Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
R'2
. Hal ini bisa terjadi pada keadaan normal jika slip dalam nilai yang
s
minimum. Slip yang mendekati nol terjadi ketika tidak ada beban mekanis, dan
mesin dikatakan dalam keadaan berbeban ringan.
Pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan menahan rotor tetap diam.
Pada kondisi ini slip bernilai satu yang merupakan nilai slip tertinggi untuk
R'2
kondisi motor, jadi nilai
bernilai minimum. Untuk menentukan bentuk
s
rangkaian ekivalen, pola fluksi dianggap sinusoidal, demikian juga rugi-rugi yang
diukur proporsional terhadap fluksi utama, dan kejenuhan diabaikan
3.1.1 Percobaan DC
arus DC-nya (IDC) lalu diukur. Di sini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada
tegangan yang terinduksi.
1. Kumparan hubungan Wye (Y)
Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung Y,
dan diberi suplai DC dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
a
IDC
RDC
+
-
VDC
b
RDC
c
RDC
R1D C=
1 VD
2 ID
( Ohm )..................(3.1)
Diketahui bahwa tahanan pada kumparan pada masing masing phasa dianggap
sama, maka R A = RB = RC = R .
ID C
RA
VD C
RP
IA
Dimana
RP = RB + RC
Jadi
RA =
Dimana
I A = I D C
IA =
VDC
IA
RP
R A + RP
2
I D C, maka
3
V DC
3 VDC
= 2 I
R1dc = 2 I
DC
3 DC
Harga R1 ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1-1,5 untuk operasi arus bolakbalik, karena pada operasi arus bolak-balik resistansi konduktor meningkat karena
distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang
melintasi alur.
R1ac = k R1dc ( Ohm )...........................(3.2)
Dimana k = faktor pengali, besarnya 1,1 1,5
Karena besar tahanan konduktor stator dipengaruhi oleh suhu, dan biasanya bila
rugi-rugi motor ditentukan dengan pengukuran langsung pada motor, maka untuk
mengetahui nilai tahanan yang paling mendekati, biasanya dilakukan dengan
beberapa kali pengukuran dan mengambil besar rata-rata dari semua pengukuran
yang dilakukan.
R2'
~ sehingga besar
s
'
impedansi total bernilai tak berhingga yang menyebabkan arus I 2 pada Gambar
3.2 bernilai nol sehingga rangkaian ekivalen motor induksi pada pengukuran
beban nol ditunjukkan pada Gambar 3.3. Namun karena pada umumnya nilai
kecepatan motor pada pengukuran ini nr 0 yang diperoleh tidak sama dengan ns
maka slip tidak sama dengan nol sehingga ada arus I2 yang sangat kecil mengalir
'
pada rangkaian rotor, arus I 2 tidak diabaikan tetapi digunakan untuk menghitung
rugi rugi gesek + angin dan rugi rugi inti pada percobaan beban nol. Pada
pengukuran ini didapat data-data antara lain : arus input (I1= I 0 ), tegangan input
(V1 = V0 ), daya input perphasa (P0) dan kecepatan poros motor ( nr 0 ). Frekuensi
yang digunakan untuk eksitasi adalah frekuensi
I1 = I
R1
jX1
'
R'2
s
I
Im
Ic
V1
Rc
Zm
Xm
0 = C o1 s 0 ..................................................(3.3)
V0 I 0
Dimana: P0 = Pn l = daya saat beban nol perphasa
nro adalah kecepatan rotor pada saat beban nol. Daya yang didissipasikan oleh Rc
dinyatakan dengan :
Pc = P0 I 02 R1 ( Watt )..................................(3.5)
E12
(Ohm )..........................................(3.6)
P0
Z nl =
V1
I nl 3
j ( X 1 + X m ) ( Ohm ).....................(3.7)
Sehingga didapat
Xm =
V1
In
X 1 ( ohm ).......................................(3.8)
R2'
'
'
= R ' 2 . Karena R2 + j X2 <
maka pada Gambar 3.2, harga
s
R
<c j Xm maka
Sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan atau
hubung singkat seperti ditunjukkan pada gambar 3.3
I1
R1 + R2 jX1+jX2
V1
X( Ohm )...........(3.9)
Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil
pengukuran ini meliputi : arus input (I1 = I BR ), tegangan input (V1 = VBR ) dan
daya input perphasa ( PBR = Pin ). Karena adanya distribusi arus yang tidak merata
'
pada batang rotor akibat efek kulit, harga R2 menjadi tergantung frekuensi. Maka
sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip rating. Dari data-data tersebut, harga
PB R
(Ohm )....................(3.10)
I 12
ZB R =
VB R
I B R (Ohm )....................(3.12)
Disain
X1
X 2'
0,5 Xbr
0,5 Xbr
0,4 Xbr
0,6 Xbr
0,3 Xbr
0,7 Xbr
0,5 Xbr
0,5 Xbr
Rotor Belitan
0,5 Xbr
0,5 Xbr
Kelas Motor
f
fB
X B R(Ohm )................(3.14)
R
Gambar-3.4
Untuk mempermudah perhitungan maka pada gambar -3.4 terminal a-b dibuka.
Perhatikan gambar berikut.
Gambar-3.5
Dari gambar 3.5 dapat dihitung tegangan thevenin ( VTh )
j Xm
VTh = V1
( Volt ).......(3.16)
R1 + j ( X 1 + X m )
j Xm ( R1 + j X1 )
Z Th = Re + jX e =
R1 + j ( X 1 + X m ) (Ohm ).........(3.17)
Rangkaian ekivalen pada gambar 3.5 berubah menjadi seperti pada
gambar 3.7 berikut.
Gambar-3.6
Dengan demikian I 2 dapat dihitung dengan persamaan
VT
'
I 2=
Re +
'
R2
( Ampere )(3.18)
+ j( X e + X ' 2 )
s
Td=
Pg
3I ' 2
R'2
(Nm).............(3.19)
s
VT h (
R'2
)
s
3
Td=
( Nm ).......(3.20)
R'2 2
s
'
2
+
+
+
(
R
)
(
X
X
)
2
e
e
pada keadaan motor bekerja normal, rotor berputar pada arah putaran medan
magnetik yang dihasilkan oleh arus stator, kecepatannya diantara nol sampai
kecepatan serempak, dan slipnya diantara nol dengan satu. Lihat gambar 3.7
berikut
mula, seperti pada gambar diatas. Sumber tersebut menjaga supaya kecepatan
serempak tetap dan mencatu masukan daya reaktif yang diperlukan untuk meneral
medan magnetis celah udara. Karenanya slip berharga negatif.
Tstart
VT Rh ' 2
=
(Nm).......(3.21)
s ( Re + R ' 2 ) 2 + ( X e + X ' 2 ) 2
3
Pada motor induksi tiga phasa rotor belitan torsi awal perlu diperbesar
apabila torsi beban lebih besar dari torsi awal,maka untuk menggerakkan beban
maka torsi awal perlu diperbesar.Torsi awal ( torsi start ) start besarnya dapat
diatur ( diubah ) besarnya dengan menggunakan tahanan variabel dari luar (R luar )
yang dihubungkan secara seri ke kumparan rotor melalui sikat ( pada motor
induksi tiga fasa rotor belitan ),
Tstart =
R'2
terbesar bila impedansi
sama dengan besar impedansi diantaranya dan
s
tegangan VTh , atau pada harga s max slip yang mempunyai hubungan
(R
R'2
=
sT max
2
e
+ ( X e + X 2' ) 2 ................................................(3.23)
(R
2
e
+ ( X e + X 2' ) 2 (Nm)..........................................(3.24)
Dari sini didapat besar slip pada saat torsi maksimum s max adalah
sT max =
(R
R'2
2
e
+ ( X e + X 2' ) 2
...........................................................(3.25)
sT max =
(R
R ' 2 + Rluar
2
e
+ ( X e + X 2' ) 2
.........................................................(3.26)
Tmaks =
3Vth2
2 s Re + Re2 + ( X e + X 2' ) 2
] (Nm)....................................(3.27)
3Vth2
2 s Re + R + ( X e + X )
2
e
' 2
2
(Nm).....................................(3.28)
Persamaan (3.25) dan (3.26) menunjukkan bahwa slip yang terjadi saat
'
torsi maksimum sangat bergantung pada besarnya harga R2 dan Rluar , tetapi pada
persamaan (3.27) dan (3.28) yang mana persamaan ini mengindikasikan bahwa
'
torsi maksimum Tmax tidak ada hubungan dengan R2 . Maksud dari hal ini bahwa
'
jika R2 ditambah besarnya dengan menggunakan tahanan luar yang terhubung
seri dengan kumparan rotor pada motor induksi jenis rotor belitan ( Rluar ) , besar
torsi maksimum yang dihasilkan tidak berpengaruh tetapi berpengaruh hanya pada
nilai slip dimana terjadi torsi maksimum.
Sekarang yang berpengaruh terhadap torsi maksimum adalah tegangan
masukan pada kumparan stator V1 , Re yang sebanding dengan tahanan pada
'
kumparan stator ( R1 ) , induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ) dan X e yang
'
( X 1 ) dan induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ).
Hubungan antara torsi dan slip untuk motor induksi dengan adanya
penambahan tahanan luar pada belitan rotor ditunjukkan oleh gambar berikut.
Untuk kurva torsi beban seperti yang ada pada gambar, dengan kecepatan n1 pada
'
tahanan rotor sebesar r2 , kecepatan yang dihasilkan n2 pada tahanan rotor r2 .
'
Dimana r2 > r2 dan seterusnya.
R'2
(
)
s
Td=
(Nm)(3.29)
R'2 2
s
'
2
) + (X e + X 2 )
( Re +
s
s fl =
ns
VT h (
T fl =
R'2
)
sfl
(Nm).(3.30)
R'2 2
'
2
) + (X e + X 2 )
( Re +
sfl
Di bawah ini gambar kurva karva karakteristik torsi- kecepatan motor induksi
Torsi Maksimum
300
Torsi start
200
Torsi
beban penuh
100
Torsi
beban nol
20
Kecepatan
beban penuh
40
60
80
Kecepatan (% Kecepatan sinkron)
Kecepatan
sinkron
100
Kurva torsi kecepatan tipikal motor induksi ditunjukkan pada Gambar 3.9
Karakteristik penting yang terdapat dalam kurva tersebut adalah kurva TorsiKecepatan. Dari gambar tersebut dapat dijabarkan :
5.
nol dengan keadaan beban penuh. Pada daerah ini tahanan rotor jauh lebih besar
dibanding reaktansi rotor, sehingga arus rotor, medan magnetik rotor, dan torsi
meningkat linier seiring dengan naiknya slip.
7.
Ada titik maksimum torsi yang terjadi ketika kenaikan putaran tidak
lagi menaikkan besar torsi. Titik ini disebut sebagai titik torsi maksimum yang
mampu dihasilkan motor.
8.
motor
3.3 Disain Motor Induksi Tiga Fasa
Motor asinkron yang sering kita temukan sehari-hari misalnya adalah :
kipas angin, mesin pendingin, kereta api listrik gantung, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu diketahui kelas-kelas dari motor tersebut untuk mengetahui unjuk
kerja dari motor tersebut. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
4. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil
Tipe ini umumnya memiliki tahanan rotor sangkar yang rendah. Slip pada
beban penuh kecil atau rendah namun efisiensinya tinggi. Torsi maksimum
biasanya sekitar 21% dari torsi beban penuh dan slipnya kurang dari 21%.
Motor kelas ini berkisar hingga 20 Hp.
5. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah
Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A tetapi arus startnya
berkisar 75%Ifl . Slip dan efisiensi pada beban penuh juga baik. Kelas ini
umumnya berkisar antara 7,5 Hp sampai dengan 200 Hp. Penggunaan
motor ini antara lain : kipas angin, boiler, pompa dan lainnya.
6. Kelas C : Torsi start tinggi dan arus start kecil
Kelas ini memiliki resistansi rotor sangkar yang ganda yang lebih besar
dibandingkan dengan kelas B. Oleh sebab itu dihasilkan torsi start yang
lebih tinggi pada arus start yang rendah, namun bekerja pada efisisensi dan
slip yang rendah dibandingkan kelas A dan B.
7. Kelas D : Tosi start tinggi, slip tinggi
Kelas ini biasanya memiliki resistansi rotor sangkar tunggal yang tinggi
sehingga dihasilkan torsi start yang tinggi pada arus start yang rendah
BAB IV
PERHITUNGAN PARAMETER DAN PENGGUNAAN TAHANAN LUAR
UNTUK MEMPERBESAR TORSI AWAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA
ROTOR BELITAN
4.1 Umum
Untuk mendapatkan parameter dari rangkaian ekivalen motor induksi tiga
fasa, maka dapat dihitung dari data yang didapat dari percobaan beban nol, rotor
tertahan ( block rotor ), dan percobaan tahanan DC. Pada percobaan beban nol
dimana tidak ada beban yang terhubung pada poros rotor sehingga putaran rotor
dikatakan maksimum. Percobaan rotor tertahan ( block rotor ) harus dilakukan
jauh dibawah keadaan nominal, karena dengan tegangan stator yang kecil sudah
menghasilkan arus yang besar pada rotor. Dipercobaan rotor tertahan putaran rotor
dikatakan dalam keadan minimum ( nr = 0 ). Untuk percobaan tahanan DC dimana
pada percobaan ini akan mengukur besarnya tahanan DC pada kumparan motor.
Percobaan penggunaan tahanan luar untuk mendapatkan torsi awal yang
besar dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi awal yang berubah nilainya akibat
bertambahnya tahanan rotor. Adakalanya suatu motor induksi tiga fasa dibebani
dengan suatu beban, dimana torsi beban yang dipikul lebih besar dari torsi awal
yang dihasilkan oleh motor induksi, untuk menanggulangi masalah ini maka pada
motor induksi tiga fasa rotor belitan ditambahkan tahanan luar yang diserikan
dengan belitan rotor melalui sikat untuk memperbesar torsi awal dan memperkecil
arus awal. Data yang didapat dari percobaan penggunaan tahanan luar terhadap
torsi awal yang dihasilkan akan dibandingkan dengan besar torsi dan arus hasil
dari perhitungan.
10,7 / 6,2 A
V(volt)
I(Ampere)
U-V
13,6
4,3
U-W
13,6
4,3
V-W
13,6
4,3
2. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan belitan rotor dengan hubungan Y dan yang akan diukur adalah
dua dari ketiga tahanan belitan rotor..
2. Belitan rotor dihubungkan dengan suplai tegangan DC
3. Tegangan DC dinaikkan sampai pada nilai tertentu
4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 4,0 Volt, nilai voltmeter dan
amperemeter dicatat
5. Pecobaan selesai,rangkaian dilepas
V(volt)
I(Ampere)
K-M
4,0
5,4
K-L
4,0
5,4
L-M
4,0
5,4
2. Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data hubung singkat adalah :
1. Motor induksi dikopel dengan mesin DC
2. Semua switch dalam keadaan terbuka, pengatur tegangan dalam kondisi nol.
3. Switch S1 ditutup, PTAC1 dinaikkan sehingga motor induksi mulai berputar.
4. Switch S3 kemudian ditutup, PTDC1 dinaikkan sampai penunjukan
amperemeter A3 mencapai harga arus penguat nominal mesin arus searah
5. Catat harga V2, kemudian naikkan teganganV3 sampai V3=V2
6. Switch S2 ditutup dan PTDC2 dinaikkan sehingga mesin arus searah memblok
putaran motor induksi dan putaran berhenti.
3. Data Hasil Percobaan Rotor Tertahan
VBR ( Volt )
I BR ( Ampere )
PBR ( Watt )
94
6,1
550
2. Prosedur Percobaan
1. Semua switch terbuka, tegangan pada posisi minimum
2. Switch S1 kemudian ditutup, PTAC1 dinaikkan perlahan sampai tegangan
370 Volt.
3. Ketika tegangan 370 Volt, nilai amperemeter masing masing phasa dan
wattmeter dicatat
4. Percobaan selesai
P0 ( watt )
I 0 (Ampere)
370
325
3,45
2. Prosedur Percobaan
1. Rangkai rangkaian percobaan seperti gambar di atas.
2. tahanan luar dibuat dalam hubungan Y.
3. hubungkan tahanan luar ke terminal rotor.
4. tutup saklar S1 yang menghubungkan PTAC1 dengan terminal stator motor.
5. tutup switch S 2 dan S 3 .
6. tahanan luar buat pada harga 0 Ohm.
7. PTDC1 dan PTDC2 dinaikkan tegangannya sampai pada nilai tertentu.
8. naikan tegangan PTAC1 sampai pada tegangan 360 Volt.
9. pada saat tegangan dinaikkan maka catat arus dan torsi awalnya.
10. setelah itu turunkan tegangan , nikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm.
11. naikkan kembali tegangan PTAC1, catat torsi dan arus awal yang dihasilkan.
12. lakukan kembali prosedur itu untuk harga tahanan luar 2,3,4,5,dan 6
13. percobaan selesai.
3. Data Hasil Percobaan
Data Percobaan Pengaruh Penambahan Tahanan Luar Terhadap Torsi Awal
V 1 = 370 Volt
R Luar ( Ohm )
AWAL ( Nm )
I Rotor ( Ampere
)
I Stator (
Ampere )
3,19
25,6
16,7
3,48
22,7
13,3
4,35
21,3
10,9
5,64
19,8
8,3
8,75
18,2
6,2
11,22
17,5
5,8
13,98
16,1
4,9
10. tambahkan beban yang dipikul motor, lalu catat kecepatan ,torsi, arus, dan
daya. ulangi percobaan ini sampai 3 kali.
11. setelah menghasilkan 5 buah data, maka turunkan tegangan.
12. naikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm. Dan ulangi prosedur 8 11.
13. lakukan posedur 8 s/d 11 untuk tahanan luar sebesar 2,3,4,5, dan 6 Ohm.
14. percobaan selesai.
3. Data percobaan
1.R Luar = 0 Ohm, V 1 = 370 Volt
nrotor
(rpm)
slip
I stator
(Ampere)
I Rotor
(Ampere)
1445
0,0378
1,52
3,42
3,6
2,35
1440
0,0402
1,57
4.05
3,7
2,69
1435
0,0441
1,59
5.21
3,73
3,98
1430
0,0480
1,63
7,63
3,92
4,70
1425
0,0514
1,69
8,90
4,21
5.07
nrotor
(rpm)
slip
I stator
(Ampere)
I Rotor
(Ampere)
1345
0,1038
1,43
3,33
3,42
2,74
1320
0,1213
1,44
4,12
3,61
3,43
1310
0,1268
1,52
5,34
3,69
4,17
1295
0,1367
1,58
6,81
3,84
4,53
1285
0,1421
1,63
8.32
4,06
6,72
nrotor
(rpm)
slip
I stator
(Ampere)
I Rotor
(Ampere)
1300
0,1339
1,42
3,24
3,46
3,04
1265
0,1567
1,41
3,97
3,71
3,36
1240
0,1745
1,47
4,54
3,42
3,62
1220
0,1872
1,51
5,52
3,58
4,23
1200
0,2004
1,59
6,67
3,47
5,34
Pin (KWatt)
Torsi (Nm)
1220
0,1878
1,44
1200
0,1990
1185
3,09
I stator
(Ampere)
3,25
I Rotor
(Ampere)
2,81
1,47
4,23
3,56
3,15
0,2087
1,51
4,96
3,74
3,67
1175
0,2170
1,59
5,59
4,15
4,12
1145
0,2352
1,67
6,31
4,21
5,09
Pin (KWatt)
Torsi (Nm)
1130
0,2452
1,43
1110
0,2589
1085
2,94
I stator
(Ampere)
3,57
I Rotor
(Ampere)
2,72
1,46
3,24
3,69
3,01
0,2761
1,52
4,11
3,95
3,46
1030
0,3141
1,61
4,92
4,18
4,1
1020
0,3209
1,69
6,42
4,57
5,3
nrotor
(rpm)
slip
I stator
(Ampere)
I Rotor
(Ampere)
1100
0,2649
1,43
2,76
3,7
2,6
1080
0,2809
1,47
3,01
3,8
2,8
1025
0,3152
1,51
3,92
4,0
3,2
990
0,3412
1,62
4,34
4,1
3,7
825
0,4509
1,68
6,01
4,2
4,3
nrotor
(rpm)
slip
I stator
(Ampere)
I Rotor
(Ampere)
1075
0,2821
1,44
3,9
2,5
2,65
1030
0,3143
1,49
2,97
4,1
2,7
980
0,3419
1,53
4,01
4,2
3,0
880
0,4134
1,56
4,26
4,4
3,4
765
0,4890
1,61
5,92
4,5
4,0
= 1,5814
= 1.1 1.581
= 1,7395
Tahanan Stator
Maka tahanan statornya adalah :
R1 = R1ac = 1,7395
= 0,3703
R2ac = 1,1 0,3703
= 0,4073
Tahanan Rotor
Maka tahanan rotornya adalah :
R2 = R2ac= 0,4073
C.Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor)
Reaktansi stator
X1 = 0.5 Xbr
= 3,7042
Reaktansi rotor
X2 = 0.5 Xbr
= 3,7042
Reaktansi Magnetik
Xm =Znl- X1
= 61,9155 3,7042
= 58,2133
p = Jumlah Pole
A. Tegangan Thevenin
= 200,7606 Volt
B. Tahanan Ekivalen
=
Zth = 1,5363+j3,5257
Maka tahanan kivalennya adalah:
C. Reaktansi Ekivalen
Zth=1,5363+ j3,5257
Reaktansi Ekivalen(Xe)
Xe=3,5257
Kecepatan Sinkron
Kecepatan Sinkron
F. Torsi Maksimum
Torsi Maksimum(Nm)
43,1114 Nm
= 5,5941 Nm
e`Rluar= 4
Tstart = 17,7787 Nm
Tstart = 38,7320 Nm
c.Rluar = 2
f. Rluar = 5
Tstart = 27,3238 Nm
Tstart = 41,4257 Nm
d.Rluar = 3
g. Rluar = 6
Tstart = 34,1936 Nm
Tstart = 42,7528 Nm
Dari perhitungan maka didapat kurva torsi awal yang dihasilkan terhadap tahanan
luar, seperti berikut ini.
Kurva Torsi Vs Tahanan Luar
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
12
10
8
6
4
2
0
0
4
Tahanan Luar (Ohm)
= 26,8163 A
Maka dengan cara yang sama didapat:
b. Rluar = 1
e.Rluar = 4
Istart = 25,7184 A
c. Rluar = 2
Istart = 21,4503 A
f. Rluar = 5
Istart = 24,3777 A
d. Rluar = 3
Istart = 20,0275 A
g. Rluar = 6
Istart = 22,9220 A
Istart = 18,6908 A
Dari nilai perhitungan di atas didapat grafik antara arus start dengan penambahan
tahanan luar, sebagai berikut
Kurva Arus Start Vs Tahanan Luar
30
25
20
15
10
5
0
0
4
6
Tahanan Luar(Ohm)
Rluar
=0
S = 0.0551
Maka dengan cara yang sama didapat:
b.
Rluar = 1
S = 0,1903
c.
Rluar = 2
S = 0,3256
d.
Rluar = 3
S = 0,4609
Rluar = 4
e.
S = 0,5962
f.
Rluar= 5
S = 0,7315
g.
Rluar = 6
S = 0,8668
Torsi (Nm)
30
25
20
15
10
5
0
0
500
1000
1500
2000
nrot (rpm)
........ R
Luar
........
........
........
= 0 ohm
RLuar = 1 ohm
RLuar = 2 ohm
........
........
........
RLuar = 4 ohm
RLuar = 5 ohm
RLuar = 6 ohm
RLuar = 3 ohm
Dari nilai slip maksimum, data percobaan torsi awal terhadap penambahan
tahanan luar dan data percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi - kecepatan,
maka dapat digambarkan kurva torsi kecepatan terhadap penambahan tahanan
luar seperti berikut ini.
Torsi(rpm)
30
25
20
15
10
5
0
-5
500
1000
1500
2000
nrot (rpm)
........ R
Luar
........
........
........
= 0 ohm
RLuar = 1 ohm
RLuar = 2 ohm
........
........
........
RLuar = 4 ohm
RLuar = 5 ohm
RLuar = 6 ohm
RLuar = 3 ohm
BAB V
KESIMPULAN
V.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari perhitungan untuk penambahan tahanan luar terhadap torsi awal yang
dihasilkan, memiliki kenaikan yang lebih halus dibandingkan dengan data
yang didapat dari percobaan.
2. Dengan penambahan tahanan luar ke rotor motor, maka arus start yang
dihasilkan akan semakin kecil.
3. Dengan penambahan tahanan luar,maka torsi maksimum akan semakin cepat
didapat.
4. Pada percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi awal yang dihasilkan,
diketahui bahwa jika tahanan luar yang dihubungkan ke rotor diperbesar
maka torsi awal yang dihasilkan juga akan bertambah, sampai pada suatu
nilai tahanan tertentu.
5. Dari grafik torsi kecepatan terhadap penambahan tahanan luar diketahui
bahwa besar torsi maksimum yang terjadi selalu tetap nilainya untuk setiap
penambahan tahanan luar, tetapi yang berubah hanya slip dimanana
terjadinya torsi maksimum.