Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
IVAN DARREN ALBER
21060112140086
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI AREA PENGATUR DISTRIBUSI
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG
Dengan judul
SETTING DAN PEMASANGAN RELAI PROTEKSI PENYULANG PADA
KUBIKEL 20 KV
Disusun oleh :
Ivan Darren Alber
21060112140086
Universitas Diponegoro Semarang
27 Juli s/d 27 Agustus 2015
Telah diperiksa pada tanggal :
.
Mengetahui :
AREA PENGATUR DISTRIBUSI
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG
Asman Har 20 KV
Pembimbing Lapangan
(Suwarno)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI AREA PENGATUR DISTRIBUSI
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG
Dengan judul
SETTING DAN PEMASANGAN RELAI PROTEKSI PENYULANG PADA
KUBIKEL 20 KV
Disusun oleh :
Ivan Darren Alber
21060112140086
Universitas Diponegoro Semarang
27 Juli s/d 27 Agustus2015
NIP 195806171987031002
NIP 196111171988031001
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala hikmat dan kesehatan, dan karunia-Nya yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan kerja praktek berjudul SETTING DAN PEMASANGAN
RELAI PROTEKSI DI PENYULANG PADA KUBIKEL 20 KV
Kerja praktek merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa
selain perkuliahan, praktikum, dan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan
studi di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Hal ini dianggap penting dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa, dan
mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya.
Pengalaman yang diperoleh penulis selama kerja praktik di PT. PLN (Persero)
Distribusi Jakarta dan Tangerang Area Distribusi. Semoga dapat memberikan wawasan
tentang dunia kerja dan aplikasi keilmuan yang sangat berguna di kemudian hari. Namun,
segala pengalaman, ilmu dan wawasan yang diperoleh tidak dapat dituliskan dalam
laporan ini karena segala keterbatasannya
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan penyelesaian laporan ini, tak
lepas dari hambatan. Namun, berkat motivasi, informasi, dan konsultasi dari berbagai
pihak, akhirnya semua dapat diatasi. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Ibu, Ayah dan keluarga atas doa dan dukungan baik moril maupun materil.
2. Bapak Ir. Agung Warsito, DHET, selaku ketua jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro Semarang
3.
Ir. Tejo Sukmadi, MT, selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah
memberi arahan, bantuan dan kemudahan dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
4. Bapak Budi Setiyono, ST. MT, selaku koordinator kerja praktek jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang.
5. General Manager PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
iv
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vi
viii
xi
Abstrak............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................
vi
11
11
2.2.2 Visi, Misi, dan Tugas Utama PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang........................................................
14
2.3 Profil PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang Area Pengatur
Distribusi.......................................................................................
15
16
17
19
19
19
20
22
26
26
27
27
28
32
32
vii
34
35
35
39
41
42
44
45
46
46
48
48
58
58
62
63
64
BAB V
PENUTUP
68
68
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 3.1
23
Gambar 3.2
24
Gambar 3.3
25
Gambar 3.4
26
Gambar 3.5
Kubikel 20 kV ........................................................................
27
Gambar 3.6
33
Gambar 3.7
33
Gambar 3.8
34
Gambar 3.9
35
36
37
37
38
39
44
45
46
Gambar 4.1
58
Gambar 4.2
59
Gambar 4.3
59
Gambar 4.4
60
Gambar 4.5
60
Gambar 4.6
61
Gambar 4.6
62
Gambar 4.8
63
Gambar 4.9
64
65
xi
DAFTAR TABEL
52
Tabel 4.2 Arus dan waktu setting relay untuk gangguan over current........
55
Tabel 4.3 Arus dan waktu setting relay untuk gangguan ground fault .......
57
67
67
xii
Abstrak
Jaringan distribusi tegangan menengah 20kV adalah jaringan distribusi primer
yang dipasok oleh Gardu Induk. Gardu Induk yang akan dibahas ini menurunkan
tegangan tinggi 150kV menjadi tegangan menengah 20kV serta memiliki beberapa
penyulang yang mempergunakan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) untuk mendistribusikan listrik pada
pelanggan listrik.
Akan tetapi PLN Distibusi Jakarta dan Tangerang harus berupaya meningkatkan
keandalan secara terus menerus. Tingkat keandalan di representasikan antara lain
indikator sering terjadinya pemadaman dan kerusakan pada peralatan listrik.
Penyebab utama pemadaman dan kerusakan peralatan listrik adalah gangguan pada
jaringan distribusi tegangan menengah. Oleh karena itu dibutuhkannya sistem
proteksi pada setiap kubikel 20kV untuk mengurangi akibat gangguan dengan cara
memisahkan bagian sistem yang terganggu dari bagian lainnya, sehingga bagian
tersebut dapat terus bekerja. Untuk mengamankan sistem tenaga listrik diperlukan
sistem proteksi yang terdiri dari seperangkat peralatan proteksi yang komponen
komponen terpenting nya adalah relay proteksi, Sumber DC sebagai catu daya relay,
Pemutus Tenaga (PMT), Trafo Arus (CT) dan Trafo Tegangan (PT).
Relai Proteksi atau singkatnya didefinisikan sebagai elemen perasa yang
mendeteksi adanya gangguan. Gangguan yang sering terjadi pada jaringan distribusi
tegangan menengah adalah over current karena gangguan fasa-fasa dan ground fault.
Relay Proteksi juga merupakan peralatan pengambil keputusan dalam sistem proteksi,
dengan melihat masukan dari trafo arus dan mempertimbangkan seting yang
diterapkan pada relay tersebut maka relay dapat mengambil keputusan untuk memberi
order trip ke PMT. Relai proteksi harus di pasang secara benar sesuai prosedur dan
di setting terlebih dahulu sehingga secara maksimal dapat mengatasi gangguan.
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
kurva gangguan serta nominal gangguan yang sering terjadi melalui perhitungan
agar arus gangguan yang terjadi tidak memasuki peralatan listrik yang lebih vital
yakni busbar dan trafo tenaga. Dibutuhkan pemasangan relai proteksi pada
kubikel 20 kV sesuai dengan prosedur masing masing merk relai. Output pada
terminal sumber, terminal trafo arus, terminal ground dan terminal trip harus
disesuaikan dengan input pada relai proteksi untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Dengan adanya pemeliharaan secara berkala oleh PLN terhadap komponen
atau peralatan tersebut diharapkan jika terjadi gangguan maka dapat dilakukan
investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan pada saat transformator
beroperasi, Selain itu dengan pemeliharaan ini diharapkan dapat mengurangi
dampak kerugian yang lebih besar bagi PLN maupun konsumen pelanggan
listrik.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan adalah :
1.2.1 Tujuan Umum
a. Memperluas wawasan ilmu mahasiswa tentang orientasi energi listrik,
sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami teori dan kenyataan
yang dihadapi di lapangan.
b. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip yang dipelajari
selama kuliah dengan aplikasinya di lapangan.
c. Mengukur sejauh mana kemampuan analisa perbandingan secara teori
dengan kondisi nyata di lapangan.
d. Menumbuhkan jiwa engineer yang tanggap terhadap aplikasi yang ada di
lapangan.
e. Sebagai media untuk memperoleh ilmu, pengalaman berpikir kritis dan
praktis,
melatih
ketrampilan
serta
bertindak
dalam
lingkungan
1.5
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis membagi kedalam beberapa bab
dimana bab-bab tersebut sebagai berikut :
1.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan kerja praktek, tempat dan waktu
pelaksanaan, pembatasan masalah, metodologi pengambilan data dan
sistematika penulisan.
2.
3.
4.
5.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penyusunan laporan kerja praktek
ini.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
MISI : -
sama
dengan
pihak
lain
atau
badan
penyelenggara
bidang
Ekstra Tinggi (500 kV) danTegangan Tinggi (150 dan 70 kV). Semakin besar
daya yang akan disalurkan melalui kawat transmisi berukuran sama, semakin
tinggi tegangan yang diperlukan. Tingkat tegangan di gardu induk yang
berkapasitas 500 kV atau 150 kV akan diturunkan untuk tujuan distribusi kepada
pelanggan.
Kategori pelanggan besar dilayani dengan jaringan tegangan tinggi sebesar 150
dan 70 kV dan jaringan menengah sebesar 20 kV, sementara untuk pelanggan
kecil, energi listrik disalurkan ke gardu distribusi melalui Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) 20 kV dan selanjutnya di gardu distribusi tegangan diturunkan
menjadi 380/220volt untuk disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
ke sambungan rumah (SR).
4. Kegiatan Riset & Penunjang Kegiatan yang dilakukan oleh satuan organisasi
penunjang mencakup :
Jasa Pendidikan dan Latihan PT PLN (Persero) yang bertugas untuk
menyelenggarakan berbagai pendidikan dan latihan di bidang teknik,
manajemen, keuangan dan administrasi umum.
Jasa Enjiniring PT PLN (Persero) yang bertugas memberikan dukungan dalam
studi kelayakan, desain dan supervisi konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik.
untuk memberikan dukungan terhadap produksi dan layanan perbaikan terutama
pada sektor kelistrikan. Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan PT PLN
(Persero) yang bertugas untuk memberi dukungan dalam standarisasi,kalibrasi
dan pengujian peralatan listrik serta instrumen lainnya.
Jasa Sertifikasi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan dukungan
dalam sertifikasi produk peralatan listrik, sistem manajemen mutu dan
lingkungan bidang ketenagalistrikan serta kelayakan instalasi tenaga listrik dan
tera meter.
Jasa Manajemen Konstruksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan
dukungan dalam manajemen konstruksi lapangan untuk konstruksi dan layanan
perbaikan terutama pada sektor kelistrikan.
10
Jasa dan Produksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan dukungan
terhadap produksi dan layanan perbaikan terutamapada sektor kelistrikan.
12
Raya
&
Tangerang
diarahkan
kepada
Stategic
Business
PLN
(Persero)
Unit/Investment Centre.
11.Selanjutnya
berdasarkan
Keputusan
Direksi
PT
Perencanaan
Distribusi
Niaga
Keuangan
13
Unit Pelayananan
Unit Pelayananan Jaringan
Unit Pelayananan dan Jaringan
2.2.2 Visi, Misi, dan Tugas Utama PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan
Tangerang (dalam SK DIR No. 303.K/DIR/2010)
VISI : Menjadi Perusahaan Distribusi Tenaga Listrik yang Handal, Tangguh dan
Berkembang.
MISI : Melaksanakan usaha pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam
jumlah dan mutu yang memadai untuk memberikan kontribusi dalam
pembangunan nasional, melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi
yang sehat, mem[erlihatkan kepentingan stake holder, serta meningkatkan
kepuasan pelanggan.
TUGAS UTAMA
a. Mengelola kegiatan pengelolaan distribusi tenaga listrik untuk meningkatkan
mutu dan keandalan pelayanan
b. Mengelola niaga dan penjualan tenaga listrik untuk meningkatkan kinerja
perusahaan
c. Mengelola pelayanan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
d. Mengelola sumber daya secara efisien, efektif, dan sinergis untuk menjamin
pengelolaan usaha secara optimal dan memenuhi kaidah Good Corporate
Governance.
14
15
2.3 Profil PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang Area Pengatur
Distribusi
2.3.1 Tugas Pokok PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang Area
Pengatur Distribusi
Area Pengatur Distribusi bertanggung jawab mengelola kegiatan operasi
sistem distribusi, Scada dan Telekomunikasi di daerah Jakarta dan Tangerang
secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik untuk mencapai kinerja unit
(SK DIR No. 303.K/DIR/2010).Berdasarkan keputusan GM No.022.K/GM
DISJAYA/2006 tertanggal 20 Februari 2006, Area Pengatur Distribus memiliki
tugas pokok yaitu:
1. Merencanakan dan melaksanakan pengaturan dan pengendalian kegiatan
operasi sistem distribus tenaga listrik, baik secara kendali jauh (remote
control) maupun melalui perintah kepada petugas Operasi Distribusi sehingga
dicapai pengoperasian jaringan yang optimal yang dapat memaksimalkan
penjualan tenaga listrik dengan tingkat keandalan maksimum,
2. Mengelola dan mengembangkan sistem SCADA agar selalu mengikuti
kebutuhan operasional jaringan yang selalu berkembang,
3. Melaksanakan pengaturan pengoperasian dan pemeliharaan Gardu Induk.
16
17
18
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
19
ini relay proteksi tidak boleh gagal kerja. Disamping itu, relay proteksi tidak
boleh salah kerja, dalam hal ini relay tersebut harus dapat diandalkan
termasuk juga komponen dari perangkat proteksi lainnya (PMT dsb). Maka
dari itu diperlukan pemeliharaan dan pengujian secara periodik.
c) Selektifitas (selectivity) : relay pengaman harus dapat memisahkan bagian
sistem yang terganggu sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau peralatan yang
terganggu saja yang termasuk dalam kawasan pengamanan utamanya,
Pengamanan sedemikian disebut pengamanan yang selektif. Jadi relay harus
dapat membedakan apakah:
- Gangguan terletak dikawasan pengamanan utamanya dimana ia harus
bekerja cepat.
- Gangguan terletak di sekesi berikutnya dimana ia harus bekerja dengan
waktu tunda (sebgai pengaman cadangan) atau menahan diri untuk tidak
trip.
- Gangguan diluar daerah pengamannya atau sama sekali tidak ada
gangguan, dimana relkay tidak harus bekerja sam sekali.
Untuk itu relay-relay yang didalam sistem terletak secara seri,
dikoordinir dengan mengatur peningkatan waktu (time grading) atau
peningkatan setting arus (current grading) atau gabungan dari keduanya
sehingga relay dinuat dengan bermacam macam jenis dankarakteristiknya.
Dengan pemilihan jenis dan karakteristik relay yang tepat, spesifikasi trafo
arus yang benar, serta penentuan setting relay yang terkoordinir dengan baik,
selektifitas yang baik dapat diperoleh.
d) Kecepatan (speed) : untuk memperkecil kerugian atau kerusakan akibat
gangguan maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin
dari bagian sistem lainnya. Hal ini untuk menghindari kerusakan secara
21
termis pada peralatan yang dilalui arus gangguan serta membatasi kerusakan
pada alat yang terganggu.
Kecepatan itu penting untuk:
- Menghindar kerusakan secara thermis pada peralatan yang dilalui arus
gangguan serta membatasi kerusakan pada alat yang terganggu.
- Mempertahankan kestabilan sistem.
- Untuk menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu pengaman
terpaksa diberi waktu tunda (td) namun waktu tunda tersebut harus
sesingkat mungkin dengan memperhitungkan resikonya.
3.1.4 Komponen Sistem Proteksi
Untuk mengamankan sistem tenaga listrik diperlukan sistem proteksi yang
terdiri dari seperangkat peralatan proteksi yang komponen komponen terpenting
nya adalah :
a) Relay Proteksi
Atau singkatnya didefinisikan sebagai elemen perasa yang mendeteksi
adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya (fault detection).
Perlengkapan untuk mendeteksi gangguan atau kondisi ketidaknormalan pada
sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk membebaskan/ mengisolasi
gangguan, menghilangkan kondisi tidak normal, dan untuk menghasilkan
sinyal atau indikasi.
22
23
24
25
e) Sumber DC (Battery)
Berupa baterai yang berfungsi untuk memberi Suplay ke pada relay dan
rangkaian control proteksi , baterai harus mempunyai tegangan yang cukup
untuk menghidupkan relai dan peralatan lainnya seperti tripping , closing Coil,
relay Bantu dan lain lain.
Baterai juga harus mempunyai kapasitas Amper hour (Ah) yang cukup
sehingga bila tidak ada Suply dari rectifier baterai masih mampu bekerja
beberapa saat.
f) Auxilliary Contact
Peralatan kontak Bantu relay untuk menjaga dari kerusakan kontak relay
utama akibat arus gangguan yang besar.
3.2 Kubikel 20 kV
3.2.1 Pengertian Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada gardu
distribusi yang mempunyai fungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung,
pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV.
Kubikel biasa terpasang pada gardu distribusi atau gardu hubung.
26
27
c)
Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri dari dua
bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap (fixed contact)
sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau PMT digunakan media
minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan udara, selain itu memperkecil
terjadinya busur api dilakukan dengan pembukaan dan penutupan kontak
pemutus secara cepat secara mekanis.
d)
Sirkuit Pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit utama atau
sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga membahayakan harus
dihubungkan ke penghantar pembumian .
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan arus sebesar
12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak. Kepadatan arus di sirkuit
pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2 dengan luas penampang
penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap ujung penghantar disambung
dengan instalasi sistem pembumian pembumian melalui baut berukuran M12.
Penghantar pembumian ditempatkan sedemikian sehingga tidak merintangi
tangan untuk mencapai terminal kabel. Selungkup kompartemen sekurangkurangnya harus terselubung di satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas
pembumian antara badan kompartemen dan sekat atau tutup diyakinkan melalui
pemasangan baut dan mur atau cara lain yang dapat diandalkan. Kontinuitas
pembumian antara bagian bergerak yang berengsel dengan luas penampang
tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan pada pita tersebut untuk
melindungi anyaman pita terhadap tegangan mekanis yang tidak semestinya.
Bagian sakelar pembumian harus terhubung ke penghantar utama pembumian
melalui
penghantar
tembaga
yang
kaku
dan
fleksibel
dengan
luas
29
e)
mengamankan
kubikel
pada
saat
tidak
bertegangan
dengan
30
Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal dari sisi
lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat hubung
dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus kapasitip yang
dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan. Kubikel jenis PMT lampu
indikator digunakan nuntuk menandai posisi alat-hubungnya dengan 2 ( dua )
warna yang berbeda untuk posisi masuk atau keluar. Sumber listrik untuk lampu
indikator berasal daris sumber arus searah ( DC ) yang dihubungkan dengan
kontak bantu yang bekerja serempak dengan kerja poros penggerak alat-hubung
utama.
j)
diperlukan)
a. Perlengkapan ini harus dipasang pada setiap penyulang keluar dan terdiri dari:
Transformator arus jenis resin yang dipasang melingkari kabel. Satu kotak
untuk rele, batere yang dapat dimuati kembali (rechargeable) dan alat pemberi
muatan (changer) yang dipasang pada dinding di dalam gardu.
Catu daya
31
i) Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup posisi
kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau pengisian
pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada satu kubikel,
jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih
j) Sistem Interlock (Interlock) Dan Pengunci
Sistem interlock harus dilengkapi untuk mencegah kemungkinan kesalahan atau
kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin keamanan operasi. Gawai
interlock harus dari jenis mekanis dengan standar pembuatan yang paling tinggi,
tak dapat diganggu gugat dan mempunyai kekuatan mekanis lebih tinggi dari
kontrol mekanisnya. Pada kubikel jenis PMT yang dilengkapi dengan motor
listrik sebagai penggerak alat hubung dan dikontrol dengan sistem kontrol listrik
arus searah, maka sistem interlockpun juga diberlakukan pada sistem kontrol
listriknya. Yaitu bila posisi komponen kubikel belum pada posisi siap
dioperasikan, maka sistem kontrol tidak dapat dioperasikan .
3.3 Relai Proteksi
3.3.1 Perkembangan Relay Proteksi
Pada perkembangannya relay terbagi menjadi 3 jenis :
a. Relay elektromekanik
Relay elektromekanik saat ini sudah jarang digunakan pada instalasi instalasi
gardu induk maupun gardu distribusi karena faktor usia, teknologi yang sudah
kuno dan sudah tidak diproduksi lagi, contoh relay elektromekanik : Relay
CDG, Relay BBC.
32
b. Relay elektrostatik
Relay elektrostatik komponen dan sistemnya sudah elektronik, hanya saja
untuk kemudahan analisis dan komunikasi relay ini tidak memiliki
fasilitasnya, misalnya untuk mengetahui arus gangguan kita tidak dapat
mengetahuinya secara akurat . Contoh relay elektrostatik : MCGG 52, MCGG
82, ITG 7196, dsb.
maupun dengan relay digital lainnya. Relay jenis ini banyak terdapat pada
instalasi gardu induk dan gardu distribusi milik PLN. Contoh relay digital :
Vamp 40, MIF II, Sepam 1000, Siemens 7SR11, Thytronic, MC 30 dsb.
36
Gambar 3.11 Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time
Relay)
Gambar 3.12 Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).
Pada kondisi normal arus beban mengalir pada SUTM/SKTM dan oleh trafo
arus besaran arus ini ditransformasikan ke besaran sekunder. Arus mengalir
pada kumparan relay tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari pada suatu
harga yang ditetapkan(setting) maka relay tidak bekerja. Bila terjadi gangguan
hubung singkat arus beban akan meningkat dan menyebabkan arus sekunder
naik. Apabila arus sekunder melebihi suatu harga yang telah ditetapkan (diatas
setting) maka relay akan bekerja dan memberi perintah trip pada tripping coil
untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga SUTM/SKTM yang terganggu
dipisahkan dari jaringan.
3.3.4.3 Setting OCR
Penyetelan relay OCR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator tenaga
terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus setting
untuk relay OCR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder
transformator tenaga adalah:
I set (primer) = 1,05 x I nominal
Nilai tersebut adalah nilai primer. Untuk mendapatkan nilai setelan sekunder
yang dapat disetkan pada relay OCR, maka harus dihitung dengan
38
menggunakan ratio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi
sekunder transformator tenaga.
I set (sekunder) =Iset (primer) x 1/(Ratio CT)
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan untuk
menentukan nilai TMS. Rumus untuk menentukan nilai setelan waktu
bermacam-macam sesuai dengan desain pabrik pembuatan relay. Berikut
adalah standar inverse standar IEC 60255
Karakteristik Rele
3.3.5 GFR
Relay hubung tanah yang lebih dikenal dengan GFR pada dasarnya mempunyai
prinsip kerja sama denganrelay arus lebih namun memiliki perbedaan dalam
kegunaannya. Bila relay OCR mendeteksi adanya hubungan singkat antar fasa
maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat ke tanah.
39
41
52 = Ac circuit breaker
55 = Power factor relay
56 = Field application relay
59 = Overvoltage relay
60 = Voltage or current balance relay
64 = earth fault protective relay
87 = Differential protective relay
3.4. Gangguan Hubung Singkat
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal pada impedansi yang
relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung
singkat digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat.
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20
kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan
gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh
sentuhan daun/pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca
dan lain-lain. Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa
kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan,
kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.
Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi adalah :
a) Dari lamanya gangguan
- Gangguan yang bersifat temporer
Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi gangguan, maka gangguan
tersebut tidak akan lama dan dapat normal kembali. Gangguan ini dapat hilang
dengan sendirinya atau dengan memutus sesaat bagian yang terganggu dari
sumber tegangannya. Kemudian disusul dengan penutupankembali peralatan
hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi dapat menimbulkan
42
43
Dimana
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z.
V= Tegangan sumber ( Volt ).
Z= Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di dalam jaringan
dari sumber tegangan sampai titik gangguan (/km).
Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan besarnya nilai impedansi
tiap komponen jaringan serta bentuk konfigurasi jaringan di dalam sistem maka
besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan rumus di atas.
Yang membedakan antara gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke
tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu sendiri
dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan, impedansi yang terbentuk
dapat ditunjukkan seperti berikut:
Z untuk gangguan 3 fasa Z = Z1
Z untuk gangguan 2 fasa Z = Z1+ Z2
Z untuk gangguan 1 fasa ke tanah Z = Z1+ Z2+ Z0
Dimana,
Z1 = Impedansi urutan positif 3 fasa
Z2 = Impedansi urutan negatif 2 fasa
Z0 = Impedansi urutan nol 1 fasa
3.4.1 Gangguan Hubung Singkat 3 fasa
Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa
yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi
44
= Vph
Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa ke tanah adalah back flashover antara
tiang ke salah satu kawat transmisi dan distribusi. Sesaat setelah tiang tersambar
petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangya cukup rendah namun bisa juga
gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi /
distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dll
I= V/Z
Dimana:
I = Arus gangguan urutan nol
V = Tegangan fasa-netral system 20 kV= =
= Vph
46
47
BAB IV
SETTING DAN PEMASANGAN RELAI PROTEKSI PENYULANG PADA
KUBIKEL 20KV
48
setting relai yang tepat (sensitif dan selektif) serta diperlukan koordinasi relai
proteksi yang baik.
Contoh studi kasus koordinasi proteksi OCR dan GFR penyulang Kusir GI
Petukangan
a) Menghitung Impedansi Sumber
Data Hubung singkat di 150 KV (P3B)
Tegangan = 150 kV
Untuk menghitung inpedansi sumber disisi bus 20 kV, maka harus dihitung
dulu impedansi sumber di bus 150 kV. Data hubung singkat di bus sisi primer
150 kV di GI Petukangan adalah 8752,3991MVA. Maka impedansi sumber
(XS) adalah
Xs150kV
Xs150kV = 2,57 Ohm
Untuk mengetahui Impedansi di sisi sekunder yaitu di bus sisi 20 kV diperoleh
dengan cara mengkonversikan dulu impedansi sumber di bus 150 kV ke sisi 20
kV. Karena pada sisi 20kV dan 150kV memiliki daya yang sama maka.
MVA20kV = MVA150kV
Xs20kV
Xs150kV
49
50
If1fasa-G =
If 2fasa =
PANJANG
If3fasa
If2fasa
If1fasa
(KM)
(%)
(amp)
(amp)
(amp)
0.0
1%
10589.25
952.98
5%
11609.46
10054.09
945.99
10%
10872.39
9415.77
937.39
15%
10184.97
8820.45
928.94
20%
9551.60
8271.93
920.64
25%
8972.24
7770.19
912.48
30%
8444.36
7313.03
904.45
35%
7964.18
6897.18
896.56
40%
7527.46
6518.97
888.81
45%
7129.93
6174.70
881.18
50%
6767.52
5860.85
873.67
52
55%
6436.50
5574.17
866.29
60%
6133.47
5311.74
859.03
65%
5855.43
5070.95
851.89
70%
5599.70
4849.48
844.86
75%
5363.93
4645.30
837.94
80%
5146.04
4456.60
831.13
85%
4944.21
4281.81
824.43
90%
4756.83
4119.53
817.83
95%
4582.48
3968.55
811.34
100%
3827.77
286 A
53
I Set(Primer)= 303,14 A
I Set(sekunder) = 1,876875 A
INCOMING PENYULANG 20 KV
Ibeban = 1732.05A
Ratio CT = 2000/5
I Set(Primer)= 1,05 I beban
(5/2000)
I Set(sekunder) = 4,55 A
TMS =
TMS = 0,12
t=
t=
t = 0,3
54
TMS
TMS = 0,19
t=
t = 0,7
Tabel 4.2 Arus dan waktu setting relay untuk gangguan over current
Outgoing
Incoming
I set (Primer)
303.14 A
1818,65 A
I set (Sekunder)
1,876875 A
4,55 A
TMS
0,12
0,19
0,3 s
0,7 s
55
I Set(Primer)= 80 A
I Set(sekunder) = 0,5 A
INCOMING PENYULANG 20 KV
I Set(Primer)= 30 % I beban
I Set(Primer)= 285,9 A
I Set(sekunder) = 0,71 A
Grading time / delay time antara outgoing dengan relai incoming 0.4
TMS
TMS = 0,1
56
t=
t=
t = 0,3
INCOMING PENYULANG 20KV
TMS =
TMS
TMS = 0,12
t=
t = 0,7
Tabel 4.3 Arus dan waktu setting relay untuk gangguan ground fault
Outgoing
Incoming
I set (Primer)
80 A
285,9 A
I set (Sekunder)
0,5 A
0,71 A
TMS
0,1
0,12
0,3 s
0,7 s
57
58
59
Keterangan :
Terminal tegangan sumber 110 VAC/DC : A1 (+), A2 (-)
Terminal CT (R,S,T,N) : C1,C3,C5,C7
Terminal Ground : C2,C4,C6,C8
Terminal Trip : A3,A5
5. Relay baru telah terpasang pada kubikel 20 kV
61
62
63
Nilai relay yang baik dan dinyatakan sensitive jika hasil perbandingan:
(Idf ) dropoff / pickup 95%
64
keseluruhan untuk mengetahui apakah masih dalam keadaan standar atau tidak.
Langkah yang dilakukan adalah
65
66
Besar Arus
2x
3x
5x
Moment
Waktu (t)
10,029
6,302
4,279
2,105
TMS = 0,13
1,31
0,82
0,53
0,275
Uji
Besar Arus
2x
3x
5x
Moment
Waktu (t)
10,029
6,302
4,279
2,105
TMS = 0,13
1,3038
0,8193
0,55628
0,2737
Uji
Dari Hasil diatas hasil uji relay barito sesuai dengan standar uji waktu relay,
artinya relai layak dioperasikan/dipasang.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerja Praktek yang dilakukan di Area Pengatur Distribusi PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memberikan gambar secara garis besar
mengenai pekerjaan di sector sistem proteksi pada penyulang(feeder) khususnya
mengenai relay. Kerja praktek yang dilakukan bersinergi dengan terori yang
diperoleh di universitas.
2. Hasil perhitungan arus dan waktu untuk setting relay terhadap gangguan arus
lebih di penyulang Kusir Gardu Induk Petukangan adalah 1,876875 A dengan
waktu 0,3 s dan waktu TMS 0,12.
3. Hasil perhitungan arus dan waktu untuk setting relay terhadap gangguan 1 fasa ke
tanah di penyulang Kusir Gardu Induk Petukangan adalah 0,5 A dengan waktu 0,3
s dan waktu TMS 0,1.
4. Pengujian picked up dan drop off dilakukan untuk mengetahui sensitifitas relay
dalam mendeteksi arus gangguan serta mengetahui minimum dan maksimum
kerja relay. Nilai relay yang baik dan dinyatakan sensitive jika hasil perbandingan
dropoff / pickup 95%
5. Pengujian function test relay untuk menguji fungsi dan sistem secara keseluruhan
dan hasil pengujian relay pada penyulang barito Gardu Induk CSW menunjukkan
bahwa sesuai dengan standar uji waktu relay.
B. Saran
1. Penggunaan alat pengaman seperti topi,sepatu dan sebagainya harus dilakukan
oleh setiap petugas dalam mengerjakan pemasangan dan pengujian relay
proteksi.
68
2. Langkah prosedur pengujian relay harus sesuai dengan instruksi kerja, agar
setiap langkah pengujian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan
dimengerti.
3. Melakukan pengujian relay sangat baik sebelum relay terpasang dan siap untuk
dioperasikan.
69
DAFTAR PUSTAKA
70
BIODATA PENULIS
di
biro
ELCO.
Penulis
dapat
ivandarrenalbersimatupang@ymail.com
71
dihubungi
di
alamat