Вы находитесь на странице: 1из 13

KAJIAN TEKNIS KESTABILAN LERENG

PADA TAMBANG BATU ANDESIT, DESA SOMOREJO, KECAMATAN


BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
Kerja Praktek dalam rangka penyusunan Tugas Akhir

Oleh :
HENDRA REZKIE
112.120.059/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

Judul

KAJIAN TEKNIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATU ANDESIT,


DESA SOMOREJO, KECAMATAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI
JAWA TENGAH.

Alasan Pemilihan Judul


Masalah kemantapan lereng pada batuan merupakan suatu hal yang menarik, karena

sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lereng pada tanah. Kestabilan
lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah yang disebut dengan
bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat menyebabkan lereng
tersebut longsor.
Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap kestabilan
lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian sehingga dapat
memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang membutuhkan
perhatian yang lebih bagi kelangsungan operasi penambangan setiap harinya. Longsornya
lereng pada suatu jenjang, dimana terdapat jalan angkut utama atau berdekatan dengan batas
properti atau instalasi penting, dapat menyebabkan bermacam gangguan pada program
penambangan.
Walaupun longsoran yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-tanda yang tidak begitu
kentara, tetap saja dapat membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada.

Dasar Teori
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi daerah setempat,

bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat, dan juga oleh
teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas
sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk
memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu
lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan meragukan, maka
kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor
pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi

oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar
yang bekerja pada lereng tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah dengan
faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat
lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor. Secara
matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng longsor
Pada keadaan :
F > 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (ada potensi longsor)
F < 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya. Semakin
besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan semakin berkurang.
b.

Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-bidang
sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang
lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga
batuan lebih mudah longsor.

c.

Sifat fisik dan mekanik batuan


Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi (density),
porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat tekan,
kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam batuan.
1. Bobot isi batuan
Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan
lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian kestabilan lereng semakin
berkurang.

2. Porositas batuan

Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan
lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang
akan memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil
akan lebih mudah longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
S = C + tan dimana :
S = kuat geser batuan (ton/m2)

C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)

3. Kandungan air dalam batuan


Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi
semakin besar juga.

Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya

menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.


4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and
unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser
(shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser
besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor).
5. Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan semakin
besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.
d. Gaya dari luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan suatu lereng
adalah :

Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat


mekanis yang berat didekat lereng.

Pemotongan dasar (toe) lereng.

Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.

1. Klasifikasi longsoran batuan

Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat


macam, yaitu :
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang
luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa sesar, rekahan (hoint)
maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :

Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang luncur


harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.

Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng (maksimum
berbeda 20o).

Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.

Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.

b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat
beupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang lemahnya,
ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
c. Longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut
longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat
seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian,
longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak
mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan tersebut dapat
digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring.
Berdasarkan bentuk dan proses menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan
menjadi tiga, yaitu :

Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling).

Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok).

Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural).

Perumusan Masalah

Menentukan

faktor

faktor

penyebab

ketidakstabilan

lereng

berdasarkan

pengamatan di lapangan dan pengolahan data.

Mencari kemantapan suatu lereng, agar didapat lereng yang stabil dan aman
berdasarkan nilai FK.

Ruang Lingkup Permasalahan

Lokasi

Penelitian dilakukan di desa somorejo, kecamatan bagelen, kabupaten

purworejo,

provins jawa tengah.

Materi

Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan


menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan

terganggunya

kestabilan

lereng

dan

pada

akhirnya

dapat

menyebabkan lereng tersebut longsor.


Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap
kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian
sehingga dapat memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang membutuhkan
perhatian yang lebih bagi kelangsungan operasi penambangan setiap harinya.
Longsornya lereng pada suatu jenjang, dimana terdapat jalan angkut utama atau
berdekatan dengan batas properti atau instalasi penting, dapat menyebabkan
bermacam gangguan pada program penambangan.

Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama penelitian yaitu menghitung :

Geometri Lereng
Geometeri lereng yang perlu diketahui adalah :

orientasi (jurus dan kemiringan) lereng.

tinggi dan kemiringan lereng baik jenjang maupun total.

lebar jenjang (berm).

Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah adanya bidang-bidang
lemah, yaitu bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan.

Sifat fisik dan mekanik batuan


Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisa kestabilan
lereng adalah :

bobot isi batuan.

porositas batuan.

kandungan air dalam batuan.

kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.

sudut geser dalam.

Kondisi geologi
Data geologi yang perlu diketahui :

Orientasi struktur bidang lemah. Dari orientasi ini yang terpenting diketahui
adalah arah dan besar kemiringan spasi, isian dalam rekahan.

Tinggi permukaan air tanah.

Litologi dan penyebaran batuan.

Tingkat pelapukan.

Morfologi.

Cara pengumpulan data


Data yang diperlukan diperoleh dari peyelidikan dilapangan dan percobaan di
laboratorium.
a. Penyelidikan di lapangan meliputi :

Pengukuran jurus dan kemirngan bidang lemah.

Pemboran inti dan pembuatan sumuran untuk memperoleh data geologi,


penyebaran batuan dan untuk mendapatkan contoh tanah.

Pengamatan dengan piezometer untuk mengetahui tinggi permukaan air tanah.

Khusus untuk cara pengumpulan data pada poin 2 dan 3 dapat menggunakan data
yang telah ada pada perusahaan (kalau diperusahaan sudah tersedia).
a. Percobaan dilaboratorium

Penguian triaksial.

Pengujian geser langsung.

Pengujian kuat tekan uniaksial.

Percobaan untuk menentukan berat isi, kadar air dan berat jenis dari contoh tanah
yang didapat dilapangan.

Percobaan dilaboratorium dapat juga tidak dilaksanakan bila data untuk ini sudah
tersedia dilapangan.

Metode Penelitian

1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari :
a. Instansi terkait
b. Perpustakaan
c. Brosur-brosur
d. Peta, grafik, tabel dan spesifikasi alat
2. Pengamatan dilapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap topografi daerah, vegetasi dan cuaca yang akan diambil datanya.
3. Pengambilan data
Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.Cara
pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan dan juga datadata yang diambil dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
4. Pengelompokan data
Pengelompokan data bertujuan untuk :
a. Menggumpulkan data dan mengelompokkannya agar penganalisaan lebih mudah.
b. Mengetahui keakuratan data sehingga kerja menjadi efisien
c. Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan
5. Pengolahan data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau rangkaian perhitungan pada penyelesaian
dalam suatu proses tertentu.
6. Analisa hasil pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.
7. Kesimpulan

Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan permasalahan


yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua masalah yang dibahas.

Pembahasan Masalah
Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design lereng. Hal

ini meliputi :
1. Penentuan metode analisis kestabilan lereng.
2. Alternatif sudut dan tinggi lereng
Ini dilakukan perhitungan faktor kestabilan lereng dengan metode Hoek dan Bray.
Perhitungan ini dilakukan untuk :
a. Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan antara faktor
keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
a. Lereng total
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara faktor keamanan
dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
a. Perhitungan dengan metode Hoek dan Bray.
Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop
1. Pemilihan Geometri lereng
2. Pemantauan lereng
3. Usaha untuk menstabilkan lereng
Rencana Kegiatan
AKTIFITAS KEGIATAN BULAN I BULAN II BULAN III
Dalam Mingguan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur
Orientasi lapangan
Pengambilan data
Akuisisi data
Pengolahan data
Pembuatan draf

Rencana Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab.
I.

PENDAHULUAN
I. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah.
B. Keadaan Topografi dan Geologi.
C. Iklim.
D. Penambangan Batubara.
I. TEORI KESTABILAN LERENG PADA BATUAN.
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan
1. Struktur Geologi.
2. Air bawah permukaan tanah.
3. Sifat fisik batuan.
4. Sifat mekanik batuan.
5. Pengaruh gaya-gaya luar.
6. Geometri lereng.
A. Menghitung Faktor Kestabilan Lereng Batuan
1. Longsoran busur.
2. Longsoran bidang.
3. Longsoran baji.
4. Longsoran guling.
I. ANALISA KESTABILAN LERENG.
A. Metode Analisa Yang Dipilih
B. Hasil Analisis Kestabilan Lereng
I. PEMBAHASAN
A. Kekuatan batuan.
B. Struktur Geologi.
C. Geometri Lereng.
D. Air tanah.
E. Pengaruh getaran.

F. Usaha untuk menstabilkan lereng.


I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Daftar Pustaka

1. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam, Brookfield,
1992.
2. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of

Mining

and Metallurgy London, !981.


3. Made Astawa Rai.Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis dan Metode
Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang Terbuka, 1993.
4. Made Astawa Rai, Kemantapan Lereng Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993.

KAJIAN TEKNIS KESTABILAN LERENG


PADA TAMBANG BATU ANDESIT, DESA SOMOREJO, KECAMATAN
BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Di susun oleh :
HENDRA REZKIE

112.120.059/TA

Mengetahui
Dosen Wali

( Ir. Peter Eka Rosadi. MT)

Disetujui
Dosen pembimbing

(Dr. Ir. Singgih Saptono. MT)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

Вам также может понравиться