Вы находитесь на странице: 1из 20

LAPORAN RESMI

TENSILE TEST

Disusun Oleh :
Arinda Lona A.

(0514040035)

Rike Kusuma P.

(0514040040)

Padang Wikar Atmadika

(0514040056)

Indra Ariyanto Nur P.

(0514040063)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap suatu material.
2. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan sebenarnya
berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang di dapat dari hasil pengujian.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik material yang
terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of area,
elongation dan modulus elastisitas.
1.2 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik
suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan
standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (Assotiation Society Test and
Material) JIS(Japan Industrial Standart), DIN (Deutches Institut for Nurmunge).dan
yang lainnya.
Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm.
Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm & B0 = 30 mm.
Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali panjang gauge
lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya dimasukkan kedalam
penandaan (L0).

Gambar 1.1 Spesimen Plat

2. Spesimen Round Bar


Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 60 mm lalu
ditentukan titik tegah gauge lenghtnya. Stelah itu diukur lagi panjang gauge length
dari A ke B untuk dimasukkan kedalam penandaan (Lo). Setelah itu ditandai dengan
penitik.

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar

3. Spesimen Beton Neser


Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya dapat diperoleh
pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat diratakan dengan cara
dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam. Setelah itu diukur panjang
batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan
dapat ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu ditentukan gauge lenghtnya ,
yaitu 70 mm sehingga A0 dan B0 adalah masing-masing 35 mm dan juga ditandai
dengan penitik. Baru kemudian diukur lagi panjang gauge lenghtnya (A ke B) yang
kemudian hasil pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo)
C
Pot C-C
o
Ao

Bo

Gauge Length
C
Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu.
Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik,
yang merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - L
dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan sifat
bahan secara umum.

Gambar 1.4 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam


Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding
dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik
p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p di sebut juga
batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis
di mana bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen
dan spesimen kembali kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah
elastis. Sedangkan di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana
logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi
dengan beban minimum. Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat
permanen sehingga bila beban di hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa
pertambahan panjang yang di sebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena
perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik
seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam

kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap.
Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti
besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada
umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara
menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset di lakukan
dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada
perpotongan garis tersebut dengan kurva - (gambar 1.5)

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield


Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin
besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di tunjukkan dengan
puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi masih
homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban
maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban
turun dan akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle),
spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.

Grafik Tegangan-Regangan Teknik t t


Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja.
Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P tersebut harus di
konversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik t t ). Grafik t t di
buat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena
itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang man deformasi permanen
tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas penampang konstans tersebut
maka persamaan yang di gunakan adalah :
t = P/Ao ..(1)

t 100 .(2)
di mana t tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
t = regangan teknik (%)
= panjang awal spesimen (mm)

' = panjang spesimen setelah patah (mm)


= pertambahan panjang (mm)

= '
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P ke dalam grafik
t t adalah sebagai berikut:

1. Ubahlah kurva P menjadi grafik P dengan cara menambahkan sumbu


tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .
2. tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang pada grafik P .
Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang di dapat dari mesin
dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield
pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah
panjang setelah patah dengan panjang pertambahan total pada kurva Dari perhitungan
tersebut akan di dapatkan data:
1. Skala beban (P)

1mm : ........... kN

2. Skala pertambahan panjang

1mm : ........... mm

3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di sekitar
beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar beban dan
pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di
atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan
terlebih dahulu kemiringan garis proporsional dengan memakai persamaan
Hooke di bawah ini:

...................................................................................................................(3)
di mana

= tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)


= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
= regangan/strain (mm/mm, in/in)

dari persamaan 3 di dapatkan


= tg .(4)
4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik t dengan
menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke
regangan teknik t dengan memakai persamaan 2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak t berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip dengan
kurva P , karena pada dasarnya grafik t t dengan kurva P identik,
hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 1.6 Grafik t t hasil konversi grafik P


Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya s s

Grafik tegangan-regangan sebenarnya s s di buat dengan kondisi luas


penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada
manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses
pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik t t
terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik t t setelah
titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan pada grafik s s
kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut di sebabkan tegangan
yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban
turun namun karena tingkat pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang
terjadi juga lebih besar.
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:
s = t ( 1 + t )..........................................................................................(5)
s = n ( 1 + t )..........................................................................................(6)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t t ke dalam grafik


s s adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik t t yang merupakan konversi dari grafik
P .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan persamaan 5 sedangkan

untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan 6.Persaman tersebut hanya berlaku
sampai titik maksimum yaitu titik 1-8 .Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan
titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada kedua titik
tersebut gunakan persamaan berikut:
s P Ai .....................................................................................................................(7)

s = n (Ao/Ai)...............................................................................................................(8)

di mana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A 10 adalah luas


penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A8 dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar s dan sumbu tegak s berdasarkan ke sepuluh
titik acuan tersebut.

Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya s s


. Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik Yield y
y Py A ....(9)

di mana y = tegangan yield (kN/mm2)


Py = beban yield (kN)
2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate u
u Pu A ....(10)

di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)


pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan

100 0 0 ..........................................................................................(11)
di mana

= regangan (%).

= pertambahan panjang (mm)


= panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.


4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan kekakuan
suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya suatu material.
Harga E ini di turunkan dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada
persamaan 3 dan 4.

Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap
yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada garis proporsional. Semakin
besar

, semakin kaku material tersebut.

5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )


RA=[(A0-A)/A0]

100%

di mana A = luas penampang setelah patah (mm2)


Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin
tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

BAB 2
METODOLOGI
2.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Specimen uji tarik beton neser.
5. Kertas milimeter.
2.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
3.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan Spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum.
Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan
menmyebabkan salah ukur.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen..
2. Pembuatan gauge length
Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm. Posisikan
gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
Ambil spesimen dan ukur dimensinya.
Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

4. Pengujian pada mesin uji tarik


Catat data mesin pada lembar kerja.
Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah sebagaimana
yang tampak pada monitor beban.
Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang patah
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

BAB 3
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Spesimen 1 ( Plat ).
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
= 46,00 kN
90 mm
= 0,51 kN/mm
1 mm = 0,51 kN
Skala l =

perpanjang setelah patah spesimen


Pertambahan panjang plastis pada kurva

= 18,83 mm / 32 mm
1 mm = 0,58 mm/mm
Tabel 3.1 Data Spesimen Plat
Y

Skala
X

Skala Y

lo

(mm)

P
(kN)

Ao
(mm2)

t
(MPa)

t
(mm/mm2)

0,000

0,000

0,589

0,500

58,850

0,000

0,000

3,000

15,000

0,589

0,500

58,850

1,766

7,500

96,280

0,000

96,280

77,898

7,000

40,000

0,589

0,500

58,850

4,120

20,000

96,280

10,000

57,000

0,589

0,500

58,850

5,886

28,500

4yld

12,000

58,000

0,589

0,500

13,000

65,000

0,589

0,500

58,850

7,063

58,850

7,652

18,000

80,000

0,589

0,500

58,850

7ult

25,000

90,000

0,589

0,500

28,000

29,000

84,000

0,589

80,000

0,589

10

30,000

75,000

11

31,000

12

32,000

No

0
1

s (MPa)

s
(mm/mm)

A'
(mm2)

0,000

0,000

0,000

96,280

0,030

80,235

0,030

93,475

207,727

0,070

222,271

0,068

89,980

96,280

296,012

0,100

325,619

0,095

87,526

33,500

96,280

301,205

0,120

337,357

0,113

85,962

36,500

96,280

337,557

0,130

381,449

0,122

85,202

10,595

40,000

96,280

415,455

0,180

490,252

0,166

81,591

58,850

14,716

46,000

96,280

477,773

0,250

597,241

0,223

77,021

0,500

58,850

16,481

42,000

96,280

436,228

0,280

600,000

0,247

65,526

0,500

58,850

17,070

40,000

96,280

415,455

0,290

605,000

0,255

57,432

0,589

0,500

58,850

17,659

37,500

96,280

389,489

0,300

610,000

0,262

49,786

65,000

0,589

0,500

58,850

18,247

32,500

96,280

337,557

0,310

614,000

0,270

40,246

55,000

0,589

0,500

58,850

18,836

27,500

96,280

285,625

0,320

620,000

0,278

33,230

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Plat adalah
sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 33,5 kN/ 96,280 mm
= 0,34 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 46,00 kN /96,280 mm.

= 0,47 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L1 - L0)/L1 x 100%
= (76,85-58,85) mm /76,85 mm) x 100%
= 23,42 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (96,28 33,23)mm / 96,28 mm x 100%
= 65,48 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= 207,72 MPa / 0,07 mm2
= 2967,42 MPa/mm2
Data hasil perhitungan pada Tabel 3.1 dapat digambarkan dalam gambar grafik 3.1
berikut ini:

Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 1(Plat)


3.2. Spesimen 2 ( Round Bar)
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
= 87,00 kN
175 mm
= 0,49 kN/mm
1 mm = 0,49 kN
Skala l =

Perpanjang setelah patah spesimen


Pertambahan panjang plastis pada kurva

= 23,75 mm / 39 mm
1 mm = 0,60 mm/mm

Tabel 3.2 Data Spesimen Round Bar


No

Skala
X

Skala Y

lo

(mm)

P (kN)

Ao
(mm2)

t
(MPa)

t
(mm/mm2)

s
(MPa)

s
(mm/mm)

A'
(mm2)

0
1
2
3
4yld
5
6
7
8
9ult
10
11
12

0,000
2,000
5,000
9,000
15,000
17,000
20,000
23,000
27,000
34,000
37,000
38,000
39,000

0,000
15,000
35,000
70,000
113,000
109,000
130,000
150,000
165,000
175,000
165,000
150,000
130,000

0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609
0,609

0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500

60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900
60,900

0,000
1,218
3,045
5,481
9,135
10,353
12,180
14,007
16,443
20,706
22,533
23,142
23,751

0,000
7,500
17,500
35,000
56,500
54,500
65,000
75,000
82,500
87,000
82,500
75,000
65,000

123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630
123,630

0,000
60,665
141,551
283,103
457,009
440,832
525,762
606,649
667,314
703,713
667,314
606,649
525,762

0,000
0,020
0,050
0,090
0,150
0,170
0,200
0,230
0,270
0,340
0,370
0,380
0,390

0,000
61,878
148,629
308,582
525,560
515,773
630,915
746,179
847,489
942,976
960,879
965,348
974,107

0,000
0,020
0,049
0,086
0,140
0,157
0,182
0,207
0,239
0,293
0,315
0,322
0,329

123,630
121,206
117,743
113,422
107,504
105,667
103,025
100,512
97,346
92,261
86,876
77,876
62,880

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Round Bar
adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 56,50 kN/ 123,63 mm
= 0,45 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 87,00 kN / 123,63 mm.
= 0,70 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L1 - L0)/L1 x 100%
= (74,70-60,90) mm /74,70 mm) x 100%
= 18,47 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (123,63 62,88)mm / 123,63 mm x 100%
= 49,13 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= 141,55 MPa / 0,05 mm2
= 2831 MPa/mm2

Data hasil perhitungan pada Tabel 3.2 dapat digambarkan dalam gambar grafik 3.2
berikut ini:

Gambar 3.2 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 2 (Round Bar)

3.3. Spesimen 3 (Deformat)


Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
=

50,00 kN
100,00 mm

= 0,50 kN / mm
1 mm = 0,50 kN

Skala l

Perpanjang setelah patah spesimen


Pertambahan panjang plastis pada kurva

= 60,45 mm / 78 mm
1 mm = 0,77 mm/mm
Tabel 3.3 Spesimen 3 Deformat
No

Skala
X

Skala
Y

lo

(mm)

P (kN)

Ao
(mm2)

t (MPa)

t
(mm/mm2)

s (MPa)

s
(mm/mm)

A' (mm2)

0,000

0,000

0,775

0,500

77,500

0,000

0,000

71,590

0,000

0,000

0,000

0,000

71,590

4,000

20,000

0,775

0,500

77,500

3,100

10,000

71,590

139,684

0,040

145,272

0,039

68,836

9,000

40,000

0,775

0,500

77,500

6,976

20,000

71,590

279,369

0,090

304,514

0,086

65,678

12,000

60,000

0,775

0,500

77,500

9,301

30,000

71,590

419,053

0,120

469,344

0,113

63,919

4yield

21,000

79,000

0,775

0,500

77,500

16,277

40,500

71,590

565,721

0,210

684,535

0,191

59,164

24,000

80,000

0,775

0,500

77,500

18,602

40,500

71,590

565,721

0,240

701,508

0,215

57,733

32,000

90,000

0,775

0,500

77,500

24,802

45,000

71,590

628,579

0,320

829,745

0,278

54,234

47,000

98,000

0,775

0,500

77,500

36,429

49,000

71,590

684,453

0,470

1006,178

0,385

48,699

8ult

62,000

100,000

0,775

0,500

77,500

48,055

50,000

71,590

698,422

0,620

1131,485

0,482

44,190

75,000

98,000

0,775

0,500

77,500

58,131

49,000

71,590

684,453

0,750

1198,345

0,560

40,907

10

77,000

90,000

0,775

0,500

77,500

59,681

45,000

71,590

628,579

0,770

1208,456

0,571

40,445

12

78,000

79,000

0,775

0,500

77,500

60,456

39,500

71,590

551,753

0,780

1209,000

0,577

40,130

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Deformat
adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 40,50 kN/ 71,59 mm
= 0,56 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 50,00 kN / 71,59 mm.
= 0,69 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L1 - L0)/L1 x 100%
= (95,35 77,50) mm /95,35 mm) x 100%
= 12,90 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (71,59 40,13)mm / 71,59 mm x 100%
= 43,94 %

Modulus Elastisitas titik ke-2


E = /
= 279,36 MPa / 0,09 mm2
= 3104 MPa/mm2
Data hasil perhitungan pada Tabel 3.3 dapat digambarkan dalam gambar grafik 3.3
berikut ini :

Gambar 3.3 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 3 (Deformat)


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan dan pembahasan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sifat mekanik
No Spesimen
1 Plat
2 Round Bar
3 Deformat

y(MPa)
301,20
457,09
565,72

u(MPa)
477,77
703,71
698,42

E(MPa/mm2)
2967,42
2831,00
3104,00

max(%)
23,42
18,47
12,90

RA(%)
65,48
49,13
43,94

Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:

Spesimen 3 memiliki kekuatan elastis paling besar karena nilai tegangan yieldnya
paling besar

Spesimen 2 memiliki kekuatan tarik paling besar karena memiliki tegangan


maksimum paling besar

Spesimen 3 memiliki kekakuan paling besar karena modulus elastisitasnya paling


tinggi

Spesimen 1 memiliki keuletan paling tinggi karena memiliki elongation paling


besar.

Ketidak tepatan hasil percobaan disebabkan oleh kesalahan pemasangan spesimen pada
mesin uji tarik, pembacaan nilai hasil pengujian yang kurang tepat, ketidaktelitian
pengukuran material yang tidak homogen (luasan tidak sama), pembulatan bilangan
desimal pada perhitungan dan hasil perhitungan itu sendiri, kesalahan pengambilan titik
pada kurva hasil pengujian serta kesalahan dari praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya
Paramita, Jakarta
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,
PPNS
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan
Kapal, PPNS

Вам также может понравиться