Вы находитесь на странице: 1из 17

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

DOKUMEN KEPERAWATAN
Diampu oleh Prima Daniyati Kusuma, S.Kep.,Ns

Oleh :

1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.

DEWI WATI
(2220111947)
2. FARHAN ROKHIMI
(2220111950)
3. OBI PRASETYO
(2220111963)
KELAS 2 B

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
OKTOBER, 2012
KONSEP DASAR
ASMA BRONCHIALE

A. Konsep Medis
1. PENGERTIAN

Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang


meliputi dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat
reversible (Antony C, 1997).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem
dalam keadaan di mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk,
2000).
Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan nafas yang
berulang yang ditandai kontraksi otot polos, hypereksi mucus dan
inflamasi. (Buyton, 1994).

2. ETIOLOGI
a. Imunologik atau alergik atau autopik.
Dalam bentuk ekstrinsik antigen berupa suatu bahan yang dapat
berbentuk:
1) Inhalen yang masuk dalam bahan dengan melalui alat pernafasan
misalnya debu rumah, bahan-bahan yang terlepas (sepih kulit) dari
binatang misalnya anjing, kucing, kuda dan sebagainya.
2) Ingestan yang masuk dalam tubuh melalui mulut, biasanya berupa
makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dan lain
sebagainya.
3) Kontaktan yang masuk dalam tubuh dengan jalan kontak dengan
kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam
dalam bentuk perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya.
b. Non imunologik atau non alergik atau non autopik
Seringkali dicetuskan oleh infeksi pada serangan.

3. PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan
kontak kulit. Dari jenis allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang
yang tidak atopik tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen
masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor keturunan untuk
bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine
menyebabkan reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga
terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul kerusakan dinding
bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat
ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler yang berperan terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi
kelenjar mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan
terjadi penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran
pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini menyebabkan distribusi
ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga
mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi
hipoksemia. Proses tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan
terjadi ketidakmampuan tentang penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran
udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan
sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di mana gejala dan tanda
yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas, bunyi

nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama
terjadinya

serangan

akan

mengakibatkan

kurangnya

tenaga

atau

kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikian akan


menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan
perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan
asma bronchial didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan
berpotensial infeksi.

4. MANIFESTASI KLINIK
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek,
rasa sesek di dada, serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60
menit, sputum dalam bentuk kental dan jumlah banyak, diaphoresis,
kelelahan terjadi setelah serangan. Kontraksi yang kaku dari bronkiolus,
penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada malam hari berlangsung 10-14
hari.

5. PATHWAYS
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit
Reaksi tubuh terhadap allergen
Tubuh tidak tahan reaksi alergik

tubuh tahan/tidak alergik

Kontraksi otot polos pernafasan


Bronchospasme
Hypersekresi
Penyempitan saluran pernafasan
Hambatan aliran pernafasan

gangguan ventilasi (hipoventilasi)


Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru

jalan nafas tidak efektif

Gangguan difusi gas

penurunan sirkulasi darah, dispnea,

Di tingkat alveoli

Wheezing, kelemahan dan anoreksia

Hipoksemia
Ketidaktahuan

perubahan

intoleransi

nutrisi kurang dari

aktivitas

Kebutuhan tubuh

Tentang penyakit
Potensial infeksi
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

deficit perawatan diri

Pemeriksaan laboratorium
Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan
hebat.
Pemeriksaan sinar X dada
Hiperinflamasi pada serangan
Tes kulit
Tes fungsi pulmoner
o Volume paru-paru normal atau meningkat
o Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofilia darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum
meningkat pada asma ekstrinsik.
Edema pulmoner

Gagal pernafasan.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi O2 dengan humidifikasi
Penatalaksanaan cairan
Jalan nafas buatan dan ventilator
Bila diperlukan:
Obat-obatan
Bronkodilator: parental, aerosol, oral
Simpatominetik
Teofilin
Steroid
Antibiotic

B. Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
(Effendy, 1995: 10).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a. aktifitas/istirahat
gejala

: keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari


karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas
atau latihan.
Tanda

: keletihan, gelisah, insomnia.

b. Sirkulasi
Gejala

: pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda

: peningkatan tekanan darah


Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Sianosis: area sirkumolar dasar kuku
Pucat dapat menunjukkan anemia.

c. integritas ego
gejala

: peningkatan factor risiko


perubahan pola hidup

tanda

: ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. makanan/cairan
gejala

: mual/muntah
ketidakmampuan untuk makan karena distress

tanda

: diaforesis
penurunan berat badan.

e. Hygiene

Gejala

: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan


melakukan aktifitas sehari-hari

Tanda

: kebersihan buruk

f. Pernafasan
Gejala

: nafas pendek

Tanda

: awitan distress pernafasan tiba-tiba


o Perpanjangan ekspirasi mengi
o Perpendekan periode inspirasi
o Retraksi interkostal sternal
o Penggunaan otot-otot eksesorik pernafasan
o Sesak nafas
o Klekels
Bunyi nafas
o Mengi, penurunan nafas sampai bunyi nafas tidak
terdengar.

g. Keamanan
Gejala

: riwayat reaksi alergi


Kemerahan (diaforesis)

h. Seksualitas
Gejala

: penurunan libido

i. interaksi social
gejala

: hubungan ketergantungan
kurang sistem pendukung
penyakit lama/ketidakmampuan membaik

tanda

: ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara


karena distress pernafasan
keterbatasan mobilitas fisik.

j. penyuluhan/pembelajaran
gejala

: penyalahgunaan obat pernafasan


kesulitan menghentikan merokok
penggunaan alcohol
kegagalan untuk membaik

2. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I : kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
factor serangan asma menetap.
Batasan karakteristik

: mengi dan dispnea yang berat, sianosis dan


penggunaan obat asesori pernafasan.

Hasil pasien

: mendemonstrasikan perbaikan ventilasi.

Criteria evaluasi

: frekuensi nafas 12-24/menit, bunyi nafas


bersih, frekuensi nadi 60-100/menit, warna
kulit normal, tidak ada dispnea, GDA dalam
batas normal.

NO.
1.

Intervensi

Rasional
Untuk mengidentifikasi indikasi

Pantau
-

status pernafasan (apendiks A) setiapkearah kemajuan atau penyimpangan


4 jam

dari hasil pasien.

hasil keadaan teofilin serum

hasil GDA

10

nadi oksimetri

hasil sinar X dada, fungsi paru dan


analisa sputum

2.

masukan dan haluaran

tempatkan pasien pada posisi fowlers

Posisi tegak memungkinkan ekspansi


paru-paru lebih baik.

3.

mulailah pemberian terapi IV sesuai

Untuk meningkatkan rehidrasi yang

anjuran. Lakukan perawatan infus.

cepat dan dapat mengkaji keadaan


vaskuler untuk pemberian obatobatan darurat, kebanyakan pasien
telah mengalami dehidrasi ketika
mereka meminta pertolongan medis.
Pemberian O2 mengurangi beban

4.

Berikan oksigen melalui kanul nasal 4

kerja otot-otot pernafasan.

liter/menit selanjutnya sesuaikan dengan

5.

hasil PaO2.

Epinefrin dan ebutalin menghentikan

Berikan pengobatan yang telah

reaksi alergi dan adilatasi bronkiolus

ditentukan, seperti epinefrin, terbutelin, dengan meniadakan aktifitas


aminopilin, dan kortikosteroid.

histamine aminofilin melebarkan

Evaluasi keefektifannya, konsul dokter bronkiolus dengan merangsang


jika terjadi reaksi yang merugikan. Teliti peningkatan produksi zat kimia yang
kembali semua pengobatan yang telah

menghambat penyempitan otot

ditentukan jika interaki antara obat

bronchial. Kortikosteroid membantu

merugikan. Lihat referensi farmakologi mengurangi peradangan lapisan


dan konsul kepada ahli farmasi.

11

mukosa bronchial.

6.

Laksanakan pengobatan dan konsul

Dokter akan mengurangi dosis untuk

dokter bila tanda-tanda toksisetas

memperbaiki toksisitas.

teofilin terjadi (mual, muntah, distensi


abnormal, teofilin serum di atas rencana
normal).

7.

8.

Gunakan spirometer intensif setiap 2

Untuk memudahkan nafas dalam dan

jam.

mencegah atelektasis.

Yakinkan bahwa pengobatan paru

Tindakan ini mengurangi sekresi

(fisioterapi, terapi aerosol) diberikan

bronchial.

sesuai dengan yang telah ditentukan.


Tentukan pengobatan aerosol tambahan
bila kegawatan nafas terjadi antara
interfal yang telah ditentukan.
Konsul dokter jika gejala-gejala terjadi Hal-hal ini menunjukkan
setelah 1 jam pemberian terapi atau bila dibutuhkannya intubasi endotrakeal

9.

kondisi bertambah jelek (bila

dan pemasangan ventilator mekanis.

tercapainya keadaan di mana PaCO2


melebihi PaO2 apnea terjadi, status
mental menurun atau pasien dalam
keadaan hampir kolaps akibat kelelahan
yang disebabkan usaha yang sulit
bernafas).
Diagnosa keperawatan II : ansietas berhubungan dengan factor takut sulit
bernafas disebabkan gagal nafas yang berat, kurang pengetahuan tentang
rencana pengobatan dan pemeriksaan.

12

Batasan karakteristik

: menyampaikan perasaan takut sulit bernafas,


ketakutan, ekspresi wajah tegang, menyatakan
kesulitan bernafas.

Hasil pasien

: mendemonstrasikan ansietas berkurang.

Criteria evaluasi

: ekspresi wajah tenang, pernafasan 12-24/


menit, rasa takut dan gugup berkurang.

NO.
1.

Intervensi
Tetap berada di samping pasien atau

Rasional
Ansietas akan berkurang apabila

minta seseorang untuk mendampinginya pasien merasa ditangani oleh tim


sampai gawat nafas mulai berkurang,

kesehatan yang kompeten.

pertahankan pendekatan yang tenang


dan percaya diri.
Batasi pengunjung sampai batas nafas
2.

3.

teratasi.

Pengunjung dapat menjadi sumber

Gunakan penjelas yang mudah dan

stress.

singkat bila memberikan informasi atau Tingkat ansietas yang tinggi


instruksi, contoh duduk nafas lambat menghambat pembelajaran
dan dalam jelaskan dari tujuan semua

penjelasan tentang apa yang

pengobatan yang telah dilakukan.

diharapkan membantu mengontrol

Berikan penjelasan pemeriksaan

ansietas.

diagnostic
-

tujuan

gambaran singkat

persiapan yang dibutuhkan

perawatan sesudah pemeriksaan

13

tersebut.

Diagnosa keperawatan III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Berhubungan dengan

: dispnea, kelemahan, efek samping obat,


produksi sputum, anoreksia, mual/muntah.

Kemungkinan dibuktikan : penurunan berat badan


Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keengganan untuk makan.
Criteria hasil
NO.
1.

: menunjukkan peningkatan BB.

Intervensi
kaji kebiasaan diet, masukan makanan

Rasional
Pasien distress pernafasan akut

saat ini, catat derajat kesulitan makan,

sering anoreksia karena dispnea.

evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.


Auskultasi bunyi usus.
2.

Penurunan/inproaktif bising usus


menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, penurunan

3.

Berikan perawatan oral sering, buang

aktifitas, hipoksemia.

secret, berikan wadah khusus untuk

Rasa tak enak, bau dan penampilan

sekali pakai.

adalah pencegah utama terhadap

Dorong periode istirahat semalam 1 jam nafsu makan.

14

4.

sebelum dan sesudah makan.

Membantu menurunkan kelemahan


selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori total.

5.

Hindari makanan penghasil gas dan

Dapat menghasilkan distensi

minuman karbonat.

abdomen yang mengganggu nafas


abdomen dan gerakan diafragma, dan
dapat meningkatkan dispnea.

Hindari makanan yang sangat panas atauSuhu ekstrim dapat mencetuskan


6.

sangat dingin

spasme batuk.

Timbang BB sesuai indikasi.

Untuk menentukan kebutuhan kalori.


Metode makan dan kebutuhan kalori

Konsul ahli gizi untuk memberikan


7.

8.

didasarkan pada situasi/ kebutuhan

makanan yang mudah cerna dan nutrisi individu.


seimbang.

Mengatasi kekurangan dan

Kaji pemeriksaan laboratorium, mis:

mengawasi keefektifan terapi nutrisi.

albumin serum, transferin, dll.

15

KASUS ASMA BRONKIAL


Nn. G 23 tahun suku jawa datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun
pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk berdahak. Dari
hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna
putih, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan
(nebulizer). Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD
dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki
riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: rongga
dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris antara kiri dan
kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi dinding dada,
dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan hasil: tingkat
kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR = 36x/menit,
HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3, Ht = 47vol
%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin,
Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L. Pada pemeriksaan penunjang X-ray
dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

16

17

Вам также может понравиться