Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang
tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk
menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam
hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi
pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi
penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian
pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis
dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan.
Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan
terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran
barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 2685% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70%
dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui depresi yang terjadi pada ibu postpartum seperti apa dan untuk
mengetahui cara penerapan asuhan keperawatan pada ibu dengan depresi postpartum.
Serta dapat mengetahui factor-faktor penyebab dari depresi postpartum dan cara
penanggulangannya.
C. MANFAAT
Hasil makalah ini kiranya dapat menambah / memperkaya pengetahuan kita khususnya ilmu
keperawatan system reproduksi dan penerapan asuhan keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang
disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik
maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan
depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan
menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih
yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan
murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun untuk
mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada
hasil yang muncul.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan adalah masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan
gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit
banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi
yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau
bertahun tahun lamanya.
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan.
Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan post partum yang umum adalah depresi, mudah
marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode post partum
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun
multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan
onset gejala adalah dalam 4 minggu pasca persalinan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan
emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah
melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
B. ETIOLOGI
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan merupakan
kombinasi dari aspek biologis, psikososial, dan stress situasional (beck, 1999). Ini juga
berhubungan dengan latar belakang depresi personal atau keluarga, dukungan social yang
rendah, serta masalah selama kehamilan dan kelahiran (Steward dan Robinson, 1998).

Pitt, (Regina DKK, 2000) mengemukakan 4 faktor penyebab dari depresi post partum, yaitu
sebagai berikut :
1. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum
menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau
dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi
bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah
melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel
(Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini
untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor sosial
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain
kurangnya dukungan dalam perkawinan.
wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari
keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau
orangorang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi
dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita
yang mengalami komplikasi selama kehamilan juga dapat dikategorikan sebagai penyebab awal
dari depresi post partum.
C. KLASIFIKASI
1. Postpartum blues
3

Tipe paling banyak dari depresi postpartum adalah postpartum blues, yang merupakan suatu
gangguan penyesuaian terhadap kehidupan baru (kelahiran). Ibu mengalami depresi selama masa
depresi selama masa transisi tersebut kurang dari 1-14 hari dengan puncak pada hari kelima.
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak
ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat
yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.
Banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
a) Faktor hormonal
Yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu
suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi
b) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
c) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
d) Latar belakang psikososial ibu
e) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Adapun gejala yang biasa muncul yaitu Depresi ringan, menangis, perasaan kehilangan,
dan kelelahan kosentrasi menurun.
2. Severa postpartum depression
Disebut juga affective neurotic depression. Terjadi dengan singkat setelah kelahiran, tetapi
mungkin tidak terdiagnosis untuk beberapa bulan postpartum. Ibu akan mengalami pengalaman
yang mendalam berupa perasaaan kehilangan dan kesediahan yang menetap, diikuti oleh
kecemasan, mudah tersinggung, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan perasaan bersalah.
3. Women with borderline personalities
Ibu pada ambang gangguan emosi mempunyai beberapa gejala sperti diatas, tetapi
ditambah oleh perasaan putus asa, hampa, dan tak berguna. Perasaan ini bisa saja timbul
sebelum kehamilan, tapi menonjol saat kelahiran. Gejala yang muncul adalah Bisa berfluktuasi dan
neurotik depresi ke pisikotik.
4. Postpartum psychosis
4

Ibu dengan depresi psikotik kehilangan kontak dengan realita dan mengalami delusi dan
disorientasi. Umumnya berhubungan dengan kesehatan bayi. Gejala yang terlihat pada post partu,
psychosis adalah , halusinasi, disorientasi, serta rasa marah terhadap dirisendiri dan bayi.
D. GAMBARAN KLINIK
Depresi merupakan gangguan yang betulbetul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang
paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala
depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan
ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah,
kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.
keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan
depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran pikiran ingin bunuh diri,
wahamwaham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anakanaknya. (Vandenberg (dalam
Cunningham dkk, 1995)
Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai
karakteristik yang spesifik antara lain :
1. Mimpi buruk
Biasanya terjadi sewaktu tidur. Karena mimpi mimpi yang menakutkan, individu itu sering
terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2. Insomnia
Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3. Phobia
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu
yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang
dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacammacam.
Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi.
Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk
kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan
jarum (Duffet-Smith, 1995).
4. Kecemasan

Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
5. Meningkatnya sensitivitas
Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi
harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat
bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu.
Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan
tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
6. Perubahan mood
Perubahan mood, labilitas mood dan sikap yang berlebihan terhadap bayi. Wanita yang
menderita depresi postpartum sering mengalami kecemasan yang sangat hebat dan sering panik.
Meskipun belum ada kriteria diagnosis spesifik dalam DSM-IV, secara karakteristik penderita
depresi postpartum mulai mengeluh kelelahan, perubahan mood, memiliki episode kesedihan,
kecurigaan dan kebingungan serta tidak mau berhubungan dengan orang lain.
E. PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih, dan sarankan pada ibu untuk :
1. Beristirahat ketika bayi sudah tidur
2. Berolahraga ringan, serta ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. Tidak perfeksionis dalam hal mengurus bayi
4. Komunikasikan rasa cemas dan kekhawatiran kepada orang terdekat
5. Berusaha berbaur dengan ibu-ibu baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tim medis
F. PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
Terapi terbaik dari depresi tersebut adalah kombinasi dari psikoterapi, dukungan social, dan
medikasi. Beberapa wanita mungkin membutuhkan ETC. Psikoterapi mungkin lebih berguna dalam
membantu ibu untuk mengatasi perubahan hidup mereka. Pasangan dan keluarga terdekat harus
ikut dalam sesi konseling, sehingga mereka bisa memahami apa yang mereka butuhkan.
2. Pengobatan psikoterapi

Pengobatan psikoterapi, obat-obatan penenang, dan peningkatan suasana hati atau


gabungan obat-obat ini ini dapat dapat diindikasikan. Terapi spesifik bergantung pada sifat
gangguan psikiatri yang terdapat pada ibu.
3. Antidepresan
Antidepresan sering digunakan untuk depresi postpartum dan mungkin di teruskan selama 6
bulan atau lebih. Jika ibu ingin melanjutkan pemberian ASI, obat-obatan yang digunakan harus
aman selama laktasi, karena hal ini dapat mempengaruhi proses bonding (Laurence dan
Laurence, 1999).
4. Rawat inap
Rawat inap mungkin di perlukan untuk mencegah cedera diri atau kekejaman terhadap janin.
Rawat inap mungkin diperlukan bila ada ansietas yang tidak tertahankan atau kelainan tingkah
laku yg tidak dapat di control.
G. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat depresi postpartum, yaitu :
1. Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya gejala:
- Waham
- Halusinasi
- Kerusakan psikoafektif
2. Risiko bunuh diri/mencederai diri
3. Risiko mencederai anak

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat
perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari
gangguan tertentu. Rencana individu di dasarkanpada karakteristik wanita dan keadaannya yang
spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat
perilaku wanita tersebut. Pengkajian pada pasien depresi postpartum dapat dilakukan pada pasien
dalam beradaptasi menjadi orang tua baru
1. Identitas klien
7

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lainlain
2. Keluhan utama
Mudah marah, cemas, melukai diri sendiri
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang :
Pada ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih, murung,
mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri
Riwayat kesehatan dulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
4. Riwayat persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri. Selama hamil, ibu
dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman
mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan, orang tua bisa merasa kecewa
karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.
Apa yang di rasakan oleh orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan
mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua
5. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana
perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhinya sekseualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
melahirkan seringkali menimbulkankekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan
bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut
bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
6. Interaksi orang tua bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua baru sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik.
8

Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan
perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera
setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses
untuk menegakkan hubungan mereka.
7. Perilaku adaptif dan perilaku maladatif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang
tidak matur, dan ketidakberdayaannya.
Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dank arena tugas-tugas yang diselesaikan untuk bersama anaknya, saat
mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi yang
kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat
merasakan tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladatif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini
cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya.
Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu
yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang
disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah, keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya
sebagai anak yang sehat dan gembira.
8. Kebiasaan sehari-hari
Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang)
Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur atau gelisah
Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah
Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menarik diri
9. Pemeriksaan fisik
Aktivitas/istirahat, biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
Sirkulasi, biasanya nadi dan tekanan darah meningkat
Eliminasi, biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
Makanan/cairan, biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus membrane

mukosa kering
Neurosensori, biasanya klien mengeluh sakit kepala
9

Pernafasan cepat dan dangkal


Nyeri dan ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
Integritas ego, biasanya klien ansietas dan gelisah
Seksualitas terganggu dan penurunan libido
TTV, nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative,
system pendukung yang tidak adekuat
2. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan depresi mental dan efek pada
keluarga
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX Kep 1 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri
negative, system pendukung yang tidak adekuat
Tujuan : koping individu kembali efektif
Kriteri hasil :
1. Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah
2. Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan

perasaannya

serta

menunjukkan kemampuan memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis


Intervensi :
1. Terapkan hubungan teraupetik perawat-klien
Rasional : pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini
2. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik relaksasi,
keinginan untuk mengekspresikan perasaan
Rasional : jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa
lampau, mungkin dpat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan control
individu
3. Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah
dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas
Rasional : menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan
kemampuan koping
4. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang
dibutuhkan klien
Rasional :menurunkan ansietas dan menyediakan control bagi klien selama situasi krisis
5. Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/orang lain
Rasional : ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan counterproduktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan
10

6. Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan
memperkuat adaptasi positif
DX Kep 2 : Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan depresi mental dan efek
pada keluarga
Tujuan : koping keluarga kembali efektif
Kriteri hasil :
1. Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan identifikasi sumber-sumber dalam
diri sendiri untuk berhadapan dengan situasi
2. Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat
Rasional : tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai
2. Kaji masalah sebelum sakit/tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan atau
proses penyembuhan klien\
Rasional : informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam
mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai
3. Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien
Rasional : orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak
dipersepsikan sebagai bantuan untuk klien
4. Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan
perawatan klien sesuai kemungkinan
Rasional : informasi dapat mengurangi perasaan tanpa harapan dan tidak berguna,
keikutsertakan dalam perawatan akan meningkat perasaan control dan harga diri
5. Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang
dan institusi yang tersedia bagi mereka
Rasional : izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih
untuk mengambil keuntungan dari apa yang tersedia
D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana
tindakan tersebut di terapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan
E. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku
dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu juga perawat juga melakukan umpan
balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/teratasi

11

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus menerus sampai 6 bulan
bahkan samapai 1 tahun.
Factor penyebab depresi postpartum adalah factor konstitusional, factor fisik yang terjadi
karena adanya ketidak seimbangan hormonal, factor psikologi, factor social dan karakteristik ibu,
dengan gejala-gejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami,
kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan
dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan masalah yang
sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang mengalami
depresi)
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.
B. SARAN
12

Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka diharapkan
dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan memperhatikan halhal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain :
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap
permasalahan keperawatan yang ditegakkan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah
yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda.
Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit atau masalah yang sama, akan tetapi
permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui
karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang mempunyai makna bagi kita.
Makna disini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian
persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kita bisa mengumpulkan data dari
informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.

13

Вам также может понравиться