Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

ANALISIS VOLUMETRI

Disusun Oleh:
Anesia
Bayu Efrianto
Dea Rina Hartati
Anrian Sandra
Ahmad Maulana Ardi
Marisa Putri Ananda
Roslina Turnip

RSA1C113001
RSA1C113007
RSA1C113017
RSA1C113018
RSA1C113019
RSA1C113023
RSA1C113028

Dosen Pengampu:
Prof. Drs. M. Damris M. M.Sc, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
karuniaNya lah penyusun dapat menyelesaikan makalahnya yang berjudul Analisis
Volumetri. Makalah ini disusun sebagai bahan persentasi sebagai tugas mata kuliah
Kimia Analitik Instrumen. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad saw., beserta para keluarganya, sahabatnya, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa yang karuniaNya selalu tercurahkan kepada
semua makhlukNya
2. Bapak Prof. Drs. M. Damris M. M.Sc, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
Kimia Analitik Instrumen yang telah membimbing penyusun dalam penyusunan
makalah ini.
3. Kedua orang tua penyusun yang selalu menjadi motivasi terbesar dalam
pembelajaran
4. Rekan-rekan dan segala pihak yang telah membantu dalam hal moril maupun
materiil sehingga makalah ini dapat tersusun.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga dapat dijadikan batu loncatan agar karya-karya berikutnya dapat
terselesaikan dengan lebih baik lagi.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Jambi, Maret 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 Spektroskopi Massa.....................................................................
2.2 Penganalisis Massa (Mass Analyzer)............................................
2.3 Bentuk-bentuk Umum Ion Trap....................................................
2.4 Jenis-jenis Ion Trap.......................................................................
2.5 Karakteristik Ion Trap.................................................................
2.6 Cara Kerja Ion Trap....................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui komponen zat atau


campuran zat yang merupakan informasi kualitatif mengenai ada
atau tidaknye suatu unsur atau senyawa dalam sampel dan juga
merupakan informasi kuantitatif mengenai jumlah atau banyaknya
unsur/senyawa yang diteliti kandungannya dalam sampel, atau
bahkan menetukan struktur senyawa komponen dalam suatu sampel.
Dalam

analisis

kimia

dikenal

berbagai

macam cara

untuk

mengetahui data kualitatif dan kuantitatif dari suatu sampel baik


yang

menggunakan

cara

basah

ataupun

menggunakan

peralatan/instrumen tertentu (cara kering). Alat instrumen biasanya


digunakan untuk menentukan suatu zat dengan kadar rendah,
biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per
billion).

Salah

satu

instrumen

yang

sering

digunakan

adalah

spektrometer massa.
Spektrometer massa adalah salah satu instrumen pengukuran analitik yang paling
diperlukan oleh ilmuwan dan saat ini hampir digunakan di semua disiplin ilmu kimia
yaitu organik, anorganik, fisik serta biologi, kedokteran dan ilmu material.
Spektrometer massa dapat memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang
bahan organik, anorganik dan biomolekul, termasuk komposisi unsur dalam campuran
kompleks, molekul struktur dan komposisi permukaan zat padat, dan perbandingan
isotop atom dalam sampel.
Spektrometer massa mengkonversi molekul netral menjadi bermuatan partikel
(baik positif atau ion negatif) dan memilah mereka sesuai dengan rasio massa per
muatan (m/z). Sebuah tampilan grafis dari jumlah relatif (kelimpahan) dari spesies

18

berbagai ion, sebagai fungsi dari m/z, adalah spektrum massa. Munculnya spektrum
massa, baik dalam bentuk ion, serta kelimpahan mereka, berfungsi sebagai dasar untuk
identifikasi senyawa. Informasi yang diperoleh dari spektrum massa sering
dikombinasikan dengan dari teknik analisis lain, seperti spektroskopi inframerah dan
spektroskopi resonansi magnetik nuklir, untuk menghasilkan struktur untuk molekul
organik. Atribut spektrometer massa yang membuat teknik analisis serbaguna dan
berharga karena sensitivitas dan kekhususan dalam mendeteksi atau mengidentifikasi
senyawa yang tidak diketahui.
Spektrometer massa memiliki tiga komponen, yaitu sumber ion-ion, yang
mengubah

molekul

sample

dari

fasa

gas

menjadi

ion-ion

(memindahkan ion-ion dalam larutan menjadi fasa gas); mass


analyzer, yang memilih ion-ion berdasarkan massanya dengan
menggunakan medan elektromagnetik; dan detektor: mengukur nilai
kuantitas dan menyediakan data untuk menghitung kelimpuhan
masing-masing ion. Terdapat berbagai macam sumber ion, mass
analyzer, dan detektor yang dapat digunakan sehingga perpaduan
dari ketiganya dapat menghasilkan berbagai macam kombinasi
penggunaan sumber ion, mass analyzer, dan detektor. Pada makalah
ini akan dibahas mengenai salah satu jenis mass analyzer, yaitu ion
trap,

1.2

Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:

a) Bagaimana bentuk-bentuk umum dari ion trap?


b) Apa saja jenis-jenis ion trap yang sering digunakan dalam spektrometer massa?
c) Bagaimana karakteristik dari ion trap?
d) Bagaimana cara kerja dari ion trap?

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

18

a) Memahami bentuk-bentuk umum dari ion trap


b) Memahami jenis-jenis ion trap yang sering digunakan dalam spektrometer massa
c) Mengetahui karakteristik dari ion trap.
d) Memahami cara kerja ion trap

18

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Analisis Volumetri
Analisis

volumetri

merupakan

metode

yang

melibatkan

pengukuran volume larutan secara akurat, walaupun terkadang


pengukuran massa juga diperlukan. Pada analisis ini dilakukan
pengukuran berapa volume larutan standar yang diperlukan untuk
bereaksi secara tepat dan setara dengan suatu larutan dengan
volume tertentu yang belum diketahui konsentrasinya. Dari data
yang diperoleh, dapat dikalkulasikan konsentrasi larutan yang
dianalisis secara akurat.
Dalam praktiknya, analisis volumetri dilakukan berdasarkan
prosedur titrasi. Pada titrasi, suatu larutan standar ditambahkan
melalui buret pada suatu larutan yang dianalisis yang telah
diketahui volumenya di dalam sebuah labu erlenmeyer. Titik
dimana reaksi antara kedua larutan telah sempurna dideteksi
dengan

penambahan

indikator

yang

sesuai

pada

campuran

tersebut. Ada beberapa jenis titrasi yang umum, antara lain:

Titrasi asam basa (Asidi-alkalimetri).


Asidimetri-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau
netralisasi. Larutan analit yang berupa larutan asam dititrasi

dengan titran yang berupa larutan basa atau sebaliknya.


Titrasi redoks.
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi
utamanya adalah reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi dapat terjadi
jika terjadi interaksi dari senyawa atau unsur atau ion yang
bersifat oksidator dengan senyawa atau unsur atau ion yang
bersifat reduktor. Berdasarkan jenis oksidatornya maka titrasi
redoks digolongkan antara lain:

18

a. Permanganometri
Titrasi redoks ini menggunakan larutan standar primer KMnO4
dan

tidak

memerlukan indikator

karena

titran bertindak

sebagai indikator.
b. Dikromatometri
Titrasi dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan
senyawa

dikromat

sebagai

oksidator,

misalnya

kalium

dikromat.
c. Iodimetri/Iodometri
Iodimetri, iodine digunakan sebagai oksidator. Sedangkan
iodometri, ion iodide digunakan sebagai reduktor. Larutan
natrium tiosulfat digunakan untuk menitrasi iodium yang

terbebtuk dari reaksi oksidasi KI dengan K2Cr2O7.


Titrasi
kompleksometri,
didasarkan
pada

reaksi

pembentukan kompleks.

2.2

Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasi atau normalitasnya sudah

diketahui dengan pasti. Ada dua macam larutan standar, yaitu larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasi
atau normalitasnya sudah diketahui secara tepat dengan gravimetri. Larutan standar
primer dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi atau normalitas larutan lain yang
belum diketahui. Contoh larutan standar primer: boraks, K2Cr2O7, NaCl dan asam
oksalat. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya tidak
dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni. Konsentrasi
larutan ini ditentukan dengan menggunakan larutan standar primer. Contoh larutan
standar sekunder: HCl, AgNO3, KMnO4 dan Na2S2O3.
Larutan standar dapat dipreparasi seara langsung dari larutan standar primer. Ada
beberapa syarat yang dipenuhi agar suatu larutan dapat disebut sebagai larutan standar
primer, yaitu:

Harus mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Hal ini


diperlukan agar massa yang terukur benar-benar merupakan
massa dari larutan tersebut dan tanpa adanya substansi lain.

18

Bila suatu larutan tidak murni maka massa substansinya


akan lebih rendah daripada massa yang sebenarnya dan hasil
pengukuran konsentrasi dari larutan yang sedang dianalisis

akan lebih rendah daripada konsentrasi larutan sebenarnya.


Zat terlarut dalam larutan harus stabil pada udara maupun
dalam larutan. Bila tidak, zat terlarut tersebut akan bereaksi
secara kimia pada udara ataupun dengan pelarut. Akibatnya,
hasil pengukuran konsentrasi larutan tersebut akan lebih

rendah dari konsentrasi larutan sebenarnya.


Zat larut benar-benar dapat larut dalam pelarut (biasanya
air) dan memiliki tingkat kelarutan yang tinggi
Sebagai akibat dari kriteria/persyaratan tersebut, maka

hanya sedikit larutan standar primer yang tersedia. Beberapa


contoh dari larutan standar primer antara lain:
Standar

Contoh

primer
Asam

Asam oksalat dihidrat, (COOH) 2 .2H 2 O


COOK
COOH

Kalium hydrogen ftalat:

Basa

Natrium karbonat anhidrat, Na 2 CO 3

Agen

Kalium dikromat, K 2 Cr 2 O 7 ; kalium iodat,

pengoksidasi

KIO 3

Agen peredusi

Natrium oksalat, (COONa) 2

Agen

Natrium-EDTA dihidrat:

pengkompleks

18

CH2COONa

NaOOCCH2

NCH2CH2N

HOOCCH2

.2H2O

CH2COOH

Dapat kita lihat bahwa zat seperti NaOH yang sering


digunakan dalam analisis kuantitatif, tidak termasuk dalam tabel
sebagai standar primer. Hal ini dikarenakan permukaan NaOH
dapat menyerap udara dan sebagiannya dapat terlarut di udara.
Lebih jauh lagi, NaOH padat maupun larutannya dapat bereaksi
dengan CO 2 di udara. Sehingga NaOH tidak stabil di udara dan
tidak memenuhi persyaratan sebagai standar primer.
Berikut adalah prosedur mempersiapkan larutan standar
dari standar primer:

Menghitung massa standar primer yang diperlukan untuk


membuat larutan

dengan

konsentrasi

dan volume yang

diinginkan. Sampel standar primer harus dikeringkan untuk


mengeliminasi
diserap

dari

zat-zat
atmosfer.

kontaminan
Sampel

yang

standar

mungkin
primer

dapat

disimpan

dalam desikator selama beberapa jam.

Desikator merupakan wadah tertutup yang mengandung


desikan (agen pengering) di dasarnya. Desikan dapat berupa
fosfor pentaoksida, kalsium klorida anhidrat, dan H 2 SO 4 .
Namun desikan yang umum digunakan adalah silika gel,
karena silika gel menunjukkan warna biru pada saat kering
dan

berubah

menjadi

menyerap/mengeringkan

merah
standar

muda

primer.

pada

Standar

saat
primer

18

dapat juga dikeringkan melalui pemanasan, namun cara ini


beresiko dapat menyebabkan banyaknya zat yang hilang

pada pemanasan.
Setelah standar primer kering, langkah berikutnya adalah
menimbang secara tepat massa substansi yang dibutuhkan
untuk

membuat

larutan

yang

diinginkan.

Biasanya

penimbangan dilakukan menggunakan wadah yang telah


diketahui massanya. Ada banyak tipe wadah yang dapat
digunakan,

namun

yang

dicontohkan

pada

makalah

ini

adalah botol gelas silindris dengan tutup kaca.

Pengukuran massa dengan teknik ini dinamakan dengan


penimbangan

berdasarkan

selisih,

dimana

massa

zat

merupakan selisih antara massa wadah berisi zat dikurangi

dengan massa wadah dalam keadaan kosong.


Langkah selanjutnya adalah memindahkan seluruh sampel
dari wadah ke gelas beker yang bersih yang mengandung air,
bila

perlu

dengan

mengetuk-ngetuk

dasar

wadah

agar

sampel dapat terpindahkan seluruhnya.


Setelah sampel dipindahkan, campuran kemudian diaduk
untuk

mempermudah

kelarutan.

Pengadukan

sebaiknya

menggunakan batang pengaduk, bukan dengan spatula untuk

menghindari zat-zat kontaminan.


Langkah terakhir setelah standar primer tersebut larut,
larutan tersebut dituangkan secara hati-hati ke dalam labu
volumetrik. Labu volumetri tersebut kemudian ditutup dan
dibiarkan selama beberapat saat agar larutan benar-benar
dapat bercampur dan konsentrasi yang diinginkan benarbenar terbentuk.

2.3

Titrasi

18

Setelah larutan standar disiapkan, selanjutnya larutan tersebut


digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain secara akurat.
Penentuan konsentrasi tersebut dilakukan melalui titrasi, yang
merupakan suatu prosedur dimana salah satu larutan ditambahkan
secara perlahan melalui buret ke dalam erlenmeyer berisi larutan
yang hendak diketahui konsentrasinya. Titik dimana terjadinya reaksi
sempurna antara keduanya biasanya dideteksi dengan penambahan
indikator yang sesuai pada larutan di dalam erlenmeyer. Aspek-aspek
praktis dari titrasi dijelaskan di bawah ini.
Buret yang telah bersih pertama-tama dibilas dengan sejumlah
kecil larutan standar. Cara ini dilakukan dengan memiringkan buret
hingga hampir menyerupai posisi mendatar, lalu diputar untuk
memastikan

bahwa

larutan

standar

benar-benar

merata

pada

permukaan dalam buret. Ujung buret kemudian dibilas dengan


mengalirkan larutan standar melalui ujung buret. Kemudian prosedur
pembilasan ini sebaiknya diulangi setidaknya satu kali lagi untuk
memastikan segala zat kontaminan telah tercuci dengan sempurna.
Buret kemudian diisi dengan larutan standar hingga tanda 0.
Langkah selanjutnya adalah menambahkan larutan yang tidak
diketahui konsentrasinya ke dalam erlenmeyer. Pada langkah ini
digunakan pipet yang juga harus dibilas seperti halnya buret.
Pembilasan dilakukan dengan menarik sejumlah kecil larutan analit ke
dalam pipet lalu pipet dibasahi permukaan dalamnya dengan cara
memiringkan dan memutarkannya. Kemudian larutan di dalam pipet
itu

dialirkan/dibuang

melalui

ujung

pipet.

Setelah

mengulangi

prosedur pembilasan, pipet kemudian diisi dengan larutan analit di


atas tanda 0. Lalu larutan dalam pipet dibuang perlahan hingga batas
atas dari larutan bertepatan pada tanda 0. Kemudian pipet diarahkan
menuju erlenmeyer dengan ujung pipet benar-benar di dalam
erlenmeyer, setelah itu larutan analit dituangkan menuju erlenmeyer.
Setelah semuanya tertuang, ujung pipet disentuhkan pada bagian
dalam erlenmeyer untuk memastikan seluruh larutan analit benar-

18

benar terpindahkan. Lalu beberapa tetes dari indikator ditambahkan


pada larutan analit di dalam erlenmeyer.
Langkah

selanjutnya

adalah

meletakkan

erlenmeyer

berisi

larutan analit dan indikator tepat di bawah buret, dan pastikan bahwa
ujung buret benar-benar berada dalam bagian leher dari erlenmeyer.
Sebaiknya

lantai

di

bawah

erlenmeyer

berwarna

putih

agar

perubahan warna pada titik akhir titrasi dapat terbaca secara akurat.

Titrasi pertama biasanya merupakan titrasi yang sulit dan


bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi dan perkiraan
volume titrasi. Pada titrasi ini, sejumlah larutan standar, kira-kira 1
mL dialirkan dari buret menuju erlenmeyer. Saat dan setelah
penambahan larutan, isi dari erlenmeyer dikocok untuk membantu
proses pencampuran lalu didiamkan untuk memberi waktu reaktan
untuk bereaksi. Penambahan 1 mL ini diteruskan hingga titik akhir
titrasi tercapai. Pembacaan buret kemudian dicatat.
Setelah itu dilakukan titrasi kedua yang lebih akurat. Sejumlah
larutan analit dipipet ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan
beberapa tetes indikator. Buret diisi kembali dengan larutan standar.
Bila volume titrasi pada titrasi pertama sebanyak 20 mL, maka kira-

18

kira pada titrasi kedua dibutuhkan 18,5 mL larutan standar. Dengan


demikian,

titrasi

dilakukan

dengan

lebih

hati-hati

dan

laju

penambahan larutan standar harus dikontrol agar tidak terlalu cepat


agar diperoleh volume titrasi yang benar-benar akurat. Titrasi
dilakukan dengan penambahan larutan standar dengan sangat
lambat, setetes demi setetes, dengan terus menerus mengaduk isi
dari erlenmeyer. Titik akhir dari titrasi dicapai ketika indikator
menunjukkan perubahan warna, dan skala yang terbaca pada buret
kemudian dicatat. Titrasi kemudian diulangi hingga diperoleh hasil
yang benar-benar akurat.

Idealnya apa yang hendak kita peroleh dari titrasi adalah


titik ekivalen atau titik stokiometrik. Titik ini diperoleh ketika
jumlah reagen yang ditambahkan sama dengan jumlah reagen
pada erlenmeyer. Namun pada praktiknya apa yang hendak kita
ukur merupakan titik akhir dan bukan titik ekivalen dan terdapat
sedikit perbedaan antara keduanya. Untuk mengilustrasikan
perbedaan tersebut, perhatikan reaksi berikut ini:
5C 2 O 4 2- + 2MnO 4 - + 16H + 10CO 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O

Pada titik ekivalen dimana jumlah mol ion oksalat sama dengan
ion permanganat, campuran keduanya bisa saja masih Bening.

18

Namun

setelah

larutan

akan

ion

permanganat

berubah

warna

terus

menjadi

ditambahkan
merah

muda,

maka
yang

menandakan titik akhir titrasi telah tercapai.


Sebagai mana yang telah disebutkan sebelumnya, ada tiga
jenis titrasi yang utama, yaitu:

Titrasi asam basa, didasarkan pada reaksi netralisasi asam

basa dimana proton dari asam ditransfer menuju basa.


Titrasi redoks, dimana agen pengoksidasi dititrasi pada agen
pereduksi. Pada reaksi redoks, sejumlah elektron ditransfer

dari agen pengoksidasi.


Titrasi kompleksometri,

didasarkan

pada

pembentukan

senyawa kompleks, yaitu reaksi antara ion logam dengan


ligan dimana molekul ligan menggunakan pasangan elektron
bebasnya untuk berikatan dengan ion logam. Ligan yang
sering digunakan yaitu EDTA. Dalam suasana basa, EDTA
memiliki struktur:
O

O C CH2
N CH2

CH2

CH2

C O

CH2

C O

O C CH2

Ion EDTA merupakan ligan heksadentat dan membentuk


kompleks 1:1 dengan ion logam. Sebagai contoh, nikel (II)
bereaksi

dengan

ion

EDTA

untuk

membentuk

kompleks

oktahedral berikut:

18

Kebanyakan titrasi merupakan titrasi

langsung,

dimana

suatu reagen langsung ditambahkan hingga titik ahir tercapai.


Dalam situasi tertentu, titrasi langsung mungkin tidak dapat
berlangsung, sehingga kita harus menggunakan teknik titrasi
balik.

Teknik

standar

ini

pada

melibatkan

larutan

penambahan

analit.

Setelah

berlebih
reaksi

larutan

keduanya

berlangsung, jumlah kelebihan larutan standar disebut dengan


larutan standar kedua. Titrasi balik digunakan ketika:

Tidak ada indikator yang cocok yang tersedia untuk titrasi

langsung
Titik akhir titrasi balik lebih tepat daripada titrasi langsung
Reaksi antara larutan standar dan analit sangat lambat.
Analit tidak dapat larut

2.4

Indikator
Indikator merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk

mendeteksi titik akhir titrasi. Biasanya indikator menampilkan


perubahan warna yang mendadak ketika titrasi selesai. Pada
umumnya,

indikator

bereaksi

dengan

bagian

tertentu

dari

substansi yang sedang dititrasi sehingga pemilihan indikator

18

akan bergantung pada tipe titrasi: asam-basa, redoks, atau


kompleksometri.
Indikator asam basa merupakan asam organik lemah yang
akan terdosiasi dalam larutan berair, menurut kesetimbangan
berikut:
HIn

(aq)

+ H2O

(l)

H 3 O + (aq) + In - (aq)

Reaksi di atas dapat dianggap sebagai reaksi disosiasi indikator


karena indikator menunjukkan warna pada bentuk asam (HIn)
dan warna berbeda pada bentuk basa konjugasinya (In - )
Tabel berikut dapat digunakan dalam memilih indikator
asam-basa yang akan digunakan.
Indikator

Warna HIn

Trayek pH

Warna
In -

Bromfenol biru

Kuning

3.04.6

Biru

Metil merah

Merah

4.26.3

Kuning

Bromtimol biru

Kuning

6.07.6

Biru

Fenol merah

Kuning

6.88.4

Merah

Fenolftlaein

Bening

8.310.0

Merah
mudah

Pemilihan indikator untuk titrasi bergantung pada tipe reaksiasam basa yang terjadi. Terdapat empat tipe reaksi asam-basa,
yaitu:
Tipe reaksi asambaa
Asam kuat-basa kuat

pH pada titik
ekivalen
7

Asam lemah-basa kuat

>7

Asam kuat-basa lemah

<7

Asam lemah-basa

~7

18

lemah
Sebelum titik ekivalen tercapai, penambahan sedikit asam/basa
dapat mengubah pH secara jelas dan di sekitar titik ekivalen,
penambahan sedikit asam/basa hanya dapat terjadi perubahan
pH yang kecil. Oleh karenanya indikator yang digunakan untuk
mendeteksi titik akhir harus memiliki trayek pH atau perubahan
warna di sekitar titik ekivalen.
Dalam titrasi asam basa hanya digunakan beberapa tetes
(dua atau tiga tetes) indikator. Hal ini dikarenakan indikator
merupakan

asam

lemah,

yang

bisa

saja

juga

ikut

dinetralisasikan oleh basa. Contohnya, bila digunakan bromtimol


biru dalam titrasi HCl dengan larutan NaOH, saat bromtimol biru
hanya

ditambahkan

netralisasi

HCl

dan

beberapa
NaOH,

tetes

hanya

sedangkan

terjadi

bila

reaksi

penambahan

bromtimol biru terlalu banyak maka bromtimol biru tersebut


akan ikut dinetralisasi oleh NaOH.

N
Fe3+ + e

Fe2+
N

oxidised ferroin
(pale blue)

reduced ferroin
(red)
Indikator

redoks merupakan agen pengoksidasi atau pereduksi yang dapat


menandakan titik akhir titrasi redoks dikarenakan mempunyai
warna berbeda pada keadaan tereduksi dan keadaan teroksidasi.
Salah satu indikator redoks yang umum adalah ferroin, dimana
pada keadaan tereduksi ferroin berwarna merah sedangkan pada
keadaan teroksidasi berwarna biru

18

Indikator redoks beroperasi dengan cara yang serupa dengan


indikator asam-basa, hanya saja indikator asam-basa merespon
perubahan pH, sedangkan indikator redoks merespon perubahan
potensial reduksi-oksidasi.
Pada titrasi kompleksometri, titik akhir titrasi dideteksi
dengan indikator ion logam. Terdapat pewarna organik yang
dapat membentuk kompleks berwarna dengan ion logam dan
agar dapat digunakan sebagai indikator, pewarna tersebut harus
berikatan dengan ion logam lebih kuat daripada ikatan antara
logam dengan agen pengkompleks. Contohnya bila kita ingin
menentukan ion magnesium dari titrasi dengan EDTA, digunakan
indikator EBT (Eriochrome Black T), dimana EBT memiliki warna
biru dalam keadaan normal, dan bila berikatan dengan ion
magnesium berubah warna menjadi merah. Saat permulaan
titrasi, sejumlah indikator (In) ditambahkan pada ion magnesium
pada erlenmeyer dan larutan Bening berubah menjadi merah
karena indikator membentuk kompleks dengan ion magnesium.
Mg 2+ (aq) + In

(aq)

(Bening)

MgIn 2+ (aq)
(merah)

Dengan penambahan EDTA, ion EDTA akan bereaksi dengan ion


magnesium bebas:
Mg 2+ (aq) + EDTA 4- (aq) MgEDTA 2- (aq)
(Bening)

(Bening)

(Bening)

Ketika ion EDTA ditambahkan, campuran dalam erlenmeyer akan


tetap merah dan akan tetap bertahan hingga titik akhir titrasi.
Ketika

telah

mengambil

mencapai

ion

titik

magnesium

akhir
dari

titrasi,

kompleks

ion

EDTA

MgIn 2+

akan

sehingga

indikator akan berada dalam keadaan bebas sehingga akan


berubah warna menjadi biru.

18

MgIn 2+ (aq) + EDTA 4- (aq) MgEDTA 2- (aq) + In


(Merah)

2.5

(Bening)

(Bening)

(aq)

(Biru)

...........

18

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan di atas antara lain:

a) Bentuk-bentuk umum dari ion trap antara lain: 1) Penning trap,


yang menggunakan medan magnetik aksial yang homogen untuk
membatasi partikel secara radial dan medan listrik quadrupole
untuk membatasi secara aksial untuk menyimpan sejumlah ion ;
2) Paul trap, yang menggunakan direct current (DC) statis dan
frekuensi radio untuk mengosilasi medan listrik dalam rangka
untuk menjebak ion; dan 3) Kingdong trap, yang tersusun dari
kabel sentral yang tipis, elektroda silindris di luarnya, dan
elektroda yang terisolasi di kedua ujungnya.
b) Jenis-jenis

ion

spektroskopi

trap

massa

yang
antara

paling
lain

umum

digunakan

quadrupole

ion

dalam

trap

3D,

cylindrical ion trap, linear quadrupole ion trap, orbitrap, dan


Fourier transform ion cyclotron resonance.
c) Ion trap memiliki ciri-ciri: daerah m/z = 2000, berukuran kecil,
resolusi sedang yaitu 1500, desain simpel, berharga murah, cocok
untuk spektrometri massa tandem, dan mudah digunakan untuk
ion-ion positif maupun negatif, dan rentang massa terbatas.
d) Ion trap bekerja dengan menggunakan tegangan listrik yang
diberikan di antara elektroda cincin dan dua elektroda cembung,
sehingga ion di dalamnya akan mencari sumur potensial untuk
dirinya. Ion positif akan cenderung menuju ke daerah elektroda
negatif. Namun, tegangan listrik yang diberikan membuat saat ion
positif tersebut jatuh ke daerah biru/elektroda negatif, muatan
listrik akan berubah sehingga elektroda yang semulanya negatif
menjadi elektroda positif. Ion akan tetap bergerak pada arah yang

18

sama dan terjebak dalam ion trap yang muatan elektrodanya


selalu berubah-ubah.

3.2

Saran

Materi ini merupakan salah satu bagian yang sangat bermanfaat untuk dipahami
dengan baik, terutama dalam pembelajaran Kimia Analitik Instrumen. Maka, disarankan
agar mempelajari serta memahaminya dengan baik.

18

DAFTAR PUSTAKA

Scottish Government. 2012. Chemistry, A Practical Guide. [Online]


Tersedia pada www.educationscotland.gov.uk.

18

Вам также может понравиться