Вы находитесь на странице: 1из 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan
mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan kebumian seperti bentuk
muka bumi, material penyusun bumi, jenis batuan, sifat-sifat fisika dan kimia,
bentuk batuan, proses pembentukannya dan sejarah bumi serta geologi terapannya
seperti Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Teknik, Hidro Geologi, Geologi
Tata Lingkungan, Geologi Tambang dan lain-lain.
Sedangkan kerja praktek merupakan bagian dari mata kuliah yang
dimaksudkan untuk mahasiswa agar berpengalaman dalam melakukan pekerjaan
di kantor, laboratorium, atau lapangan yang sesuai dengan bidang yang diambil
oleh pelaksanan kerja praktek. Ilmu-ilmu geologi yang telah diterima selama
perkuliahan di kampus akan di praktekan dan dianggap sebagai magang bekerja di
kantor, lab oratorium, atau lapangan. Pada kerja praktek kali ini, penulis
mengambil pengalaman pekerjaan di bidang geoteknik. Bidang ilmu geoteknik
merupakan bagian dari ilmu Geologi Teknik yang mempelajari permasalahan
kekuatan tanah,kekuatan batuan,kestabilan lereng,bangunan bawah permukaan,
dan lainnya yang berhubungan dengan kemampuan menahan beban bangunan
yang berdiri di atasnya.
Grouting merupakan salah satu metode perbaikan tanah dengan cara
menyuntikkan pasta semen ke dalam tanah dengan tekanan tertentu yang
dimaksudkan untuk memadatkan tanah agar mampu menahan beban bangunan.
Grouting yang dilakukan di daerah perumahan Klipang, Pedurungan, Kota
Semarang untuk memadatkan tanah agar mampu menahan beban rumah yang
akan dibuat.
Maka dari itu teori-teori yang di dapatkan selama di perkuliahan wajib
diterapkan di dunia pekerjaan dengan tujuan untuk menambah pengalaman
pekerjaan yang akan dihadapi di dunia kerja yang nyata.

Kerja Praktek dilaksanakan di PT Selimut Bumi Adhi Cipta, Semarang


dengan bidang yang diambil bidang Geoteknik,dalam bidang Geoteknik yang
diambil, Penulis mengambil materi Grouting sebagai pembelajaran penulis di
Kerja Praktek.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.2 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek adalah mahasiswa dapat
ikut serta dan melihat langsung dalam dunia pekerjaan sehingga
mahasiswa
1.3.2

dapat

mengetahui

dan

dapat

mempelajari

proses

kerja,masalah dan tantangan kerja pada perusahaan geologi.


Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek adalah :
Mengetahui prosedur kerja pada perusahaan.
Mengetahui dan melihat langsung dalam proses pekerjaan yang

sedang berlangsung.
Dapat memberikan gambaran umum mengenai dunia pekerjaan
sebelum mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.

1.3 Lokasi Kerja Praktek


1.3.1 Lokasi
Kerja Praktek kali ini dilaksanakan di PT Selimut Bumi Adhi
Cipta yang beralamat di Jalan Karang Anyar Gunung No. 267
Semarang Jawa Tengah. Sedangkan kerja praktek dilapangan di
laksanakan dikawasan perumahan Klipang Semarang Provinsi Jawa
Tengah yang merupakan sebuah proyek yang sedang dikerjakan oleh
PT Selimut Bumi Adhi Cipta.
1.3.2 Waktu Kerja Praktek
Lokasi
: PT. Selimut Bumi Adhi Cipta
Waktu
: 11 juli 11 Agustus 2014
Berikut adalah keterangan waktu selama melakukan kerja praktek
berupa Grouting di Perumahan Klipang dan Soil Test di
Laboratorium PT. Selimut Bumi Adhi Cipta selama 30 hari terhitung
dari tanggal 11 juli sampai 11 agustus 2014.

Tabel 1.1. Waktu Pelaksanaan KerjaPraktek di PT. Selimut Bumi Adhi Cipta

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup pekerjaan dalam kerja praktek pada PT. Selimut Bumi
Adhi Cipta adalah pelaksanaan grouting yang dilakukan di Perumahan
Pandanaran Hills di Klipang, Kota Semarang. Selain itu juga melakukan
soil test atau uji tanah di laboratorium PT. Selimut Bumi Adhi Cipta,
Semarang.

Lokasi grouting merupakan perumahan sehingga diperlukan usaha


untuk menjaga kestabilan dan kekuatan tanah. Diharapkan nantinya setelah
dibangun perumahan tidak menimbulkan dampak negatif akibat kondisi
tanah yang kurang kuat.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Agar penulisan dan pembahasan laporan kerja praktek berurutan,
mudah dimengerti pembaca, dan tidak terjadi kerancuan atau pembahasan
masalah secara berulang-ulang, maka penulisannya dibagi dalam sistematika
sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
kerja praktek, ruang lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan kerja
praktek di PT. Selimut Bumi Adhi Cipta, Semarang, dan
sietematika penulisan laporan.
Bab II. Dasar Teori
Bab ini menjelaskan secara umum gambaran mengenai uji
laboratorium mekanika tanah. Bab ini diperoleh dari studi pustaka
dari beberapa buku maupun dari browsing internet.

Bab III. Gambaran Umum Perusahaan


Bab ini menjelaskan tentang profil perusahaan PT. Selimut
Bumi Adhi Cipta Semarang, meliputi latar belakang berdirinya
perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan, ruang lingkup
perusahaan, pelaksanaan pekerjaan, organisasi instansi kerja
praktek, sistem pelengkap, dan struktur organisasi.

Bab IV. Pelaksanaan Kerja Praktek


Bab ini berisi tentang mekanisme pekerjaan kerja praktek
yang telah dilaksanakan, meliputi uji laboratorium dan pengolahan
data-data lapangan.
Bab V. Kesimpulan Dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dari kerja praktek yang
dilakukandan saransaran.

BAB II
DASAR TEORI

1 Grouting
2.1.1. Pengertian Grouting
5

Grouting merupakan salah satu metode perbaikan tanah


dengan cara menyuntikkan pasta semen ke dalam tanah dengan
tekanan tertentu melewati lubang bor, sehingga kekuatan tanah
akan meningkat. Pasta tanah tersebut akan mengisi pori-pori tanah
ataupun rekahan-rekahan pada tanah atau batuan. Dengan
meningkatnya kekuatan tanah maka sebuah bangunan dapat
dipertahankan sesuai dengan yang diinginkan.
Fungsi dari dilaksanakannya grouting diantaranya adalah
Penetrasi

atau

Penembusan

(permeation/penetration)

yang

dimaksudkan agar grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan


lapisan tipis batuan dengan pengaruh minimum terhadap struktur
asli. Kemudian fungsi yang kedua adalah Kompaksi atau
Pemadatan (compaction/controlled displacement) yaitu material
grouting dengan konsistensi sangat kental dipompakan ke dalam
tanah sehingga mendorong dan memadatkan. Terkahir fungi dari
grouting adalah Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing), pada fungsi
ini apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau
tanah yang di grouting, akhirnya material pecah dan grouting
dengan cepat menembus zona rekahan

2.1.2. Jenis Grouting dan Kegunaannya


Menurut Warner (2005), grouting dapat dibedakan menjadi 6 tipe,
yaitu:
a. Sementasi Penembusan (Permeation Grouting)

Grouting penembusan (Permeation Grouting) disebut


juga grouting penetrasi yang meliputi pengisisan retakan,
rekahan, atau kerusakan pada batuan, rongga pada sistem poripori tanah serta media porous lainnya. Tujuan grouting
penembusan adalah untuk mengisi ruang pori (rongga), tanpa
merubah formasi serta konfigurasi maupun volume rongga.
Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk tujuan penguatan
formasi,menghentikan aliran air yang melaluinya,maupun
kombinasi

keduanya.

Grouting

penembusan

dapat

meningkatkan kohesi tanah.


b. Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)
Grouting

pemadatan

dilakukan

dengan

cara

menginjeksi material grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan


kedalam tanah.grouting pemadatan merupakan mekanisme
perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung
tanah. Karena volume struktur pori tanah berkurang,maka
permeabilitasnya

juga

akan

berkurang.meskipun

begitu

grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah


rembesan, Grouting pemadatan mampu meningkatkan beban
tanah untuk mengompakan atau memadatkannya

c. Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)


Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang
terdapat pada tanah dengan fluida suspensi atau material
grouting slurry, untuk menghasilkan hubungan antar lensa
grouting dan memberikan penguatan kembali (reinforcement).
Umumnya grouting rekahan digunakan pada tanah dengan

permeabilitas rendah. Grouting rekahan dapat dilakukan pada


beberapa jenis tanah dan ke dalam, terutama sangat baik pada
material lempung.
d. Sementasi Campuran (Jet (Mixing / Jet Grouting)
Grouting jet dilakukan dengan cara mengikis tanah
menggunakan jet bertekanan tinggi dan injeksi serentak ke
dalam tanah yang terganggu dengan jet monitor. Grouting tipe
ini juga dapat digunakan untuk melakukan penyemenan di
sekeliling tiang atau pondasi.
e. Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun
buatan, kadang-kadang membutuhkan suatu pengisian atau
penutupan.

Pada

jaman

dahulu,

pengisian

dilakukan

menggunakan peralatan yang sama dengan alat grouting tipe


lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan menggunakan
peralatan khusus dengan campuran concrete atau mortar.

f. Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)


Umumnya pekerjaan grouting dilakukan dengan cara
mendorong material grouting ke dalam formasi dengan
tekanan tinggi. Akan tetapi, pada kondisi tertentu hasilnya
tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum digunakan untuk
menyedot material grouting masuk ke dalam bagian yang

mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut harus diisolasi dari


tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi
yang vakum, material grouting akan tersedot dan tertarik ke
dalam kerusakan tersebut.

Metode Grouting
Persyaratan melakukan metode grouting ini adalah:
- Tanah atau batuan dengan karakteristik berbeda harus dilakukan
secara individual pada masing-masing lubang grout.
- Harus dapat diperlukan pada penampung pendek dari lubang bor
pada setiap urutan yang diperlukan dan diulang penginjeksiannya
bila diperlukan.
-

Kebocoran sekitar lubang bor harus dicegah.

Proses grouting umumnya dilakukan secara bertahap dengan mengikuti


prosedur metode grouting bertahap. Metode ini dilakukan agar kemungkinan
perbaikan pada berbagai zona secara individual dengan meningkatkan kedalaman
berturut-turut setelah menyekat zona-zona di atasnya atau di bawahnya.
1. Bertahan Turun Tanpa Penyekat
Pelaksanaannya dengan menggunakan pipa grout terbuka ujung
bawahnya pada step pendek hingga 2 meter dengan puncak zona yang di
grout. Prosesnya dengan pengeboran sepanjang setiap step dan grouting
yang diikuti drilling. Langkah pendek ini membuat resiko kebocoran
menjadi tidak ada sepanjang lubang yang di grout.

Metode ini sangat berguna spade strata heterogen dimana masingmasing akan di grout individual. Tekanan meningkat sesuai urutan step.
Karena metode ini meningkatkan step yang ada di atasnya sehingga secara
otomatis kelemahannya adalah memperkuat permukaan yang sensitive agar
tidak terjadi kerusakan.
2. Bertahap Turun dengan Penyekat
Pada metode ini penyekat karet akan digunakan dan dapat
mengembang oleh tekanan menjadi 5-6 kali diameter lubang. Grouting
dilengkapi dengan pemasangan perker pada puncak dan dasarnya.
Parker dapat dipakai pada metode bertahap turun maupun naik. Zona
yang sangat pervios dapat di grout dulu, diikuti zona lebih bawah atau lebih
atas karena dapat diterapkan tekanan lebih tinggi, metode ini cocok untuk
spasi lebih besar di lubang-lubang dalam. Selebihnya sebelum grouting,
perlu dilakukan test air dengan parker supaya diperoleh informasi mengenai
media yang di grout dan estimasi grout dapat dibuat lebih mudah agar
efisien dan efektif. Perker membatasi plastering dan dinding lubang bor
terhadap stratum berikutnya yang di grout.

10

2.1.4. Urutan Pelaksanaan Grouting Berkaitan Pola Lubang


Grouting dilaksanakan dengan cara menginjeksi bahan perekat ke
dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kekuatan tanah. Pelaksanaan
grouting adalah sebagai berikut:
1. Pemboran
Pelaksanaan pemboran non-coring dilaksanakan untuk membuat
lubang dengan diameter lebih besar 46 mm.
2. Pencucian lubang bor
Setelah pemboran selesai, lubang bor harus dibersihkan dengan
air pembilas sampai bersih.
3. Grouting
Dalam menginjeksikan campuran grouting ke dalam lubang bor
dengan bahan semen dan air, perbandingan campuran disesuaikan
dengan kondisi kelulusan tanah. Penggunaan campuran pada
pelaksanaan grouting di Perumahan Klipang, pedurungan, Kota
Semarang, menggunakan perbandingan campuran 1:1.
4. Penutupan lubang bor
Penutupan lubang bor menggunakan bahan campuran berupa air
dan semen atau bisa juga dengan bahan campuran berupa air + semen
+ pasir.
2.1.5. Pelaksanaan Grouting
Pelaksanaan grouting meliputi penentuan titik grouting, uji
permeabilitas, pemboran, dan grouting. Berikut adalah uraian mengenai
tahan pelaksanaan grouting :

11

a. Penentuan titik Grouting


Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang ditentukan
di lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-tiap titik
grouting disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor. Dalam grouting
ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran dengan pengambilan core dan
pemboran tanpa core. Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan
mesin dengan penggerak hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih
bagus.
c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada tahun
1933, yang bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari deformasi
batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang menunjukkan berapa liter air
yang bisa merembes ke dalam formasi batuan sepanjang satu meter selama
periode satu menit, dengan menggunakan tekanan standar 10 Bars atau sekitar
2

10 kg/cm . Angka ini hampir sama dengan koefisien kelulusan air sebesar 1 x
-5

10 cm/detik. Nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat aliran


dalam batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air bertekanan ke
dalam lubang bor, menggunakan peralatan yang disebut rubber packer, yang
digunakan untuk menyumbat lubang bor.

12

d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan
semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang
bor. Komponen utama peralatan grouting adalah grout mixer dan grout
pump.

Grout Mixer
Grout mixer adalah mesin pencampur material yang
akan disuntikkan ke dalam tanah atau batuan. Umumnya
grout mixer mempunyai kapasitas mencampur (batching)
sebesar 200 liter/batch.

Grouting Pump
Grouting pump berperan untuk memompa air
maupun campuran grouting. Kapasitas pemompaan
minimum 100 liter/menit pada tekanan pompa 6 kg/cm2
dan mampu mencapai tekanan hingga 20kg/cm2.

Gambar 2.1. Proses Pelaksanaan Grouting

13

Soil Test
2.2.1. Kadar Air Asli
Semua macam tanah, secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu
butiran tanah, air serta udara yang terdapat dalam ruangan antara
butir-butir tersebut, dan ruangan ini di sebut pori. Tanah yang benarbenar kering tidak terdapat air sama sekali didalam porinya, sehingga
pori hanya berisi udara. Dengan demikian tanah tersebut hanya
terdiri dari dua unsur yakni butiran tanah dan udara pengisi pori.
Sebaliknya kita dapat menemukan keadaan dimana pori tanah
tidak mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi
penuh terisi air. Dalm hal ini tanah dikatakan jenuh sempurna (fully
saturated).
Partikel padat, air dan udara yang terkandung di dalam tanah,
masing-masing mempunyai berat dan volume.
Va = volume udara
Vw = Volume air, Vv = Volume pori
Vs = Volume butiran, V = Volume total
Wa = Berat udara, Ww = Berat air
(Ww = w . GS . W)
Ws = berat butiran(Ws = GS . W)
V = berat total
Untuk mencari kadar air, dapat di gunakan rumus :
Keterangan :
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan + tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering oven

14

2.2.2. Berat Isi (Density)


Berat isi adalah perbandingan antara berat tanah basah dan isi tanah.
Besaran tersebut dinyatakan dalam satuan gr/cm . Pengujian isi tanah ini
dilakukan untuk mengetahui besarnya berat isi yang dimiliki tanah dalam
keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah juga mempengaruhi fungsi
sebagai dasar atau landasan bawah dari suatu kontruksi.
2.2.3. Berat Spesifik (Gs)
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran
padat dengan berat volume air pada temperature tertentu. Harga berat jenis
butiran tanah sering dibutuhkan dalam bermacam macam perhitungan
mekanika tanah, harga-harga tersebut diperoleh dari pengujian di
laboratorium. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,6
2,9.
2.2.4. Menentukan Nilai Batas Atterberg
Nilai-nilai batas atterberg (konsistensi) ditemukan pada tahun 1919
oleh seorang bernama Atterberg. Nilai-nilai ini terdapat pada tanah
berbutir halus (clay atau silt) yang terdiri dari :
a

Batas Cair (Liquit Limit) = LL

Batas Plastis (Plastis Limit) = PL

Batas Susut (Skrink Limit) = ST


Bayangkanlah satu sample tanah berbutir halus yang telah di campur

air sehingga mencapai keadaan cair. Jika campuran ini kemudian dibiarkan
menjadi kering sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan melalui beberapa
tahapan keadaan, dari keadaan padat sampai keadaan cair.
Suatu hal yang sangat penting pada tanah berbutir halus adalah sifat
plastisnya. Plastisnya disebabkan oleh adanya partikel lempung dalam
tanah. Plastisitas

digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam

menyesuaikan perubahan bentuk dalam menyesuaikan perubahan bentuk


pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.

15

Kadar air (w) membentuk tanah menjadi : Cair, Plastis, Semi plastis
dan padat. Hal ini berhubungan dengan konsistensi yakni gaya tarik
menarik antara partikel lempung. Batas cair dan batas plastis merupakan
nilai yang sangat penting, selisih antara batas cair dan batas plastis di sebut
indeks plastis.
Kadar air dinyatakan dalam persen,dimana terjadi transisi dari
keadaan padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut.
Kadar air dimana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis
terjadi dinamakan batas plastis dan dari keadaan plastis ke keadaan cair
dinamakan batas cair, dan batas-batas ini dinamakan dan dikenal juga
sebagai batas-batas atterberg.
Batas cair (LL) adalah batas antara keadaan cair dan plastis atau
kadar air dimana tanah mempunyai kekuatan geser yang kecil, yang
menyebabkan dapat dengan mudah mengalir menutup celah. Nilai LL
diperoleh dari pengujian dengan menggunakan alat Casagrande. Alat
tersebut terdiri dari mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet
yang keras. Mangkok kuningan dapat di angkat dan di jatuhkan di atas
dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit eksentris di jalankan
oleh suatu alat pemutar. Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah di
letakkan didalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya
dengan alat penggores standar,dengan menjalankan alat pemutar,mangkok
kemudian dinaik-turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air
dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup
goresan yang berjarak 0.5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di
dalam mangkok sesudah 25 kali pukulan di definisikan sebagai batas cair.
Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.
Keadaan ini ditandai dengan mulainya terjadi retak-retak rambut apabila
tanah tersebut dibentuk batang dengan dimeter 3,2 mm. Pengujian batas
plastis di lakukan dengan cara memplintir tanah kohesif (butiran halus)
dengan kadar air tertentu pada permukaan kaca datar, sehigga pada
diameter sekitar 3 mm tanah hasil plintiran tersebut menjadi retak-retak.

16

Tanah akan berperilaku plastis pada rentang kadar air antara batas plastis
(PL) sampai batas cair (LL), rentang kadar air tersebut di namakan indeks
plastisitas yang dapat di hitung dengan rumus :
P = LL-PL , Keterangan :
IP = indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam
persen, dimana tanah apabila digulung samapai dengan diameter 1/8 in
(3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari
tingkat keplastisitasan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat
sederhana, yaitu dengan menggulung massa tanah berukuran elipsoida
dengan telapak tangan di atas kaca datar.
Sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di
sekeliling permukaan lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan
jumlah mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan
mempengaruhi batas batas plastis dan batas cair yang bersangkutan.
Skempton (1953) menyelidiki bahwa indeks plastis suatu tanah akan
bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase
dari fraksi berukuran lempung yang di kandung oleh tanah.
Batas susut adalah kadar air dimana tanah mulai berbentuk padat.
Pada kadar air ini, apabila tanah tersebut dikeringkan lebih lanjut tidak
akan terjadi penyusutan volume.
Batas Atterberg khususnya batas cair dan batas plastis tidak secara
langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai dalam perhitungan,
yang kita peroleh dari percobaab Atterberg adalah suatu gamabaran secara
garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas
cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu
kekuatannya rendah, kompresibilitasnya tinggi. Tanah yang indek
plastisitasnya besar biasanya mempunyai penyusutan dan pengembangan
volum eyang besar.

17

2.2.5. Uji Geser Langsung


Pengujian ini untuk mendapatkan parameter kohesi dan sudut geser
dalam. Peralatan pengujian meliputi kotak geser dari besi, yang berfungsi
sebagai tempat benda uji. Kotak geser tempat benda uji berbentuk
bujursangkar maupun lingkaran, dengan luasan kira- kira 19,35 cm

sampai 25,8 cm dan tinggi 2,54. Kotak terpisah menjadi 2 bagian yang
sama. Tegangan normal benda uji dberikan dari atas kotak geser. Gaya
geser diterapkan pada setengah bagian atau dari kotak geser, untuk
memberikan geseran pada tengah- tengah benda uji. Pengujian mengikuti
standard ASTM D3080.

Uji Kompaksi
Tanah yang dipadatkan untuk tanah urug bertujuan untuk :
a

Menaikkan kekuatannya

Memperkecil compressibilty dan daya rembesan air

Memperkecil pengaruh air di dalam tanah

Consolidation adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah


dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis. Proses pemadatan sangat
bebrbeda dengan proses compaksi.

18

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI KERJA PRAKTEK

3.1. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan


Dalam pertemuan ilmiah dan serangkaian seminar sering kali muncul
permasalahan yang menyangkut profesionalisme pelaksanaan pembangunan
di Negara kita saat ini dimana salah satu faktor yang sering disebut adalah
masih kurangnya keterlibatan tenaga-tenaga ahli profesional dalam
pelaksanaan pembangunan di Negara kita saat ini.
Seiring dengan laju pembangunan Negara kita saat ini dan memasuki
era globalisasi, banyak perusahaan-perusahaan asing yang masuk lingkup
dengan tenaga ahli serta peralatannya. Dengan demikian, maka perusahaanperusahaan dalam negri beserta tenaga ahlinya merasa terpacu dan
berkewajiban untuk melibatkan diri, diantaranya adalah PT. Selimut Bumi
Adhi Cipta.

2
1

Profil Perusahaan

Nama Perusahaan
PT. Selimut Bumi Adhi Cipta
3.2.2. Alamat Kantor Perusahaan
Jln. Karang Anyar Gunung No. 267 Semarang, Jawa
Tengah, telp (024) 8440134-8440125, fax (024)8440134
3.2.3. Perwakilan Atau Kantor Peralatan
Jln. Puruboyo Utara 21Singopuran, Kartasura, Surakarta
57164, telp (0271) 780920, fax (0271) 780920
19

3.2.4. Akta Pendirian


PT. Prima Rekayasa No. 152, Tanggal 22 Maret 1984.
Notaris : B.R Ay. Mahyastoeti Notonagoro, S.H.
3.2.5. Akta Nama Perubahan Nama
PT. Selimut Bumi No.54, Tanggal 8 November 1984.
Notaris : B.R Ay. Mahyasteti Notonagoro, S.H.
3.2.6. Akta Berita Acara
No. 16, Tanggal 26 Februari 1999. Notaris Bambang
Soegiyanto, SH.
3.2.7. Akta Perubahan Nama
PT. Selimut Bumi, Nomer. 03, Tanggal 5 November 1999.
Notaris: Bambang Soegiyanto, SH.
8

Pengesahan Departemen Kehakiman C14071 HT. 01. 043. TH. 99

Pendaftaran di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Semarang


24/k/27.II/1999

10 Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultasi Non Kontruksi No.


Akreditasi : 01- 009 310707
11 Surat Ijin Usaha Jasa Kontruksi
1.004794.3374.1.01402
12 Keanggotaan

Inkindo

2125/P0161.JT
13 Nomor

Pokok

Wajib

Pajak

01.245.870.9 517.000
14 Rekening Perusahaan
No. Rekening : 1.034. 12313-5, Bank BPD Jateng Cabang
Utama, Jln. Pemuda 142 Semarang.
3.3. Operasional Perusahaan
Jenis operasional perusahaan yang dikerjakan oleh PT. Selimut Bumi
Adhi Cipta, adalah sebagai berikut :

20

Pengukuran dan Pemetaan

Penyelidikan

Desain dan Perencanaan

Supervisi

Lingkungan Hidup

Geologi Teknik

Geodesi

Grouting

Geofisika

10 Hidrogeologi
11 Pertambangan
12 Terowongan
13 Informasi dan GIS
4

Bidang Pekerjaan Perusahaan


1

Sipil

Jasa Nasehat/ Pra-Desain dan Desain Enginering Bangunan.

Jasa Nasehat/ Pra-Desain dan Desain Enginering Teknik Sipil


Keairan.

Jasa Nasehat/ Pra-Desain dan Desain Enginering Teknik Sipil


Transportasi.

Jasa Nasehat/ Pra-Desain dan Desain Enginering Teknik Sipil


Lainnya.

Tata Lingkungan

Jasa Konsultasi Lingkungan

21

Jasa Perencanaan Urban

Jasa Survey

Jasa Survey Permukaan

Jasa Pembuatan Peta

Jasa Survey Bawah Tanah

Jasa Geologi, Geofisik dan Prospek Lainnya

Pertambangan dan Energi

Minyak dan Gas

Batubara, Lignite, dan Anthrachite

Ekonomi Pemasaran dan Eksplorasi Mineral

Teknologi Mineral

Komoditi dan Eksploitasi Mineral

Sub-bidang Pertambangan dan Energi Lainnya

Organisasi Perusahaan

22

Struktur Organisasi Perusahaan Utama


a. Susunan Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Ny. Nurhidayati, BA
Komisaris Satu : Ir. Sabtanto
b. Susunan Pengurus Perusahaan
Komisaris Utama : Ny. Nurhidayati, BA
Komisaris Satu : Ir Santanto
Direktur Utama : Togani Cahyadi upomo, ST
Direktur I : Ir. Dwiyanto

23

BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1. Grouting di Perumahan Klipnag, Pedurungan.
4.1.1. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan
Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada saat kerja praktek dilakukan di
dua tempat, yaitu di lapangan dan di pekerjaan di kantor. Pekerjaan di
lapangan dilakukan di daerah pengerjaan grouting di Perumahan Klipang,
Pedurungan, Kota Semarang. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan di
kantor berada di kantor PT. Selimut Bumi Adhi Cipta yang beralamat di
Jalan Karanganyar Gunung Nomor 267, Semarang, Jawa Tengah.
Jenis pekerjaan yang dilakukan pada saat di lapangan adalah melihat
proses grouting mulai dari pengeboran hingga penyemprotan larutan
berupa campuran air dan semen ke dalam lubang bor. Sedangkan
pekerjaan yang dilakukan di kantor adalah menandai atau menitikan titiktitik grouting yang akan di kerjakan.
4.1.2. Peralatan dan Bahan Pekerjaan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada saat melakukan grouting diantaranya
adalah:
1. Mesin Bor
Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membuat lubang
bor pada tanah atau batuan yang akan di grouting. Mesin bor yang
digunakan yaitu mesin bor putar (rotary drilling) dengan sistem
spindel.

24

Gambar 4.1. Mesin Bor

25

2. Andang Betol
Digunakan sebagai tandon semen yang di letakkan di atas
mixer, semen akan dimasukkan ke dalam mixer dan dicampur dengan
air.

Gambar 4.2. Andang Betol

3. Selang
Digunakan untuk mengalirkan campuran air dan semen menuju lubang
bor. Selang yang digunakan mempunyai diameter kurang lebih 7 cm. Selang
digunakan pada ujung pompa supply yang kemudian dihubungkan dengan
sebuah alat yang digunakan untuk memompa bahan grouting ke lubang bor.

Gambar 4.3. Selang

26

4. Pompa Tekan
Digunakan untuk sirkulasi air dalam pelaksanaan pemboran. Pompa
tekan ini mengambil air dari tendon air atau tempat penyimpanan air dalam
jumlah besar untuk kemudian dialirkan menuju mesin pengaduk bahan
campuran grouting atau mixer.

Gambar 4.4. Pompa Tekan

5. Mixer
Alat ini digunakan untuk mengaduk dan mencampur bahan grouting
yang akan di injeksikan, proses pengadukan bahan menggunakan bahan
grouting berupa air dan semen.

Gambar 4.5. Mixer

27

6. Pompa Grouting
Digunakan untuk memompakan bahan grouting ke dalam lubang bor.

Gambar 4.6. Pompa Grouting

7. By Pass
Digunakan untuk mengatur tekanan grouting agar besar tekanan sesuai
dengan yang ditentukan. By pass juga dihubungkan ke selang pengembalian
material untuk menghantar cairan bahan grout yang kelebihan masuk ke
lubang bor untuk mengembalikan kedalam mixer.

Gambar 4.7. By Pass

28

8. Casing Pipe
Digunakan untuk melindungi zona yang akan digrouting dengan zona di
atasnya pada tanah lunak.

Gambar 4.8. Casing Pipe

9. Pompa Supply
Digunakan untuk supply air dalam pelaksanaan pemboran dan grouting.

Gambar 4.9. Pompa Supply

29

10. Water Tank


Digunakan sebagai tandon air atau tempat penampungan air dalam
jumlah banyak, air ini digunakan untuk mencampurkan bahan grouting dengan
semen.

Gambar 4.10. Water Tank

Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam pelaksanaan grouting adalah :


1. Air
Air digunakan untuk mencampurkan bahan grouting dengan
semen.

Gambar 4.11. Air

30

2. Semen
Semen digunakan sebagai bahan grouting yang digunakan untuk
memperkuat tanah di dalam lubang bor hingga kedalaman yang telah
ditentukan.

Gambar 4.12. Semen

4.1.3. Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan grouting dilakukan di Perumahan Pandanaran Hills,
Mangunharjo, Kota Semarang. Grouting di lakukan pada 33 titik di
perumahan tersebut di bagian tepi-tepi blok dengan maksud untuk
menahan beban pondasi yang akan dibangun bangunan rumah. Penentuan
titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang ditentukan di
lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-tiap titik
grouting disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pelaksanaan grouting
pada lokasi dilakukan di 33 titik dengan jarak antar titik memiliki jarak 3
meter. Kedalaman grouting mencapai 8 meter per tiap titiknya.

31

Gambar 4.13. Peta Lokasi Perumahan Klipang, Pedurungan, Semarang

32

Gambar 4.14. Denah Lokasi Grouting di Perumahan Klipang

Sebelum melakukan grouting pekerjaan yang harus dilakukan adalah


pengeboran lubang untuk memasukkan campuran bahan grouting. Pengeboran
dilakukan dengan menggunakan mesin bor. Pengeboran dilakukan di 33 titik
dengan kedalaman 8 meter. Tanah yang berada di dalamnya berupa tanah
lempung.
Bahan grouting yang digunakan berupa campuran air dengan semen dengan
perbandingan 1:1 dengan arti perbandingan tersebut merupakan campuran 1 zak
semen dengan berat 40 kg dicampur dengan 40 kg air. Sedangkan untuk grouting
di Perumahan Pandanaran Hills dilakukan grouting sedalam 8 meter dengan 1
meter dicampurkan 2 zak semen dengan berat total 80 kg dicampurkan dengan air

33

dengan berat 80 kg. Untuk satu titik


grouting dengan kedalaman 8 meter dibutuhkan 16 zak semen dengan berat total
640 kg dicampur dengan air seberat 640 kg.
Sebelum dilakukannya grouting, terlebih dahulu bahan berupa air dan semen
telah siap untuk di campur dengan menggunakan alat berupa mixer. Air diambil
dari tendon air yang digunakan sebagai tempat penampungan air. Air yang didapat
di lokasi grouting diambil dari air tampungan air hujan yang berada di belakang
bukit di kawasan Mangunharjo. Pengambilan air dengan menggunakan alat
pompa supply. Kemudian semen ditaruh di andang grouting yang diletakkan di
atas mixer, semen harus diletakkan di atas mixer dimaksudkan agar kemudahan
untuk mengaduk antara air dengan semen di mesin mixer.
Setelah air dan semen siap untuk di aduk, proses pengadukan menggunakan
perbandingan 1:1 antara semen dengan air, setelah air dan semen telah tercampur
rata maka siap di atur untuk tekanan grouting. Tekanan grouting yang dilakukan
menggunakan tekanan sebesar 1,5 dikarenakan batuan yang berada di dalamnya
berupa tanah lempung sehingga tekanan yang diperlukan untuk grouting sebesar
1,5. Kemudian campuran air dan semen di alirkan menggunakan selang menuju
lubang bor yang siap di grouting. Campuran semen dan air yang dimasukkan ke
dalam lubang bor mempunyai berat 640 kg semen dengan air seberat 640 kg air.
Kemudian setelah di alirkan menuju lubang bor, mesin pressure dimatikan lalu
casing pipe diambil kembali. Dan melakukan hal yang sama untuk melakukan
grouting di titik-titik lainnya.

34

Tekanan grouting yang tinggi akan membuat lebih mudahnya grout untuk
menyebar mengisi celah retakan, kekar dan pori batuan secara efektif, namun
sebaliknya hal ini akan dapat merusak batuan dasarnya. Oleh karena itu
diperlukan pemilihan besar tekanan dengan hati-hati. Disamping itu perlu
diketahui bahwa bila grout yang digrouting akan memiliki campuran yang kental,
maka diperlukan tekanan grouting yang lebih tinggi dari pada campuran yang
encer.Untuk perhitungan volume grouting per titiknya didapatkan dari rumus
seperti berikut:

( )

4.2. Soil Test di Laboratorium PT. Selimut Bumi Adhi Cipta


4.2.1. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan
Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada saat kerja praktek dilakukan di
laboratorium soil test yang berada di kantor PT. Selimut Bumi Adhi Cipta
yang beralamat di Jalan Karanganyar Gunung Nomor 267, Semarang,
Jawa Tengah.
Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah uji mekanika tanah di
laboratorium berupa uji atterberg dan soil test. Uji atterberg merupakan
sebuah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sifat keplastisan suatu
tanah. Pengujian atterberg ini mencakup uji batas cair, batas plastis, dan
batas susut.

35

4.2.2. Peralatan Pekerjaan yang Dilakukan 1.


Uji Atterberg
Peralatan yang digunakan pada saat melakukan soil test berupa
uji atterberg diantaranya adalah:
a. Alat Cassagrande
Merupakan alat untuk mengetahui ketukan keruntuhan
tanah, alat ini dilengkapi dengan alat pemutar sehingga bisa
menggerakkan cawan.

Gambar 4.15. Cassagrande

36

b. Cawan
Merupakan sebuah mangkuk tembaga yang digunakan untuk meletakan
sampel tanah yang akan diuji.

Gambar 4.16. Cawan

c. Grooving Tools
Alat ini digunakan untuk mencetak tanah sedemikian rupa, sebelum
tanah dilakukan pengujian.

Gambar 4.17. Grooving Tools

37

d. Cawan Sample
Digunakan untuk meletakan sample, yang telah diuji.

Gambar 4.18. Cawan Sample

e. Timbangan
Timbangan disini yang digunakan adalah timbangan digital, yang
digunakan untuk menimbang sample yang telah diuji.

Gambar 4.19. Timbangan

38

f. Oven
Digunakan untuk mengurangi kadar air yang ada di cawan sample.

Gambar 4.20. Oven

g. Alat Penumbuk
Alat ini digunakan untuk menghaluskan sample sebelum dilakukan uji

Gambar 4.21. Alat Penumbuk

39

h. Saringan
Saringan yang digunakan adalah saringan pasir berukuran 40m.
Hal ini dikarenakan sampel yang bisa digunakan untuk uji atterberg
adalah soil yang lolos saringan no 40m.

Gambar 4.22. Saringan berukuran 40m

2. Soil Test
Peralatan yang digunakan pada saat melakukan soil test berupa uji
atterberg diantaranya adalah

40

a. Cawan Sample
Cawan sample ini berupa cawan besi yang digunakan untuk meletakan
sample, yang telah diuji.

Gambar 4.23. Cawan Sample

b. Timbangan
Timbangan disini yang digunakan adalah timbangan digital, yang
digunakan untuk menimbang sample yang telah diuji.

Gambar 4.24. Timbangan

41

c. Oven
Alat ini berupa oven besar yang digunakan untuk mengurangi kadar air
yang ada di cawan sample.

Gambar 4.25. Oven

d. Alat Cetakan
Alat ini digunakan untuk mencetak sampel untuk uji unit weight.

Gambar 4.26. Cetakan

42

Pelaksanaan Pekerjaan 1.
Uji Atterberg
Cara kerja dari uji atterberg ini adalah ambil sampel secukupnya
untuk kemudian di oven selama 24 jam, setelah sample menjadi kering
haluskan sampel dengan menggunakan alat penumbuk, kemudian
saring dengan ayakan berukuran 20m. Kemudian campur lempung
yang telah diayak diberi air kemudian aduk dan masukan dalam cawan,
dan ditengah cawan kita cetak garis lurus dengan menggunakan
graving tools. Setelah itu letakan cawan pada alat pengetuk
(cassagrande).Putar pengungkit yang ada pada alat casagrande,
hitunglah berapa kali ketukan sampi garis lurus yang kit buat lenyap.

Soil Test
a. Water Content
Pada uji water content ini dilakukan untuk memperoleh
kandungan air pada sampel yang akan diuji. Sampel yang akan
diuji disiapkan terlebih dahulu kemudian dipotong-potong
secukupnya yang kemudian dimasukkan kedalam cawan yang
telah ditimbang terlebih dahulu pada keadaan kosong. Selanjutnya
sampel ditimbang yang menghasilkan berat tanah basah.
Kemudian sampel dioven selama 24jam agar menghasilkan tanah
tersebut tidak mempunyai kadar air atau dalam keadaan kering
kemudian lakukan penimbangan setelah sampel tersebut kering.

43

b. Unit Weight
Prosedur dalam pelaksanaan uji laboratorium unit weight
adalah menyiapkan sampel yang akan diuji. Selanjutnya sampel
tersebut dipotong membentuk sebuah tabung yang rata yang
kemudian dilakukan pengukuran diameter dan tinggi dari sampel
yang telah dipotong tersebut
kemudian setelah dilakukan pengukuran, sampel tersebut
selanjutnya ditimbang untuk mengetahui beratnya. Apabila
sampel terlalu rapuh, maka sampel dapat dicetak menggunakan
cetakan yang ada.

44

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan kerja praktek
Grouting di Perumahan Klipang, Pedurungan, Kota Semarang adalah:
1

Grouting merupakan salah satu metode perbaikan tanah dengan cara


menyuntikkan pasta semen ke dalam tanah dengan tekanan tertentu
melewati lubang bor, sehingga kekuatan tanah akan meningkat.
2

Jenis-jenis dari grouting adalah:

Penetrasi atau Penembusan (permeation/penetration)

Kompaksi

atau

Pemadatan

(compaction/controlled

displacement)

Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing)

Titik grouting yang terdapat di lokasi Perumahan Pandanaran Hills


sebanyak 33 titik dengan jarak antar titik sejauh 3 meter dan dilakukan di
pinggir pondasi blok rumah.
4

Pelaksanaan grouting per titik dilakukan sedalam 8 meter ke bawah


dengan kondisi tanah berupa tanah lempung dan pelaksanaan
grouting menggunakan tekanan sebesar 1,5.

Besar perbandingan bahan grouting berupa semen dan air sebesar 1:1
untuk 1 titik lubang bor.

45

Kedalaman grouting satu titik membutuhkan 16 zak semen (640 kg)


dan air sebanyak 640 kg air (satuan disamakan dalam kg).

Semua macam tanah, secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu:

Butiran tanah.

Air serta udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir


tersebut.

8
9

Ruangan dalam tanah yang disebut pori.

Berat isi adalah perbandingan antara berat tanah basah dan isi tanah.

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat
dengan berat volume air pada temperature tertentu.
10 Uji Geser Langsung merupakan suatu pengujian ini untuk
mendapatkan parameter kohesi dan sudut geser dalam.

5.2. Saran
Pengiriman semen ke tempat lokasi lebih sering terlambat yang
mengakibatkan pelaksanaan grouting menjadi terhambat, untuk itu
pemesanan dalam jumlah semen yang banyak dilakukan satu hari sebelum
pelaksanaan grouting agar grouting dapat dilakukan sesuai dengan rencana
dan tidak terhambat.

46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Grouting. Sumber:


http://sanggapramana.wordpress.com/2010/07/29/grouting/. (Semarang, 20

April 2013; 03.54)


Anonim. 2011. Apa itu Grouting? Sumber:
http://www.scribd.com/doc/134682239/4/Jenis-jenis-Grouting. (Semarang,
20 April 2013; 04.27)
Anonim. 2012. Pengenalan Grouting. Sumber:
http://harizonaauliarahman.blogspot.com/2012/02/pengenalan
- grouting.html. (Semarang, 20 April 2013; 06.20)
Jaerger, Charles. 1979. Rock Mechanics and Engineering. Cambridge: Cambridge
University Press.
Krynine, Dimitri P. dan William R. Judd. 1957. Principles of Engineering
Geology and Geothecnics. New York: McGraw-Hill Book Company, INC.
Rajapakse, Ruwan. 2008. Geotechnical Engineering Calculations and Rules of
Thumb. Burlington: Butterworth-Heinemann

47

LAMPIRAN

48

Вам также может понравиться