Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama
: Padrizal Lubis
NIM
: 1111114068
Ruang
: Kebidanan PB
Tanggal
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil,
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
sebagai akibatnya terjadilah dehidrasi (Hidayati, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief, 2009).
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab
Hiperemesis Gravidarum adalah:
1. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi : sering terjadi
pada kehamilan primigravida, Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
3. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Hidayati,
2009).
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.
5. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba, dkk,
2007).
C. Faktor Resiko
Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu :
1. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Oleh karena itu, untu
hiperemesis
lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum
dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan
akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif
(Wiknjosastro, 2005).
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan gejala antara lain
yaitu:
1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
a. Termasuk tingkat ringan
b. Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan,
berat badan turun dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan
darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, serta mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
a. Termasuk tingkat sedang
b. Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah,
apatais, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan
cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung,
tekanan darah menurun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadi
aseton uria, serta napas bau aseton.
3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
a. Termasuk tingkat berat
b. Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi
teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun,
serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa:
memengaruhi susunan saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanya
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.
F. Pathway
Terlampir
G. Komplikasi
1. Dehidrasi berat
2. Takikardi
3. Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus
4. Diplopia dan perubahan mental
5. Alkalosis
6. Ikterik
7. payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arif, 2000).
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain:
1. Hospitalisasi
Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi,
adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain,
mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun
banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit.
Penyebab muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan sematamata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor
lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu (Tiran, 2008).
Menurut (Runiari, 2010), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus
hiperemesis gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya
adalah sebagai berikut:
a. Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah
berlangsung lama
b. Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal
c. Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
d. Adanya aseton dalam urin.
2. Obat-obatan Sedativa: Phenobarbital, Vitamin: Vitamin C, B1 dan B6 atau B
kompleks, Anti histamine: dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih
berat): Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
3. Cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (23 liter/hari), dapat ditambah kalium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin
C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada
umumnya gejalagejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
(Wiknjosastro, 2005).
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Isolasi dan Terapi Psikologis
a. Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum
karena perubahan suasana rumah tangga.
kebutuhan
protein
pada
trimester I diikuti
Kadar
hormon
mengandung
tromboksan
sintetase
inhibitor
dan
dapat
mempengaruhi
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2005).
M. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Pengeluaran nutrisi yang
berlebihan dan intake kurang.
Tujuan :
Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberi makanan yang mengandung
vitamin, mineral, protein dan besi.
Mengikuti diet yang dianjurkan.
Mengkonsumsi suplemen zat besi / vitamin sesuai resep
Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai ( biasanya 1,5 kg pada ahir
trimester pertama )
Intervensi:
a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu / sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.
b. Dapatkan riwayat kesehatan ; cacat usia ( khususnya kurang dari 17 tahun, lebih
dari 35 tahun)
c. Pastikan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan diet.
d. Berikan informasi tertulis / verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen
vitamin / zat besi setiap hari.
e. Evaluasi motivasi / sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpa
balik tentang informasi yang di berikan.
f. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal hal tabu
selama kehamilan.
g. Perhatikan adanya pika/mengidam. Kaji pilihan bahwa bukan makanan dan
itngkat moitvasi untuk memakannya.
h. Timbang berat badan klien ; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan
informasi tentang penambahan prenatal yang optimum.
i. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah. Kesampingkan muntah
pernisiosa (hiperemesis gravidarum)
keparahan mual/muntah.
Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari.
Mengidenifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala dehidrasi yang memerlukan
tindakan.
Intervensi:
a. Auskultasi denyut jantung janin ( DJJ ).
b. Tenutkan frekuensi/ beratnya mual/muntah.
c. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (miasal; ulkus
peptikum, gastritis, kolesistisis).
d. Anjurkan klien memperahankan masukan/keluaran, tes urin,dan penurunan
bert badan setiap hari.
e. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah (TD), suhu,
masukan/keluaran,daan berat jenis urine. Timbang berat badan klien daan
banidngkan dengan standar.
f. Anjurkan penigkatan mauskan minian berkarbonat, makan enam kali sehari
dengan jumlah yang sedikit, dan makanan tinggi karbohidrat (mis;
g.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Jakarta: Media Acculapius.
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer.
Baskoro,
B.
2013.
Askep
Hiperemesis
Gravidarum.
(http://binbask.
blogspot.