dapat dinyatakan
dengan
E1 = V10 o ( I 0 ) R1( + j 1X) (Volt )................(3.4)

nro adalah kecepatan rotor pada saat beban nol. Daya yang didissipasikan oleh Rc
dinyatakan dengan :
Pc = P0 I 02 R1 ( Watt )..................................(3.5)

R1 didapat pada saat percobaan dengan tegangan DC.


Harga Rc dapat ditentukan dengan
Rc =

E12
(Ohm )..........................................(3.6)
P0

Dalam keadaan yang sebenarnya R1 lebih kecil jika dibandingkan dengan X m


dan juga Rc jauh lebih besar dari X m , sehingga impedansi yang didapat dari
percobaan beban nol dianggap jX 1 dan jX m yang diserikan.

Z nl =

V1
I nl 3

j ( X 1 + X m ) ( Ohm ).....................(3.7)

Sehingga didapat
Xm =

V1
In

X 1 ( ohm ).......................................(3.8)

Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Percobaan Rotor Tertahan


Pada pengukuran ini rotor dipaksa tidak berputar ( nr = 0, sehingga s = 1)
dan kumparan stator dihubungkan dengan tegangan seimbang. Karena slip s = 1,

R2'
'
'
= R ' 2 . Karena R2 + j X2 <
maka pada Gambar 3.2, harga
s

R
<c j Xm maka

arus yang melewati Rc jX m dapat diabaikan.

Sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan atau
hubung singkat seperti ditunjukkan pada gambar 3.3
I1

R1 + R2 jX1+jX2

V1

Gambar- 3.3 Rangkaian Ekivalen Pada Saat Rotor Tertahan (s = 1)


Impedansi perphasa pada saat rotor tertahan ( Z BR ) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
'
'
ZB = R
j
R 1 + R2 + j ( X 1 + X 2 ) = RB + R

X( Ohm )...........(3.9)

Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil
pengukuran ini meliputi : arus input (I1 = I BR ), tegangan input (V1 = VBR ) dan
daya input perphasa ( PBR = Pin ). Karena adanya distribusi arus yang tidak merata
'
pada batang rotor akibat efek kulit, harga R2 menjadi tergantung frekuensi. Maka

Universitas Sumatera Utara

umumnya dalam praktek, pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan


'
mengurangi frekuensi eksitasi menjadi f BR untuk mendapatkan harga R2 yang

sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip rating. Dari data-data tersebut, harga

RBR dan X BR dapat dihitung :


RB R =

PB R
(Ohm )....................(3.10)
I 12

RB R = R1 + R2' (Ohm )................(3.11)

ZB R =

VB R
I B R (Ohm )....................(3.12)

X B R= Z B2 R RB2 R(Ohm ).......(3.13)

Untuk menentukan harga X1 dan X2 digunakan metode empiris berdasarkan


IEEE standar 112. hubungan X1 dan X2 terhadap Xbr dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Distribusi Empiris dari Xbr

Disain
X1

X 2'

0,5 Xbr

0,5 Xbr

0,4 Xbr

0,6 Xbr

0,3 Xbr

0,7 Xbr

0,5 Xbr

0,5 Xbr

Rotor Belitan

0,5 Xbr

0,5 Xbr

Kelas Motor

Universitas Sumatera Utara

di sini besar XBR harus disesuaikan dahulu dengan frekuensi rating f.


X ' B R=

f
fB

X B R(Ohm )................(3.14)
R

X B' R = X 1 X ' 2 (Ohm )...................(3.15)

3.2 Torsi Motor Induksi Tiga Fasa


Suatu persamaan torsi pada motor induksi dapat dihasilkan dengan
bantuan teori rangakaian thevenin. Dalam bentuk umumnya, teorema thevenin
mengijinkan penggantian sembarang jaringan yang terdiri atas unsur unsur
rangkaian linier dan sumber tegangan fasor tetap. Rangkaian rotor direfrensikan
terhadap stator. Misalkan V1 tegangan input motor, dengan melihat dari sisi
terminal a-b, dapat dicari tegangan theveninnya. Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar-3.4
Untuk mempermudah perhitungan maka pada gambar -3.4 terminal a-b dibuka.
Perhatikan gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar-3.5
Dari gambar 3.5 dapat dihitung tegangan thevenin ( VTh )

j Xm
VTh = V1
( Volt ).......(3.16)
R1 + j ( X 1 + X m )

j Xm ( R1 + j X1 )
Z Th = Re + jX e =
R1 + j ( X 1 + X m ) (Ohm ).........(3.17)
Rangkaian ekivalen pada gambar 3.5 berubah menjadi seperti pada
gambar 3.7 berikut.

Gambar-3.6
Dengan demikian I 2 dapat dihitung dengan persamaan
VT
'

I 2=

Re +

'

R2
( Ampere )(3.18)
+ j( X e + X ' 2 )
s

Universitas Sumatera Utara

Torsi ( T d ) dapat juga dihitung dengan persamaan

Td=

Pg

3I ' 2

R'2
(Nm).............(3.19)
s

subsitusikan persamaan (3.18) di atas ke persamaan (3.19), maka didapat


2

VT h (

R'2
)
s

3
Td=
( Nm ).......(3.20)
R'2 2
s
'
2
+
+
+
(
R
)
(
X
X
)
2
e
e

pada keadaan motor bekerja normal, rotor berputar pada arah putaran medan
magnetik yang dihasilkan oleh arus stator, kecepatannya diantara nol sampai
kecepatan serempak, dan slipnya diantara nol dengan satu. Lihat gambar 3.7
berikut

Gambar-3.7 Kurva Daerah Motor dan Generator


Untuk mendapatkan mesin induksi yang bekerja sebagai generator, maka
terminal stator dihubungkan pada suatu sumber tegangan dengan frekuensi tetap
dan rotornya digerakkan diatas kecepatan serempak dengan suatu penggerak

Universitas Sumatera Utara

mula, seperti pada gambar diatas. Sumber tersebut menjaga supaya kecepatan
serempak tetap dan mencatu masukan daya reaktif yang diperlukan untuk meneral
medan magnetis celah udara. Karenanya slip berharga negatif.

3.2.1 Torsi Awal ( Torsi Start )


Pada saat pengasutan, ketika motor dalam keadaan diam, besar slip adalah
satu, dan daya mekanis bernilai nol, torsi pengasutan didapat dengan
mensubstitusikan besar s =1 ke persamaan (3.20), maka di dapat

Tstart

VT Rh ' 2
=
(Nm).......(3.21)
s ( Re + R ' 2 ) 2 + ( X e + X ' 2 ) 2
3

Pada motor induksi tiga phasa rotor belitan torsi awal perlu diperbesar
apabila torsi beban lebih besar dari torsi awal,maka untuk menggerakkan beban
maka torsi awal perlu diperbesar.Torsi awal ( torsi start ) start besarnya dapat
diatur ( diubah ) besarnya dengan menggunakan tahanan variabel dari luar (R luar )
yang dihubungkan secara seri ke kumparan rotor melalui sikat ( pada motor
induksi tiga fasa rotor belitan ),

Tstart =

VTh ( R ' 2 + Rluar )


(Nm)......................(3.22)
s ( Re + R ' 2 + Rluar ) 2 + ( X e + X ' 2 ) 2
3

3.2.2 Torsi Maksimum


Dari persamaan (3.19), torsi maksimum terjadi ketika daya celah udara
bernilai maksimum. Karena daya celah udara sebanding dengan daya yang
terpakai pada tahanan R2/s, maka torsi induksi maksimum terjadi ketika daya

Universitas Sumatera Utara

yang dikonsumsi tahanan tersebut maksimum. Dengan berperinsip pada


penyesuian impedansi dalamteori rangkaian, daya tersebut akan merupakan yang

R'2
terbesar bila impedansi
sama dengan besar impedansi diantaranya dan
s
tegangan VTh , atau pada harga s max slip yang mempunyai hubungan

(R

R'2
=
sT max

2
e

+ ( X e + X 2' ) 2 ................................................(3.23)

Untuk motor tiga fasa rotor belitan

(R

2
e

+ ( X e + X 2' ) 2 (Nm)..........................................(3.24)

Dari sini didapat besar slip pada saat torsi maksimum s max adalah
sT max =

(R

R'2
2
e

+ ( X e + X 2' ) 2

...........................................................(3.25)

Untuk motor tiga fasa rotor belitan

sT max =

(R

R ' 2 + Rluar
2
e

+ ( X e + X 2' ) 2

.........................................................(3.26)

Besar torsi maksimum didapat dengan mensubstitusikan slip pada torsi


maksimum pada persamaan (3.23). Persamaan besar torsi maksimumnya didapat

Tmaks =

3Vth2

2 s Re + Re2 + ( X e + X 2' ) 2

] (Nm)....................................(3.27)

Universitas Sumatera Utara

Untuk motor tiga fasa rotor belitan


Tmaks =

3Vth2

2 s Re + R + ( X e + X )
2
e

' 2
2

(Nm).....................................(3.28)

Persamaan (3.25) dan (3.26) menunjukkan bahwa slip yang terjadi saat
'
torsi maksimum sangat bergantung pada besarnya harga R2 dan Rluar , tetapi pada

persamaan (3.27) dan (3.28) yang mana persamaan ini mengindikasikan bahwa
'
torsi maksimum Tmax tidak ada hubungan dengan R2 . Maksud dari hal ini bahwa

'
jika R2 ditambah besarnya dengan menggunakan tahanan luar yang terhubung

seri dengan kumparan rotor pada motor induksi jenis rotor belitan ( Rluar ) , besar
torsi maksimum yang dihasilkan tidak berpengaruh tetapi berpengaruh hanya pada
nilai slip dimana terjadi torsi maksimum.
Sekarang yang berpengaruh terhadap torsi maksimum adalah tegangan
masukan pada kumparan stator V1 , Re yang sebanding dengan tahanan pada
'
kumparan stator ( R1 ) , induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ) dan X e yang

mana sebanding dengan induktansi kumparan stator ( X 1 ). Dalam tinjauan yang


sebenarnya, persamaan (3.24) menunjukkan bahwa:
1. Tmax sebanding dengan besar tegangan masuk ( input ) pada stator.
2. Tmax dipengaruhi oleh besarnya tahanan stator ( R1 ).
3. Tmax dipengaruhi oleh dua induktansi, yaitu induktansi pada kumparan
stator

'
( X 1 ) dan induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ).

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara torsi dan slip untuk motor induksi dengan adanya
penambahan tahanan luar pada belitan rotor ditunjukkan oleh gambar berikut.
Untuk kurva torsi beban seperti yang ada pada gambar, dengan kecepatan n1 pada
'
tahanan rotor sebesar r2 , kecepatan yang dihasilkan n2 pada tahanan rotor r2 .
'
Dimana r2 > r2 dan seterusnya.

Dan T1<T2<T3.......dan seterusnya

Gambar-3.9 Hubungan Antara Torsi dan Slip Dimana ( R2>R2>R2>R2)


Dari gambar diatas, kita dapat menyimpulkan untuk motor induksi rotor
belitan bahwa:
1. kecepatan motor dapat diatur dengan variasi tahanan rotor tetapi torsi
maksimum tidak dapat dipengaruhi.
2. torsi awal motor induksi dipebesar dengan menambah tahanan rotor.
3. Penambahan tahanan luar mengkibatkan torsi maksimum semakin cepat
diperoleh.
4. arus awal dapat diperkecil dengan mengubah ubah tahan rotor.
5. faktor daya motor pada saat start dapat diperbaiki dengan tahanan rotor.
6. Torsi maksimum terjadi pada slip yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara

3.2.3 Torsi Beban Penuh


Telah diketahui bahwa persamaan untuk mendapatkan nilai dari torsi yaitu
2
T h

R'2
(
)
s

Td=
(Nm)(3.29)
R'2 2
s
'
2
) + (X e + X 2 )
( Re +
s

Pada saat motor berbeban penuh ( full-load ), motor berputar dengan


kecepatan nrfl

( kecepatan dengan beban penuh ). Maka akan dihasilkan slip

pada beban penuh ( s fl ) sebesar


n s nrfl

s fl =

ns

Dengan menggunakan persamaan (3.29) dimana s digantikan dengan s fl ,


maka didapat torsi pada saat beban penuh ( fl ) sebesar
2

VT h (

T fl =

R'2
)
sfl

(Nm).(3.30)
R'2 2
'
2
) + (X e + X 2 )
( Re +
sfl

Di bawah ini gambar kurva karva karakteristik torsi- kecepatan motor induksi

Torsi (% Torsi beban penuh)

Torsi Maksimum

300

Torsi start

200
Torsi
beban penuh

100
Torsi
beban nol

20

Kecepatan
beban penuh

40
60
80
Kecepatan (% Kecepatan sinkron)

Kecepatan
sinkron

100

Gambar- 3.10 Kurva Karakteristik Torsi-Kecepatan Motor Induksi

Universitas Sumatera Utara

Kurva torsi kecepatan tipikal motor induksi ditunjukkan pada Gambar 3.9
Karakteristik penting yang terdapat dalam kurva tersebut adalah kurva TorsiKecepatan. Dari gambar tersebut dapat dijabarkan :
5.

Jangkauan motor meliputi slip yang berada di 0<s<1. Kecepatan

putaran antara diam (s = 1) sampai kecepatan sinkron (s = 0), dan putaran


memiliki arah yang sama dengan putaran medan magnetik. Mesin menjadi motor
ditandai dengan daya mekanis keluaran yang bernilai positif.
6.

Kurva torsi-kecepatan hampir mendekati linier antara keadaan beban

nol dengan keadaan beban penuh. Pada daerah ini tahanan rotor jauh lebih besar
dibanding reaktansi rotor, sehingga arus rotor, medan magnetik rotor, dan torsi
meningkat linier seiring dengan naiknya slip.
7.

Ada titik maksimum torsi yang terjadi ketika kenaikan putaran tidak

lagi menaikkan besar torsi. Titik ini disebut sebagai titik torsi maksimum yang
mampu dihasilkan motor.
8.

Torsi pengasutan motor lebih besar dibanding torsi beban penuh

motor
3.3 Disain Motor Induksi Tiga Fasa
Motor asinkron yang sering kita temukan sehari-hari misalnya adalah :
kipas angin, mesin pendingin, kereta api listrik gantung, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu diketahui kelas-kelas dari motor tersebut untuk mengetahui unjuk
kerja dari motor tersebut. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
4. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil

Universitas Sumatera Utara

Tipe ini umumnya memiliki tahanan rotor sangkar yang rendah. Slip pada
beban penuh kecil atau rendah namun efisiensinya tinggi. Torsi maksimum
biasanya sekitar 21% dari torsi beban penuh dan slipnya kurang dari 21%.
Motor kelas ini berkisar hingga 20 Hp.
5. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah
Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A tetapi arus startnya
berkisar 75%Ifl . Slip dan efisiensi pada beban penuh juga baik. Kelas ini
umumnya berkisar antara 7,5 Hp sampai dengan 200 Hp. Penggunaan
motor ini antara lain : kipas angin, boiler, pompa dan lainnya.
6. Kelas C : Torsi start tinggi dan arus start kecil
Kelas ini memiliki resistansi rotor sangkar yang ganda yang lebih besar
dibandingkan dengan kelas B. Oleh sebab itu dihasilkan torsi start yang
lebih tinggi pada arus start yang rendah, namun bekerja pada efisisensi dan
slip yang rendah dibandingkan kelas A dan B.
7. Kelas D : Tosi start tinggi, slip tinggi
Kelas ini biasanya memiliki resistansi rotor sangkar tunggal yang tinggi
sehingga dihasilkan torsi start yang tinggi pada arus start yang rendah

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERHITUNGAN PARAMETER DAN PENGGUNAAN TAHANAN LUAR
UNTUK MEMPERBESAR TORSI AWAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA
ROTOR BELITAN

4.1 Umum
Untuk mendapatkan parameter dari rangkaian ekivalen motor induksi tiga
fasa, maka dapat dihitung dari data yang didapat dari percobaan beban nol, rotor
tertahan ( block rotor ), dan percobaan tahanan DC. Pada percobaan beban nol
dimana tidak ada beban yang terhubung pada poros rotor sehingga putaran rotor
dikatakan maksimum. Percobaan rotor tertahan ( block rotor ) harus dilakukan
jauh dibawah keadaan nominal, karena dengan tegangan stator yang kecil sudah
menghasilkan arus yang besar pada rotor. Dipercobaan rotor tertahan putaran rotor
dikatakan dalam keadan minimum ( nr = 0 ). Untuk percobaan tahanan DC dimana
pada percobaan ini akan mengukur besarnya tahanan DC pada kumparan motor.
Percobaan penggunaan tahanan luar untuk mendapatkan torsi awal yang
besar dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi awal yang berubah nilainya akibat
bertambahnya tahanan rotor. Adakalanya suatu motor induksi tiga fasa dibebani
dengan suatu beban, dimana torsi beban yang dipikul lebih besar dari torsi awal
yang dihasilkan oleh motor induksi, untuk menanggulangi masalah ini maka pada
motor induksi tiga fasa rotor belitan ditambahkan tahanan luar yang diserikan
dengan belitan rotor melalui sikat untuk memperbesar torsi awal dan memperkecil
arus awal. Data yang didapat dari percobaan penggunaan tahanan luar terhadap

Universitas Sumatera Utara

torsi awal yang dihasilkan akan dibandingkan dengan besar torsi dan arus hasil
dari perhitungan.

4.2. Peralatan Yang Digunakan


1. motor induksi tiga fasa
tipe : rotor belitan
spesifikasi motor:

- AEG Typ C AM 112MU 4RI


- /Y 220/380 V

10,7 / 6,2 A

- 2,2 Kw, cos 0,67


- 1410 rpm, 50 Hz
-Kelas B
2. Amperemeter
3. Volt Meter
4. Tahanan Geser
5. Watt Meter 3
6. sumber tegangan AC dan DC

4.3 Percobaan Untuk Mendapatkan Parameter Parameter Motor Induksi


Tiga Fasa
Untuk dapat menentukan parameter motor induksi tiga fasa jenis rotor belitan,
maka dapat dilakukan dengan percobaan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Percobaan Tahanan DC


4.3.1.1 Percobaan Tahanan DC Pada Belitan Stator
1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Stator


2. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan belitan stator dengan hubungan Y dan yang akan diukur adalah
dua dari ketiga tahanan belitan stator.
2. Belitan stator dihubungkan dengan suplai tegangan DC
3. Tegangan DC dinaikkan sampai pada nilai tertentu.
4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 13,6 Volt, nilai voltmeter dan
amperemeter dicatat
5. Pecobaan selesai,rangkaian dilepas.

Universitas Sumatera Utara

3. Data Hasil Percobaan


Ru=Rv=Rw=R1dc
Phasa

V(volt)

I(Ampere)

U-V

13,6

4,3

U-W

13,6

4,3

V-W

13,6

4,3

4.3.1.2 Percobaan Tahanan DC pada Belitan Rotor


1. Rangnkaian Percobaan

Gambar 4.2. gambar percobaan tahanan DC pada Rotor

2. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan belitan rotor dengan hubungan Y dan yang akan diukur adalah
dua dari ketiga tahanan belitan rotor..
2. Belitan rotor dihubungkan dengan suplai tegangan DC
3. Tegangan DC dinaikkan sampai pada nilai tertentu

Universitas Sumatera Utara

4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 4,0 Volt, nilai voltmeter dan
amperemeter dicatat
5. Pecobaan selesai,rangkaian dilepas

3. Data Hasil Percobaan


Rk=Rl=Rm=R2dc
Phasa

V(volt)

I(Ampere)

K-M

4,0

5,4

K-L

4,0

5,4

L-M

4,0

5,4

4.3.2 Percobaan Rotor Tertahan ( Block Rotor )


1. Rangkaian Percobaan
Dari data pengukuran motor dalam keadaan rotor tertahan atau hubung
singkat dapat dihitung X1 dan X2'.

Gambar 4.3. gambar rangkaian percobaan rotor tertahan

Universitas Sumatera Utara

2. Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data hubung singkat adalah :
1. Motor induksi dikopel dengan mesin DC
2. Semua switch dalam keadaan terbuka, pengatur tegangan dalam kondisi nol.
3. Switch S1 ditutup, PTAC1 dinaikkan sehingga motor induksi mulai berputar.
4. Switch S3 kemudian ditutup, PTDC1 dinaikkan sampai penunjukan
amperemeter A3 mencapai harga arus penguat nominal mesin arus searah
5. Catat harga V2, kemudian naikkan teganganV3 sampai V3=V2
6. Switch S2 ditutup dan PTDC2 dinaikkan sehingga mesin arus searah memblok
putaran motor induksi dan putaran berhenti.
3. Data Hasil Percobaan Rotor Tertahan

VBR ( Volt )

I BR ( Ampere )

PBR ( Watt )

94

6,1

550

4.3.2 Percobaan Beban Nol


1. Rangkaian percobaan

Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Beban Nol

Universitas Sumatera Utara

2. Prosedur Percobaan
1. Semua switch terbuka, tegangan pada posisi minimum
2. Switch S1 kemudian ditutup, PTAC1 dinaikkan perlahan sampai tegangan
370 Volt.
3. Ketika tegangan 370 Volt, nilai amperemeter masing masing phasa dan
wattmeter dicatat
4. Percobaan selesai

3. Data Hasil Percobaan


V0 ( Volt )

P0 ( watt )

I 0 (Ampere)

370

325

3,45

4.4 Percobaan Penggunaan Tahanan Luar Untuk Mendapatkan Torsi Awal


yang Besar
1. Rangkaian Percobaan

Gambar-4.5 Rangkaian Percobaan

Universitas Sumatera Utara

2. Prosedur Percobaan
1. Rangkai rangkaian percobaan seperti gambar di atas.
2. tahanan luar dibuat dalam hubungan Y.
3. hubungkan tahanan luar ke terminal rotor.
4. tutup saklar S1 yang menghubungkan PTAC1 dengan terminal stator motor.
5. tutup switch S 2 dan S 3 .
6. tahanan luar buat pada harga 0 Ohm.
7. PTDC1 dan PTDC2 dinaikkan tegangannya sampai pada nilai tertentu.
8. naikan tegangan PTAC1 sampai pada tegangan 360 Volt.
9. pada saat tegangan dinaikkan maka catat arus dan torsi awalnya.
10. setelah itu turunkan tegangan , nikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm.
11. naikkan kembali tegangan PTAC1, catat torsi dan arus awal yang dihasilkan.
12. lakukan kembali prosedur itu untuk harga tahanan luar 2,3,4,5,dan 6
13. percobaan selesai.
3. Data Hasil Percobaan
Data Percobaan Pengaruh Penambahan Tahanan Luar Terhadap Torsi Awal
V 1 = 370 Volt

R Luar ( Ohm )

AWAL ( Nm )

I Rotor ( Ampere
)

I Stator (
Ampere )

3,19

25,6

16,7

3,48

22,7

13,3

4,35

21,3

10,9

5,64

19,8

8,3

Universitas Sumatera Utara

8,75

18,2

6,2

11,22

17,5

5,8

13,98

16,1

4,9

4.5 Percobaan Pengaruh Tahanan Luar Terhadap Torsi dan Kecepatan


1. Rangkaian Percobaan

Gambar-4.6 Rangkaian Percobaan


2. Prosedur Percobaan
1. Rangkailah rangkaian percobaan seperti gambar 4.6 di atas.
2. buat hubungan tahanan luar dalam hubungan Y.
3. hubungkan tahanan luar ke terminal rotor.
4. tutup S1 yang menghubungkan PTAC1 dengan terminal stator.
5. tutup switch S 2 dan S 3 .
6. tahanan luar buat pada harga 0 Ohm.
7. PTDC1 dan PTDC2 dinaikkan tegangannya sampai pada nilai tertentu.
8. naikan tegangan PTAC1 sampai pada nilai 360 Volt.
9. catat kecepatan, torsi, arus, dan daya.

Universitas Sumatera Utara

10. tambahkan beban yang dipikul motor, lalu catat kecepatan ,torsi, arus, dan
daya. ulangi percobaan ini sampai 3 kali.
11. setelah menghasilkan 5 buah data, maka turunkan tegangan.
12. naikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm. Dan ulangi prosedur 8 11.
13. lakukan posedur 8 s/d 11 untuk tahanan luar sebesar 2,3,4,5, dan 6 Ohm.
14. percobaan selesai.
3. Data percobaan
1.R Luar = 0 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor
(rpm)

slip

Pin (KWatt) Torsi


(Nm)

I stator
(Ampere)

I Rotor
(Ampere)

1445

0,0378

1,52

3,42

3,6

2,35

1440

0,0402

1,57

4.05

3,7

2,69

1435

0,0441

1,59

5.21

3,73

3,98

1430

0,0480

1,63

7,63

3,92

4,70

1425

0,0514

1,69

8,90

4,21

5.07

2. R Luar = 1 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor
(rpm)

slip

Pin (KWatt) Torsi


(Nm)

I stator
(Ampere)

I Rotor
(Ampere)

1345

0,1038

1,43

3,33

3,42

2,74

1320

0,1213

1,44

4,12

3,61

3,43

1310

0,1268

1,52

5,34

3,69

4,17

Universitas Sumatera Utara

1295

0,1367

1,58

6,81

3,84

4,53

1285

0,1421

1,63

8.32

4,06

6,72

3. R Luar = 2 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor
(rpm)

slip

Pin (KWatt) Torsi


(Nm)

I stator
(Ampere)

I Rotor
(Ampere)

1300

0,1339

1,42

3,24

3,46

3,04

1265

0,1567

1,41

3,97

3,71

3,36

1240

0,1745

1,47

4,54

3,42

3,62

1220

0,1872

1,51

5,52

3,58

4,23

1200

0,2004

1,59

6,67

3,47

5,34

4. R Luar = 3 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor (rpm) slip

Pin (KWatt)

Torsi (Nm)

1220

0,1878

1,44

1200

0,1990

1185

3,09

I stator
(Ampere)
3,25

I Rotor
(Ampere)
2,81

1,47

4,23

3,56

3,15

0,2087

1,51

4,96

3,74

3,67

1175

0,2170

1,59

5,59

4,15

4,12

1145

0,2352

1,67

6,31

4,21

5,09

Universitas Sumatera Utara

5. R Luar = 4 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor (rpm) slip

Pin (KWatt)

Torsi (Nm)

1130

0,2452

1,43

1110

0,2589

1085

2,94

I stator
(Ampere)
3,57

I Rotor
(Ampere)
2,72

1,46

3,24

3,69

3,01

0,2761

1,52

4,11

3,95

3,46

1030

0,3141

1,61

4,92

4,18

4,1

1020

0,3209

1,69

6,42

4,57

5,3

6. R Luar = 5 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor
(rpm)

slip

Pin (KWatt) Torsi


(Nm)

I stator
(Ampere)

I Rotor
(Ampere)

1100

0,2649

1,43

2,76

3,7

2,6

1080

0,2809

1,47

3,01

3,8

2,8

1025

0,3152

1,51

3,92

4,0

3,2

990

0,3412

1,62

4,34

4,1

3,7

825

0,4509

1,68

6,01

4,2

4,3

7. R Luar = 6 Ohm, V 1 = 370 Volt

nrotor
(rpm)

slip

Pin (KWatt) Torsi


(Nm)

I stator
(Ampere)

I Rotor
(Ampere)

1075

0,2821

1,44

3,9

2,5

2,65

Universitas Sumatera Utara

1030

0,3143

1,49

2,97

4,1

2,7

980

0,3419

1,53

4,01

4,2

3,0

880

0,4134

1,56

4,26

4,4

3,4

765

0,4890

1,61

5,92

4,5

4,0

4.6 Analisa Data


Dalam penganalisaan ini akan membandingkan pengaruh tahanahan luar terhadap
torsi awal yang didapat dari hasil percobaan dengan hasil perhitungan.
4.6.1 Perhitungan Parameter Motor Induksi
Perhitungan Parameter Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
A.Percobaan Tahanan DC pada Stator

= 1,5814

= 1.1 1.581
= 1,7395

Tahanan Stator
Maka tahanan statornya adalah :
R1 = R1ac = 1,7395

Universitas Sumatera Utara

B.Percobaan Tahanan DC pada Rotor

= 0,3703
R2ac = 1,1 0,3703
= 0,4073
Tahanan Rotor
Maka tahanan rotornya adalah :
R2 = R2ac= 0,4073
C.Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor)

= arc cos 0,5537


= 56,37870
* Xbr1 = Zbr sin (br)
= 8,8968 0,8327 = 7,4085

Universitas Sumatera Utara

Maka dari hasil diatas didapat :

Reaktansi stator
X1 = 0.5 Xbr
= 3,7042

Reaktansi rotor
X2 = 0.5 Xbr
= 3,7042

D.Percobaan Beban Nol

Reaktansi Magnetik
Xm =Znl- X1
= 61,9155 3,7042
= 58,2133

4.6.2 Perhitungan Torsi Maksimum

Vin = Tegangan Sumber

p = Jumlah Pole

A. Tegangan Thevenin

Universitas Sumatera Utara

= 200,7606 Volt
B. Tahanan Ekivalen

=
Zth = 1,5363+j3,5257
Maka tahanan kivalennya adalah:

Tahanan Ekivalen (Re)


Re=1,5363

C. Reaktansi Ekivalen
Zth=1,5363+ j3,5257

Reaktansi Ekivalen(Xe)
Xe=3,5257

D. Kecepatan Sinkron dalam rpm

Kecepatan Sinkron

Universitas Sumatera Utara

E. Kecepatan Sinkron dalam

Kecepatan Sinkron

F. Torsi Maksimum

Torsi Maksimum(Nm)

43,1114 Nm

4.6.3 Perhitungan Nilai Torsi Awal Terhadap Penambahan Tahanan Luar


Perhitungan pengaruh tahanan luar (Rluar) dari (06 )ohm,terhadap torsi awal
yang dihasilkan

Maka untuk Rluar (08) ohm adalah :


a.Rluar = 0

= 5,5941 Nm

Universitas Sumatera Utara

Maka dengan cara yang sama didapat:


b.Rluar = 1

e`Rluar= 4

Tstart = 17,7787 Nm

Tstart = 38,7320 Nm

c.Rluar = 2

f. Rluar = 5

Tstart = 27,3238 Nm

Tstart = 41,4257 Nm

d.Rluar = 3

g. Rluar = 6

Tstart = 34,1936 Nm

Tstart = 42,7528 Nm

Dari perhitungan maka didapat kurva torsi awal yang dihasilkan terhadap tahanan
luar, seperti berikut ini.
Kurva Torsi Vs Tahanan Luar
45
40
35

Torsi Awal (Nm)

30
25
20
15
10
5
0
0

Tahanan Luar (Ohm)

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kurva torsi awal terhadap penambahan tahanan luar yang


dilakukan di laboratorium didapat sebagai berikut.

Kurva Torsi Vs Tahanan Luar


16
14

Torsi Awal (Nm)

12
10
8
6
4
2
0
0

4
Tahanan Luar (Ohm)

4.6.4 Perhitungan Arus Start dengan Adanya Penambahan Tahanan Luar


(Rluar)
Dengan penambahan tahanan luar dari (06) ohm,maka arus startya adalah
sebagai berikut yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Maka untuk Rluar (06) ohm adalah:


a. Rluar = 0

= 26,8163 A
Maka dengan cara yang sama didapat:
b. Rluar = 1

e.Rluar = 4

Istart = 25,7184 A
c. Rluar = 2

Istart = 21,4503 A
f. Rluar = 5

Istart = 24,3777 A
d. Rluar = 3

Istart = 20,0275 A
g. Rluar = 6

Istart = 22,9220 A

Istart = 18,6908 A

Dari nilai perhitungan di atas didapat grafik antara arus start dengan penambahan
tahanan luar, sebagai berikut
Kurva Arus Start Vs Tahanan Luar
30

Arus Start ( Ampere)

25
20
15
10
5
0
0

4
6
Tahanan Luar(Ohm)

Universitas Sumatera Utara

4.6.5 Perhitungan Slip Maksimum pada Saat Terjadi Torsi Maksimum


Akibat Penambahan Tahanan Luar
Akibat adanya penambahan tahanan luar, maka torsi maksimum terjadi pada
slip yang berbeda-beda .

Maka untuk Rluar (06) ohm adalah:


a.

Rluar

=0

S = 0.0551
Maka dengan cara yang sama didapat:
b.

Rluar = 1
S = 0,1903

c.

Rluar = 2
S = 0,3256

d.

Rluar = 3
S = 0,4609
Rluar = 4

e.

S = 0,5962
f.

Rluar= 5
S = 0,7315

g.

Rluar = 6
S = 0,8668

Universitas Sumatera Utara

Dari perhitungan dapat dihasilkan grafik torsi-kecepatan terhadap


penambahan tahanan luar.

Kurva Kecepatan Vs Torsi Motor Induksi


50
45
40
35

Torsi (Nm)

30
25
20
15
10
5
0
0

500

1000

1500

2000

nrot (rpm)

........ R

Luar

........
........
........

= 0 ohm

RLuar = 1 ohm
RLuar = 2 ohm

........
........
........

RLuar = 4 ohm
RLuar = 5 ohm
RLuar = 6 ohm

RLuar = 3 ohm

Universitas Sumatera Utara

Dari nilai slip maksimum, data percobaan torsi awal terhadap penambahan
tahanan luar dan data percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi - kecepatan,
maka dapat digambarkan kurva torsi kecepatan terhadap penambahan tahanan
luar seperti berikut ini.

Kurva Kecepatan Vs Torsi


50
45
40
35

Torsi(rpm)

30
25
20
15
10
5
0
-5

500

1000

1500

2000

nrot (rpm)

........ R

Luar

........
........
........

= 0 ohm

RLuar = 1 ohm
RLuar = 2 ohm

........
........
........

RLuar = 4 ohm
RLuar = 5 ohm
RLuar = 6 ohm

RLuar = 3 ohm

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari perhitungan untuk penambahan tahanan luar terhadap torsi awal yang
dihasilkan, memiliki kenaikan yang lebih halus dibandingkan dengan data
yang didapat dari percobaan.
2. Dengan penambahan tahanan luar ke rotor motor, maka arus start yang
dihasilkan akan semakin kecil.
3. Dengan penambahan tahanan luar,maka torsi maksimum akan semakin cepat
didapat.
4. Pada percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi awal yang dihasilkan,
diketahui bahwa jika tahanan luar yang dihubungkan ke rotor diperbesar
maka torsi awal yang dihasilkan juga akan bertambah, sampai pada suatu
nilai tahanan tertentu.
5. Dari grafik torsi kecepatan terhadap penambahan tahanan luar diketahui
bahwa besar torsi maksimum yang terjadi selalu tetap nilainya untuk setiap
penambahan tahanan luar, tetapi yang berubah hanya slip dimanana
terjadinya torsi maksimum.

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться