Вы находитесь на странице: 1из 12

PPI

LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT


TAHUN 2016 (Januari- Juni 2016)
1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan/HAIs (Hospital Aquired Infections),
artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas menimbulkan
masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit dasar) yang
muncul sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai
SPO atau pun tidak, maka infeksi nosokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya
tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap
pencegahan infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.
2. PENGORGANISASIAN
Kemudian untuk operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
yang terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection prevention control nurse dan IPCLN=
Infection prevention control link nurse)
PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan yan berkualitas
terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan
wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan penyakit dan kuman
setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
Kendala yang dihadapi :
1. Dalam perjalan kinerjanya PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain belum
ditetapkannya IPCN yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap antara lainnya
adalah pekerjaan survey yang harus dilakukakan secara kontinyu dan berkesinambungan.
2. Beberapa kerjasama yang semestinya di lakukan dengan unit lainnya menjadi tidak dapat
dilakukan contohnya mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS untuk
memberikan masukan kepada tim/unit/pihak yang melaksanakan pembangunan sehingga
dapat sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI
3. Masukan PPIRS tidak bisa langsung dilaksanakan mengingat keadaan, iklim dan cuaca,
4.

biaya yang belum teranggarkan dan lain-lain


Petugas IPCN belum purna waktu, masih diberi tugas merangkap

Harapan-harapan
1. Masukan dari PPI untuk keselamatan pasien dan keselamatan pekerja dapat diperhatikan
2.
3.

oleh seluruh pegawai dan pengambil keputusan.


Semua kendala saat ini dapat dihilangkan pada tahun ini.
PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layanan di
RSU Ananda dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan RSU ANANDA
dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan mayarakat Indonesia yang berkualitas, Sehat

dan Mandiri sehingga usia harapan hidup akan lebih baik.


4. Petugas PPI / IPCN dapat bertugas secara purna waktu dengan jumlah tenga sesuai
dengan kapasitas tempat tidur yaitu 1:100 TT.

3. TABEL ANGKA INFEKSI


REKAP ANGKA INFEKSI
RSU Ananda Srengat
JANUARI - JUNI 2016
PENYEBUT

PEMBILANG
Ventilato

N
O

BULAN

IVL

UC

WS

ET

CV

TIRAH
BARI
NG

2
3
4

JANUAR

318

I
FEBRU

2
268

ARI

5
267

MARET
FEBRU
ARI

MEI

JUNI
JUMLAH
DALAM /
MIL

2
158
2
147
5
885
124
81

Infek

Infek

Hospital

si

Assosiat

Acquired

Salur

Alira

Phlebi

Phlebi

ed

Pneumo

an

tis Lab

tis IVL

Pneumo

nia

Kemi

Dara

nia
1

Infeks

si
Luka
WS

Decubit
us

63

71

168

51

23

63

123

39

32

64

165

54

79

171

137

28

67

31

55

20

0
26

23

12

423

660

29

200

0,00

0,00

3,79

0,00

2,32

16,02

2,36

3,03

NO

JAN-JUNI 14

JML

INF

ILO

174

1,15

4. ANALISA TABEL
Terjadi infeksi saluran kemih, pasca pemasangan urine catheter sebesar 3,79 (mil), VAP nihil, HAP nihil, IADP nihil
( ditunggu selama 3x24 Jam)
Phlebitis akibat pemasangan infus sebesar 16,02 dan akibat pengambilan darah laboratorium sebesar 2,32 dan ini terkait
dengan mutu pelayanan dan tidak ditunggu 3 x 24 jam, berarti tiap 1000 hari perawatan akan ada pasien yang phlebitis
sebanyak 16 orang akibat pemasangan infus dan ada 2 orang phlebitis akibat pengambilan sample darah.
Terdapat Infeksi luka WSD 2,36 berarti setiap 1000 hari perawatan akan terjadi 2 kasus infeksi sekitar luka WSD.
Dekubitus masih terjadi sebesar 3,03 , dan ini menjadi salah satu indikator mutu pelayanan.
Infeksi luka Operasi 1,15% artinya daalam 100 kali operasi akan ada 1 orang pasien yang terifeksi dan angka ini masih
dianggap wajar.
Rumus untuk mendapatkan inciden rate:
kejadian infeksi kasus baru

X 1000

Semua pasien yang berpotensi terinfeksi


Rumus untuk mendapatkan inciden rate pada kasus bedah
Jumlah kejadian infeksi kasus baru

X 100

Semua pasien yang berpotensi terinfeksi (post op)


Kemungkinan penyebabnya adalah ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Disinfeksi yang tidak adequat.


Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan IV Catheter.
Lingkungan terkontaminasi kuman.
Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan a septic masih sangat rendah, meskipun belum ada
data untuk kepatuhan cuci tangan.
Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
Penggunaan IV line 1 minggu di satu tempat.

5. SURVEY KEPATUAHAN CUCI TANGAN (HH)


Tabel survey kepaatuan cuci tangan yang dilaksanakan pada Februari 2016
SESUDAH

NO

NAMA

1
2
3
4
5
6

FTR
MIF
FAT
AZ
RHY
HDY

DMY

8
9
10
11
12

YNT
TS
RIZKY
SUSAN
AR

TINDAKAN

GV
VISITE
VISITE
GV
GV
GV
PERBEDEN
T
GV
GV
AS ETT
AS ETT
VISITE
JUMLAH

SEBELUM

KONTAK

SETELAH

KONTAK

MELAKUKA

DENGAN

KONTAK

DENGAN

N TINDAKAN

CAIRAN

DENGAN

PASIEN

ASEPTIK

TUBUH

PASIEN

X
X
X
X
X
X

X
X
X
X
X
X

PASIEN
X
V
V
X
X
X

X
X
X
X
X
X

X
X
X
X
X
X

0
1
1
0
0
0

0
20
20
0
0
0

X
X
V
V
V
3
27,3

X
X
V
V
V
3
27,3

X
X
V
V
V
5
45,5

X
X
V
X
X
0
0

X
X
X
V
X
0
0

0
0
4
4
3
13
21,7

0
0
80
80
60
21,7

Analisa tabel diatas


a.

SETELAH

SEBELUM

Sebelum kontak dengaan pasien hanya 27,3 %

KONTAK
DENGAN

YA

LINGKUNGA

TIDA
K

N PASIEN

b.

Sebelum melakukan tindakan hanya 27,3%

c.

Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien hanya 45,5%

d.

Setelah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien hanya 0 %


Jadi kepatuhan cuci tangan di RSU ANANDA hanya 21,7%

GAMBARAN CUCI TANGAN DI RSU ANANDA


Gambaran seperti ini diakibatkan karena setiap tindakan mereka selalu menggunakan sarung
tangan (Handschoen), ini yang mengakibatkan cuci tangan menjadi diabaikan karena semua
merasa aman untuk dirinya, tapi tidak aman bagi pasien.
Penggunaan sarung tangan yang salah, akan berdampak pada banyak hal terutama, sarung
tangan menjadi media perpindahan kuman dari satu pasien kepasien lainnya, ke nurse
station, ke Catatan medik dll.
6. MEKANISME PENENTUAN HAIs DENGAN KULTUR
Di RSU ANANDA Cisarua sudah dimulai untuk pemeriksaan kultur MO dimana manfaat dari
pemeriksaan tersebut adalah untuk meneliti peta kuman di RSU ANANDA dengan demikian
pemberian antibiotik/antimikroba kepada pasien betul-betul berdasar pada peta kuman yang
ada. Selain itu pemeriksaan kultur juga dilakukan untuk pemeriksaan kejadian HAIs, sehingga
infeksi yang terjadi betul-betul dapat dikendalikan.
Telah dimaklumi bersama bahwa, penentuan beberapa kasus infeksi rumah sakit harus
ditentukan dengan pemeriksaan kultur, sehingga tidak dikira-kira dan ada bukti otentik bahwa
infeksinya akibat kuman yang terdapat dilingkungan rumah sakit dan atau petugas rumah
sakit. Tapi pada kasus-kasus yang jelas terjadi infeksi setelah 2 hari perawatan di RS (3 x 24
jam), maka tidak menunggu hasil kultur.

Manfaat Pemeriksaan Kultur


o Mengetahui jenis kuman/peta kuman
o Mengetahu resistensi kuman/Mengetahui Antibiotik yang harus diberikan
Pemeriksaan Kultur di RSU ANANDA baru dimulai pada bulan Agustus 2016, sehingga
belum ada hasil peta kuman dan baru akan ada hasilnya pada Januari 2015. Namun
meskipun baaru beberapa pasien yang diperiksa kultur sudah ditemukan beberapa kuman
penyebab HAIs antara lainnya sudah ditemukan MRSA, MRS, Pseodomonas dan beberapa
kuman yang belum familier di RSU ANANDA .
7. TABEL PEMERIKASAAN KULTUR TERKAIT HAIS
Berikut ini ada beberapa pasien yang yang diperkirakan terpapar kuman RS
Nama

Jenis

Ruangan

Pemeriksaan

Hasil kultur

Tn. Ahmad

Specimen
dahak

Melati

Gram(-)

Klebsiella,

Coccus

pseudomonas
Pseudomonas

Yeti

Cairan Pleura

Kacapiring

Marie

Dahak

Melati

Gram(-)

sp
Pseudomonas

Batang

Aureginesus

Pipin

Aah

Cairan Pleura

Dahak

Melati

Kacapiring

Gram(-)

Acinobacter

Coccus

gaumanii,

Gram(-)

staphylococcus
Staphylococcu

Coccus
Gram(-)

s aureus

Batang
Pemeriksaan Kultur harus diminta/oleh dokter klinisi ynang merawat, ada 28 pasien yang
dimperiksa kultur oleh dokter sehingga terdapat gambaran secara kulitatif sbb:
Daftar dokter yang memeriksakan kultur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Dokter

jumlah
2
3
6
3
4
1
4
1
4

%
7,14 %
10,71%
21,43 %
10,71%
14,29 %
3,57 %
14,29 %
3,57 %
14,29 %

Keterangan

inisiatif

Dari daftar tersebut maka belum semua dokter aktif meminta pemerikasaan kultur dan kultur
yang diperiksa baru terbatas pada sample, dahak dan cairan pleura
Harapan dan himbauan :
Semua dokter berperan aktif untuk memeriksakan kultur, baik darah, cairan tubuh pasien,
Urine, apusan tenggorokan (untuk pasien yang dipasang ETT) dan diperiksa pada hari ke 3
perawatan di RS, sebelum diberi antimikroba/antibiotik.
Adapun prosedur tetap terkait pemeriksaan kultur akan segera diterbitkan, sehingga apa saja
yang harus diperiksa, langkah pengambilan dan perlakuan terhadap sample dapat
dilaksanakan dengan benar.
8. KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
a. Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
Kegiatan ini terus dilaksanakan dan secara bertahap kesadaran untuk pentingnya cuci
tangan
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum dilaksanakan
secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi masih sangat minim

dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi


bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs). Program
pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan
baru siswa perawat, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya.
Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan
anggaran, demikian juga dengan immuni sasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan
dilakukan immunisasi Hep.B
Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau dari
beberapa angka infeksi yang antara lain ISK, ILO, pneumania, tusukan jarum infus, sepsis,
decubitus dan angka infeksi pada pemasangan WSD.
Kejadian infeksi sangat terkait dengan terkait dengan program penyehatan lingkungan
dirasakan masih perlu banyak koreksi terutama lingkungan pasien yang berbaur dengan
penunggu pasien sangat mempengaruhi infeksi silang dari penunggu kepada pasien atau
b.

sebaliknya.
Mengikuti Pelatihan IPCN Pada November 2015, di gedung Bidakara Rumah Sakit Harapan
Kita Jakarta yang diselenggarakan oleh HIIPPI Pusat.

9. PENGGUNAAN ANTI MIKROBA


Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSU ANANDA

belum ada standarisasi /

formularium yang disepakati. Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah


sepalosforin generasi III, karena dokter lebih mengutamakan kesembuhan pasiennya dengan
cara pemberian antimikroba yang dipercaya. Sepalosporin generasi III adalah antimikroba
yang banyak dipilih, kemudia golongan quinolon dan gol penisilin adalah pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RSU ANANDA saat ini sedang berlansung dimana hasil peta
kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan antimikroba yang wajar,
sehingga formularium antibiotika/ antimikroba di RSU ANANDA segeraa dapat disusun.
10.

PEMBATASAN PENGUNJUNG
Pembatasan pengunjung menjadi penting karena akan menyangkut beberapa hal;
Pemutusan rantai penularan, kebersihan lingkungan, ketertiban keamanan dan kenyamanan,
mengurangi kontaminasi terhadap pasien
Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung belum sempurna bahkan
hampir tidak dibatasi. Pengunjung baik anak dibawah 12 th sampai yang dewasa bebas
memasuki area rumah sakit.
Diruang kelas VIP melati belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga
terkadang ruangan menjadi penuh dan pengap, sehingga menjadi kurang nyaman. Seperti di

ruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan isolasi digunakan juga oleh keluarga
pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang sama/diruang rawat. Sehingga
meskipun kami tidak memeiliki data yang pasti, banyak ditemukan yang dulunya menunggu
pasien sekarang menjadi pasien.
11.

LAPORRAN PENGUJIAN BALAI BESAR TEHNNIK KESEHATAN LINGKUNGAN


JAKARTA

Bahwa saat dilakukan pengujian baku mutu udara tidak ditemukan angka diatas baku mutu
yang telah ditetapkan
Untuk pemeriksaan alat medis, usap dinding, dan alat makan (nampan, mangkok, plato,
pisen lauk, dan piring makan) tidak terdapat kuman/mikroorganisme yang pathogen yang
dapat menyebabkan kesakitan atau wabah.
Seluruh ruangan terdapat/ditemukan jamur (laporan kami lampirkan)
12.
a.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan

a). Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di RSU ANANDA periode Januari-juni 2016 masih
terkendali, keculai angka phlebitis yang masih perlu ditindak lanjuti karena hal ini menjadi
indikator mutu RS, tentunya perlu disadari oleh berbagai praktisi kesehatan lainnya seperti
laboratorium juga memberikan kontribusi sebesar 23,4 terjadinya phlebitis akibat tusukan
jarum. Sehingga perlu adanya pelatihan kepekaan untuk mengamil darah, kesamaan cara
desinfeksi dan tidak menggunakan sarung tangan satu kali pakai, tapi digunakan untuk
semua pasien.
b) Kewaspadaan isolasi belum dipahami oleh staf dan petugas dilapangan sehingga masih
mengabikan prinsip-prinsip / konsep kewaspadaan isolasi.

1)

b.
Rekomendasi
Poli MDR sudah berjalan, sebaiknya diatur kembali untuk akses khusus, dan akses menuju

2)

poli yang lainnya. Jangan abaikan 5 moment di poliklinik.


Untuk Bidang Perawatan dan Diklat, Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk pemasangan IV
Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular, mulai dari desinfeksi, mengeksekusi vena,
penentuan kaliber jarum infus, melakukan tindakan secara septik dan a septik, bisa dilakukan
pada kelompok-kelompok kecil disetiap ruangan, termasuk unit laboratorium.

3)

Kepada

Komite

Medik

segera

merampungkan

pedoman/panduan

penggunaan

antibiotik/antimikroba yang wajar, sambil menunggu peta kuman yang akan direalisasikan
4)

pada tahun ini.


Gunakan sarung tangan sewajarnya, kami anggap salah jika visite, pemasangan elektrode
ECG, Mendorong pasien/menggotong pasien, membersihkan lantai, nyetir membagi
makanan, menyuapi pasien, mendorong troli tindaakan dll masih menggunakan sarung
tangan (handscoen) dan cara yang terbaik adalah menertibkan/membiasakan Hand Hygiene

5)

(5 moment).
PKMRS Agar memberikan pemahaman kepada semua pihak baik kepada petugas maupun
pengunjung tentang pembatasan kunjungan dimana waktu belum terkontrol dan anak-anak

6)

dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk bahkan menginap di ruangan rawat inap.
Selayaknya Poli bedah dilaksanakan di poliklinik saja sehingga OK hanya digunakan sesuai

fungsinya, sesuai aturan yang ada.


7) Perlu difikirkan penggunaan masker efisiensi tinggi sperti N 95, tidak hanya di ruangan poli
DOTS saja tapi diruangan rawat inap yang mempunyai resiko yang sama sehingga para
perawat mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan tindakan keperawatan /
merawat pasien yang beresiko menular secara airbone.
8) Untuk Instalasi gizi agar memperbaiki cara mencuci bahan makanan dan alat makan yang
digunakan pasien, gunakan disinfekstan yang aman untuk pencucian bahan makanan dan
alat makan bila perlu menggunkan air hangat, bila mungkin alat makan dilakukan sterilisasi.
9) Dari hasil PPI Day (survey ke ruangan perawatan)
a.
Gordeng sebaiknya tidak menggunakan dari bahan linen, meskipun linen bukan media
transmisi yang baik untuk kuman direkomendasikan supaya menggunakan bahan-bahan dari
sejenis plastik sehingga mudah untuk dibersihkan.
b.
Kursi yang digunakan untuk pelayanan sebaiknya dilapisi sejenis kalp/plastik agar mudah
untuk dibersihkan.
c.
Kesed alas kaki sebaiknya tidak digunakan karena akan menjadi media yang subur untuk
d.

pertumbuhan kuman.
Hampir disemua ruangan, pengunjung diminta untuk melepas alas kaki. Tentu tujuannya
adalah mempertahankan kebersihan ruangan karena sering kali pengunjung memakai sepatu
/ sandal yang kotor, terutama dimusim hujan. Menurut kaidah PPI tidak disarankan melepas
alas kaki karena, kaki pengunjung menjadi terkontaminasi kuman dari lantai rumah sakit
selain itu juga mengganggu akses keluar masuk ruangan karena pada umumnya diletakan
didepan pintu dan mengganggu estetika. Seharusnya mempertahankan kebersihan lantai
dengan meningkatkan frekwensi pembersihan lantai.

e.

Diruangan supaya tidak menyimpan dan me-reuse alat habis pakai seperti spuit dan selang

f.

oksigen dan atau alat kesehatan yang sudah ditetapkan tidak di-reuse.
Simpan bak seng atau piiring makan pada tempat yang benar, sehingga sisa-sisa makanan

tidak dirambah kucing atau binatang pengganggu lainnya.


g. Penjimpanan linen kotor harus pada kontainer yang tertutup, sehingga pada saat dibawa ke
h.

loundry kuman yang terdapat pada linen kotor tidak beterbangan / menjadi droplet.
Ventilasi di ruang anggrek dan poliklinik lantai 2 adalah yang paling buruk sebaiknya segera

dibuatkan exhous fan sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.


10) Suport dan pengawasan serta kepedulian tentang HAIs dari pihak direksi dan stafnya secara
berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan layanan yang berkualitas.
11) Konsep Isolasi segera dilaksanakan dengan pemenuhan kebutuhan standar
12) Kewaspadaan isolasi harus segera disosialisasikan secara intensif kepada seluruh staf
Rumah sakit sehingga dapat segera dipahami, terbiasa dan dilaksanakan.
13.

Penutup
Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang
dapat memberikan pelayanan yang bermutu, melalui penanganan pasien yang tepat
pemutusan rantai penularan penyakit dan pencegahan penyakit menular. Dengan demikian
rumah sakit kita turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan
mandiri, membebaskan manusia dari sakit dan kecacatan.

Вам также может понравиться