Вы находитесь на странице: 1из 8

Tidak hanya kemungkinan dasarnya dikarenakan oleh tuhan, melainkan juga kemungkinan

keterbukaannya untuk dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Insting pada manusia memang
ada, tetapi jenis dan maknanya amat terbatas. Apabila kehidupan binatanghampir 100%
dikendalikan oleh insting, maka kehidupan manusia hanya sebagian kecil saja yang
dikendalikan oleh insting. Kehidupan manusia sebagian besar jusutru dikendalikan oleh
dinamika pengembagan dirinya sendiri atas dasar kemauan, kesadaran dan kesengajaan
manusia itu sendiri. Pada manusia ada kebebasan alamiah (Adler,1981) yang setiap kali
mengarahkan dan mengangkat lebih tinggi lagi kehidupan manusia sejalan dengan derajatnya
yang paling tinggi itu. Kebebasan alamiah ini menjadikan manusia terbebas dari tingkah laku
instingtif dan belenggu lingkungannya. Dengan kebebasan alamiah itu mannusia dapat
mengubah dirinya secara kreatif mau apa dan mau menjadi apa sesuai denan pilihan nya
sendiri (Adler, 1981, h. 141).
Keempat gejala mendasar yang diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan.
Dimensi di sini dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di suatu
segi, dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dalam kaitan itu, masingmasing gejala mendasar tersebut dapat dirumuskan sebagian dimensi keindividuan
(individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan demensi
keberagamaan (religiusitas)-(prayitno, 1990).
Pengembangan

dimensi

keindividualan

memungkinkan

seseeorang

memperkembangkan segenap potensi yan ada pada dirinya seara optimal mengarah kepada
aspek-aspek kehidupan yang positif. Bakat, minat, kemampuan dan berbagai kemungkinan
yang terbuat didalam aspek-aspek mental-fisik dan biologis berkembang dalam rangka
dimensi keindividuan itu. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi individu
yan mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, dan
dinamis.
Perkembangan dimensi keindividualan diimbangi dengan perkembanga

dimensi

kesosialan pada diri individu yang bersangkutan. Perkembangan dimensi ini memungkinkan
seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi bergaul, bekerja sama, dan hidup bersama
orang lain. Kaitan antara dimensi keindividualan dan kesosialan memperlihatkan bahwa
manusia adalah sekaligus makhluk individu dan makluk sosial. Dimensi pribadi dan sosial
saling berinteraksi dan dalam interaksi itulah keduanya saling bertumbuh, saling mengisi dan
saling menemukan makna yang sesungguhnya.

Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi


pertama dan kedua. Norma, etika dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaiman
kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Hidup bersama orang lain, baik dalam
rangka memperkembangkan dimensi keindividualan maupun dimensi kesosialan, tidak dapat
dilakukan seadanya saja, apalagi semua gue sama. Hidup bersama orang lain diselenggarakn
sedimikan rupa, sehingga semua orang yang berada didalamnya memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya demi kehidupan bersama itu. Demensi kesusilaan justru mampu menjadi
pemersatu sehingga demensi keindividualan dan kesosialan akan tidak serasa, bahkan dapat
saling bertabrakan, yang satu cendrung menyalahkan yang lain.
Perkembangan ketiga demensi diatas memungkinkan manusia menjalankan
kehidupan. Apabila ketiga demensi itu berkembang optimal tidak mustahil kehudupan
manusia mencapai taraf kebudayaan yang amat tinggi. Dengan ketiga demansi itu mereka
dapat hidup dengan sangat layk dan dapat mengembangkan ilmu, teknologi dan seni sehebathebatnya, dan bahkan mereka dapat mengurangi angkasa luar serta mampu mencapai bulan
dan bintang-bintang.
Berkanaan dengan pengembangan secara optimal ketiga demensi kemanusian
tersebut, yang perlu mendapat perhatian utama ialah bahwa kehidupan manusia yang hanya
berdasarkan demensi itu barulah meliputi kehidupan duniawi. Kehidupan manusia yang
selengkapnya, yaitu yang menjangkau baik kehidupan duniawi maupun dunia diakhirat, akan
tercapai apabila perhubungan ketiga demensi yang dibahas terhadap itu dilengkapi dengan
demensi keempat, yaitu demensi keuangan. Dalam demensi keempat ini manusia
menghubungkan diri dalam kaitannya dengan tuhan ynag maha esa. Manusia tidak terpukau
dan terpaku pada kehidupan didunia saja melainkan mengaitkan secara serasi, selaras dan
seimbang kehidupan dunianya itu dengan kehidupan diakhirat.
Apabila keempat demensi diminsalkan sebagai sebuah titik, maka dengan ketiga
dimensi yang pertama dapat dibangun sebuah bidang yang dapat kita sebut sebagai bidang
kehidupan manusia (ligat gambar 1)
Bidang kehidupan ini dapat berkkembang seluas-luasnya sesuai dengan optimalisasi
pengembangan ketiga dimensi tersebut. Pembangunnan ketiga

Dimensi itu dapat tidak terbatas. Namun yang perlu mendapat perhatian ialah, bahwa bidang
kehidupan manusia yang dapat berkembang seluas-luasnya itu berubah merupakan bidang
datar yang belum mempunyai kedalaman atau ketinggian sama sekali. Bidang itu belum
mampu menjadi wadah yang kedalamannya dapat diisikan seluruh aspek kehidupan
kemanusiaan yang mencakup kehidupan dunia dan akhirat. Dengan kata lain bidang
kehidupan yang terbentuk hanya oleh ketiga dimensi itu baru mampu menampung kehidupan
kemanusiaan disunia. Dalam kaitan itu, dapat pula dikatakan bahwa manusia yang
kehidupannya hanya didasarkan pada ketiga dimensi itu pada hakikatnya baru menjalani
kehidupan yang mendatar, baru menjangkau bidang kehidupan duniawi semata-mata.
Bidang kehidupan yang terbentuk dari ketiga dimensi itu dapat dibangun lebih lanjut
melalui panduan dimensi keempat kedalam bidang kehidupan itu. Keterpaduan keempat
dimensi yang dimaksudkan itu membentuk sebuah bangunan yang kompak, yang memiliki
kedalaman dan ketinggian serta merupakan wadah tertentu (lihat gambar 2).
Wadah tersebut adalah wadah kehidupan manusia yang kedalamnya dapat diisikan
segenap aspek kehidupan manusia, baik kehidupan didunia maupun akhirat. Dengan
terpadukannya dimensi keempat, maka lengkaplah wadah kehidupan manusia itu dalam
segenap sisinya; sisi individu dan sosialnya, sisi dorongan yang harus dipenuhi dan etika
pemenuhannya, sisi dunia dan akhiratnya, serta sisi hubungan sesama manusia dan hubungan
dengan tuhannya. Dengan dimensi keempat pula kehidupamn manusia

Keterangan:
A. Bidang kehidupan mendatar (di dunia)
B. Bidang kehidupan yang telah ditingkatkan (meliputi kehidupan di dunia dan akhirat)
Tidak lagi semata-mata merupakan kehidupan yang mendatar, melainkan dapat setiap kali
ditingkatkan derajatnya sesuai dengan ketinggian derajat manusia sebagaimana telah
disinggung terdahulu (lihat gambar 3). Dimensi keberagamaan, apabila dijalankan dengan
sebaik-baiknya, akan mampu mengangkat kehidupan manusia semakin tinggi, bukan saja dari
segi makna keduniawiannya, melainkan juga sekaligus keakhiratannya. Dengan demikian,
dengan dimensi yang diwujudkan secara terpadu dan penuh, manusia akan menemukan
kehidupan yang lengkap dan utuh serta mencapai tingkat derajat yang setinggi-tingginya.
D. Manusia Seutuhnya
Berkenaan dengan apa yang telah diuraikan terdahulu, manusia seutuhnya mengacu
kepada kualitas manusia sebagai makhluk yang paling indah dan paling tinggi derajatnya,
serta kepada perkembangan yang optimal keempat dimensi kemanusiaan. Telah disebutkan

adanya dimensi keagamaan, bahwa manusia seutuhnya adalah manusia yang telah berhasil
memperkembangkan pada dirinya keempat dimensi kemanusiaan itu sehingga ia benar-benar
mencapai kualitas keindahan dan derajat yang setinggi-tingginya dalam kehidupan disunia
dan diakhirat kelak.
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh
kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat
pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya (dimensi keindividualan),
seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosisalnya (dimensi
kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (dimensi kesusilaan), dan
segala sesuatunya itu dikaitkan denganpertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupan
didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak kemudian hari (dimensi keagamaan). Citra
manusia seutuhnya adalah manusia yang sebenar-benarnya manusia ;. Manusia dengan aku
dan kediriannya yang matang, tangguh dan dinamis; dengan kemampuan sosialnya yang luas
dan bersemangat, tetapi menyejukkan; dengan kesusilaannya yang tinggi; serta dengan
keimanan dan ketakwaannya kapada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.
Didalam masyarakat, gambaran manusia seutuhnya sering ditampilkan melalui
pengembangan paham-paham tertentu yang menjadi dasar ataupun panutan bagi berbagai
gerakan yang amat besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, baik gerakan politik,
ekonomi, sosial-budaya keamnan dan gerakan-gerakan lainnya. Paham-paham tersebut
kemudian dijabarkan berbagai aturan dasar dan aturan pelaksanaan yang akhirnya menjadi
tolak ukur bagi tingkah laku dan kehidupan warga masyarakat dalam bidang-bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, dan lain sebagainya.
Di Dunia Barat berkembang berbagai ide besar yang mengisi dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan masyarakat dari berbagai ide besar itu ada enam yang amat
terkenal, yaitu ide tentang kebenaran, kebaikan, keindahan, kesamaan, dan keadilan (Adler,
1981). Salah satu dari keenam ide besar itu yang amat diagungkan adalah kebebasan. Bahkan
kebebasan itu dijadikan dasar filsafat dan ideologi oleh bangsa-bangsa barat dalam menjalani
dan memperkembangkan kehidupan individual dan kemasyarakatan mereka. Liberalisme
(yang intinya kebebasan) menjadi dasar, arah, dan warna kehidupan bangsa-bangsa barat
disegala bidang.
Para pemikir barat, khusunya dalam bidang psiko-humanistik, seperti Frankl, Jung,
Maslow dan Rogers (dalam sappington, 1989) telah pula mengajukan berbagai rumusan

sejalan dengan konsep manusia seutuhnya. Mereka memakai istilah (berfungsinya unsurunsur kemanusiaan secara ideal) sebagai perwujudan manusia seutuhnya. Ciri-ciri manusia
yang dapat berfungsi secara ideal itu adalah :
Menurut Frank:
1.
2.
3.
4.

Mencapai penghayatan yang penuh tentang makna hidup dan kehidupan;


Bebas memilih dalam bertindak;
Bertanggung jawab secara pribadi terhadap segala tindakan;
Melibatkan diri dalam kehidupan bersama orang lain.

Menurut jung:
1. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri;
2. Menerima diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelelmahannya;
3. Menerima dan bersikap toleran terhadap hakikat dan keberadaan manusia secara
umum;
4. Menerima hal-hal yang masih belum dapat diketahui atau misterius, sserta bersedia
mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tidak rasional tanpa meninggalkan cara-cara
berpikir logis.
Menurut maslow:
Menurut maslow, manusia yang berfungsi secara ideal ialah mereka yang
mengembangkan seluruh kemampuan dan potensinya. Lebih jauh, Maslow menyebutkan diri
sendiri secara penuh.
Ciri-cirinya ialah :
1.
2.
3.
4.

Memiliki orientasi yang realistik;


Menerima diri sendiri dan orang lain;
Spontan
Lebih berpusat pada tugas dari pada berpusat pada diri sendiri dan tidak terlalu
memperhitungkan siapa memperoleh keuntungan atau pun kerugian (diri sendiri atau
orang lain); yang lebih dipentingkan adalah pekerjaan atau tugas dapat iselesaikan

dengan baik;
5. Memiliki hal-hal khusus yang bersifat amat pribadi dan tidak boleh dicampuri oleh
orang lain;
6. Bebas dan mandiri, yakni akan pertimbangan-pertimbangan diri sendiri dan tidak
sekedar meniru orang lain;
7. Mampu menghargai orang lain sebagai sesuatu yang unik dan tidak menyamaratakan
orang lain itu berdasarkan pandangan opriori (stereotype) tertentu;

8. Memiliki pandangan dan pengalaman yang bersifat mistik atau spritual yang cukup
menonjol, meskipun tidak selalu dinyatakan melalui bahasa agama;
9. Menyatukan diri kedalam kegiatan sosial-kemanusiaan dan memiliki perhatian yang
besar terhadap kesejahteraan orang lain;
10. Menjalin hubungan yang sangat dekat dan intim dengan sejumlah orang;
11. Mengamalkan nilai-nilai demokratis: menghargai semua orang, tanpa memandang ras,
suku, agama, dan latar belakang sosial ekonomi;
12. Tidak mencabmpur adukkan tujuan dan cara mencapai tujuan itu
13. Memiliki rasa humor (yaitu rasa humor yang hangat dan segar, bukan menyakitkan
atau menyinggung orang lain);
14. Kreatif;
15. Tidak mau mengitu saja budaya-adat istiadat yang ada karena melihat kelemahan dan
keterikatannya yang membelenggu;
16. Lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan nyata (aksi) dari pada
sekedar melalui penanggpan (reaksi)
Menurut Rogers:
1. Terbuka bagi pengalaman-pengalaman baru. Mereka menyadari perasaan dan sikapsikapnya sendiri, tetapi juga menyadari dan mengakui adanya dunia lain diluar
dirinya, tetapi juga menyadari dan mengakui adanya dunia lain diluar dirinya. (tamsil
yang diberikan : tidak semua pohon itu hijau)
2. Meyakini fungsi organisme. Apabila organisme diri kita berfungsi dengan baik, maka
kita akan mampu memilih makanan, minuman, gerak dan lingkungan yang baik.
Misalnya, orang yang telah mampu mewujudkan dirinya secara penuh tidak akan
makan atau minum terlalu banyak.
3. Memiliki standar penilaian yang tepat. Mereka mampu memberikan penilaian
berdasarkan standar yang dimilikinya sendiri dan tidak tergantung pada penerimaan
atau penolakan orang lain.
4. Kreatif. Mereka mampu menciptakan atau mampu menampilkan pemikiran atau
tindakan-tindakan baru.
5. Meyakini, menghayati dan mengamalkan kebebasan. Mereka merasa bebas memilih
berbagai alternatif untuk berbuat.
6. Memahami dan menerima orang lain. Mereka mampu memahami dan menerima
orang seperti adanya sebagaimana mereka menerima diri mereka sendiri.
Meskipun pendapat para pemikir tersebut berbeda, pada dasarnya mereka sepakat atas ciriciri umum manusia ideal yang mampu berfungsi secara penuh, yaitu mereka
(Sappington,1989):

1. Secara sadar mampu mengontrol hidupnya sendiri;


2. Melihat dan memahami diri sendiri dan dunia luarnya (orang-orang lain dan
3.
4.
5.
6.

lingkungan) secara tepat;


Menerima diri sendiri dengan segenap kekuatan dan kelemahannya;
Penuh tenggang rasa (toleran) terhadap orang lain;
Mampu membangun hubungan yang akrap dan mendalam dengan sejumlah orang;
Bertindak dengan motivasi untuk mencapai tujuan dan tidak sekedar untuk terhindari

tekanan tertentu;
7. Mampu untuk berubah, khususnya untuk hal-hal yang penting.
Ciri-ciri ideal human functioning tersebut mungkin memang cocok untuk manusia di Dunia
Barat tempat rumusan itu dicetuskan. Namun, bagi masyarakat didunia luar, rumusan tersebut
perlu ditimbangkan kembali dan disesuaikan dengan nilai-nilai luhur yang berakar,
berkembang dan menjiwai kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Ahli-ahli menonjolkan
kebebasan, spontanitas, kreativitas, dan non-konformitas sebagai bagian dari wujud
berfungsinya kemanusiaan yang ideal, masyarakat di Dunia Timur pada umumnya lebih
cenderung menekankan pentingnya keselarasan,

Вам также может понравиться