Вы находитесь на странице: 1из 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DESAIN TEKSTIL 2
MENDEKOMPOSISIKAN KAIN SARUNG
Disusun Oleh :

Nama :

Nur Aini Santoso (14050001)

Grup :
Jurusan :
Dosen

2B1
D3 TPT
:
Giarto, AT, M.Si
Siti R., A.T., M.T.
Resty M.M., S.ST.

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BANDUNG
2016

BAB II PENDAHULUAN

A. MAKSUD
Agar mahasiswa mampu mendekomposisi dan menyusun rencana
pembuatan selembar kain sarung.
B. TUJUAN
1. Mampu mendekomposisi kain sarung
2. Mampu menetukan susuna warna benang dan pengulanganya
3. Mampu menghitung kebutuhan benang tiap warna
C. TEORI DASAR
Definisi kain sarung
Secara umum, kain sarung merupakan sepotong kain lebar yang dijahit pada kedua
ujungnya sehingga berbentuk seperti pipa. Dalam tata busana Internasional, sarung
berarti sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk menutup
bagian bawah tubuh. Sedangkan didalam pertekstilan, kain sarung merupakan kain tenun
bercorak dengan ukuran tertentu, berbentuk silinder, mempunyai corak badan, tumpal,
tepi dan pinggir.

Bagian bagian kain sarung


a. Pinggir
Pinggir adalah corak ke arah lusi,
terletak paling luar dari kedua belah
sisi kain sarung, dan mempunyai lebar
tertentu serta biasanya memakai warna
muda atau putih
b. T e p i
Tepi adalah corak ke arah lusi, terletak
diantara pinggir dan corak badan, dan
mempunyai lebar tertentu serta biasanya memakai warna tua
c.

Corak badan

Corak badan adalah corak pokok pada kain sarung yang terdiri atas corak dasar dan corak
kembang, untuk arah lusi terletak diantara kedua tepi sarung
-

Corak dasar
Corak dasar adalah bagian dari corak badan yang biasanya terdiri dari satu warna,
letaknya untuk sarung model pelekat terletak sesudah tepi dan untuk kain sarung
model poleng terletak sesudah kembang

Corak kembang
Corak kembang adalah bagian dari corak badan, terdiri dari beberapa strip warna
lusi atau pakan. Pada arah lusi letaknya untuk sarung pelekat terletak sesudah
dasar dan untuk kain sarung poleng letaknya sesudah tepi

d. Tumpal
Tumpal adalah bagian kain sarung yang coraknya berbeda dengan corak badan kain
sarung tersebut, terletak ditengah-tengah badan sarung dan merupakan tanda pengenal
kain sarung; tumpal terletak setelah dasar pada kain sarung model pelekat dan pada kain
sarung model poleng terletak setelah kembang
e. J a h i t
Jahit adalah bagian dari kain sarung, terletak pada kedua ujung kain sarung, dimaksudkan
untuk menggabungkan kedua ujung dari kain sarung sehingga diperoleh bentuk silinder,
warnanya sama dengan warna dasar atau kembang
Jenis jenis kain sarung
a. Sarung poleng bali
Kain tenun poleng sudah menjadi bagian dari kehidupan religious umat Hindu di Bali.
Kain ini biasa digunakan untuk keperluan sacral, profane, tedung, umbul umbul.
Berdasarkan warnanya ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih),
sudhamala (putih, abu abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).
b. Sarung Poleng
Sarung jenis ini banyak dibuat di Jawa Barat. Corak lusi dan pakan sama dengan sarung
plekat. Perbedaannya terletak pada warna pinggir kain yang selalu berwrna putih.
Penggunaan warna dasar pada sarung poleng lebih tua daripada sarung plekat. Bahan
sarung poleng adalah benang kapas dan rayon dengan corak tepi pinggir- dasar.
c. Sarung plekat

Sarung plekat bermotif kotak kotak yang dibentuk oleh warna warna benang lusi dan
benang pakan. Pada umumnya kain sarung plekat berwarna muda dan pucat. Susunan
corak lusi terdiri dari dasar dan kembang sebagai satu repeat warna. Biasanya dasar
terdiri dari satu warna lusi. Kembang terdiri sari beberapa strip warna. Warna pada
pinggir kain sama dengan warna dasar, sedangkan warna tepi sama dengan warna
kembang yang stripnya dominan.
Susunan corak pakan terdiri dari : dasar dan kembang sebagai corak utama. Terdapat juga
corak tumpal dan kempala. Corak ini terdiri dari warna dasar tumpal dan strip tumpal.
Warna dasar tumal sama dengan warna tepi, sedangkan warna strip tumpal sama dengan
warna pinggir, ukuran lebar tunpal berkisar 25 30 cm. Apabila sarung plekat ditenun
menggunakan alat tenun yang berukuran 1 x lebar, maka 1 helai sarung ditenung
sepanjang 404 cm dengan lebar + 68 cm. Untuk menjadi sarung, panjang kain dipotong
menjadi dua bagian, kemudian disatukan dengan jahitan ke arah lusi.

BAB II
PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
1. Jarum layar
2. Loupe
3. Timbangan digital
4. Gunting
5. Kain sarung
B. Diagram Alir Proses
Siapkan alat dan bahan
Timbang kain sarung
Dekomposisi kain sarung
Hitung data yang diperoleh
C. Langkah Kerja
1. Timbang kain sarung yang akan dianalisis
2. Gunting kain sarung pada bagian benang gunting
3. Analisis susunan corak warna dan badan benang lusi
4. Analisis susunan corak warna dan badan benang pakan
5. Analisis susunan corak warna tumpal pada pakan
6. Dekomposisi kain sarung tersebut
7. Hitung data hasil pengamatan sebagaimana mendekomposisikan kain
lain yaitu menghitung :
- % mengkeret benang lusi
- Tetal lusi dan pakan
- Nomor benang lusi dan pakan
- Fabric cover
- Jumlah benang lusi dan pakan tiap warna
- Kebutuhan benang lusi dan pakan setiap warna
- % selisih penimbangan antara
hasil dekomposisi dengan
penimbangan real

D. Perhitungan dan Data pengamatan


1. Kain sarung
- Lebar kain : 125 cm
- Panjang kain : 208 cm

Berat kain sarung 10 x 10


= 1,01 g
Berat 10 hl benang lusi =
24 mg

Berat 10 hl benang pakan


= 22 mg

2. Panjang benang yang diluruskan


Lusi
10,1
10,3
10,2
10,3
10,5
10,2
10,4
10,1
10,2
10.2
= 102,5
cm

Pakan
10.3
10.4
10,2
10,3
10.2
10,2
10,3
10,4
10,5
10,4
=
103.2cm

3. Tetal benang
Tetal lusi
69
67
70
Rata rata = 69 hl/inci = 27
hl/cm

Tetal pakan
46
47
46
Rata-rata = 47 hl /inci = 19
hl /cm

4. Nomor benang
Nm(

panjang (m)
berat(g)

Ne.1 (0,59 x
Nm)

1000
Tex( Nm
)

Td (

9000

Nm

)
Lusi

1,025
0,024

0,59 x 42,7 =
23,056

1000
=23,41
42,7

9000
=210,77
42.7

0,59 x 46,9
=25,326

1000
=21,32
46.9

9000
=191,89
46,9

42,7 Nm
Pakan

1,032
0,022

46,9 Nm

5. Susunan corak benang


Corak lusi
Pinggir (x2)
Tepi(x2)
Dasar (x 17)
Kembang
(x16)
total
Corak pakan
Kembang
(x10)
Dasar(x 11)
Jahit (x2)
Tumpal
Strip
biru
(x3)x 2
Strip merah
muda (x3)x
2
Variasi (x2)
Kepala
tottal
Corak lusi
Kembang ( x16 )
- Biru
=
8hl
- Merah
muda =
4hl
- Biru = 22
hl
- Merah
muda =3
hl
- Hitam =2
hl
- Merah
muda =
4hl
- Hitam =
2 hl
- Merah
muda =4
hl
- Hitam =
2 hl

Merah muda

Hitam

Putih
14
3

39

Biru
100
50

51

42

816

750

34

2500

40

76

12

20

30

72
44
6

8
836

20

30

480

880

Merah
muda =
4hl
Hitam =
2 hl
Merah
muda =
2hl
Hitam =
2 hl
Merah
muda =
4 hl
Hitam =4
hl
Merah
muda=
4hl
Hitam 2
hl

6
100
508

Merah
muda =
2 hl
Hitam =
4 hl
Merah
muda= 2
hl
Hitam =
4 hl
Merah
muda=2
hl

Hitam =
4 hl
Merah
muda =
2 hl
Hitam =4
hl
Biru = 22
hl
Merah
muda =
4 hl
Biru = 8
hl

Dasar (x17)
- Biru = 100 hl
Pinggir (x2)
- Putih = 14hl
Tepi (2x)
- Putih = 2 hl
- Hitam = 38 hl
- Putih =1 hl
Corak pakan
Kembang (10 x)
- Hitam = 6 hl
- Biru = 20 hl
- Merah muda =
- Biru = 2 hl
- Merah muda =
- Biru = 2 hl
- Merah muda =
- Biru = 2 hl
- Merah muda =
- Biru = 4 hl
- Merah muda =
- Putih 72 hl
- Hitam = 6 hl
- Biru = 20 hl
- Merah muda =
- Biru = 2 hl
- Merah muda =
- Biru = 2 hl
-

4hl
4 hl
4 hl
4 hl

Biru = 2 hl
Merah muda =4 hl
Biru = 2 hl
Merah muda = 4 hl
Biru = 2hl
Merah muda = 4hl
Biru = 18 hl
Merah muda =4 hl
Biru = 2 h
Hitam = 6 hl

Merah muda = 4 hl
Biru = 2 hl
Merah muda = 4 hl
Biru = 4 hl
Merah muda = 4 hl
-

4 hl
Dasar (11 x)
Variasi (2 x)

4hl
4 hl

Jahit (2x)

Hitam = 6 hl
Biru = 20 hl
Merah muda = 4hl
Biru = 2 hl
Merah muda = 4 hl
Biru = 2 hl

a. Tumpal [(x3)x2]
- Hitam = 22 hl
- Putih = 4 hl
- Hitam = 22 hl
- Putih = 2 hl
b. Kepala tumpal
- Hitam = 22 hl
- Putih = 4 hl
- Hitam = 56 hl
- Putih = 4 hl
- Hitam = 22 hl
6. Mengkeret benang
-

m=

Merah muda = 4 hl
Biru = 2 hl
Merah muda = 4 hl
Biru = 4 hl
Merah muda = 4 hl

Corak tumpa

pb pk
x 100
pb

lusi

=
-

10,2510
x 100 =0,02
10,25

pakan

10,3210
x 100
10,32

0,03 %

7. Menghitung kebutuhan tiap warna


-

Kebutuhan benang =

1. Benang lusi
a. Warna merah muda
b.

816 x 208
100
x
42,7 x 100 1000,02
c.

f.

e.
Warna hitam
g.

750 x 208
100
x
42,7 x 100 1000,02
h.

169728
x 1,0002
4270
d.
39,75 gr

jumlah helai perwarna x panjang kain


100
x
Nm x 100
100m

156000
x 1,0002
4270

i.
36,54 gr
j.
k. Warna biru
l.
m.

34 x 208
100
x
42,7 x 100 1000,02

2500 x 208
100
x
42,7 x 100 1000,02
n.

p.
q. Warna putih
r.

s.

7072
x 1,0002
4270

t.
1,65 gr

520000
x 1,0002
4270

u.
o.
=
121,80 g
v. Jumlah total kebutuhan benang lusi adalah 39,75 +36,54+ 121,80+
1,65 = 199,74 gr
w.
x.
2. Benang Pakan
y.
a. Warna merah muda
k.
b.

400 x 125
100
x
46,9 x 100 1000,03
c.

60000
x 1,0003
4690

f.

d.
12,79 g
e.
Warna biru
g.

880 x 125
100
x
46,9 x 100 1000,03
h.

110000
x 1,0003
4690

508 x 125
100
x
46,9 x 100 1000,03

l.

63500
x 1,0003
4690
m.
13.54 g
n.
o. Warna putih
p.

836 x 125
100
x
46,9 x 100 1000,03
q.

104500
x 1,0003
4690

r.
=
i.
=
22,28
23,46 g
g
j. Warna hitam
s. Jumlah kebutuhan benang tiap warna adalah 23,46 + 13,54+
12,79+22,28 = 72,07 gr
t. Total kebutuhan benang adalah lusi + pakan = 199,74 + 72,07=
271,81 gr

u.

Berat nyata =

v.

=
w.

pk x lk
xberat sampel
uk sampel

208 x 125
x 1,01 g
10 x 10

= 262,6 g

x.
y. Selisih berat antara berat teoritis dengan berat nyata
z.

berat besar berat kecil


x 100
berat besar

aa.

271,81262,6
x 100
271,81

ab.

= 3,38 %
ac.
ad.Fabric cover

ae.
af.

Cw =

1
tetal/in x 28 Ne
ag. = 69 x

1
28 23,056

1
ah. = 69 x 134,44

ai. = 0,513
aj. Cf

ak. = 47 x

1
28 25,326
1

al. = 69 x 140,909
am. = 0,333

an.
ao. Fabric Cover = (Cw +CF)- (Cw x CF) x 100%
ap.
= (0,513-0,333)- (0,513 x 0,333) x 100%
aq.
= (0,846 -0,170829) x 100%
ar.
= 67,51 %
as.
at.

= tetal/in x 28 Ne

au.

BAB III PENUTUP


av.DISKUSI
aw.
ax.
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan
dekomposisi kain sarung dengan menggunakan sarung
sendiri. Dari praktikum kali ini didapat data-data seperti yang
tercantum diatas. Kain sarung yang diuji termasuk kedalam
kain sarung poleng dimana pinggir kain selalu berwarna putih.
ay.
az.Dari data pehitungan kebutuhan benang untuk kain sarung ini
adalah 271,81 gr. Karena tidak kain sarung pada praktikum ini
menggunkan sebagian data kain sarung sebelumnya maka
kain sarung ini tidak bisa dikatakan kain yang ringan. Sebab
pegulangan corak warna pada corak kembang maupun corak
dasar kaerah lusi maupun pakan cukup banyak . hal ini
perpedoman semakin banyak pengulangan corak maka
semakin banyak jumlah helai benang per warna yang di
butuhkan.
ba.
bb.
Untuk % selisih berat kain yang dihitung
dengan menggunkan tetal benang dan berdasarkan

pengelompokan warna menunjukan hasil yang berbeda denga


selisih yang cukup besar yaitu 3,38%. Selisih penimbangan
yang didapatkan dari praktikum ini cukup besar, hal ini
disebabkan
oleh
data
yang
digunkan
untuk
mendekomposisikan kain sarung merupakan data yang
diperoleh dari dekomposisi kain sarung sebelumnya.
bc.
bd.
Cover faktor yang diperoleh dari kain sarung
yang di uji adalah 67,51 %. % cover faktor ini sama dengan
cover fakor yang di peroleh dari dekomposisi kain sarung
pada dekomposisi kain sarung sebelumnya, yang menunjukan
bahwa kerapatan kain kurang baik . hal ini mungkin
dipengaruhi oleh tental benang lusi sebesar 69 hl/ in dan tetal
benang pakan sebesar47 hl / inci.
be.
bf. KESIMPULAN
1. Kain sarung mengunkan anyaman polos.
2. Kain sarung memiliki
% selisih berat kain yaitu 3,38% dan
memenuhi kriteria selisih berat yang baik .
3. Kain contoh memiliki cover faktor sebesar67,51 % .
bg.

bh.

bi.
bj.
bk.

bl.
bm.
bn.
bo.

bp.

Вам также может понравиться