Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena
cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
1. Mikroskop
2. Larutan Kristal violet
3. Larutan lugol
4. Alcohol 96 %
5. Larutan safranin
6. Aqua dest
7. Lampu spritus
8. Jarum Ose
9. Objek glas
10. Pinset (Penjepit kayu)
Prosedur
Cara pewarnaan Gram :
1. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan
(fiksasi) 3x di atas api Bunsen.
2. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet
dingin), biarkan selama 5 menit.
(sesudah
sediaan
c. Persiapan Pasien
Tidak diperlukan
A. Pengambilan Specimen
1) Alat
a. Scalpel
b. Pinset
c. Alcohol 70%
d. Kapas
e. Kertas/wadah bersih
2) Lokasi
a. Kulit : Bagian tepi kelainan kulit
b. Kuku : Kuku yang mengarami penebalan
c. Rambut
Rambut rapuh dan berwarna agak pucat
Pada rambut terdapat benjolan
Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit, misalnya bersisik,
botak dan lain-lain.
3) Cara Fengambilan
a. Kerokan Kulit
Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya,
Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah dari atas ke
bawah (cara memegang scalpel harus miring membentuk sudut 450 ke
atas)
b. Kerokan/guntingan kuku
Letakkan hasil kerokan kulit dalam kertas atau wadah.
Bersihkan, kuku yang sakit dengan kapas alcohol 70% dengan maksud
seperti diatas
Kerokanlah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan
bagian bawah kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting Rambut
Rambut yang sakit dicabut dengan pinset
Letakkan rambut tersebut pada kertas{wadah yang bersih
B. Pembuatan sediaan
1. Alat
a. Kaca objek
b. Kaca penutup
c. Lampu spirtus
d. Pinset
2. Reagen
Larutari KOH 10% untuk kulit dan kuku
Larutari KOH 20% untuk rambut
3. Cara pembuatan sadiaan
a. Teteskan 1-2 gelas larutari KOH 10% pada kaca objek
b. Letakkan hahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan
KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
c. Biarkan 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama
beberapa detik untuk mempercepat proses lisis
C.
1)
Pengiriman Spesimen
Wadah
engertian
Tes malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan informasi tentang parasit
khususnya genus Plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria.
ujuan
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu dikonfirmasi oleh
dokter yang bertugas
2. Pra Analitik
a. Persiapan pasien :
-
Blood lancet
Etil alkohol
Object glass
Air kran/aquades
Mikroskop
3. Analitik
A. Tes Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis
1. Bersihkan ujung jari atau anak telinga dengan kapas alkohol 70%. Biarkan mengering.
2. Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan cepat, cukup dalam sehingga darah dapat
mengalir secara bebas tanpa diperas (dipijat). Tetesan darah pertama dibuang.
3.
Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4 tetes darah pada daerah
dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut object glass yang
lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga diameternya sekitar 20 mm.
Ketebalannya sedemikian rupa sehingga masih bisa membaca koran yang diletakkan di
belakang sediaan tersebut.
4. Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di object glass yang sama.
5.
Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal agar mengering. Lindungi terhadap
pengotoran oleh debu atau gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan darah tebal kadang-kadang
perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering.
B. Prosedur Pewarnaan
1. Sediaan darah tipis
a. Sediaan darah tipis difiksasi dengan direndam ethyl alkohol absolut atau metyl alkohol
absolut selama 2-3 menit.
b. Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 (satu) cc stock Giemsa dengan 50 cc larutan
Buffer air selama 10-45 menit.
c. Cuci dengan aquadest dan biarkan mengering
2. Sediaan darah tebal
Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan ethyl alkohol absolut (methyl
alkohol absolut), tetapi langsung dengan pewarnaan. Kemudian cuci dengan aquadest dengan
hati-hati selama 2 (dua) menit.
C. Pemeriksaan sediaan apusan
Periksa sediaan apusan darah di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100x untuk
melihat ada atau tidak parasit malaria, dan untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum Plasmodium Malariae, atau Plasmodium ovale.
Hasil tes positif jika ditemukan parasit malaria, dan negatif jika tidak ditemukan parasit
malaria.
Nilai rujukan:
Negatif : tidak ditemukan parasit malaria
4. Pasca Analitik
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung parasit dengan
identifikasi parasit yang tepat.
es darah tebal: dihitung berdasar leukosit (eritrosit sudah lisis), yaitu per 200 leukosit.
Contoh: Hasil : 1500 parasit/200 leukosit
Bila leukosit 8000/uL, hitung parasit: 8000/200 x 1500 par. = 60.000/uL
Penilaian: Hitung parasit < 100.000/uL, mortalitas < 1%
Hitung parasit > 500.000/uL, mortalitas >50%
Catatan:
-
++
+++
Pemeriksaan Hematologi
1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Metode
: Metode sahli
Tujuan
Prinsip
Laki-laki
: 14-16 gr%
Untuk
:
menghitung
jumlah
trombosit
dalam
darah
Oxalat lalu di hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang
mana Amonium Oxalat akan melisiskan sel selain trombosit, jadi pada saat
pemeriksaan yang terlihat hanyalah trombosit saja.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan
Kapas alcohol 70%
Ammonium Oxalate 1%
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Ammonium Oxalate sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lalu pindahkan ke pembesaran
40 lensa objektif.
Perhitungan : N 1000
*kotak yang dihitung hanya 1 kotak yaitu kotak eritrosit
: 50.000 - 400.000 / mm3
Nilai normal
Tabung
Untuk
:
menghitung
jumlah
eritrosit
dalam
darah
hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang mana larutan
Hayem akan melisiskan sel selain eritrosit, jadi pada saat pemeriksaan yang terlihat
hanyalah eritrosit saja.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan :
Kapas alcohol 70%
Larutan Hayem
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Hayem sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan ke dalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lensa objektif.
Perhitungan : N 10.000
Nilai normal
Laki-laki
Tabung
Prinsip kerja
Untuk
:
menghitung
jumlah
trombosit
darah
dalam
: Westergreen
Tujuan
Prinsip
Cara kerja :
a. citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA
yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
: Darah kapiler dimasukkan ke dalam strip glukosa lalu dibaca pada alat.
Bahan
Kapas alkohol 70%
Darah kapiler
Cara Kerja
a. Siapkan alat Nesco, pasang chip (memory) dan pasang strip pemeriksaan.
b. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70% dan tunggu sampai kering.
c. Pegang bagian bawah yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
untuk mengurangi rasa sakit.
d. Tusuk dengan lancet steril, darah harus keluar dengan sendirinya tanpa harus
ditekan.
e. Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering.
f. Masukkan spesimen darah ke dalam strip Nesco.
g. Tunggu hasilnya dan catat hasil pemeriksaan.
Nilai Normal :
Glukosa Darah Puasa: 70-110 mg/dl
Kolesterol
: <200 mg/dl
Asam urat
: Laki-laki
: 3,5-7,0 mg/dl
: Asam Acetat
Tujuan : Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi ada atau tidaknya protein yang
terkandung dalam urine.
Prinsip : Protein yang dipanasakan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa
kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
isoelektrik protein
Alat dan bahan
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Asam asetat 6%
Cara Kerja
a. Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3
penuh
b. Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan penjepit tabung
reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.
c. Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan,
kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat, kalsiumkarbonat.
d. Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka kekeruhan akan tetap hilang tapi
dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi,
maka tes terhadap protein adalah positif.
Penilaian
0,01-0,05%)
++
kekeruhan (0,05-0,2%)
++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau bergumpalgumpal (>0,5%)
Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka
harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.
3. Mikroskopik urine
Metode
Prinsip
Natif
Tujuan
:
untuk mengetahui unsur organik dan anorganik.
:
adanya bentukan-bentukan atau elemen-elemen atau
unsur-unsur yang teresuspensi dalam urine akan
dipresipitatkan denga jalan di centrifuge.
Alat dan Bahan :
Alat
Centrifuge
Tabung centrifuge
Objek glass
Deek glass
Mikroskop
Bahan
Urine segar
Cara kerja :
a. Kocok botol penampung urine agar homogen.
b. Masukkan urine sebanyak 7-8 ml kedalam tabung centrifuge.
c. Centrifuge urine pada alat centrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5
d.
e.
f.
g.
menit.
Buang cairan atas(supernatant)sehingga tersisa sedimen kira 0,5 ml.
Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
Teteskan 1 tetes diatas obyek glass tutup dengan deck glass.
Periksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 x kemudian 40 x.
Nilai normal :
Sel erytrosit : 0-1 per Lapang Pandan Besar (LPB).
Sel leukosit : 1-5 per Lapang Pandang Besar (LPB).
Silinder
: 0-1 per Lapang Pandang Kecil (LPK)
Epitel
: Negatif.
D. Pemeriksaan Immunoserologi
1. Pemeriksaan Plano Test (Tes Kehamilan)
Metode
: Immunokromatografi
Tujuan
: Untuk memeriksa kehamilan dengan mendeteksi
adanya Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urine dengan kepekatan
hingga 25 mIU/ml urine.
Prinsip
: Strip dicelupkan ke dalam urine. HCG yang dihasilkan oleh jaringan
placenta muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat cepat. Kadar HCG
mencapai 100 mIU/ml urine.
Alat dan Bahan :
Alat
Strip plano test
Wadah urine
Bahan
Urine segar
Cara Kerja
c. Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas maksimum selama
30-60 detik.
d. Angkat strip, tunggu selama 1-3 menit.
e. Baca hasil pemeriksaan.
Interpretasi Hasil
Positif
control)
PEMERIKSAAN GULA DARAH DENGAN CARA STRIP A.
Prinsip Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada
zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang
terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Persiapan : Pasang lancet pada alat pena coblos Accu Check soft click. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan.
2.
Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering. 3.
Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot tempat strip. Nyalakan alatnya menjadi on.
4.
Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. Kode kalibrasi yang muncul di layar dengan yang tertera di tabung
harus sama. Yang tertera di tabung 222 sama dengan no yang muncul di layar. 5.
Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click. Lokasi pengambilan sampling darah di samping
jari karena sedikit jala ujung saraf penyebab nyeri. 6.
Masukkan darah ke dalam bantalan strip sampai terisi penuh. 7.
Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar 8.
Limbah rumah sakit berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah
sakit tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan
sebagai bahan yang infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus
ditangani secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan
operasional laboratorium yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan,
baik pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitarnya.
II.
PERATURAN-PERATURAN
PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam
bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium,
Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Limbah Benda tajam
2. Limbah Infeksius
3. Limbah Jaringan tubuh
4. Limbah Sitotoksik
5. Limbah Bahan kimia
Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya jarum suntik, pecahan
dari kaca dan pisau.
Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium biakan.
b. Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik kayu,
pembungkus, kardus dan sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan
etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).
IV.
aktif.
Menggunakan
desinfektan
yang
sesuai,
misalnya
Chlorine,Iodophore,
Alcohol,
Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satusatunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit
menular.
-
Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus
berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat
desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.
Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas
pengolahan.
Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan
meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.
Pengadukan.
Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan
gas,
3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a. Bentuk : cair, padat dan gas,
b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (),
c. Tinggi-rendahnya aktifitas
d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan
dan pembuangan.
b.
Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
4. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat
dan dibakar di insinerator.
Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau
pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan limbah harus
memadai, misalnya:
1.
Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk, impermeabilitas (kekedapan, tidak
dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label.
Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat dari plastik karena mudah
terbakar.
V.
PEMISAHAN LIMBAH
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis
adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.
NO
1.
2.
3.
WARNA KANTONG
JENIS LIMBAH
Hitam
Limbah
Kuning
Kuning dengan strip hitam
4.
rumah
di
tangga,
sanitary
tidak
landfill
digunakan
bila
untuk
dilakukan
Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah/kebersihan.
Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol
yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya, yaitu :
NO
1.
GOLONGAN SAMPAH
GAMBAR SIMBOL
Sampah Infeksius :
Kantong warna kuning dengan simbol
Biohazard
yang
telah
dikenal
2.
Sampah Sitotoksik :
secara
yang
telah
dikenal
secara
internasional.
VI.
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam
wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan
adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama
makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya
dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi
rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai
cara, antara lain :
a. FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak
penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah
disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.
Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki
Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi
berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi
BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara
dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembunggelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik
rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan
ke saluran umum.
b. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari
menjadi air
lingkungan.
Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan
material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses
dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan
lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air
mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan
disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian
didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk
ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir
selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba
patogen.
Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa
ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
-
VII.
VIII.
Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri,
seperti sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.
Tabel 2. Prosedur Kerja Pengurangan Resiko
NO
1.
PROSEDUR
2.
PENGURANGAN RESIKO
yang
perlu
penanganan khusus
Pisahkan limbah
pengelolaan
yang
memerlukan Pindahkan
limbah
yang
memerlukan
penanganan khusus (yang infeksius dan penanganan khusus. Pisahkan limbah itu
3.
4.
limbah-limbah khusus
Berhati-hati waktu
5.
6.
mengangkat
dan
dengan mudah
dan Jaga kemungkinan terjadinya salah urat
pada punggung dan bagia tubuh lainnya
untuk Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh dari
kontainer limbah
terjadinya luka dan terpapar.
Gunakan kereta yang bongkar-muatnya Kurangi kecelakaan dari kereta hingga
mudah, mudah digerakkan, direm dan dengan begitu mengurangi kejadian luka
7.
8.
9.
(tidak
lagi
penanganan
limbah
penyortiran)
Gunakan alat pelindung perorang yang Adakan perlindungan terhadap paparan
memadai, seperti sarung tangan, masker,
kaca mata, celemek pada waktu menangani
limbah khusus
dan
10.
Usahakan agar semua kegiatan hanya Kurangi resiko ekpose pada orang-orang
dilakukan oleh orang yang cukup terlatih.
IX.
KESIMPULAN
Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam
kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,
pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang
kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi
warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
X.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun
1980
2.
Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun 1985