Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
HENDRA REZKIE
112.120.059/TA
Judul
sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lereng pada tanah. Kestabilan
lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah yang disebut dengan
bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat menyebabkan lereng
tersebut longsor.
Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap kestabilan
lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian sehingga dapat
memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang membutuhkan
perhatian yang lebih bagi kelangsungan operasi penambangan setiap harinya. Longsornya
lereng pada suatu jenjang, dimana terdapat jalan angkut utama atau berdekatan dengan batas
properti atau instalasi penting, dapat menyebabkan bermacam gangguan pada program
penambangan.
Walaupun longsoran yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-tanda yang tidak begitu
kentara, tetap saja dapat membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada.
Dasar Teori
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi daerah setempat,
bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat, dan juga oleh
teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas
sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk
memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu
lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan meragukan, maka
kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor
pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi
oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar
yang bekerja pada lereng tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah dengan
faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat
lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor. Secara
matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng longsor
Pada keadaan :
F > 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (ada potensi longsor)
F < 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya. Semakin
besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan semakin berkurang.
b.
Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-bidang
sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang
lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga
batuan lebih mudah longsor.
c.
2. Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan
lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang
akan memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil
akan lebih mudah longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
S = C + tan dimana :
S = kuat geser batuan (ton/m2)
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng (maksimum
berbeda 20o).
Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat
beupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang lemahnya,
ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
c. Longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut
longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat
seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian,
longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak
mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan tersebut dapat
digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring.
Berdasarkan bentuk dan proses menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
Perumusan Masalah
Menentukan
faktor
faktor
penyebab
ketidakstabilan
lereng
berdasarkan
Mencari kemantapan suatu lereng, agar didapat lereng yang stabil dan aman
berdasarkan nilai FK.
Lokasi
purworejo,
Materi
terganggunya
kestabilan
lereng
dan
pada
akhirnya
dapat
Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama penelitian yaitu menghitung :
Geometri Lereng
Geometeri lereng yang perlu diketahui adalah :
Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah adanya bidang-bidang
lemah, yaitu bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan.
porositas batuan.
Kondisi geologi
Data geologi yang perlu diketahui :
Orientasi struktur bidang lemah. Dari orientasi ini yang terpenting diketahui
adalah arah dan besar kemiringan spasi, isian dalam rekahan.
Tingkat pelapukan.
Morfologi.
Khusus untuk cara pengumpulan data pada poin 2 dan 3 dapat menggunakan data
yang telah ada pada perusahaan (kalau diperusahaan sudah tersedia).
a. Percobaan dilaboratorium
Penguian triaksial.
Percobaan untuk menentukan berat isi, kadar air dan berat jenis dari contoh tanah
yang didapat dilapangan.
Percobaan dilaboratorium dapat juga tidak dilaksanakan bila data untuk ini sudah
tersedia dilapangan.
Metode Penelitian
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari :
a. Instansi terkait
b. Perpustakaan
c. Brosur-brosur
d. Peta, grafik, tabel dan spesifikasi alat
2. Pengamatan dilapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap topografi daerah, vegetasi dan cuaca yang akan diambil datanya.
3. Pengambilan data
Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.Cara
pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan dan juga datadata yang diambil dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
4. Pengelompokan data
Pengelompokan data bertujuan untuk :
a. Menggumpulkan data dan mengelompokkannya agar penganalisaan lebih mudah.
b. Mengetahui keakuratan data sehingga kerja menjadi efisien
c. Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan
5. Pengolahan data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau rangkaian perhitungan pada penyelesaian
dalam suatu proses tertentu.
6. Analisa hasil pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.
7. Kesimpulan
Pembahasan Masalah
Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design lereng. Hal
ini meliputi :
1. Penentuan metode analisis kestabilan lereng.
2. Alternatif sudut dan tinggi lereng
Ini dilakukan perhitungan faktor kestabilan lereng dengan metode Hoek dan Bray.
Perhitungan ini dilakukan untuk :
a. Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan antara faktor
keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
a. Lereng total
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara faktor keamanan
dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
a. Perhitungan dengan metode Hoek dan Bray.
Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop
1. Pemilihan Geometri lereng
2. Pemantauan lereng
3. Usaha untuk menstabilkan lereng
Rencana Kegiatan
AKTIFITAS KEGIATAN BULAN I BULAN II BULAN III
Dalam Mingguan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur
Orientasi lapangan
Pengambilan data
Akuisisi data
Pengolahan data
Pembuatan draf
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab.
I.
PENDAHULUAN
I. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah.
B. Keadaan Topografi dan Geologi.
C. Iklim.
D. Penambangan Batubara.
I. TEORI KESTABILAN LERENG PADA BATUAN.
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan
1. Struktur Geologi.
2. Air bawah permukaan tanah.
3. Sifat fisik batuan.
4. Sifat mekanik batuan.
5. Pengaruh gaya-gaya luar.
6. Geometri lereng.
A. Menghitung Faktor Kestabilan Lereng Batuan
1. Longsoran busur.
2. Longsoran bidang.
3. Longsoran baji.
4. Longsoran guling.
I. ANALISA KESTABILAN LERENG.
A. Metode Analisa Yang Dipilih
B. Hasil Analisis Kestabilan Lereng
I. PEMBAHASAN
A. Kekuatan batuan.
B. Struktur Geologi.
C. Geometri Lereng.
D. Air tanah.
E. Pengaruh getaran.
Daftar Pustaka
1. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam, Brookfield,
1992.
2. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of
Mining
Di susun oleh :
HENDRA REZKIE
112.120.059/TA
Mengetahui
Dosen Wali
Disetujui
Dosen pembimbing