Вы находитесь на странице: 1из 7

TEKNOLOGI GASIFIKASI BATUBARA LIGNITE

SEBAGAI PENGGANTI MINYAK BAKAR UNTUK BOILER


Oleh:
Ihwan Ulul Firdaus
Email: firdaus@nawapanca.com
Dan
Achmad Nuzulis H.
Email: achmadhidayat@nawapanca.com
1. Pendahuluan
Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan
gas alam yang mencukupi serta cadangan batubara yang melimpah. Sumber daya energi
batubara diperkirakan sebesar 36.5 milyar ton, dengan sekitar 5.1 milyar ton dikategorikan
sebagai cadangan terukur. Sumber daya ini sebagian besar berada di Kalimantan yaitu
sebesar 61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan sisanya tersebar di wilayah lain. Menurut
jenisnya dapat dibagi menjadi lignite sebesar 58.6 %, sub-bituminous sebesar 26.6 %,
bituminous sebesar 14.4 % dan sisanya sebesar 0.4 % adalah anthracite. Produksi batubara
pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya
sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau
sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri dan sisanya
digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil.
Baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM, termasuk
minyak bakar. Kenaikan harga minyak bakar di industri, otomatis akan berhubungan
langsung dengan kenaikan operating cost perusahaan. Sebagai gambaran, kenaikan harga
minyak tanah untuk industri menjadi Rp 1800,00 per liternya. Sebagai contoh misalkan
minyak bakar di industri dipakai sebagai bahan bakar boiler, untuk menghasilkan kukus
dengan jumlah energi yang sama, berarti terjadi kenaikan operating cost yang sangat tinggi.
Kenaikan operating cost yang besar tentunya akan sangat mempengaruhi ekonomi
perusahaan yang memakai minyak bakar sebagai salah satu bahan bakar di unit operasinya.
Karenanya diperlukan upaya untuk melakukan penelitian tentang teknologi yang bisa
menghasilkan sumber energi alternatif dan bernilai ekonomis.

Halaman 1 dari 7 halaman

Salah satunya adalah menggunakan batubara (BB) sebagai alternatif penggantian minyak
tanah. Konversi inilah yang kini tengah diteliti di Indonesia, mengingat persediaan batu
baranya melimpah. Selama sepuluh tahun terakhir ini penggunaan batubara dalam negeri
terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan perekonomian dan industrialisasi.
2. Batubara sebagai alternatif energi
Dalam rangka penciptaan teknologi penggunaan batubara, beberapa aspek penting yang
digunakan sebagai acuan adalah nilai ekonomik, dampak lingkungan serta ketersediaan
teknologi itu sendiri.

Aspek Ekonomi
Berikut gambaran perbandingan pemakaian minyak bakar dengan batubara dari sisi ekonomi:
Basis Perhitungan = Produksi 1 ton steam jenuh 5 bar/jam
Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi steam yang dimaksud = 2700 MJ/jam
Dalam setiap kg batubara yang digunakan, maka akan dihasilkan 2.5 M3 gas sintesis yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler dengan nilai heating value berkisar 8 MJ/NM3.

Tabel berikut disampaikan tentang perbandingan nilai pembiayaan antara minyak bakar
(minyak tanah) jika dibandingkan dengan mengimplementasikan teknologi gasifikasi
batubara.

Tabel 1.1 Perbandingan Minyak Bakar dan Syn Gas Batubara


Minyak Bakar Industri

Syn Gas

40 MJ/Liter

8 MJ/NM3

80%

80%

Efisiensi proses Gasifikasi

75%

Operating cost Mesin

80%

Harga Dasar

1800/Liter

250/kg batubara

Kebutuhan

68.75 Liter

218.254 kg batubara

Rp 123.750,-

Rp 54.563.49

Energi
Efisiensi Boiler

Biaya Pengeluaran

Halaman 2 dari 7 halaman

Dari tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa penggunaan batubara sebagai bahan bakar boiler akan
menghemat pengeluaran perusahaan sebesar Rp 69.186,-/jam atau sama dengan penghematan
Rp 415.119.048,-/tahun/ton steam (20 jam produksi/hari, 300 hari operasi/tahun).

Aspek lingkungan
Kenaikan pemakaian batubara dibandingkan dengan pemakaian BBM terbukti dapat
meningkatkan kualitas performansi dari lingkungan hidup, antara lain:
1. Emisi sulfur turun sebesar 3% seiring dengan peningkatan pemakaian batubara
2. Penurunan emisi Nox dan partikel seiring dengan peningkatan penggunaan batubara
3. Emisi CO2 ke atmosfer masih berada di ambang batas kewajaran
Gambat 1.1 menunjukkan penurunan kadar CO2 di atmosfer seiring dengan peningkatan
pemakaian batubara.

Gambar 1.1 The coal-fired route to CO2 reduction

Halaman 3 dari 7 halaman

3. Gasifikasi Batubara

Gasifikasi Batubara pada prinsipnya adalah suatu proses penghasilan gas sintesis (syn gas)
yang mudah terbakar dari batubara. Proses ini melalui beberapa proses kimia dalam reaktor
gasifikasi (gasifier). Mula-mula batubara yang sudah diproses secara fisis diumpankan ke
dalam reaktor dan akan mengalami proses pemanasan sampai temperatur reaksi serta
mengalami proses pirolisa (menjadi bara api). Kecuali bahan pengotor, batubara bersamasama dengan oksigen dikonversikan menjadi hidrogen, karbon monoksida dan methana.
Produk gasifikasi berupa bahan bakar gas mempunyai beberapa keuntungan seperti mudah di
transfer, pengendalian pembakaran mudah, konstruksi burner sederhana, emisi partikel yang
relatif kecil dan menurunnya polusi ke lingkungan.

Reaktor gasifikasi batubara pada umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Fixed Bed Gasifier, yang terdiri dari:
-

Up draught or counter current gasifier

Down drought or co-current gasifier

Cross draught gasifier and;

Open core gasifier

2. Fluidized Bed Gasifier, yang terdiri dari:


-

Atmospheric

Pressurized

Gambar 1.2 merupakan rancangan gasifier yang diusulkan


Tabel 1.2 menggambarkan perbandingan reaktor gasifikasi jenis fixed bed ini, sementara
Tabel 1.3 menggambarkan perbadingan fixed bed & fluidezed bed gasifier.

Halaman 4 dari 7 halaman

Gambar 1.2 Down-draught fixed bed gasifier


Tabel 1.2 Perbandingan down draught, up draught dan open core fixed bed gasifier

Halaman 5 dari 7 halaman

Tabel 1.3 Perbandingan Fixed Bed Down Drought dan Fluidized Bed Gasifier

4. Usulan Teknologi

Pada makalah ini, penulisan diarahkan kepada reaktor gasifikasi tipe down-draught. Pada
reaktor down-draught, umpan batubara dimasukkan pada puncak reaktor sedangkan udara
masuk dari atas atau samping reaktor. Flue gas keluar lewat reaktor bagian bawah, dan aliran
udara dan flue gas berjalan searah. Batubara dikeringkan dan di pirolisis di zona pengeringan
& pirolisis, yang dipanaskan oleh proses radiasi dari hearth zone. Gas hasil proses pirolisis
dibakar di hearth zone dan menghasilkan CO dan H2 dan energi.
Kelebihan dari reaktor gasifikasi ini adalah rendahnya kandungan tar dalam flue gas dimana
harganya sudah mendekati kondisi yang diinginkan oleh mesin. Disamping itu, dengan
design reaktor gasifikasi yang optimal, konversi pembakaran gas hasil pyrolisis lebih tinggi
dibandingkan dengan reaktor gasifikasi lainnya.

Halaman 6 dari 7 halaman

Diagram alir proses usulan teknologi reaktor gasifikasi batubara sebagai substitusi minyak
bakar sebagai bahan bakar boiler disampaikan pada gambar 1.3

Gambar 1.3 Diagram alir proses reaktor gasifikasi

Batubara mentah dimasukkan ke unit grinding untuk mencapai ukuran partikel 20 mesh,
selanjutnya dibawa ke unit gasifikasi lewat conveyor. Batubara di dalam reaktor akan
mengalami proses pengeringan, pirolisis dan pembakaran dengan udara.

Flue gas hasil pembakaran dilewatkan scrubber untuk mengabsorb sulfur content didalamnya.
Flue gas yang bersih dari sulfur content kemudian digunakan untuk memanaskan air umpan
boiler dan selanjutnya dibakar di boiler sebagai penyuplai energi untuk memproduksi steam.
Fungsi stack adalah sebagai safety, untuk membuang kelebihan gas hasil proses gasifikasi.

Halaman 7 dari 7 halaman

Вам также может понравиться