Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
TRI CAHYO SEPDIANTO
NPM : 0606155751
: Ny. S
Umur
: 72 tahun
: Islam
Alamat
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Pendidikan
: PT
Masuk RS
: 5 Mei 2008
No RM
: 2008-25-29-90
Ruangan
: IW Medikal
Diagnosa
6. MAKANAN/CAIRAN
Gejala : nafsu makan menurun, tidak terdapat mual dan muntah, perut terasa cepat
penuh.
Tanda : TB 165 cm, BB 65 kg, lemak sub kutan tebal, tonus otot baik, porsi
makan hanya habis - porsi. Klien mendapatkan diet jantung II 2000 kalori
dan total cairan 1500 cc/24 jam. Terpasang IV line NTG 50 mikro/50cc (10
mikrogram permenit) dan lasik 200mg/20cc (5 mg/jam). Pada tanggal 5 Mei total
cairan yang masuk 1305 cc dan cairan keluar 1500 cc (balance cairan negative
195 cc)
7. NEUROSENSORI
Gejala : tidak terdapat kesulitan konsentrasi, daya ingat dan berfikir baik
Tanda : perhatian terhadap lingkungan sekitar baik, tidak terjadi disorientasi
waktu, tempat dan orang.
8. NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Tidak terjadi nyeri tekan. Klien merasa sesak dan sesak bertambah jika
untuk berubah posisi atau pada posisi dengan kepala lebih rendah.
Tanda : Wajah tidak tegang, posisi tidut setengah duduk
9. PERNAFASAN
Gejala : Ortopnea, dyspnea saat istirahat maupun berubah posisi
Tanda : frekuensi nafas 32 x/menit, terdapat ronchi pada paru kanan dan paru kiri
(2/3 area paru terdengar ronchi), tidak ada sianosis, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung.
10. KEAMANAN
Gejala : tidak ada riwayat alergi atau TBC. Riwayat DM sejak tahun 1995 dan
hipertensi sejak usia 40 tahun.
Tanda : Suhu 37 derajat celcius. Terpasang monitor hemodinamik non invasive
Hasil
11.0
25.5
47.81
Satuan
g/dL
10^3/ul
mm
Nilai Normal
12.0 14.0
5.0 10.0
0.0 20.0
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hasil
0.1
1.8
70.6
24.2
3.3
Satuan
%
%
%
%
%
Nilai Normal
0.0 1.0
1.0 3.0
52 76
20.0 40.0
2.0 8.0
Kimia
Protein total
Albumin
Globulin
Natrium (Na)
Kalium darah (K)
Clorida darah (Cl)
Ureum
BUN
Kreatinin
SGOT
SGPT
Colesterol total
Hasil
7.4
4.0
3.8
138
4.3
108
53
1.5
38
22
189
Satuan
g/dL
g/dL
g/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/L
u/L
mg/dl
HDL
21
mg/dl
LDL
123
mg/dl
Colesterol rasio
Trigliserida
224
mg/dl
mg/dl
Nilai Normal
6.6 8.7
3.40 4.80
1.80 3.90
135 147
3.5 5.50
100.0 106.0
10 50
8 23
0 1.4
10 35
10 36
< 200 desirable
200 240 moderate
> 240 high
45 65 normal
< 35 high risk
< 130 low risk
130 160 moderate
>160 high risk
< 5 low risk
5.01 6 moderate
>6.01 high risk
< 150 normal
150 199 borderline
200 499 high
>= 500 very high
70 100
Hasil
7.26
30
75
13.3
62.0
-12.3
93
pH
PCO2
PO2
HCO3
TCO2
BE
SO2
Satuan
mmHg
mmHg
mmol/I
mmol/I
mmol/I
%
Nilai Normal
7.35 7.45
35 45
85 95
21 25
21 27
2.5+2.5
85 95
Hasil
Satuan
Nilai Normal
81
mg/dl
70 100
105
mg/dl
70 100
292
mg/dl
70 100
110
mg/dl
70 100
Hasil
7.33
48
47
25.0
26.4
-1.2
76
Hasil
138
4.6
105
80
1.6
Satuan
mmHg
mmHg
mmol/I
mmol/I
mmol/I
%
Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Nilai Normal
7.35 7.45
35 45
85 95
21 25
21 27
2.5+2.5
85 95
Nilai Normal
135 147
3.5 5.50
100.0 106.0
10 50
8 23
0 1.4
Hasil
10.0
31
12.7
Satuan
g/dL
%
10^3/ul
Nilai Normal
12.0 14.0
37.0 43.0
5.0 10.0
Hasil
136
5.3
95
1.9
2.0
92
42.99
1.6
160
Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mmol/I
mmol/I
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Nilai Normal
135 147
3.5 5.50
100.0 106.0
2.3 2.8
1.9 2.5
10 50
8 23
0 1.4
70 200
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Colesterol total
170
mg/dl
HDL
21
mg/dl
LDL
117
mg/dl
Colesterol rasio
8.10
Trigliserida
184
mg/dl
117
8,2
2.4
mg/dl
mmol/I
2.3 2.8
Pemeriksaan EKG tanggal 5 Mei 2008 : AFNVR, QRS rate 100 x/menit, axis
normal, QRS durasi 0,08, rsr di V1 V3, QS di III, T low di I, II, AVL, V1 V6.
Pemeriksaan X ray : CTR 55%, pinggang jantung (+), apex sulit dinilai, odema
paru, infiltrate (+), kongesti (+), perselubungan di lapangan paru kesan ateletaksis.
Pemeriksaan ekokardiografi tanggal 6 Mei 2008 : dimensi ruang jantung dalam
batas normal, LVH konsentris, katup jantung baik, fungsi kontraktilitas LV
menurun, EF 47 %, fungsi RV menurun. Analisa segmental : hipokinetik anterior
dan segmen lain normokinetik.
12. PENGOBATAN
Oksigen 4 liter/menit
Cedocard 3 x 10 mg
Gludepatic 3 x 1 tablet
Digoksin 1 x 1 tablet
Cordarone 1 x 1 tablet
Amaryl 1 x tablet
Aspilet 1 x 80 mg
Diovan 2 x 10 mg
Glurenorm 2 x tablet
Injeksi lasik 1 x 1 ampul
Ceftriaxon 2 x 1 gram
IV line : NTG 50 mikrogram/50 cc ( 10 mikrogram / menit) dan Lasik 200
mg/20cc ( 5 mg/jam).
B. ANALISA PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap yang pertama dari proses keperawatan. Untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif, perlu didukung oleh
pengkajian yang lengkap dan akurat. Pengkajian system kardiovaskuler dimulai dari
riwayat kesehatan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostic (Black, 2005).
1. Riwayat kesehatan
Pada keluhan utama didapatkan data, Ny. S mengeluh merasa sesak dan badannya
lemas. Klien mengalami odema paru dan gagal jantung FC III. Odema paru adalah
akumulasi abnormal cairan pada ruang interstisiil disekitar alveoli dengan
ditambah akumulasi cairan pada sakus alveolar (Black, 2005). Pada Ny. S odema
paru diakibatkan oleh penyebab cardiogenik yaitu kegagalan ventrikel kiri.
Dengan kerja ventrikel kiri tidak adekuat menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik pada kapiler paru yang berdampak pada perpindahan cairan ke ruang
interstisiil paru melebihi kapasitas system limpatik untuk mengembalikan
kelebihan cairan (Silbernagl, 2007).
Merasa sesak dan cepat lelah saat berubah posisi atau aktifitas menunjukkan
adanya intoleransi akifitas, penurunan partisipasi di dalam aktifitas yang
menggunakan musculoskeletal yang besar sampai terjadi fatigue dan dyspnea
yang merupakan manifestasi dari gagal jantung (LeMone, 2008).
Rasa cepat lelah atau perasaan lemas juga dapat diakibatkan oleh penyakit DM.
Pada klien DM mengalami defisiensi insulin efektif sehingga glukosa darah tidak
dapat ditransport ke dalam sel sehingga glukosa tidak dapat dioksidasi untuk
memperoleh alergi. Dampak glukosa tidak dapat masuk sel maka terjadi proses
glukoneogenesis dimana terjadi katabolisme protein dan lemak. Penurunan
oksidasi glukosa dan katabolisme protein berkontribusi terjadinya kelemahan dan
fatigue (Black, 2005).
Pada riwayat kesehatan yang lalu klien mengalami penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi) sejak usia 40 tahun dan kencing manis (DM) sejak tahun 1995.
Gagal jantung diakibatkan oleh hipertensi sistemik pada 75 % kasus (Ignatavicius,
2006). Pada Ny. S hipertensi yang terjadi menyebabkan peningkatan beban
jantung kiri akibat peningkatan afterload dan berakibat pada kegagalan ventrikel
kiri.
Pada Ny. S juga mengalami DM sejak tahun 1995. Pada klien DM akan terjadi
katabolisme lemak yang berdampak pada peningkatan asam lemak bebas yang
menyebabkan hiperlipidemia. Lemak dalam bentuk kolesterol akan ditransport
dalam lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan meningkatkan resiko terjadinya
Kelas I
Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas harian tidak menyebabkan fatigue,
palpitasi, dyspnea atau angina
Kelas II
Ada sedikit keterbatasan pada aktivitas fisik. Klien merasa nyaman saat istirahat,
tetapi pada saat melakukan aktivitas harian menyebabkan fatigue, palpitasi,
dyspnea atau angina.
Kelas III
Terlihat adanya keterbatasan fisik yang nyata. Klien merasa nyaman saat istirahat.
Kegiatan harian yang lebih ringan sudah menyebabkan fatigue, palpitasi, dyspnea
dan angina.
Kelas IV
Tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa ketidaknyamanan. Gejala
isufisiensi kardiak atau sindroma angina dapat terjadi bahkan saat istirahat. Bila
melakukan aktifitas fisik ketidaknyamanan meningkat.
(Black, 2005).
Pada Ny. S gagal jantung yang terjadi masuk klasifikasi fungsional IV karena
sesak terjadi saat klien berada di tempat tidur saat istirahat dan bertambah
sesaknya saat berubah posisi atau beraktifitas.
3. Sirkulasi
Pada pemeriksaan sirkulasi didapatkan data klien mengalami distensi vena
jugularis, odema ekstremitas, peningkatan tekanan darah dan disritmia berupa
atrial fibrilasi normo ventrikel respon (AFNVR). Ketika gagal jantung kanan
terjadi, kongesti visera dan jaringan perifer menjadi predominan. Hal ini terjadi
akibat jantung kanan tidak dapat memompa darah dan tidak dapat mengakomodasi
semua darah yang secara normal kembali melalui system vena. Akibatnya terjadi
peningkatan tekanan vena yang akan berkembang menjadi distensi vena jugularis
(Smeltzer, 2008). Manifestasi klinik lain yang terjadi akibat kegagalan jantung
kanan adalah odema ekstremitas bawah, hepatomegali, asites, anoreksia dan
nausea, peningkatan berat badan akibat retensi cairan (Smeltzer, 2008).
Peningkatan tekanan darah pada pasien (176/61 mmHg) diakibatkan oleh
peningkatan resistensi perifer akibat respon dari system renin angiotensin
aldosteron. Aktivasi system saraf simpatis pada gagal jantung melalui baroreseptor
menghasilkan peningkatan kontraktilitas miokard pada awalnya, namun kemudian
pada aktivasi system renin angiotensin aldosteron dan neurohormonal berikutnya
menyebabkan peningkatan tonus vena (preload jantung) dan arteri (afterload),
meningkatkan norepineprin plasma, retensi progresif garam dan air serta oedema
(Gray, 2005).
Klien mengalami disritmia berupa AFNVR. Gangguan irama (aritmia atau
disritmia) adalah perubahan pada pembentukan dan atau penyebaran eksitasi yang
menyebabkan perubahan urutan eksitasi atrium atau ventrikel atau transmisi
atrioventrikuler (Silbernagl, 2007). Atrial fibrilasi terjadi pada 10 15 % pasien
dengan gagal jantung dan onset atrial fibrilasi dapat memperberat perburukan akut
(Gray, 2005). Patologi yang mendasari terjadinya atrial fibrilasi terutama adalah
penyakit katup mitral dan penyakit arteri koroner, tetapi dapat juga diakibatkan
oleh hipertiroid, emboli paru dan endokarditis (Thaler, 2000). Atrial fibrilasi pada
Ny. S kemungkinan diakibatkan oleh adanya odema paru maupun oleh adanya
perubahan pada miokardium akibat penyakit jantung koroner.
4. Integritas ego
Pada pemeriksaan integritas ego tidak didapatkan masalah atau data yang
menyebabkan perubahan integritas ego.
5. Makanan/cairan
Pada pemeriksaan nutrisi dapat disimpulkan klien belum gangguan nutrisi, tetapi
mempunyai risiko untuk mengalami perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh akibat anoreksia. Dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 klien
mendapatkan diet jantung II dengan 2000 kalori. Diet jantung II diberikan dalam
bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet
jantung I atau fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan atau edema
diberikan sebagai diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah energy, protein,
kalsium dan tiamin (Almatsier, 2005). Pada Ny. S diet disesuaikan dengan
penyakitnya yaitu penyakit jantung dan penyakit DM. Jumlah kalori yang
dibutuhkan Ny. S adalah 2000 kalori dengan perincian sebagai berikut :
Berat badan ideal = (165 100) (10 % ) = 65 6,5 = 58,5 kg
Rumus Harris Benedict
TEE
= 1158,7
TEE
Pada pemeriksaan cairan, klien mendapatkan intake cairan total 1500cc/24 jam.
Pembatasan cairan ini bertujuan untuk menurunkan retensi cairan sehingga dapat
menurunkan oedema paru maupun oedema ekstremitas yang terjadi. Pembatasan
cairan ini dapat optimal dengan dikombinasi pemberian diuretic.
6. Neurosensori
Pada pemeriksaan neurosensori tidak didapatkan data yang menyebabkan masalah
pada neurosensori.
7. Nyeri/kenyamanan
Pada pemeriksaan nyeri dan kenyamanan didapatkan data, klien tidak mengalami
nyeri tetapi klien mengalami sesak akibat odema paru.
8. Pernafasan
Pada pernafasan didapatkan ortopnea dan dyspnea saat istirahat dan bertambah
berat untuk berubah posisi maupun beraktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND), batuk serta adanya suara nafas tambahan (ronchi) pada 2/3 area paru.
Ortopnea adalah sesak saat istirahat dengan posisi tidur secara datar. Klien lebih
suka membutuhkan beberapa bantal untuk tidur atau tidur dengan posisi setengah
duduk pada tempat tidur atau kursi (Ignatavicius, 2006). Peningkatan tekanan
atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan kongesti
paru dan akhirnya odema alveolar, mengakibatkan sesak nafas, batuk dan kadang
hemoptisis. Dyspnea pada awalnya timbul pada aktivitas tetapi apabila gagal
ventrikel kiri berlanjut dapat terjadi saat istirahat , yang menyebabkan paroxysmal
nocturnal dyspnea (Gray, 2005). Menurut Black (2005), PND diakibatkan oleh
kombinasi dari kongestif pulmonal, peningkatan venous return pada posisi tidur
dan penekanan pada pusat respirasi terhadap input sensori dari paru selama tidur.
Batuk sering merupakan manifestasi dari gagal jantung kiri. Batuk dapat produktif
akibat jumlah cairan yang terlalu banyak pada saluran pernafasan. Pada auskultasi
dapat ditemukan ronchi (Black, 2005). Ronchi adalah suara nafas yang kasar yang
berderik-derik seperti snoring biasanya diakibatkan oleh secret pada jalan nafas
bronchial. Ronchi adalah suara nafas abnormal yang terdengar saat bernafas yang
terjadi ketika jalan nafas mengalami obstruksi secara parsial oleh secret, odema
mukosa, atau tumor yang menekan jalan nafas. Suara dapat diakibatkan oleh udara
yang melewati sekresi mukosa yang tebal pada jalan nafas besar seperti
bronkhiolus tetapi juga dapat berhubungan dengan struktur yang kecil seperti
alveoli (http://en.wikipedia.org/wiki/Rhonchi, diperoleh tanggal 10 Mei 2008).
Pada Ny. S ronchi yang terjadi akibat odema paru maupun akibat proses
peradangan pada paru.
9. Keamanan
Pada keamanan tidak didapatkan data yang mengalami penyimpangan.
10.
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan EKG tanggal 5 Mei 2008 : AFNVR, QRS rate 100 x/menit, axis
normal, QRS durasi 0,08, rsr di V1 V3, QS di III, T low di I, II, AVL, V1 V6.
Pada pemeriksaan EKG di atas klien mengalami dysritmia berupa atrial fibrilasi
normo ventrikel respon, adanya RBBB, infark lama di inferior, serta iskemik di
anterior, septal dan lateral. Iskemik yang terjadi bila tidak dilakukan tindakan akan
berkembang menjadi infark dan memperberat gagal jantung yang sudah terjadi.
Dengan adanya gagal jantung dan adanya iskemik pada ventrikel kiri mempunyai
risiko terjadinya penurunan curah jantung.
Pemeriksaan X ray : CTR 55%, pinggang jantung (+), apex sulit dinilai, odema
paru, infiltrate (+), kongesti (+), perselubungan di lapangan paru kesan ateletaksis.
Dari hasil pemeriksaan X ray dapat disimpulkan klien mengalami cardiomegali,
edema paru serta ateletaksis.
Pemeriksaan ekokardiografi tanggal 6 Mei 2008 : dimensi ruang jantung dalam
batas normal, LVH konsentris, katup jantung baik, fungsi kontraktilitas LV
menurun, EF 47 %, fungsi RV menurun. Analisa segmental : hipokinetik anterior
dan segmen lain normokinetik.
Pengobatan
Oksigen 4 liter/menit
Suplemen oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksia dan dyspnea dan
meningkatkan pertukaran karbondioksida dengan oksigen. Oksigen dapat
diberikan melalui kanul atau masker. Untuk hipoksemia partial rebreather mask
dengan aliran oksigen 8 10 liter/menit dapat digunakan untuk memberikan
oksigen dengan konsentrasi 40 % 70 %. Non rebreather mask dapat diberikan
untuk konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Apabila metode ini tidak dapat
meningkatkan tekanan parsial oksigen diatas 60 mmHg, klien dapat diberikan
intubasi maupun managemen ventilator (Black, 2005). Pada Ny. S diberikan
oksigen dengan nasal kanul dengan aliran oksigen 4 liter/menit.
Cedocard 3 x 10 mg
Cedocard adalah obat dengan nama generic isosorbide dinitrate yang berfungsi sebagai
anti angina. Fungsi dari isosorbide dinitrate adalah relaksasi otot polos vaskuler.
Efektifitas nitrat menurunkan nyeri angina karena secara primer menurunkan kebutuhan
oksigen miokardial dari pada meningkatkan suplai oksigen miokardial. Efek ini melalui
predominan dengan aksi perifer. Meskipun efek vena predominasi, nitrat menyebabkan
dilatasi arteri dan vena. Dilatasi post pembuluh darah kapiler, termasuk vena besar
meningkatkan pengumpulan darah pada perifer dan menurunkan venous return ke
jantung, menurunkan left ventricular end diastolic pressure (preload). Relaksasi arteri
menurunkan resistensi vaskuler sistemik dan tekanan arteri (afterload). Penurunan volume
ventrikel menurunkan tegangan intramiokardial dan menurunkan kebutuhan oksigen
miokardial (http://www.rxmed.com/b.main/b2.pharmaceutical/b2.1. monographs/
Gludepatic 3 x 1 tablet
Gludepatic dengan nama generic metformin adalah obat diabetes oral yang
membantu mengontrol kadar gula darah. Metformin adalah obat hipoglikemik oral
golongan penghambat glukoneogenesis. Obat ini mempunyai efek utama
mengurangi produksi glukosa hati, disamping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Obat ini terutama dipakai pada diabetisi gemuk (Soegondo, 2007).
Digoksin 1 x 1 tablet
Digoksin yang juga dikenal sebagai digitalis adalah cardiac glycoside yang diekstrak dari
faglove plant, digitalis lanata. Digoksin digunakan secara luas untuk mengatasi kondisi
jantung seperti atrial fibrilasi, atrial flutter dan gagal jantung yang tidak dapat dikontrol
dengan obat lain (http://en.wikipedia.org/wiki/Digoxin, diperoleh tanggal 10 Mei
2008). Glikosida seperti digoksin meningkatkan kontraksi miokardial yang menghasilkan
inotropik positif. Mekanisme kerjanya belum jelas namum digoksin merupakan
penghambat yang poten pada aktivitas pompa saluran natrium, yang menyebabkan
peningkatan pertukaran Ca-Na dan peningkatan kalsium intraseluler. Efeknya adalah
peningkatan ketersediaan ion kalsium untuk elemen kontraktil miokardial pada saat
coupling eksitasi kontraksi. Efek elektrofisiologis klinis utamanya adalah pelambatan
konduksi melalui nodus AV (Gray, 2005).
Cordarone 1 x 1 tablet
Cordarone dengan nama generic amidarone adalah agen antiaritmia yang digunakan
untuk tipe tchyarrhytmia antara aritmia ventricular dan supraventricular. Amidaron
mempunyai aksi seperti beta blocker dan potassium channel blocker pada SA dan AV
nodes, meningkatkan periode refrakter melalui efek channel sodium-potassium dan
melambatkan konduksi intra cardiac pada potensial aksi jantung ( http://en. wikipedia.
Amaryl 1 x tablet
Amaryl dengan nama generic glimepiridine adalah obat oral diabetes yang membantu
mengontrol kadar gula darah. Obat ini mempunyai efek untuk meningkatkan respon dari
pancreas dalam memproduksi insulin. Amaryl digunakan bersama dengan diet dan
aktivitas untuk mengatasi DM tipe 2 (http://www.drugs.com/amaryl.html, diperoleh
tanggal 10 Mei 2008). Pada Ny. S selain mendapatkan pengobatan jantung juga
mendapatkan pengobatan diabetes karena klien juga mengalami DM tipe 2.
Aspilet 1 x 80 mg
Aspilet berisi acetylsalicylic acid adalah sebuah obat salisilat yang sering
digunakan sebagai analgetik untuk menurunkan nyeri dan sakit kepala, sebagai
antipiretik untuk menurunkan panas dan sebagai anti inflamasi. Obat ini juga
berfungsi sebagai antiplatelet atau anti-clotting dan digunakan dalam jangka
panjang, dosis rendah untuk mencegah serangan jantung dan pembentukan
pembekuan darah pada pasien yang berisiko berkembangnya bekuan darah
(http://en.wikipedia.org/wiki/Aspirin, diperoleh tanggal 10 Mei 2008).
Diovan 2 x 10 mg
Diovan dengan nama generic valsartan adalah obat golongan angiotensin II receptor
antagonist. Obat ini menjaga pembuluh darah dari penyempitan, dimana obat ini
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan blood flow. Diovan digunakan untuk
mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) atau gagal jantung. Diovan juga digunakan
untuk menurunkan risiko kematian setelah serangan jantung (http://www. drugs. com/
diovan.html, diperoleh tanggal 10 Mei 2008). Pada Ny. S diberi diovan karena klien
mengalami hipertensi dan sekarang tensinya masih tinggi (176/61 mmHg).
Glurenorm 2 x tablet
Glurenorm dengan nama generik gliquidone merupakan obat antidiabetik oral dari
golongan sulfonylurea. Sama seperti sulfonil urea yang lain, gliquidone bekerja dengan
cara menstimulasi sel beta islet langerhans pancreas untuk melepaskan insulin endogen.
Gliquidone merupakan obat antidiabetik oral yang efektif. Seperti sulfonylurea yang lain,
gliquidone bekerja dengan cara menstimulasi influx kalsium ke dalam sel beta pankrea
dan dengan cepat merangsang pelepasan insulin. Gliquidone juga mempunyai efek ekstra
pancreas. Obat ini menyebabkan jaringan-jaringan perifer menjadi lebih sensitive
terhadap insulin, kemungkinan dengan adanya penambahan jumlah reseptor insulin dan
hasilnya adalah penurunan sintesis insulin secara keseluruhan ( http://www.dexa-
medica.com/ourproducts/prescriptionproducts/detail.php?id=42&idc=7, diperoleh
tanggal 10 Mei 2008).
Ceftriaxon 2 x 1 gram
Pada tindakan pengobatan diberikan ceftriaxon 1 x 2 gram. Ceftriaxon merupakan
sefalosporin ke 3 dengan spectrum aktivitas anti bakteri yang luas dan masa kerja
yang panjang. Spektrum aktivitasnya mencakup bakteri gram positif dan gram
negative.
IV line : NTG 50 mikrogram/50 cc ( 10 mikrogram / menit) dan Lasik 200
mg/20cc ( 5 mg/jam).
Mekanisme kerja nitrat bersifat kompleks meliputi penurunan preload, penurunan
afterload dan penurunan tekanan darah sistemik, dilatasi koroner epikardial secara
langsung peningkatan tekanan perfusi koroner dan redistribusi aliran darah
miokard. Nitrat juga meningkatkan aliran darah kolateral miokardial (Gray, 2005).
C. ANALISA DATA
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
No
Tanggal
1.
6-5-2008
Masalah
Keperawatan
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Etiologi
Peningkatan
produksi secret
Obyektif :
Dyspnea
Ronchi (+) pada 2/3
lapang paru
Frekuensi nafas 32 x/mnt
Batuk tidak keluar dahak
Lekosit : 12.700
X Ray : Infiltrat (+),
Kongestive (+), odema
paru, perselubungan paru
kesan ateletaksis
2.
6-3-2008
Subyektif :
Klien mengatakan sesak
Obyektif :
Dyspnea
Ronchi (+) pada 2/3
lapang paru
Frekuensi nafas 32 x/mnt
X Ray : Infiltrat (+),
Kongestive (+), odema
paru, perselubungan paru
kesan ateletaksis
Hasil analisa gas darah
tanggal 4 Mei 2008:
pH
: 7,33
PCO2 : 48 mmHg
PO2 : 47 mmHg
HCO3: 25 mmol/I
TCO2 : 26,4 mmol/I
BE : -1,2 mmol/I
SO2 : 76 %
Kerusakan
pertukaran gas
Perubahan
membran alveoli
kapiler
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
No
Tanggal
3.
6-5-2008
Masalah
Keperawatan
Penurunan curah
jantung
Etiologi
Penurunan
kontraktilitas
miokardial
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
No
Tanggal
4.
6-5-2008
Masalah
Keperawatan
Kelebihan
volume cairan
Etiologi
Penurunan cardiac
output
Obyektif :
Tekanan darah 176/61
mmHg
Oedema ekstremitas
bawah
JVP 5+2 CmH20
Ronchi (+) pada 2/3
lapang paru
X-Ray : Oedema paru,
kongestive (+)
Ekokardiografi : EF
47%
5.
6-5-2008
Subyektif :
Klien mengatakan
malas makan dan
makannya hanya habis
1/3 porsi
Obyektif :
TB : 165 cm
BB : 65 kg
Tonus otot baik
Lemak sub kutan tebal
Dyspnea
RR 32 x/menit
Porsi makan pagi dan
siang hanya habis 1/3
porsi
Klien mendapatkan
diet jantung II 2000
kalori
GDS tanggal 6 Mei
2008 : 117 mg/dl
Albumin : 4 mg/dl
Risiko perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Anoreksia
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
No
Tanggal
4.
6-5-2008
Masalah
Keperawatan
Intoleransi
aktivitas
Etiologi
Ketidakseimbangan
suplai oksigen dan
kebutuhan
D. RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan
dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan
tujuan pemulangan (Doenges, 2000).
Intervensi disusun sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh Ny. S, dan dibagi
menjadi tindakan mandiri dan kolaboratif.
Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif, lakukan suction bila perlu, latihan
nafas dalam dan batuk efektif memungkinkan mobilisasi dan membuang sekret.
Kolaborasi pemberian terapi O2 sesuai program (4L/mnt), Tindakan ini diberikan
pada pasien karena klien mengalami penurunan tekanan parsial oksigen (76
mmHg) sehingga klien perlu tambahan oksigen. Sehingga dengan pemberian
oksigen ini, hipoksemia teratasi dan perfusi jaringan akan menjadi adekuat. Pada
Ny. S juga dilakukan evaluasi ulang nilai lekosit untuk mengetahui infeksi yang
terjadi dan hasilnya masih menunjukkan nilai yang tinggi yaitu 10.400. Dengan
hasil ini kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxon 2 x 1 gram diteruskan sampai
hari ke -7 untuk mengontrol infeksi sehingga menurunkan produksi secret. Untuk
menurunkan edema paru yang menyebabkan masuknya cairan ke dalam alveoli,
Ny. S diberi antidiuretik berupa lasik. Dengan diberikan lasik akan menurunkan
preload sehingga kongesti akan menurun dan dampaknya odema paru juga
menurun. Setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai dengan tanggal 9 Mei
2008 masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveoli
kapiler
Gangguan pertukaran gas adalah lebih atau kurang dalam eliminasi oksigen dan
atau karbondioksida di membran kapiler-alveolar (Santosa, 2006).
Masalah tersebut muncul didukung data : klien mengatakan sesak, dyspnea, ronchi
(+) pada 2/3 lapang paru, frekuensi nafas 32 x/mnt, X Ray : Infiltrat (+),
Kongestive (+), odema paru, perselubungan paru kesan ateletaksis, Hasil analisa
gas darah tanggal 4 Mei 2008: pH : 7,33, PCO2 : 48 mmHg, PO2: 47 mmHg,
HCO3: 25 mmol/I, TCO2: 26,4 mmol/I, BE: -1,2 mmol/I, SO2 : 76 %
mEq/L, BE: 3.5 mEq/L, dan Q2Sat : 94.7%. Data-data tersebut menunjukkan
masalah gangguan pertukaran gas merupakan masalah aktual. Untuk mengatasi
masalah tersebut telah dilakukan tindakan kaji pola nafas dan kedalaman
pernafasan, manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum. Observasi perubahan warna kulit, membran
mukosa dan kuku jari. Catat adanya sianosis perifer atau sentral, sianosis kuku
menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil.
Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia sistemik.
Kaji perubahan status mental dan tingkat kesadaran. Gelisah, mudah terangsang,
bingung, dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan oksigenasi
serebral.Monitor nadi dan irama jantung. Takikardia biasanya ada sebagai akibat
demam/dehidrasi. Pertahankan istirahat. Jangan melakukan tindakan terhadap
pasien saat tidur. Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. Berikan posisi semifowler / high
fowler. Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif. Tindakan ini
meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk
memperbaiki ventilasi.
Observasi keadaan pasien yang bertambah buruk seperti hipotensi, warna sputum
merah muda/berdarah, sesak nafas yang bertambah hebat, gelisah dan kesadaran
menurun. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah /perasaan. Jawab
pertanyaan dengan jujur. Kunjungi dengan sering, atur pertemuan oleh orang
terdekat atau pengunjung sesuai indikasi. Ansietas adalah manifestasi masalah
psikologis sesuai dengan respon fisiologis terhadap hipoksia. Pemberian
keyakinan dan meningkatkan rasa aman dapat menurunkan komponen psikologis,
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respon
fisiologis.Siapkan untuk/pemindahan ke unit perawatan kritis bila diindikasikan.
Apabila terjadi kegagalan pernafasan intubasi dan ventilator mekanik mungkin
diperlukan.
Kolaborasi monitor hasil analisa gas darah dan oksimetri. Tindakan tersebut
mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi. Pemberian terapi O2
sesuai program. Tujuan pemberian terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2
di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi klien. Oksigen diberikan kepada klien dengan
menggunakan nasal kanul 4 liter/menit. Kolaborasi pemberian antibiotik
(ceftriaxon 2 x 1 gram) dilakukan untuk mengatasi infeksi. Klien juga
mendapatkan terapi diuretik berupa lasix 10 mg/kgBB/jam. Dengan diberikan
lasix akan menurunkan preload sehingga kongesti akan menurun dan dampaknya
odema paru juga menurun sehingga memfasilitasi pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal 9
Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi.
mengejan saat BAB yang dapat meningkatkan valsava manufer. EKG dilaukan
secara rutin untuk mengevaluasi perkembangan pada miokardial yang dapat
berpengaruh terhadap kemampuan pompa jantung. Klien juga mendapatkan terapi
golongan nitrat (cedocard) untuk vasodilatasi vaskuler, cordaron untuk mengatasi
aritmia, digoksin untuk meningkatkan kontraktilitas miokardial dan diovan
sebagai ACE inhibitor untuk menurunkan tekanan darah. Pemberian diuretik juga
dilakukan pada klien yaitu lasix 10 mg/kgBB/jam. Pemberian ini untuk
menurunkan preload dengan curah jantung normal yang disertai adanya gejala
kongestive. Setelah intervensi dilakukan selama 4 hari sampai tanggal 9 Mei 2008
masalah penurunan curah jantung belum teratasi.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan cardiac output
Kelebihan voleme cairan adalah peningkatan retensi cairan isotonik (santosa,
2006). Masalah keperawatan kelebihan cairan merupakan masalah keperawatan
aktual. Akibat kegagalan dari cardiac out put, mekanisme kompensasi
menyebabkan retensi natrium dan air sehingga meningkatkan volume darah.
Peningkatan cairan ini merupakan stressor pada pengisian ventrikel sehingga
membuat bekerja ventrikel lebih berat (LeMone, 2008).
Intervensi yang diberikan pada klien adalah : monitor intake output. Evaluasi
adanya urin output kurang dari 30 ml/jam. Monitoring volume cairan sangat
penting selama pengobatan gagal jantung. Evaluasi adanya odema ekstremitas.
Gagal jantung menyebabkan kongesti vena sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler. Ketika tekanan hidrostatik melebihi tekanan interstitial, cairan
berpindah ke interstitial seperti pada kaki dan skrotum (Black, 2005). Catat
adanya ketidaknyamanan pada abdominal dan nause. Kongesti vena dapat
menyebabkan asites sehingga mempengaruhi terhadap fungsi gastrointestinal dan
status nutrisi (LeMone, 2008). Klien dilakukan restriksi cairan sebanyak 1500
cc/24 jam. Restriksi cairan dapat digunakan untuk menurunkan intake cairan
sehingga menurunkan kelebihan cairan. Auskultasi suara nafas dan evaluasi
adanya batuk. Ketika tekanan hidrostatik kapiler paru lebih besar dari tekanan
onkotik akan menyebabkan cairan berpindah ke alveoli sehingga menyebabkan
adanya suara nafas tambahan dan batuk menunukkan adanya odema pulmonal
(Black, 2005). Klien juga diberikan diuretik berupa lasix 10 mg/kkBB/jam untuk
meningkatkan diuresis dari cairan yang sudah terakumulasi. Setelelah dilakukan
tindakan keperawatan sampai tanggal 9 Mei 2008 masalah kelebihan cairan belum
teratasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dan kebutuhan
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diperlukan (Santosa,
2006). Masalah keperawatan intoleransi aktifitas merupakan masalah keperawatan
aktual. Intervesi keperawatan yang diberikan pada Ny. S adalah melakukan
pengukuran tanda-tanda vital setiap sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
seperti berubah posisi, BAB di tempat tidur atau aktivitas ke kamar mandi.
Mencatat respon jantung dan paru serta mengevaluasi peningkatan intoleransi
aktifitas pada klien. Klien diberikan motivasi untuk membatasi aktifitas terutama
aktifitas ke kamar mandi yang akan menyebabkan peningkatan tanda-tanda vital.
Bersama dengan klien mengklasifikasikan tindakan atau aktivitas yang boleh
dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan.Istirahat diantara aktifitas atau
aktivitas yang diselingi istirahat juga direkomendasikan untuk pasien. Oksigen
diberikan kepada pasien dengan nasal kanul sebesar 4 liter/menit. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal 9 Mei 2008 masalah intoleransi
aktifitas masih belum teratasi
6. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolik (Santosa, 2006). Masalah perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan masih merupakan masalah risiko.
Masalah ini didukung oleh data : secara subyektif klien mengatakan malas makan
dan makannya hanya habis 1/3 porsi. Secara obyektif : TB : 165 cm, BB : 65 kg,
Tonus otot baik, Lemak sub kutan tebal, Dyspnea, RR 32 x/menit, Porsi makan
pagi dan siang hanya habis 1/3 porsi. Klien mendapatkan diet jantung II 2000
kalori.
Tindakan yang telah disusun untuk mengatasi masalah tersebut antara lain :
melakukan pengkajian nutrisi secara menyeluruh, auskultasi bising usus, palpasi
distensi abdomen, identifikasi faktor yang menimbulkan anoreksia seperti
Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering (roti panggang,
krekers) dan atau makanan yang menarik bagi klien. Menurunkan efek mual yang
berhubungan dengan pengobatan dan meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.Timbang berat badan setiap hari bila
memungkinkan. Membantu evaluasi tindakan dan menunjukkan perkembangan
status nutrisi klien.Motivasi klien untuk menghabiskan porsi makan.
Monitor nilai laboratorium termasuk Hb, hematokrit, elektrolit serum, total protein
serum dan albumin
Kolaborasi dilakukan dengan ahli gizi untuk menentukan kalori yang dibutuhkan
serta komposisinya karena klien selain mengalami kelainan jantung juga
mengalami DM tipe 2. Setelah kolaborasi klien mendapatkan diet jantung II
dengan 2000 kalori.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal 9 Mei 2008 masalah
risiko perubahan nutrisi tidak menjadi aktual dan masalah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Intoleransi
aktifitas
Kelebihan volume
cairan
gangguan
Tidak efektif
gas