Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan membandingkan antara teori dan tinjauan kasus.
Pembahasan yang akan dilakukan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien fraktur difokuskan pada pemeriksaan look, feel, dan
move. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik yaitu pemeriksaan
rontgen. Menurut Doengoes (2000), pengkajian pada pasien fraktur, pemeriksaan
data dasar pasien dan pengkajian pasien seperti aktifitas/ istirahat: keterbatasan
atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena. Sirkulasi hipertensi (kadangkadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan
darah), takikardi (respon stres, hipovolemia), penurunan atau tak ada nadi pada
bagian distal yang cidera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang
terkena, pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.
Neurosensori: hilang gerakan/sensasi,spasme otot, kesemutan (parastesis),
deformitas total, angulasi abnormal, pemendekkan, krepitasi, spasme otot,
kelemahan atau hilangnya fungsi, agitasi. Nyeri dan keamanan: nyeri berat tibatiba saat digerakkan, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasma otot/ keram
setelah imobilitas. Keamanan: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan,
95
96
perubahan warna, pembengkakan lokal, dari hasil rontsen terdapat open fraktur
metatarsal sinistra ii iv + ruptur tendon.
Pada tinjauan kasus didapatkan tanda dan gejala, Klien mengatakan merasa baal
pada kaki sebelah kiri. Klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kiri. Klien
mengatakan nyeri saat kaki digerakan, klien mengatakan nyeri berkurang saat
istirahat, klien mengatakan durasi + 4-6 menit, frekuensi nyeri 2-3 x / hari, skala
nyeri sedang 6, wajah klien meringis menahan nyeri.
Klien mengatakan nyeri pada area fraktur, terdapat edema punggung kaki sebelah
kiri, derajat edema 1 (2 mm), teraba lebih hangat dikaki sebelah kiri dibandingkan
dengan kaki kanan, panjang luka 8 cm dengan jumlah jahitan 11, sekitar luka
kemerahan terdapat pus, CRT 4 detik pada kaki sebelah kiri. Klien mengatakan
aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Klien mengatakan aktivitasnya
terbatas. Klien mengatakan kaki sebelah kiri nyeri saat digerakkan. Terdapat luka
jahitan pada kaki sebelah kanan, panjang luka 8 cm, jumlah jahitan 11 jahitan,
luka jahitan basah. sekitar luka kaki kanan kemerahan, terdapat nyeri tekan pada
kaki kanan. Berdasarkan hasil laboratorium pada tanggal 13 juni 2011 didapat
hasil Leukosit 13.800 /ul, LED 105 mm/jam, Hb 10,1 gr/dl, dari hasil Rontsen
tanggal 05 Agustus 2010 : open fraktur metatarsal sinistra ii iv + ruptur tendon
kekuatan otot 5555
5555
TTTT 5555
97
Edema yang ditemukan pada Ny.S pada saat pengkajian disebabkan karena
fraktur sehingga terjadi diskontinuitas jaringan tulang dan terjadi perubahan
jaringan sekitar dan spasme otot menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
disertai dengan pelapasan histamine sehingga protein plasma hilang sehingga
terjadilah edema pada klien.
Luka pada fraktur terbuka akan memudahkan bakteri masuk kedalam jaringan
lunak, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi yang terjadi akan
menyebabkan proses penyembuhan tulang terhambat dari keadaan normal,
sehingga tulang yang patah akan sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya,
membentuk sudut atau miring. Luka fraktur yang tidak mengalami infeksi
(biasanya fraktur tertutup) akan terjadi proses penyembuhan tulang sehingga
terbentuk tulang sesuai dengan aslinya.
98
Klien mengeluh nyeri itu disebabkan karena Fraktur yang mengenai pembuluh
darah sekitar tulang akan terjadi pendarahan, menyebabkan hematoma sehingga
terjadi vasodilatasi, eksudasi plasma dan migrasi pada pembuluh darah, inflamasi,
bengkak dan menekan saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri dan ini juga
dialami pada Ny.S
Pada tinjaun kasus ditemukan data yang tidak sama dengan landasan teori yaitu
takikardi, karena dalam tinjauan kasus nadi klien dalam ambang batas normal
yaitu 78 x/menit. Takikardi adalah frekuensi denyut jantung yang berlebihan yaitu
100 x/menit. Data tersebut tidak muncul dikarenakan pendarahan klien dapat
diatasi di IGD. Luka klien dijahit sehingga pendarahan berhenti. Takikardi dapat
terjadi bila klien banyak kehilangan darah dan tidak segera ditangani. Tekanan
darah dalam ambang batas normal yaitu 110/80 mmHg. Hipotensi terlihat jika
kehilangan banyak darah dan hipertensi kadang-kadang terlihat sebagai respons
terhadap nyeri/ansietas, hipotensi dan hipertensi tidak muncul karena pendarahan
klien dapat diatasi di IGD dan nyeri yang dirasakan sudah berkurang karena klien
sudah dilakukan perawatan hari ke-10 (Doengoes, 2000). Krepitasi suara berderik
yang dapat didengarkan pada gerakan ujung patahan tulang, tidak terdapat
krepitasi karena tidak dilakukan pemeriksaan tersebut. Pada fraktur tulang
panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontaksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
99
Pemendekan tidak terjadi karena fraktur klien termasuk fraktur di tulang pendek
(metatarsal) jadi tidak mengalami pemendekan tulang (Smeltzer & Bare, 2002).
Pada Ny.S saat pengkajian klien tidak mengalami komplikasi seperti infeksi, syok
hipovolemik atau traumatik akibat perdarahan Tanda-tanda syok yaitu: Hipotensi,
takichardi, akral teraba dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan. Begitu
juga sindrom emboli lemak tidak ditemukan pada Ny.S karena pada saat
pengkajian pada Ny.S tidak ditemukan tanda- tanda dari sindrom emboli lemak
yaitu: takipnea, dispnea, takikardi, suara nafas mengi (Smeltzer & Bare, 2002),
Sindroma kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat atau pemasangan bidai yang terlalu ketat, dan
dapat terjadi karena peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau
perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah misalnya, iskemia, cedera
remuk dan penyuntikan bahan pennghanjur (toksik), pada Ny.S tidak terjadi
kompartemen sindrom karena klien tidak mengalami perdarahan karena di IGD
langsung dijahit lukanya, dan jenis fraktur klien terbuka jadi tidak mengalami
peningkatan isi kompartemen otot dan pada saat pengkajian luka klien sudah
pada hari ke-10. Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan
dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan
100
jaringan fibrus yang secara perlahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan
kontraktur volkman. Gejala klinisnya adalah 5P yaitu pain (nyeri), parestesia,
pollar (pucat), pulsenes (denyut nadi hilang), dan paralisis.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada landasan teori diagnosa yang muncul pada pasien dengan diagnosa fraktur
(Doengoes, 2000) adalah : disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema, resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan, nyeri berhubungan dengan gerakan
fragmen tulang, edema, dan cidera pada jaringan lunak, resiko trauma tambahan
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang, kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan rangka neuromuskuler, nyeri/ketidak nyamanan, terapi
restrikif (imobilisasi), kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cidera
tusuk: fraktur terbuka, resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan aliran : darah/emboli lemak dan kurangnya
pengetahuan tentang kondisi dan prognosis berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
101
102
103
Antara landasan teori dan tinjauan kasus didapati kesenjangan, yaitu pada
Diagnosa Resiko trauma tambahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan tulang tidak ditegakkan karena klien sudah di pasang spalk/bidai dan
sudah diberi perawatan selama 10 hari dan sudah diberi pengertian agar jangan
banyak melakukan pergerakan pada ekstermitas yang cedera dan aktifitasnya
dibantu oleh keluarga dan selalu dilakukan di atas tempat tidur. Dan diagnosa
resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
aliran : darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler, interstitial,
edema paru, kongesti, tidak ditegakkan karena tidak ditemukan tanda-tanda
gangguan pernapasan seperti, rales, wheezing, ronchi (Doengoes, 2000).
104
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan untuk mengurangi, menghilangkan dan sebagai
pencegah terjadinya komplikasi. Tahapan intervensi keperawatan yaitu
menentukan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan, penetapan kriteria
evaluasi dan merumuskan rencana keperawatan.
105
ekstermitas, tidak dilakukan karena klien tidak pernah menunjukkan nyeri yang
hebat atau ekstrem karana sudah dilakukan perawatan hari ke-10.
Intervensi tidak dapat dilakuakan semua pada diagnosa resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan adanya luka/kerusakan jaringan . Untuk intervensi yang
tidak dilakukan yaitu, kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk
berbicara tidak dilakukan karena pada pasien fraktur tidak diperbolehkan untuk
dilakukan pengkajian tonus otot karena akan menambah trauma tambahan.
106
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat dan klien. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
di tetapkan dan disesuaikan dengan kondisi klien, untuk masalah keperawatan
disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan cidera vaskuler langsung,
odema implementasi yang dilakukan adalah, mengkaji tanda-tanda vital (TD, N,
P, dan S), mengkaji aliran kapiler warna kulit, dan kehangatan pada fraktur,
mengkaji keseluruhan lingkar ekstremitas yang cidera untuk
pembengkakan/edema, meng observasi fungsi neurovaskuler /perubahan fungsi
motorik/sensorik,CRT, pulsasi,sensasi, edema atau tidak, warna kulit,
meninggikan extermitas yang cidera, mengajarkan keluarga dan klien untuk
secara rutin latihan jari/sendi distal cidera, kolaborasi: mengawasi
hemoglobin/hematokrit, memberikan terapi sesuai indikasi mendapat terapi
kalnex 500 mg/iv/8. Untuk masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan adanya luka/kerusakan jaringan implementasi yang
dilakukan adalah, mengkaji tanda-tanda vital (TD, N, P, dan S), mengkaji
karakteristik luka, mengganti balutan dengan tekhnik aseptik, menganjurkan klien
dan keluarga untuk tidak menyentuh sisi inversi, memberikan penkes tentang
materi fraktur dan makanan yang dianjurkan untuk mempercepat proses
107
E. Evaluasi
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan terhadap Ny.S, evaluasi akhir
yang di dapat adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi masalah keperawatan disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan cidera vaskuler langsung, odema teratasi sebagian dan mengalami
peningkatan dibuktikan dengan kaki kirinya sudah tidak terasa baal, kaki
kirinya tidak merasa kaku saat jari kaki digerakkan, warna kulit sudah tampak
kemerahan pada bagian area distal fraktur, CRT 3 detik pada kaki kiri
2. Evaluasi masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
adanya luka/kerusakan jaringan teratasi sebagian dan mengalami peningkatan
dibuktikan dengan sudah tidak terdapat pus(-), leukosit dalam ambang normal
108