Вы находитесь на странице: 1из 17

MINI PROJECT

ANGKA KEMATIAN BAYI BULAN JANUARI DESEMBER 2014


DI WILAYAH PUSKESMAS DHARMARINI

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

dr. Ari Kurniawan


dr. Nurul Amalia
dr. Iga Mapatda Wita
dr. Ignatius Erik Dwi Wahyudi
dr. Ardi Fauzi
dr. Putut Himawan

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN II


PERIODE 01 OKTOBER 2015 31 JANUARI 2016
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan
masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi
lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program pembangunan kesehatan.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut
rendah.
AKB (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB
adalah salah satu indikator derajad kesehatan selain AKI (Angka Kematian Ibu),
Angka Kesakitan dan Persentase Gizi Buruk. Dalam Millenium Development
Goal`s (MDG`s) tercantum dalam tujuan keempat yaitu Mengurangi Tingkat
Kematian Anak dan dalam target kelimanya menyebutkan : Mengurangi hingga

dua pertiga-nya, tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun. Hal ini merupakan
perwujudan UU no 23 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial
menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka. Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/ 2003 mendapatkan hasil AKB nasional
sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih baik dan cenderung mengalami
penurunan dibandingkan hasil beberapa tahun kebelakang (tahun 1960 = 128,
1989 = 68, 1990 = 51, 1992 = 57, 1995 = 46). Walaupun pencapaian AKB di
Indonesia menggembirakan namun tingkat kematian bayi masih tergolong tinggi
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Capaian AKB 32 di tahun 2012
kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin
dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2015. Dari 33 provinsi di Indonesia, terdapat dua provinsi yang
telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI
Jakarta. Provinsi dengan AKB tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 74 per
1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku Utara
sebesar 62 per 1.000 kelahiran hidup.
Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian bayi
antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jateng, Yogyakarta, Kalteng, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011

sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium


Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup
maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah
melampaui target.
Kabupaten Temanggung Tahun 2011 sebesar 17,53/ 1.000 kelahiran hidup,
lebih tinggi apabila dibandingkan Tahun 2010 yaitu 15,55/ 1.000 kelahiran hidup.
Hasil tersebut menempatkan AKB Kabupaten Temanggung lebih kecil atah sudah
melampaui target Millenium Development Goal`s (MDG`s) ke-4 tahun 2015 yaitu
23/ 1.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian bayi di Kabupaten Temangggung pada Tahun 2011 yaitu 209
bayi, meningkat dibandingkan Tahun 2010 yaitu 192 bayi. Kematian bayi dijumpai
di seluruh wilayah Puskesmas Kabupaten Temanggung dengan jumlah kematian
bayi terbanyak yaitu di wilayah Puskesmas Kandangan (25 bayi), Puskesmas Bulu
(19 bayi) dan Puskesmas Ngadirejo (14 bayi).

B. MASALAH
1. Berapa jumlah angka kematian bayi mulai bulan Januari sampai
Desember 2014 di wilayah Puskesmas Dharmarini?
2. Apa penyebab kematian bayi bayi mulai bulan Januari sampai Desember
2014 di wilayah Puskesmas Dharmarini?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui Angka Kematian Bayi dan penyebabnya di wilayah
Puskesmas
Dharmarini tahun 2014.
2. Tujuan khusus
Melakukan intervensi untuk menurunkan angka Kematian Bayi di
wilayah Puskesmas Dharmarini.

D. MANFAAT
Dengan mengetahui Angka Kematian Bayi dan penyebabnya diharapkan
dapat menemukan intervensi yang tepat untuk menurunkan Angka Kematian Bayi
di wilayah Puskesmas Dharmarini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kematian Bayi


Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena
dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat
sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka
kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun
(BPS). Sedangkan untuk menghitung angka kematian bayi dapat dihitung
dengan cara :

AKB

Selama ini telah dilakukannya beberapa upaya untuk dapat menekan


Angka Kematian Bayi (AKB) dengan cara meningkatkan pelayanan
kesehatan dan hasilnya menunjukkan perbaikan yang sangat berarti.Kabupaten
Temanggung Tahun 2011 sebesar 17,53/ 1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi apabila
dibandingkan Tahun 2010 yaitu 15,55/ 1.000 kelahiran hidup. Hasil tersebut
menempatkan AKB Kabupaten Temanggung lebih kecil atah sudah melampaui
target Millenium Development Goal`s (MDG`s) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/ 1.000
kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Temangggung pada Tahun
2011 yaitu 209 bayi, meningkat dibandingkan Tahun 2010 yaitu 192 bayi. Kematian
bayi dijumpai di seluruh wilayah Puskesmas Kabupaten Temanggung dengan
jumlah kematian bayi terbanyak yaitu di wilayah Puskesmas Kandangan (25 bayi),

Puskesmas Bulu (19bayi) dan Puskesmas Ngadirejo (14 bayi) Sedangkan untuk
Indonesia pada tahun 2000 telah berhasil mencapai target yang telah
ditetapkan oleh World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000
kelahiran hidup.
Indonesia juga sudah mengalami kemajuan yang signifikan dalam
upaya penurunan AKB dalam beberapa dekade terakhir. Namun
walaupun telah mencapai target namun, dibandingkan Negara-negara ASEAN
lainnya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. AKB
Kabupaten Temanggung Tahun 2006 2011 terlihat pada grafik berikut ini :

2.1.1. Konsep mati


Konsep mati perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian
yang benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang kadang sulit
untuk memberikan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Menurut

konsepnya, terdapat 3 keadaan vital yang masing masing bersifat


mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi
bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital
tersebut ialah :
1. Lahir hidup ( live birth)
Lahir hidup yaitu, peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim
seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan
setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dam
mempunyai tanda tanda kehidupan lainnya, seperti denyut jantung,
denyut tali pusat, atau gerakan gerakan otot, tanpa memandang
tali pusat sudah dipotong atau belum (Utomo,Budi. 2007 : 84)
2. Mati (death)
Mati adalah hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
(Utomo,Budi. 2007 : 84).
3. Mati (fetal death)
Lahir mati yaitu menghilangnya tanda tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim
ibunya (Utomo, Budi.
2007 : 84).
Secara garis besar , dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam
yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang dikenal
atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
duperoleh dari orang tuanya selama dalam kandungan (Badan Pusat
Statistik)
Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal,

adalah kematian bayi yang terjadi setelah satu bulan sampai menjelang
usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengaruh lingkungan sekitar (Badan Pusat Statistik).
2.1.2 Ukuran Kematian
1. Crude Death Rate (CDR=Angka Kematian Kasar)
Angka kematian kasar ialah jumlah kematian pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah pendudukpada pertengehan tahun
tersebut, agar lebih jelas maka dapat dituliskan dengan rumus :

2. Age Spasific Death Rate (ASDR=Angka Kematian Menurut Umur)


Rasio kematian berbeda antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya, demikian pula antara satu kelompok umur dengan kelompok
umur lainnya. Orang yamg berumur 60 tahun tentunya akan memiliki
tingjat kematian yang lebih tinggi jika dibandingka n dengan orang yang
berumur 20 tahun. Kemudian orang yang berumur 1 tahun mempunyai
resiko kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan umur 10
tahun.sehingga kematian menurut umur apabila digambarkan
dengan grafik akan menyerupai huruf U
Diantara angka-angka kematian spesifik, yang paling digunakan
adalah Age Spasific Rate (ASDR). ASDR atau yang lebih dikenal
dengan Angka Kematian Menurut Umur dapat dirumuskan sebagai
berikut :

3. Infant Mortality Rate (IMR=Angka Kematian Bayi)


Angka Kematian Bayi yang dapat dituliskan dengan rumus :

IMR =
2.1.4. Faktor faktor yang mempengaruhi kematian bayi
a. Sarana pelayanan kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan
faktor utama dalam menunjang kualitas hidup.
b. Tenaga medis
tenaga medis sangat berpengaruh pada kasus kematian bayi. Semakin
banyak tenaga medis yang dibutuhkan maka dapat menekan jumlah
kematian bayi di wilayah tersebut.
c. . Asupan gizi
Untuk memeiliki tubuh yang sehat maka seharusnya asupan gizi
dalam tubuh harus memadai. Mulai anak dalam kandungan
sampai dengan terlahir kedunia asupan gizinya haruslah
diperhatikan, karena salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
kematian bayi adalah gizi buruk.
d. Lingkungan
Yang dimaksud dengan pencemaran adalah suatu proses yang
terjadi dalam lingkungan yang sifatnya membahayakan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan hal-hal yang
berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia

(Sukarni,Mariyati.1989:71). Pencemaran dibedakan atas 3 macam


pencemaran :
a. Pencemaran udara ( air pollution)
b. Pencemaran air (water pollution)
c. Pencemaran tanah (soil pollution)
e. Pencemaran Udara
Yang dimaksud dengan pencemaran ialah terdapatnya segala sesuatu
yang sifatnya membahayakan segala sesuatu yang membahayakan
kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan serta hal-hal
lain yang berhubungan dengan itu pada udara yang berada di
luar rumah, sebagai tingkah laku manusia
ataupun yang terjadi secara alamiyah
(Sukarni,Mariyati.1989:71).
Yang menyebabkan pencemaran udara ialah :
1. Aerosol
Yang dimaksud dengan aerosol adalah suatu suspensi di
udara yang bersifat cair (kabut, asap dan uap)dan bersifat padat
dan (debu).
2. Gas
Yang dimaksud dengan gas adalah uap yang dihasilkan
oleh zat padat ataupun zat cair, baik karena dipanaskan,
ataupun karena proses penguapan.
3. Interaksi bahan-bahan kimia
Akibat banyaknya interaksi bahan kimia yang terjadi di
udara menyebabkan terjadinya polusi udara yang dapat
mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang bayi.

Selanjutnya lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta


lingkungan sosial

budayamempengaruhi

salah satu

faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan
biologis erat hubungannya dengan angka penyakit menular.
Kemudian lingkungan sosial budaya berhubungan dengan tingkat
pendidikan, penghasilan perkpita yang sangat renndah dan konsumsi
perkapita. Masa balita adalah masa dimana tumbuh kembang anak
harus sangat diperhatikan dan dibinana oleh karenanya lingkungan
dapat tentunya sangat perlu untuk diperhatikan. Karena pembinaan
tidak hanya dapat dilakukan dengan fisik dan kesehatan saja
melainkan perlu adanya pembinaan dari segi lainnya seperti
pembinaan mental, spiritual, intelektual, sosial prilaku dan yang
lainnya. Dalam hal ini lingkuka ngan tentunya mempunyai peranan
yang cukup penting dalam perkembangan anak tersebut.
Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas bayi
dan anak. Namun faktor sosio ekonomi bersifat tidak langsung harus
melalui mekanisme biologi tertentu(variabel antar) yang kemudian baru
menimbulkan resiko morbiditas kemudian bayi akn sakit yang jika tidak
dapat disembuhkan maka akan berujung pada kematian.
Penangan terhadap masalah kematian bayi dan anak menurut adanya
kerangka konseptual pada gambar 2.5 tentang apa yang mengakibatkan
bayi meninggal. Diman mortalitas merupakan masalah pokok pada
kerangka tersebut dan hal hal yang mempengaruhinya adalah faktor
sosio-ekonomi.

BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

3.1 Angka Kematian Bayi 2014


Hasil survey dan laporan yang didapatkan di wilayah Puskesmas Dharmarini
tahun 2014, dari 11 wilayah Dharmarini yaitu Madureso, Kowangan, Guntur,
Lungge, Mudal, Jampirejo, Purworejo, Butuh, Nampirejo, Giyanti, Mungseng,
didapatkan Wilayah Kowangan mendapati kematian bayi terbanyak.
Data Kelahiran dan Kematian Bayi di Desa Kowangan 2014
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Angka

Angka

Penyebab

Kelahiran

Kematian

Kematian

5
6
3
4
2
4
5
4
3
4
4

Bayi
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2

1. IUFD
2. Asfiksia
Berat
3. Riw
Trauma

JUMLAH

44

Terdapat 3 bayi yang meninggal di wilayah kowangan dari 43 kelahiran


dengan data sebagai berikut :
1. Bulan Maret : Ibu VA, 21 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 26 minggu
5hari, Riwayat ANC 6kali di bidan, Riwayat penyakit selama kehamilan
(-), Gizi pada ibu selama kehamilan (+) baik, Resiko kehamilan (-),
persalinan ditolong dokter dengan cara induksi, BBL 100 gram, bayi
meninggal dengan IUFD
2. Bayi YB dari Ny S, Lahir Bulan April, Berat badan lahir 2,1 kg ditolong
leh SpOG, ANC > 4kali di SPOG, lahir dengan cara setio ec serotinus,
memiliki kelainan Sindrom Down, Meninggal Bulan Desember 2014
setelah Riwayat Jatuh (cidera Kepala), dengan dehidrasi
3. Bayi Ny. RMS, 24 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 43 minggu, resiko
tinggi saat kehamilan (-) , RIwayat ANC 8 kali di bidan, riwayat penyakit
selama kehamilan (-), Lahir 5 Desember 2014, Berat badan lahir 4300
gram, di bidan Praktek mandiri Rina Eneg Kowangan, persalinan spontan,
Meninggal 6 Desember 2014 karena Asfiksia Berat Suspek penyebab
Partus macet atau persalinan lama

Menurut MDGs Target Angka Kematian Bayi adalah 23 dari 1000 kelahiran hidup
sehingga perhitungan Angka Kematian bayi 2014 di Wilayah Puskesmas Dharmarini
adalah
AKB : jumlah kematian bayi kurang dari 1 tahun/ jumlah kelahiran 1 tahun X 1000
AKB 2014 wilayah kowangan Temanggung
AKB : 3/44x1000 : 0,068x1000 = 68
Jika dikonversikan dengan target MDGs 2015
23/1000 = 0,02 (23 kematian dari 1000 kelahiran hidup)
3/44 = 0,068 (3 kematian dari 44 kelahiran hidup)
Dapat disimpulkan pada tahun 2014 masih belum memenuhi target angka kematian
bayi sesuai target MDGs 2015, setelah ditelusuri kemungkinan kematian bayi adalah
Asfiksia berat dan faktor resiko tinggi ibu hamil yang tidak terdeteksi sejak awal
kehamilan sehingga diperlukan intervensi lebih lanjut untuk mencegah kematian bayi
lebih banyak ditahun 2015 secara khusus di daerah wilayah dharmarini desa
kowangan.
Pengambilan data dilakukan berdasarkan anamnesis dengan bidan desa Kowangan
dan visum verbal Puseksmas Dharmarini Temanggung, berdasarkan data yang didapat
terdapat beberapa kemungkinan penyebab kematian sebagai berikut :
1. Pada kasus 1 dimana terjadi IUFD pada usia kehamilan 6 bulan terdapat
banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kematian. Beberapa
diantaranya:

Pada kasus ini merupakan kehamilan pertama dimana kemungkinan masih


rendahnya pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan selama

kehamilan.
Karena terjadi di pedesaan tidak menutup kemungkinan jika ibu
mengkonsumsi jamu jamuan atau melakukan pijat selama kehamilan yang

bisa menyebabkan IUFD.


2. Pada kasus ke 2 dimana bayi dengan sindrom down meninggal dengan
riwayat cedera kepala karena jatuh dan dehidrasi. Hal ini mungkin disebabkan
:
-

Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan pada bayi atau anak,

terutama bayi atau anak dengan kebutuhan khusus.


- Kurangnya pengetahuan tentang pemberian nutrisi pada anak-anak.
3. Pada kasus ke 3 didapatkan kehamilan pertama dengan penyebab kematian
adalah asfiksia ec partus macet. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
partus macet pada kasus ini :
- Bayi besar, dimana pada kasus ini berat badan bayi adalah 4300. Penyebab
bayi besar diantaranya: Ibu dengan obesitas atau DM, Asupan nutrisi yang
-

berlebihan selama kehamilan.


Ukuran panggul ibu sempit. Penyebab panggul sempit diantaranya : Hamil

pada usia muda, tinggi badan ibu < 145 cm


Serotinus dikarenakan usia kehamilan sudah memasuki usia 43 minggu
dan tidak menutup kemungkinan jika terjadi oligohidramnion

Dari beberapa kemungkinan penyebab kematian ketiga bayi diatas maka kami akan
melakukan beberapa kegiatan atau intervensi untuk menurunkan angka kematian bayi
di Desa Kowangan Temanggung.
3.2.Kegiatan

a. Penyuluhan kepada kader dan bidan


Penyuluhan kepada kader dan bidan Desa Kowangan Temanggung tentang kehamilan
beresiko tinggi dengan tujuan agar kader atau bidan bisa melaporkan kepada
Puskesmas jika di areanya terdapat ibu hamil yang masuk dalam kriteria kehamilan
resiko tinggi.
b. Penyuluhan kepada ibu hamil
Penyuluhan kepada ibu hamil yang ada di Desa Kowangan Temanggung tentang
kehamilan resiko tinggi. Hal ini bertujuan agar para ibu hamil mengerti tentang
bahayanya kehamilan resiko tinggi, cara mencegah dan mengatasi kehamilan resiko
tinggi.
c. Perawatan bayi baru lahir dan bayi dengan kebutuhan khusus
Penyuluhan ini dilakukan kepada ibu yang memiliki bayi agar ibu bayi mengerti
tentang perawatan bayi ( nutrisi, perkembangan, tanda tanda penyakit yang bisa
berpotensi kegawatan atau mengancam nyawa bayi ).
d. Tempat
1. Posyandu Balita Desa Kowangan
e. Pelaksana
dr. Internship Puskesmas Dharmarini periode 2015/2016

Вам также может понравиться