Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui
secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana
pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak
usia 0-6 tahun. Menurut

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas

menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah:


Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan
pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK)
sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,
seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan
lainnya. Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini
mulai meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka
Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68% dan sebagian
besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat
(Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu menyiratkan bahwa terdapat masalahmasalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih lemahnya peran
pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta maih rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini.

Selain itu, ekspektasi masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek


kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan
anak usia dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat.

PAUD pada

hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh


potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan caracara yang sesuai dengan masa perkembangannya, di antaranya belajar sambil
bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada
masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu
dilakukan. Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar
PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap
komponen-komponen PAUD perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat
PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidik anak usia dini proses pembelajaran
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah-kaidah pendidikan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan terhadap
kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan maupun
pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan
dalam pertanyaan sebagai berikut:
a.
b.

Bagaimana kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan
pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
a.

Mengetahui apa yang dimaksud kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

b.

(PAUD)
Menganalisis bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut
dalam kegiatan pembelajaran.

1.4 Metode dan Teknik penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang
dikaji dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada

dan

pengetahuan penulis.
Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan
dan observasi terhadap proses pembelajaran PAUD yang selama ini dilakukan
penulis.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
2.1 Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas
(belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
2.2 Fungsi Kurikulum PAUD
a.

Mengembangkan sikap dan perilaku yang baik sesuai akidah agama dan
norma yang dianut.
Fungsi ini harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran
sehingga anak mampu mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai
dengan akidah dan norma agama yang dianutnya, mampu melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Dan mempunyai rasa
toleransi dan saling hormat menghormati antara pemeluk agama.
Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan emosi.
Dalam mengembangkan kurikulum PAUD, maka peserta didik

b.

harus mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan


emosi. Kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan emosi sangat
penting dimiliki anak agar mereka mampu menjalankan kehidupan
sosialnya dengan baik dan selaras.

c.

Menumbuhkan kemandirian anak.

Kemandirian merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap


anak dalam mempersiapkan hidupnya di masa depan. Di dunia yang
semakin kompleks dan penuh tantangan ini, maka kemampuan untuk
mandiri merupakan salah satu syarat agar anak mampu mempertahankan
hidupnya dan berhasil mencapai cita-citanya. Tanpa kemandirian, maka
anak hanya akan tergantung kepada orang lain.
d.

Mengembangkan kemampuan berbahasa.


Bahasa

adalah

cermin

seseorang.

Kemampuan

berbahasa

merupakan perwujudan dari sikap, perilaku dan harga diri seseorang. Oleh
karena

itu,

kurikulum

PAUD

harus

berfungsi

mengembangkan

kemampuan berbahasa anak, sehingga anak mempunyai ragam bahasa


yang kaya dan baik.
e.

Mengembangkan kemampuan kognitif


Kemampuan kognitif atau intelektual merupakan salah satu
kemampuan yang penting dalam kehidupan seseorang, baik sebagai modal
bagi pendidikan di jenjang selanjutnya, maupun dalam memecahkan
masalah-masalah kesehariannya. Pengembangan kemampuan kognitif
anak di usia dini merupakan dasar bagi perkembangan intelektualnya di
masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu, maka sangat penting untuk
memberikan membimbing perkembangan intelektual di usia dini.

f.

Mengembangkan kemampuan fisik/ motorik


Mengembangkan kemampuan fisik/motorik merupakan salah satu
fungsi disusunnya kurikulum PAUD. Fisik dan motorik anak yang sedang
berkembang pesat memerlukan bimbingan agar perkembangannya
maksimal dan baik. Dengan kemampuan fisik dan motorik yang baik,
maka anak akan mampu menjalani kehidupannya dengan baik.

g. Mengembangkan daya cipta dan kreativitas anak

Aspek-aspek kreativitas dan daya cipta anak harus dikembangkan


dalam impelementasi kurikulum PAUD. Anak yang memiliki daya cipta
dan kreativitas tinggi akan mampu memecahkan berbagai masalahmasalah kehidupan, mampu menghasilkan berbagai hal yang positif dan
berguna bagi orang lain. Mengembangkan daya cipta dan kretaivitas anak
dapat dimulai dengan mengidentifikasi bakat dan minat anak sejak dini,
agar dapat dibimbing perkembangannya.
2.3

Asas-asas Kurikulum PAUD


1. Asas Filosofis
Dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus diperhatikan asas
filosofisnya, yaitu filsafat dan tujuan pendidikan. Asas ini berhubungan
dengan sistem nilai yakni pandangan seseorang atau masyarakat tentang
sesuatu yang bernilai dalam kehidupan orang atau masyarakat tersebut.
Misalnya, bangsa Indonesia yang menganut Pancasila sebagai dasar
negara, maka pengembangan kurikulumnya harus mengacu pada dasar dan
pedoman negara tersebut. Hal itulah yang kemudian tertuang tujuan
pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2. Asas Psikologis
Asas psikologis sangat berkaitan dengan berbagai aspek tentang
psikologi anak dan psikologi belajar. Asas ini berkenaan dengan perilaku
manusia

yang

menjadi

landasan

dalam mengembangkan

sebuah

kurikulum. Kajian mengenai perilaku manusia, baik dalam konteks belajar


maupun individu manusianya, kemudian menjadi teori-teori yang menjadi
dasar pengembangan kuriukulum. Kesimpulannya, melalui berbagai teori
mengenai manusia (anak) dan proses belajar, maka akan disusun arah dan
tujuan kurikulum itu sendiri.
3. Asas sosiologis

Dalam pengembangan kurikulum, maka harus diperhatikan


perkembangan masyarakat, baik kebutuhan maupun tuntutan-tuntutan
kehidupannya. Dengan memperhatikan asas sosiologis maka proses
penyampaian kebudayaan, sosialisasi dan rekontruksi sosial yang tertuang
dalam perangkat kurikulum akan mampu dilakukan, khususnya oleh
lembaga pendidikan.
4. Asas Organisatoris
Asas organisatoris dalam mengembangkan kurikulum berhubungan
dengan bentuk dan organisasasi kurikulum. Asas ini sangat dipengaruhi
oleh asas-asas sebelumnya yang dianut oleh pengembang kurikulum.
Contohnya di Indonesia, bentuk dan organisasi kurikulum telah mengalami
perubahan-perubahan, misalnya perkembangan bentuk kurikulum dalam
kurikulum 1974, 1985, 1989, 2000, dan 2004.
2.4 Standar Kompetensi Anak usia Dini
Dalam

pengembangan

aspek-aspek

pembelajaran

dalam

pendidikan anak usia dini harus mengacu pada standar kompetensi anak
usia dini antara lain sebagai berikut.
Moral dan nilai-nilai agama
Nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan pada anak usia dini
adalah perilaku positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku
lainnya. Kegiatan pembiasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai agama
juga harus diberikan, seperti penguasaan terhadap doa-doa sehari-hari.
a. Fisik/motorik
Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan
fisik dan motorik anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat
dilakukan dengan berbagai permainan-permainan edukatif.
b. Sosial dan Emosional

Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial


melalui proses sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan
kemamuan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya,
tentunya melalui proses pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus.
c. Bahasa
Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan
berkomunikasi sesuai dengan masa perkembangannya. Kemampuan
berbahasa dilihat dari usia perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2
periode, yaitu periode prelinguistik (0-1 tahun) dan periode linguistik (1-5
tahun).
d.

Kognitif
Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget
yang membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu
periode sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7
tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional
formal (usia 11 sampai dewasa).

e.

Kognitif
Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat
Piaget yang membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat
tahapan, yaitu periode

sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode

praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan


periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).
f.

Seni
Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni
tari, seni gambar dan keterampilan lainnya.

2.5 Pengembangan Kurikulum PAUD


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dn bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk
kepentingan penulisan makalah ini, konsep kurikulum akan disederhanakan
lebih kepada materi kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pendidikan anak
usia dini.
a. Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD
Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa
prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi:
1)

bersifat komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar


yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam

2)

berbagai aspek perkembangan.


Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga proses pembelajaran
harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak dan tahapan

3)

perkembangan anak.
Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama, sehingga peran orang tua dalam
menyusun rancangan kegiatan pembelajaran harus ditingkatkan agar

4)

tujuan PAUD lebih terarah dan tepat sasaran.


Melayani kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan kemampuan,

5)
6)

kebutuhan, minat, potensi setiap anak.


Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat
Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya menyiapkan lingkungan

7)

belajar anak.
Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, sehingga semboyan pendidikan

8)
9)

untuk semua dapat dilaksanakan.


Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, khususnya di lingkungan

10)

sekolah.
Menjabarkan prosedur

pengelolaan

lembaga

masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas.

yang

diungkapkan

kepada

11)

Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga pendidikan anak

12)

usia dini.
Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan mampu menunjang proses
pembelajaran.
b. Komponen Kurikulum
1. Anak
Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di
rentang usia 0-6 tahun.
2. Pendidik
Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki
kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang
pendidikan usia dini, psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat
profesi guru PAUD. Adapun rasio guru dengan anak didik dalam PAUD
adalah:
1)
2)
3)
4)

Usia 0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,


Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,
Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan
Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.

3. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan
yang direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi materi dan proses
pembelajaran itu sendiri. Materi pembelajaran bagi anak usia dini dibagi
dalam 2 kelompok usia, yaitu:

a. Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun, mencakup:


1)
2)
3)

Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)


Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)

10

4)
5)
6)

Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)


Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)

b. Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun, mencakup:


1)

Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata dan


bahasa, kesadaran phonologi, percakapan, memahami buku, dan

2)

teks lainnya.
Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola

3)

dan hubungan, geomteri dan konsep matematika lainnya.


Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap objek

4)

fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.


Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak, bekerja,

5)

interaksi sosial, lingkungan rumah dan keluarga, dan lainnya.


Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain peran,

6)

bermain musik, menggambar dan melukis.


Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan operasi
dasar dan kesadaran teknologi. Alat-alat yang dikenalkan di mulai
dari alat-alat yang ada rumah, seklah, dan lingkungan tempat anak
tinggal.
Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi;

7)

eksperimen; pemecahan masalah; koneksi, pengorganisasian,


komunikasi dan informasi yang mewakilinya.
c. Materi untuk orang tua
Selain untuk anak, materi pembelajaran juga diberikan pada orang
tua anak mencakup:
1)

Peningkatan

pemahaman

2)

pendidikan sejak dini bagi anak-anak mereka.


Penerapan pemahaman tahap-tahap tumbuh kembang anak perlu

3)

juga diberikan kepada orang tua.


Kemampuan orang tua dalam indentifikasi deteksi dini tumbuh
kembang anak.

11

orang

tua

tentang

arti

penting

4)

Kemampuan orang tua dalam merangsang pertumbuhan dan

5)

perkembangan anak.
Orang tua dibekali pengetahuan tentang pemilihan alat permainan

6)

anak yang mendidik.


Orang tua harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar dan bermain anak.
d. Sentra Bermain
Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini adalah belajar
sambil bermain, sehingga diperlukan adanya area bermain yakni area
kegiatan dan permainan yang dilakukan di dalam atau di luar kelas.
Berikut adalah contoh-contoh area bermain.

1)

Sentra balok, dalam berbagai ukuran dan bentuk berupa bentuk


bangunan rumah, jembatan, kebun binatang, dan lainnya. Melalui
permainan
kemampuan

2)

ini

diharapkan

berfikir,

anak

perhitungan

dapat

mengembangkan

permulaan

dan

dapat

memecahkan masalah serta memperkuat daya konsentrasi.


Sentra bermain peran, dengan anak memperagakan apa yang
dilihatnya

maka

dapat

membantu

anak

memahami

3)

lingkungannya.
Sentra seni, dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan dan

4)

mengeksplorasi daya kreativitasnya.


Sentra persiapan, yakni kegiatan persiapan membaca permulaan,

5)

menulis permulaan serta berhitung permulaan.


Sentra agama, dengan menyediakan miniatur tempat ibadah, alatalat ibadah, buku-buku cerita, gambar-gambar dan lainnya.

e. Keranjang PAUD
Keranjang PAUD adalah seperangkat Alat Permainan Edukatif
(APE) yang dikemas dalam satu wadah atau boks. Sebagai contoh
adalah APE kereta api, pasak belah, puzle, balok, boneka jari,
timbangan, jam dinding, permainan air, meronce, dan permainan
lainnya.

12

4. Penilaian (Assesmen)
Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi
belajar dan perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi,
konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan orang tua, hasil
kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian tersebut dapat
disusun dalam bentuk portofolio.
5. Pengelolaan Pembelajaran
Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut:
1)

Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat

2)

kepada aktivitas belajar anak.


Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masinga)

masing, yakni:
Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan
minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34

b)

minggu.
Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3
kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu

c)

tahun 144 hari atau 32-34 minggu.


Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan
jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi
dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga
jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu
tahun.

d)
e)

Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu


dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160
hari layanan atau 34 minggu.

3)

Kegiatan insidental/semester/Tahunan
Antara lain meliputi:

13

a)

Kunjungan luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid, kantor pos,

b)

kantor polisi, dan lainnya.


Pengenalan pekerjaan, yakni

mengenalkan

profesi

dengan

mendatangkan atau mengunjungi narasumber yang relevan, seperti


c)

dokter, tukang pos, kepala desa, dan sebagainya.


Peringatan Hari Besar (PHB)
Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan mengadakan

d)

perlombaan, panggung seni, parade, dan lainnya.


Bakti Sosial
Seperti melaksanakan kegiatan bersih-bersih

lingkungan,

e)

mengunjungi panti asuhan, rumah jompo, dan lainnya.


Kegiatan bersama orang tua
Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru pendamping atau

f)

guru bantu.
Kesehatan
Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan pemeriksaan

g)

kesehatan umum.
Media Audio Visual
Dengan menggunakan media audio visiual dalam mengetengahkan
tema atau materi pembelajaran.

6.

Melibatkan peran serta masyarakat


Dalam hal ini, kegiatan PAUD hampir seluruhnya dikelola oleh
swasta (masyarakat). Yang perlu dikembangkan adalah peran masyarakat
secara umum di lingkungan PAUD itu berada, di mana sebagai lembaga
non-formal, PAUD membutuhkan dukungan dari semua komponen
masyarakat.

2.6

Satuan Pendidikan Anak Usia Dini


Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan jalur
formal dan informal meliputi:
Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua kelompok,

14

yakni kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak
usia 5-6 tahun.
Kelompok Bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non
formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun yang tidak
dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi
dari pihak berwenang).
Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh
pemerintah dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang tuanya
bekerja.
Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan
layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau merupakan
layanan PAUD yang dintegrasikan dengan program layanan lainnya.
Peserta program PAUD sejenis adalah anak usia 2-4 tahun.
2.7

Macam-macam kurikulum
Dalam kurikulum nasional, semua program belajar sufah baku, dan
siap untuk digunakan oleh pendidik atau guru. Kurikulim yang demikian
sering bersifat resmi dan dikenal dengan nama ideal curriculum, yakni
kurikulum yang masih berbentuk cita-cita. Kurikulum yang masih
berbentuk cita-cita ini masih perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang
berbentuk pelaksanaan, atau sering dikenal dengan actual curriculum,
yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh pendidik dalam proses belajar
mengajar.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas
organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi
kurikulum. Ada tiga pola organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan
sebutan macam-macam kurikulim atau tipe-tipe kurikulum. Macammacam kurikulum tersebut adalah:

15

1. Separated Subjek Curriculum


Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang
terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated
subject currikulum) berarti kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran
yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan
matapelajaran lainnya. Konsekuensinya, anak didik harus semakin banyak
mengambil mata pelajaran.
Tyler dan Alexandermenyebutkan bahwa jenis kurikulum ini
digunakan dengan scool subject, dan sejak beberapa abad hingga saat ini
pun masih banyak didapatkan di berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum
ini terdiri dari matapelajaran-matapelajaran yang tujuan pelajarannya
adalah anak didik harus menguasai bahan dari tiap-tiap matapelajaran yang
telah ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam (Soetopo &
Soemanto, 1993: 78).
Kurikulum

matapelajaran

dapat

menetapkan

syarat-syarat

minimum yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas.
Biasanya bahan pelajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama
pelajaran. Kurikulum matapelajaran atau subject curriculum terdiri dari
matapelajaran (subject) yang terpisah-pisah, dan subject itu merupakan
himpunan pengalaman dan pengetahuan yang diorganisasikan secara logis
dan sistematis oleh para ahli kurikulum (experts).
2. Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah
matapelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga
ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Sebagai contoh, pada
matapelajaran fiqh dapat dihubungkan dengan matapelajaran Al-Quran
dan Hadist. Pada saat anak didik mempelajari shalat, dapat dihubungkan
degan pelajaran Al-Quran (surat Al-Fatihah, dan surat lainnya) dan hadist
yang berhubungan dengan shalat, dan lain sebagainya.

16

Masih banyak cara lain menghubungkan pelajaran dalam kegiatan


kurikulum. Korelasi tersebut dengan memerhatikan tipe korelasinya,
yakni:
a.

Korelasi okkasional/insidental, maksudnya korelasi dilaksanakan


secara tiba-tiba atau insidental. Misalnya: pada pelajaran sejarah dapat
dibicarakan tentang geografi dan tumbuh-tumbuhan.
Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga

b.

konsentrasi pelajarannya dipilih pendidikan Agama. Misalnya pada


Pendidikan

Agama itu dibicarakan cara-cara menghormati: tamu,

orang tua, tetangga, kawan, dan lain sebagainya.


Korelasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncanakan

c.

oleh guru. Misalnya: bercocok tanam padi dibahas dalam geografi dan
ilmu tumbuh-tumbuhan.
3.

Broad Fields Curriculum


Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut kurikulum fusi.

Taylor dan Alexander menybutkan dengan sebutan The Broad Fields of


Subject Matter. Broad Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan
matapelajaran (subject matter) yang berhubungan erat. Hilda Taba
mengatakan bahwa The broad fields curriculum is essentially an effort to
automatization of curriculum by combining several specific areas large
fields (The broad fieldscurriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum
dengan mengombinasikan beberapa matapelajaran). Sebagai contoh:
sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dan ilmu politik disatukan menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Phenik adalah orang yang mencetuskan tipe organisasi broad fields
ini. Keinginan Phenik adalah agar pendidik mengerti jenis-jenis arti
perkembangan kebudayaan yang efektif; mengerti manfaat yang didapakan
dari berbagai ragam disiplin ilmu; dan upaya mendidik anak agar
menghasilkan suatu masyarakat yang civilized (beradab).

17

Phenik mengemukakan lima dasar logikanya yang kemudian


menghasilkan ilmu broad fields berikut:
a.
b.
c.
d.

Symbies: Bahasa Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol Non Diskursif.


Experics: Musik, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
Syunnetics: Filsafat, Psikologi, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab.
Soetopo
keunggulan

&

soemanto

kurikulum

(1993:

broad

fields

78)

mengemukakan

adalah

adanya

bahwa

kombinasi

matapelajaran sehingga manfaatnya akan semakin dirasakan, dan


memungkinkan adanatapelajaran sehingga manfaatnya akan semakin
dirasakan, dan memungkinkan adanya matapelajaran yang kaya akan
pengertian dan mementingkan prinsip dasar serta generalisasi.
Sedangkan kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan
secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari satu matapelajaran.
4. Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu
produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam
pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada
masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan
dari berbagai disiplin atau matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih banyak
untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan sebagai
sumber belajar, mementingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam
perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat
menguntamakan agar anak didik dapat memiliki sejumlah pengetahuan
secara

fungsional

dan

mengutamakan

proses

belajarnya.

Yang

dimaksudkan cara memperoleh ilmu secara fungsional adalah karena ilmu


tersebut dikelompokkan berhubungan dengan usaha memecahkan masalah
yang ada. Sebagai contoh, dengan belajar membuat, anak didik sekaligus

18

mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan listrik, siaran, penerimaan,


dan sebagainya (Nasution, 1993: 111).
Integrated Curriculum mempunyai ciri yang sangat fleksibel dan
tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Guru,
orangtua, dan anak didik merupakan komponen-komponen yang
bertanggung jawab dalam proses pengembangannya. Di sisi lain,
kurikulum ini juga mengalami kesulitan-kesulitan bagi anak didik,
terutama apabila dipandang dari ujian atau tes akhir atau tes masuk yang
uniform. Sebagai persiapan studi perguruan tinggi yang memerlukan
pengetahuan yang logis dan sistematis, kurikulum jenis ini akan
mengalami kekakuan. Meskipun demikian, selama percobaan delapan
tahun (1932-1940) dengan kurikulum terpadu ini, anak didik dapat
mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak kalah dengan prestasi anak
didik lain yang menggunakan kurikulum konvesional, dan justru mereka
memiliki nilai tambah dalam hal perkembangan dan kemantapan
kepribadian serta dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.
2.8

Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dijelaskan oleh Hendyat Soetopo dan Soemanto
(1986) membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian yaitu:
a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh
sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai. Dengan
kata lain bila tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka orang
cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
b. Fungsi kurikulum bagi anak.
Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang
disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan
mereka

dengan

begitu

diharapkan

19

akan

mendapat

sejumlah

pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan


seirama dengan perkembangan anak.
c. Fungsi kurikulum bagi guru.
Ada tiga macam yaitu:

a)

Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir

b)

pengalaman belajar bagi anak didik.


Sebagai pedoman untuk mengadakan

evaluasi

terhadap

perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman


c)

yang diberikan .
Berbagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pengajaran.
d. Fungsi bagi kepala sekolah dan pembina sekolah.
Dalam arti: pertama sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi
supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, kedua sebagai pedoman
dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi
untuk menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik, ketiga
sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi
mengajar, keempat sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum lebih lanjut, kelima sebagai pedoman untuk mengadakan
evaluasi pengajuan kemajuan belajar mengajar.
e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
Maksudnya orang tua dapat turut serta dalam memajukan putra
putrinya, bantuan orang tua ini dapat melalui konsultasi langsung
sedangkan sekolah atau guru dana dan sebagainya.
f. Fungsi kurikulum segi sekolah pada tingkatan diatasnya.

20

Ada dua jenis yang berkaitan dengan fungsi ini yaitu


pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga
guru.

g.

Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.


Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam
fungsi ini yaitu pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna
memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan
kerja sama dengan pihak orang tua atau masyarakat dan ikut
memberikan kritik dan saran yang membantu dalam rangka
menyempurnakan progam pendidikan disekolah agar bisa lebih
serasi dengan kebutuhan masyarakat dalam bekerja.

2.9

Ruang lingkup kurikulum


1. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus
disusun secara sistematis dan berisi komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.
Silabus berisi jawaban dari pertanyaan berikut:
a.
b.

Kompetensi apayang akan dikembangkan pada anak didik?


Bagaimana cara mengembangkan kompetensi tersebut pada diri anak

c.

didik?
Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut telah dikuasai
anak didik?

2. Perencaaan Semester

21

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang


berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi
waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya
kedalam semester 1 dan 2.

Langkah-langkah penyusunan program semester:


a. Pelajari dokumen kurikulum, yakni kerangka dasar dan standar kompetensi.
b. Pilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelompok dalam satu semester.[
Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum

dalam

satu

kesatuan

yang

utuh,

memperkaya

perbendaharaan anak didik, dan membuat pembelajaran lebih


bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu
mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

Prinsip pemilihan tema


Pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema


yang terdekat dengan kehindupan anak kepada tema yang

semakin jauh dari kehidupan anak.


Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih

rumit bagi anak.


Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang menarik minat anak.

22

Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian disekitar


anak (sekolahan) yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari
itu.

Langakah pemilihan tema

Mengidentifikasi tema yang sesuai denagan hasil belajar

dan indikator dalam kurikulum.


Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip

pemilihan tema.
Menjabarkan tema kedala sub-sub tema agar cakupan tema

tidak terlalu luas.


Memilih sub tema yang sesuai.

Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan

anak merupakan hal yang harus diperhatikan karena perkembangan anak


secara lanjut akan menentukan proses pembelajaran anak tersebut di
jenjang selanjutnya.
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak,
karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak, yaitu
aspek intelektual (kecerdasan/ kognitif), sosial, emosional, bahasa, dan
keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersamasama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau
mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu
pada saat dalam kandungan dan tahun-tahun pertama kehidupan,
perkembangan aspek fisik dan motorik sangat menonjol.

23

Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi


berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter
panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal
kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang dapat duduk, merangkak,
berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan
mempermainkan berbagai benda atau alat.
1. Aspek Perkembangan Intelektual (Kecerdasan/Kognitif)
Dalam aspek ini, diawali dengan perkembangan kemampuan
mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang
lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk
sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar
dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17
tahun).
Adapun menurut Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif
bagi anak dibagi menjadi dalam 4 fase yaitu:
Fase sensori Motor, yaitu rentang usia 0-2 tahun. Pada rentang usia
tersebut, anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca indra.
Dimulai dari gerakan reflex yang dimiliki sejak lahir, menghisap,
menggenggam, melihat, melempar hingga pada akhir usia 2 tahun anak
sudah dapat menggunakan satu benda dengan tujuan berbeda. Dapat
berfikir kompleks seperti bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda
yang diinginkan dan melakukan apa yang diinginkannya dengan benda
tersebut.
Fase Pra Operasional, yaitu pada rentang usia 2-7 tahun. Fase ini
merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum
stabil dan belum terorganisir secara baik.[16] Dalam masa ini, imajinasi
anak juga mulai berkembang sehingga mereka sering melakukan imitasi

24

atau meniru perilaku orang lain dengan menggunakan benda-benda di


lingkup sekitarnya sebagai hal-hal lain yang mereka kenal dalam ruang
lingkup yang lebih luas. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase berpikir:

Berpikir secara simbolik (2-4 tahun),yaitu kemampuan berpikir tentang objek dan
peristiwa secara abstrak.Anak sudah dapat menggambarkan objek

yang tidak ada dihadapannya.


Befikir secara egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia dengan perspektifnya
sendiri, menilai benar/tidak berdasarkan sudut pandang sendiri,
sehingga anak belum dapat meletakkan cara pandangnya dari sudut

pandang orang lain.


Berfikir secara intuitif (4-7 tahun), yaitu kemampuan anak untuk menciptakan
sesuatu (menggambar/menyusun balok), tetapi tidak mengetahui
alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada usia ini anak
sudah dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan kelompoknya.
Fase Operasi Konkret (7-12 tahun), anak sudah punya
kemampuan berfikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi
sumber berfikir tersebut hadir secara konkret. Anak dapat
mengklasifikasikan objek, mengurutkan benda sesuai dengan tata
urutannya, memahami cara pandang orang lain dan berfikir secara
deduktif.
Fase Operasi Formal (12 tahun), anak dapat berfikir secara
abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi
kejadian yang akan terjadi, melakukan proses berfikir ilmiah yaitu
mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan
kebenaran hipotesis tersebut.
2.

Aspek Perkembangan Sosial


Sejak anak berumur satu tahun, ia hanya dapat berhubungan
dengan Ibu, Ayah, atau dengan orang dewasa lainnya, yang tinggal
bersama-sama di rumah itu. Dalam perkembangan selanjutnya,

25

kesanggupan berhubungan batin dengan orang lain makin lama


tampaknya makin nyata. Perkembangan sosial barulah agak nyata
bila ia memasuki masa kanak-kanak. Sekitar usia dua atau tiga
tahun, anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang
anggotanya terdiri dari dua atau tiga orang anak. Mereka bermain
bersama-sama walaupun kelompok itu hanya dapat bertahan dalam
waktu yang relative singkat. Dalam Kegiatan semacam ini anak
sudah menghubungkan dirinya dengan suatu masyarakat yang baru;
di dalamnya mulai terjadi perkembangan baru, yaitu perkembangan
sosial.
3.

Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi
dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar
berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk
memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan temantemannya atau orang dewasa. Bahasa merupakan alat untuk berpikir
dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami
hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung
dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan
kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang
dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa
yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai
kesempurnaan pada akhir masa remaja.

4.

Aspek Perkembangan Emosi atau Perasaan


Aspek ini berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (1314 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal
ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,
diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang

26

terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang
silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan
kesedihan,

rasa

akrab

bertukar

dengan

kerenggangan

dan

permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada
usia 18-21 tahun.
5.

Aspek Perkembangan Keagamaan


Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun
psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki
kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini
memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Menurut Woodworth, bayi
yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink
keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak
karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan
berfungsinya instink itu belum sempurna.
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak
itu melalui beberapa fase (tingkatan), yaitu:
a. The Fairy Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkat
ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi
dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep
ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.
Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi
hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan
konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongengyang kurang
masuk akal.

27

b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)


Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga
sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ke Tuhanan
anak sudah memcerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada
kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
c. The Individual Stage (Tingkat Individual)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep
keagamaan yang individalistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:
1. Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan
dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi
oleh pengaruh luar.
2. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal.
3. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah
menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati
ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkat dipengaruhi oleh
faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ektern berupa
pengaruh luar yang dialaminya.

BAB III

28

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:

d.

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang


Sisdiknas, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
kurikulum pendidikan anak usia dini, meliputi standar
kompetensi anak usia dini, pengembangan kurikulum dan penilaian.

3.2

Saran
Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan
beberapa saran antara lain.
Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap
pendidikan anak usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga
maupun masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa
keemasan perkembangan intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi
upaya meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus
terus dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar
masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.
Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik
kualifikasi akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran
lainnya.

29

30

DAFTAR PUSTAKA
http://adhimaswidayat.blogspot.co.id/p/supervisi.html
http://anisachoeriah-paud.blogspot.co.id/2011/04/makalah-kurikulum-paud.html

31

Вам также может понравиться