Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. PENDAHULUAN
A.1 LATAR BELAKANG
Sudirman merupakan daerah yang paling
didominasi gedung perkantoran dan masih
mungkin dibangun lagi. Terletak di daerah
perbatasan Jakarta Pusat dan Jakarta
Selatan yang memiliki iklim tropis dimana
sinar matahari bersinar hampir sepanjang
tahun diselingi curah hujan di waktu yang
di masa ini sudah tidak menentu. Iklim
yang sudah tidak menentu itu sendiri
merupakan akibat dari kecerobohan
manusia Jakarta dalam menjaga alamnya.
menjadi
lebih
panas
sehingga
membutuhkan penggunaan pendingin
ruangan secara maksimal. Apabila
pembangunan gedung perkantoran seperti
ini dilakukan terus menerus maka
lingkungan Jakarta akan semakin panas
dan sumberdaya alam akan semakin
tercemar dan terkuras. Padahal dewasa ini
sudah semakin maju dan alam itu sendiri
seharusnya menjadi aspek yang paling
dipedulikan
dalam
pembangunan.
Arsitektur hijau adalah jawaban yang
seharusnya akan masalah ini.
untuk
B.1
PENGERTIAN
HIJAU
ARSITEKTUR
3.
4.
5.
perkantoran
di
Sudirman
untuk
menyesuaikan bentukkan dan ruangnya
dengan lingkungan melalui arsitektur
hijau.
C.2 KASUS-KASUS BANGUNAN DI
SUDIRMAN
Tidak seluruh bangunan perkantoran di
Sudirman adalah korban dari international
style atau hanya memperhatikan efisiensi
biaya pembangunan tanpa memperhatikan
lingkungan. Berikut adalah kasus-kasus
yang akan dijelaskan, dipilih bedasarkan
tiga kategori. Kategori pertama adalah
bangunan yang sudah menerapkan
arsitektur hijau, kemudian bangunan yang
sudah mendapat sertifikasi GBCI, dan
yang terakhir adalah bangunan yang paling
tidak memperhatikan arsitektur hijau.
1. Wisma
Dharmala
(sekarang
Intiland Tower)
Meskipun
bukan
merupakan
bangunan bersertifikasi GBCI,
namun
gedung
ini
telah
menerapkan
aspek-aspek
arsitektur hijau. Didirikan tahun
1986 oleh arsitek Paul Rudolph.
Rudolph terinspirasi dari bentuk
atap-atap di Indonesia yang
memiliki
overstek
karena
merespon
iklim
tropisnya
sehingga apabila di dalam gedung
tidak akan secara langsung diterpa
cahaya matahari. Terdapat pula
void yang cukup besar sehingga
udara sejuk masih terasa di
dalanya tanpa kehujanan saat
merasakannya.
Bahkan
di
perencanaan awal, bangunan ini
sebenarnya
tidak
perlu
menggunakan pendingin ruangan.
Namun seiring berjalannya waktu
dan efek rumah kaca ttelah
memberi panas yang cukup parah
dan tidak menentu, akhirnya
bangunan
ini
menggunakan
pendingin ruangan. Namun pada
koridor hal tersebut masih tidak
diperlukan karena udara sejuk
masih dapat masuk. Pencahayaan
lampu pada siang hari juga tidak
terlalu diperlukan pada koridor
karena cahaya matahari masih
v v v v -
v v -
v v v v -
v -
Keterangan
1. Hemat energi
2. Kerjasama dengan iklim
3. Menanggapi keadaan tapak
4. Memperhatikan
pengguna
bangunan
5. Meminimalkan sumber daya
baru
6. Holiscm
Tabel 1. Perbandingan aspek arsitektur
hijau oleh contoh kasus
C.3 KONSEP KANTOR DENGAN
ARSITEKTUR HIJAU YANG LAYAK
DIGUNAKAN DI PERKANTORAN
SUDIRMAN
Melalui contoh-contoh di atas dapat
dipahami apa saja yang dibutuhkan sebuah
bangunan untuk menjadi bangunan hijau.
Lingkungan adalah pokok intinya dan
teknologi
adalah
wadah
untuk
mencapainya. Konsep pertama yang
dianalisa apakah semua tampak bangunan
sesuai dengan kriteria. Sebagai contoh
Menara BCA dan Plaza Marein tadi.
Menara BCA memang masih berusaha
menggunakan teknologi eco-wall dengan
double glasses sehingga pemborosan dan
pencemaran dapat jauh dikurangi. Namun
teknologi tersebut tidak diterapkan di
Plaza Marein.
Konsep
selanjutnya
yang
harus
diperhatikan adalah konsep pencahayaan
dan pengudaraan alamin. Kekurangan dari
penggunaan eco-wall adalah bangunan
akan menjadi lebih gelap dan pengudaraan
DAFTAR RUJUKAN
Google images
Akmal, Imelda. 2012. IAI Jakarta Awards.
Jakarta: IMAJI.
Vale, Robert dan Brenda. Green Design
for Sustainable Future. 1996. London:
Thames & Hudson.
Archdaily.com
http://buildingindonesia.biz/2010/11/22/mi
x-used-building-sudirman-plaza-complex/