Вы находитесь на странице: 1из 8

TUGAS PERTEMUAN KE- 5

PRAKTIKUM BK PRIBADI SOSIAL

Dosen Pengampu :
Sri Murni, S.Pd., M.Pd

Oleh
HENDRA CIPTA
15110003.P

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANDAR LAMPUNG
2016

Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial


Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.
Rochman Natawidjaja (Syamsu Yusuf, 2009: 38) mengartikan bimbingan sebagai
proses

pemberian

bantuan

kepada

individu

yang

dilakukan

secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga


sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan keluarga serta masyarakat.
W.S. Winkel (1991: 124) mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan
kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan
secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup.
Moh. Surya (1988:36) mengemukakan bimbingan ialah suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Senada dengan pendapat M.Surya, Prayitno (1987:35) mengemukakan :
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau
sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya
dijalankan oleh pribadi yang mandiri yaitu:
1; Mengenal diri sendiri dan lingkungan.
2; Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3; Mengambil keputusan.
4; Mengarahkan diri.
5; Mewujudkan diri.

Berdasarkan definisi-definisi bimbingan yang telah dipaparkan, dapat


disimpulkan yaitu :
1; Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara
kontinyu dan sistematis,
2; Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui
pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksudkan adalah polapola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mantap dam mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Sementara bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti
luhur dan tanggung jawab. Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk
membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi
konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang
kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual
dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial
di berbagai lingkungan (pergaulan sosial) (Yusuf, 2009: 53-55).
Pada dasarnya bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai
upaya pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Lynn Bullard
(Syamsu

Yusuf,

1998:78)

mengungkapkan

untuk

melakukan

reformasi

(pembaharuan) program bimbingan dan konseling secara tepat, maka layananlayanannya harus diintegrasikan ke dalam program-program yang berorientasi
pengembangan, yang membantu para siswa mengembangkan dan mempraktekkan
kompetensi-kompetensinya.
Bimbingan dan Konseling yang berorientasi pengembangan tidak hanya berfungsi
untuk membantu individu ketika permasalahan muncul, melainkan lebih kepada

sebelum permasalahan terjadi dan upaya membantu individu mencapai self


developmental
mengembangkan

dan

self

berbagai

realization.
potensi

Individu

dan

kondisi

dapat
positif

memelihara
dalam

dan

rangka

perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan, (A.K. Nayak,1997: 5).


Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) merumuskan bimbingan pribadisosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam
menangani masalah-masalah dirinnya.
Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta
didik untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan
cara

menciptakan

lingkungan

interaksi

pendidikan

yang

kondusif,

mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan


mengembangkan kemampuan pribadi-sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
bimbingan pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa
agar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang
bersifat pribadi maupun sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang
harmonis di lingkungannya. Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara
menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan system pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta
kemampuan-kemampuan pribadi sosial yang tepat.

Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial


Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:14), merumuskan beberapa tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai
berikut:

1; memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan


dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
2; memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3; memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4; memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik
maupun psikis.
5; memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6; memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7; bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8; memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen,
terhadap tugas dan kewajibannya.
9; memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi
dengan sesama manusia.
10; memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.
11; emiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Juntika Nurihsan (2003 : 9) menyatakan tujuan bimbingan pada akhirnya
membantu individu dalam mencapai:
1; Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,
2; Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
3; Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan
4; Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dapat disimpulkan tujuan bimbingan pribadi pribadi sosial yang harus

dikembangkan dalam program layanan bimbingan dan konseling adalah


memfasilitasi siswa dalam mengarahkan pemantapan kepribadian serta
mengembangkan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
dan sosial siswa.
Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial
Fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima
Puspita, 2007:47-49), yaitu :
1; Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor
secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi
agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya.
Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga
individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya
untuk berubah.
2; Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan
dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan
yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial
diharapkan

individu

mampu

mencapai

tingkat

kedewasaan

dan

kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga


individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu
mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras,
serasi dan seimbang.
3; Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat
berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi
secara lebih sehat dengan lingkungannya.
4; Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial
digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru
yang lebih sehat.
5; Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui
bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan,
kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan
inspirasinya.

6; Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan


individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima
keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan
kondisi yang baru.
7; Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu
individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang
menggangu sebagai akibat dari krisis.

DAFTAR PUSTAKA
Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Depdikbud Dirjen Dikti
PPLPTK Jakarta.
Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia.
Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Prayitno. (1987). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP
IKIP.
Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing
Corporation.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.


Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Muqodas, I. (2011). Efektivitas Model Service Quality Untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling. Tesis pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudjana, N & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Ketut, D dan Made, D. (1990). Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Nicole A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen
Friedlen. (2009). The Relationship Between Psychological Birth Order and
Romantic Relationships. American Counseling Association Annual Conference
and Exposition, March 19-23, Charlotte, North Carolina. [online]. Tersedia:
http://.sagepub.com/cgi/relationship/ /2009/3/19-23.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Rinehart & Winston.
http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-pribadi-sosial.html

Вам также может понравиться