Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Sasaran
Hari/Tanggal
Jam
Tempat
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan
pelayanan
kesehatan
memberikan
dampak
terjadinya
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Senin tanggal 01-02 Februari 2016,
didapatkan hasil umur lansia di Wisma Matahari yang berusia antara 6074 tahun
sebesar 40% (4 orang), sementara lansia yang berusia antara 75-90 tahun sebesar
60%% (6 orang) dan tidak ada lansia yang berusia >90 tahun atau 0%. Selain
umur lansia, dari 10 orang penghuni Wisma Matahari di PSTW Budi Sejahtera
Martapura, hanya 9 orang yang dapat dilakukan pengkajian SPMSQ dan kognitif
MMSE, 1 orang tidak dapat dilakukan pengkajian karena mengalami gangguan
penglihatan berat (buta total) dan gangguan pendengaran yang berat (tuli total),
hasil pengkajian SPMSQ menunjukkan bahwa dari ke 9 orang tersebut yang
mengalami kerusakan intelektual ringan sebesar 44,44% (4 orang), kerusakan
intelektual berat 11,11% (1 orang) dan hasil pengkajian MMSE menunjukkan
bahwa sebesar 44,44% (4 orang) mengalami gangguan kognitif berat dan
sebanyak 22,22% (2 orang) mengalami gangguan kognitif ringan.
Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi,
kemampuan berbahasa, daya ingat, visiospasial, kemampuan membuat konsep dan
intelengensi. Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan
lajunya proses menua. Pada beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif
tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau
demensia.
Beragam pengobatan dapat diterapkan pada pasien demensia ini. Mulai dari
terapi farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sampai terapi non
farmakologis seperti rehabilitasi medik berupa fisioterapi, latihan kognitif, terapi
wicara dan terapi okupasi. Terapi non farmakologis perlu diterapkan pada pasien
demensia untuk menunda kemunduran kognitif dengan menerapkan perilaku sehat
dan melakukan stimulasi otak sedini mungkin dengan beragam terapi seperti
rekreasi, membaca, mendengarkan musik, mengingat waktu dan tempat, berdansa,
terapi seni dan senam otak untuk melatih kemampuan otak bekerja.
Kemunculan demensia dalam proses penuaan dapat diperlambat dengan cara
memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak, seperti olah raga,
berpikir, berkarya, dan sosialisasi. Senam otak (brain gym) dapat menjadi salah
satu aktivitas yang dapat digunakan untuk memperlambat demensia. Senam otak
adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para
murid di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan
G. SETTING
4
1
4
2
3
4
Keterangan :
1 : Leader
2 : Observer
3 : Fasilitator
4 : Peserta
H. Petugas Pelaksana TAK
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
9.
Nama Petugas
Indah Dwi Astuti, S.Kep
Nor Ella Dayani, S.Kep
Farida Raudah, S.kep
Grace Epyfania Simarmata, S.Kep
Alpianor, S.kep
Selvia Harum Sari, S.kep
Helma Rasyida, S.kep
Jannatur Rahmah, S.Kep
Ermawati Rohana, S.Kep
Penanggung Jawab
Leader
Observer
Fasilitator
Co-Leader
Fasilitator
Fasilitator
Observer
Fasilitator
Fasilitator
Aktivitas Mahasiswa
a
Mengucapkan
salam.
Menyebutkan nama
Aktivitas lansia
a
Lansia
membalas
salam.
Lansia
menerima
dan asal.
c
Penyampaian
materi
(10 menit)
Alat/
Media
-
Metode
Ceramah
kehadiran mahasiswa
Menjelaskan tujuan.
a. Menjelaskan tentang
pengertian
senam
otak
b. Menjelaskan
manfaat-manfaat
senam otak
c. Menjelaskan tentang
dengan baik.
Lansia
memahami
Poster
Ceramah dan
senam
Tanya jawab
otak
dan memperhatikan
- Lansia
mengajukan
pertanyaan
keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal
Demonstrasi
yang
kurang jelas
a. Mendemonstrasikan
senam otak
Poster
senam
Demonstrasi
Tahap
kegiatan
Aktivitas Mahasiswa
Memberikan
dengan baik
- lansia
Alat/
Media
otak
Metode
mengajukan
kesempatan
kepada
Aktivitas lansia
lansia
pertanyaan
untuk
menanyakan
hal-hal
yang
kurang jelas.
b. Meminta
lansia
untuk
melakukan
b. Lansia
melakukan
senam otak
bergantian
a. Mengevaluasi
a. Lansia
respon
pertanyaan
subjektif/perasaan
mahasiswa
lansia
setelah
melakukan
senam
otak
b. Mengevaluasi tujuan
TAK
menjawab
b. Lansia
Ceramah dan
Tanya jawab
mampu
c. Penutup,
memberi
salam.
salam
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan
hari sebelum
TAK
dilaksanakan
b. Persiapan tempat, alat/media dilakukan satu hari sebelum TAK
dilaksanakan
c. Mahasiswa membuat kontrak dengan kelompok lansia dan
pengasuh wisma untuk pelaksanaan TAK.
2. Evaluasi Proses
a. Lansia aktif dalam kegiatan TAK, bertanya bila ada kesulitan dan
menjawab pertanyaan dengan baik.
b. Lansia mengikuti TAK dari awal sampai akhir dan mampu
melakukan senam otak dengan benar sesuai yang diajarkan oleh
Leader
3. Evaluasi Hasil
a. Lansia mengetahui dan memahami tentang manfaat senam otak
setelah pelaksanaan TAK
b. Lansia mampu melakukan senam otak setelah TAK
c. Lansia mampu mengaplikasikan senam otak dalam kehidupan
sehari-hari.
Lampiran materi
SENAM OTAK
Otak sebagai sistem syaraf pusat berfungsi penting untuk tubuh karena otak
mengatur kegiatan yang membutuhkan daya pikir yang baik. Namun otak bisa
memiliki masalah karena kurangnya stimulus yang baik. Dibutuhkan gerakan
sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari untuk memaksimalkan kerja otak.
Dalam buku Brain Gym karangan Dr. Paul E. Dennison, Ph.D. dan Gail E.
Dennison menyatakan senam otak sebagai pelatihan otak yang sudah
dikembangkan sejak tahun 1970.
Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah
serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan
fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang
mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi.
Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk
beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari.
Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran,
meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 2009).
Senam otak dilakukan untuk meningkatkan kemampuan otak yang
terkadang tanpa disadari semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Usia
semakin bertambah, maka otak juga mulai menua. Proses menua adalah proses
alamiah yang akan dialami semua makhluk hidup. Fenomena menua juga terjadi
pada sel-sel otak, menurut bagian penyakit saraf Fakultas Kedokteran UNHAS,
dr. Jumraini Tammase SPS, menyatakan kemampuan otak tidak hanya bisa
berkurang karena faktor usia, namun kurangnya aktivitas otak yang memberikan
rangsangan terhadap kinerja otak, juga turut andil terhadap penurunan kondisi
kognitif otak.
Brain Gym atau senam otak tidak menyembuhkan suatu penyakit tetapi
dengan rutin melakukan senam otak, sel-sel tubuh akan bekerja optimal, sehingga
dapat mencegah datangnya penyakit. Untuk mengefektifkan manfaat senam otak,
dapat dilakukan pada pagi hari dalam kurun waktu 5 sampai 15 menit agar otak
siap dan seimbang untuk memulai aktivitas. Serangkaian latihan sederhana yang
disebut senam otak dapat membantu fungsi otak kita menjadi lebih baik dan
tajam, cerdas dan jauh lebih percaya diri.
Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran
dan meningkatkan daya ingat dengan melakukan senam otak. Senam otak berguna
untuk melatih otak. Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni
meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan brain gym
yaitu
kegiatan
yang
merangsang
intelektual
yang
bertujuan
untuk
Senam otak tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi
juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Yanuarita, 2012).
Manfaat senam otak antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tubuh.
9. Meningkatkan kemampuan penglihatan dan kreativitas
10. Meningkatkan ketrampilan komunikasi sehingga membantu membuat
keputusan yang lebih baik dan memberi dorongan ketika menghadapi
penolakan atau kekecewaan.
Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15
menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri 2013). Senam otak ini melatih otak
bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain
gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau
terhambat. Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan
oksigen ke otak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga
didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Denisson
2009).
fungsinya
Cara melakukan gerakan :
Menggambar dengan kedua tangan
pada saat yang sama, ke dalam, ke luar,
ke atas dan ke bawah. Coretan ganda
dalam bentuk nyata seperti : lingkaran,
segitiga, bintang, hati, dsb.
Lakukan dengan kedua tangan.
Fungsi :
a. Kesadaran akan kiri dan kanan.
b. Memperbaiki penglihatan perifer
c. Kesadaran akan tubuh, koordinasi,
serta keterampilan khusus tangan
dan mata
d. Memperbaiki kemampuan olahraga
dan keterampilan gerakan.
dengan
membuat
angka
ketegangan
mata,
memusatkan
perhatian
dan
pemusatan,
2. Fokus
Gerakan
mengurangi
memiringkan
kebiasaan
kepala
atau
lain
ke
samping
kuping
keempat
jurusan
(depan,
fokus
tanpa
dan
fokus
berlebihan
b. Pernafasan lebih lancar dan sikap
lebih santai
c. Peningkatan energi pada tangan
dan jari
Gambar 4. Mengaktifkan Tangan
(The Active Arm)
Fokus adalah kemampuan menyeberangi garis tengah partisipasi yang
memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagaian belakang
(occipital) dan depan otak (frontal lobus). Perkembangan refleks antara otak
bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang (underfocused)
disebut kurang perhatian, kurang mengerti, terlambat bicara, atau hiperaktif. Pada
perkembangan refleks antara otak bagian depan dan belakang mengalami fokus
lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras (Denisson 2009).
3. Pemusatan
Gerakan
kembali
informasi
bermanfaat
sebelum
a. Konsentrasi
meningkat
dan
keterampilan
sosial.
c. Kemampuan
bergerak
dan
berpartisipasi meningkat.
d. Koordinasi
mental
dan
fisik
yang
berhubungan
yang terus-menerus)
d. Otot tengkuk dan bahu lebih
relaks
Cara melakukan gerakan :
Letakkan dua jari dibawah bibir dan
tangan yang lain di pusar dengan jari
menunjuk ke ba-wah. Ikutilah dengan
mata satu garis dari lantai ke loteng
dan kembali sambil bernapas dalamdalam. Napaskan energi ke atas, ke
tengah-tengah badan. Fungsinya :
a. Kesiagaan mental (Mengurangi
kelelahan mental)
b. Kepala
tegak
(tidak
membungkuk)
c. Pasang kuda-kuda dan koordinasi
Gambar 7. Tombol Bumi (Earth
Buttons)
seluruh tubuh
Cara melakukan gerakan :
fokus
berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
1. Constatinides. 2006. Teori proses menua, dalam R. Boedi-Darmojo
(Penyuting), Geriatri, Balai penerbit FKUI : Jakarta.
2. Paul, E. Dennison. 2010. Brain Gym. PT. Grasindo : Jakarta.
3. Anggriyana Tri Widianti, dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan:
Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
4. Boedhi Darmojo dan M. Hadi. 2010. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
5. Dennison, P. E. 2002. Brain Gym. Jakarta: PT Grasindo.
6. Lilik Marifatul Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Ilmu
7. Pipit Festi. 2010. Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif
Lansia Di Karang Werdha Peneleh Surabaya. Manuskrip. Staf Pengajar FIK
UM Surabaya
8. Putri Widita Muharyani. Demensia dan Gangguan Aktivitas Kehidupan
Sehari-hari (Aks) Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wargatama
Inderalaya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Volume 1, No.1, Maret,
2010: 20-27.
9. R. Siti Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika
10. Yayuk Sunarlin dan Raharjo Apriyatmoko. Pengaruh Senam Otak Terhadap
Kemampuan Kognitif Lanjut Usia. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Vol. 1, No. 2,
Agustus, 2009: 55-60.