Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(1406552925)
(1406552906)
(1406531782)
(1406608025)
(1406607911)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
FEBRUARI 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....ii
Kata pengantariii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Pembelajaran.4
BAB II. ISI
Soal I...5
Soal II.....16
Soal III...19
Soal IV...22
Soal V26
BAB III. KESIMPULAN. 36
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah
Termodinamika
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Makalah ini.
Penulis berharap, para pembaca dapat mendapatkan manfaat yang baik dari dalam
karya tulis ini. Penulis juga mohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan
di dalamnya, karena keterbatasan waktu, tempat dan sumber informasi yang ada.
Kami
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran:
BAB II
PEMBAHASAN SOAL
1. Uus mengamati wadah berisi air yang sedang mengalami proses
pendinginan. Pada waktu tertentu, terlihat sebagian air membeku sehingga
wadah mengandung air dalam keadaan cair dan es batu. Ia berpikir dan
mencoba
menghubungkan
keadaan
materi
PVT
secara
umum
dan
kualitatif
termasuk
proses
sepati
ice-skating,
mengapa
kolam
shallow
tidak
sepenuhnya diisi dengan es selama musim dingin yang berat dan panjang,
mengapa diperlukan waktu lebih lama untuk merebus telur di gunung
Himalaya dibandingkan dengan di kota Jakarta (pada saat memasak
peralatan, jumlah air, telur , dan kondisi pemanasan yang digunakan
mirip).
Jawab:
Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap dan
homogen. Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi
komposisi kimianya sama untuk semua fase. Misalnya, cairan air, campuran dari
cairan air dan uap air, atau campuran dari padatan es dan cairan air adalah zat
murni karena setiap fase mempunyai komposisi kimia sama. Namun, campuran
udara cair dan udara gas bukan merupakan zat murni karena komposisi fase udara
cair berbeda dengan udara uap.
(c.)
Campuran pada sistem yang diamati Uus yang berupa air cair
dalam kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air
termasuk zat murni. Hal tersebut dikarenakan sistem tersebut tersusun
dari komponen zat murni yaitu berupa air dan udara. Dikatakan suatu
komponen itu zat murni apabila zat yang mempunyai komposisi kimia
(d.)
(f.1)
Kondisi 1
Tekanan lebih tinggi dari tekanan jenuh. Jika dilihat dari tabel
dibawah
T(F)
1286
30
500
1313,58 X
1334,3
600
T 500
1313,581286
=
600500 1334,31286
=
T 500 27,58
=
100
48,3
T = 500 + 100.0,57
T = 557 oF = 291,7 oC
Lintasan Proses (f.1)
Diagram PV
Diagram PT
keadaan 3 fasa. Kondisi ini hanya mungkin terjadi pada keadaan triple
point. Selanjutnya suhu dinaikkan sampai seluruh es mencair dan
membentuk kesetimbangan antara cair dan uap dengan kualitas 50%.
Kondisi ini digambarkan pada diagram PV dengan garis melengkung
keatas mengikuti garis kualitas dan kekanan mengikuti Vaporization Curve
pada diagram PT (lintasan 1-2). Penambahan suhu sampai tekanan 10 bar
memiliki efek yang sama dengan langkah sebelumnya (lintasan 2-3). Pada
step terakhir, suhu diubah menjadi 130 oF dalam tekanan tetap sampai
volumenya menjadi 3.2 kali volume sebelumnya. Namun perubahan
kondisi ini tidak mungkin karena air pada tekanan 10 bar dan suhu 130 oF
berada dalam kondisi cair sehingga tidak mungkin volume spesifiknya
lebih besar dibandingkan dengan kondisi awal yang memiliki fasa gas.
Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk meninjau dua buah kondisi
yaitu kondisi pada suhu 130oF dan ketika volume spesifiknya 3.2 kali
keadaan awal secara terpisah.
Pada kasus volume spesifiknya meningkat sejauh 3.2 kali lipat, terlebih
dahulu harus diketahui volume spesifik air pada keadaan triple point yaitu
sebesar 3304.6 ft3/lbm sehingga kondisi akhir memiliki volume spesifik
10574.72 ft3/lbm yang berada dalam fasa gas (lintasan 3-4a). Sedangkan
jika suhunya diturunkan sampai suhu 130 oF, maka sistem berada dalam
kondisi liquid (lintasan 3-4b).
Proses Isokohorik, Isobarik, dan Isotermal :
Proses iskhorik adalah sebuah proses perubahan kondisi sistem dengan
perubahan tekanan dan suhu dengan mempertahankan volume yang sama.
Pada diagram PV kondisi ini dapat digambarkan dengan garis vertikal.
Proses isobarik dan isotermal hampir sama dengan proses isokhorik hanya
saja yang konstan pada proses isobarik adalah tekanan dan pada proses
isotermal adalah suhu. Isobarik menghasilkan garis horizontal pada
diagram PV dan PT sedangkan isotermal menghasilkan grafik vertikal
pada diagram PT.
lingkungan yang disebabkan oleh Efek rumah kaca.Seperti yang telah kita
ketahui, seiring meningkatnya temperature maka fasa akan berubah setelah
melewa titik yang dinamakan triple point. Padahal ini seiring
meningkatnya suhu fasa dari solid (es) akan berubah menjadi liquid (air),
dapat dilihat di diagram fase P-T dibawah
Ice Skater : Fenomena pertama, yaitu fenomena ice skater yang dapat
meluncur diatas es dapat dijelaskan melalui konsep triple point pada air.
Tekanan badan skater bertumpukan pada permukaan sepatu ice skating
yang lancip dan menaikkan tekanan pada es. Seperti yang dapat dilihat
dari gambar disamping, gambar tersebut merupakan perbesaran saat pisau
sepatu ice skater melintasi permukaan es. Dapat diamati bahwa terbentuk
lapisan air diantara ujung pisau sepatu ice skater dengan es dibawahnya.
Prinsip dasar fase Gibbs menyatakan bahwa ketika tekanan bertambah,
maka akan terbentuk suatu fasa yang lebih padat, pada kasus ini terbentuk
air. Lapisan air antara permukaan sepatu ice skating dan es adalah
permukaan yang dilalui skater saat berskating.
sepatu
ice-skating
tanpa
menyebabkan
es
tersebut
mencair/rusak.
Kolam Shallow : Saat musim dingin tiba di tempat yang memiliki 4
musim, biasanya kolam-kolam dangkal (shallow) airnya akan membeku
akibat suhu yang ekstrim dingin. Namun biasanya tidak seluruh air dalam
kolam membeku, jadi kolam tidak terisi penuh dengan es.Fenomena ini
terjadi karena tekanan serta suhu yang dibutuhkan untuk membekukan air
dengan seluruhnya belum tercapai. Saat suhu sudah rendah danmencapai
titik beku, terbentuklah lapisan es yang tersebar merata, namun tidak
seluruh air membeku. Kejadian ini disebabkan sifat anomali air yaitu saat
suhu air meningkat dari 0o C ke 4o C maka air tidak memuai tetapi malah
menyusut dan jika suhu air turun dari 4 oC ke 0oC maka air akan memuai.
Dan untuk suhu di atas 4o C air kembali normal dan sesuai kesepakatan
normal (memuai saat suhu naik), menyusut saat suhu turun). Jika suatu zat
menyusut maka volumenya menjadi lebih kecil dan massa jenisnya
(Perbandingan massa dan volum zat) menjadi lebih besar disbanding
ketika zat tersebut memuai. Dengan demikian massa jenis air terbesar
berada pada suhu 4oC.
Sehingga pada danau jika udara dingin menyerang, air permukaan danau
menjadi dingin, air menyusut hingga massa jenisnya menjadi besar, sedang
air di dasar danau masih hangat dan massa jenisnya lebih kecil dari air
permukaan, karenanya partikel-partikel air di permukaan turun kebawah
dan partikel-partikel air di dasar danau naik keatas. Kejadian tersebut
berlangsung bolak- balik karena suhu permukaan terus mendingin, hingga
suhu air di danau berada pada 4oC ,pada suhu ini, massa jenis air terbesar
sehingga air di dasar tak dapat naik lagi keatas dan tetap berada di dasar
meskipun air permukaan mendingin.
Merebus telur di gunung Fenomena ketiga, yaitu ketika merebus telur
lebih lama ketika di gunung daripada ketika di dataran rendah. Hal itu
disebabkan titik didih air turun seiring dengan menurunnya tekanan
atmosferik Patm. Grafik dibawah ini merupakan plot betapa ambiennya
suhu dan penurunan suhu air terhadap ketinggian dengan iklim sedang.
Dapat dilihat pada tabel tidak ada tekanan 5,6MPa, maka untuk mengetahui suhu
yang akurat, dilakukan interpolasi
P diketahui = 5,6 Mpa
Psat (Mpa)
Tsat (C)
5.5
269.97
slope=
5.6
T= ?
275.59
Tjenu h=271.094 C
Didapatkan suhu air pada keadaan jenuh adalah 271,094 OC. Jika dibandingkan
dengan suhu yang diberikan yaitu 320Oc, maka Tawal>Tjenuh, sehingga jika melihat
pada tabel karakteristik fasa, fasa yang sesuai untuk keadan ini adalah
superheated vapor.
b) 200 C dan 10 Mpa
Untuk mengetahui fasa yang terjadi pada tekanan 10 MPa dan suhu 200oC,
maka perlu diketahui suhu pada keadaan jenuh.Untuk mempermudah maka
digunakan saturated table (pressure) dengan tekanan sebagai acuannya.
Dapat dilihat pada tabel terdapat tekanan sebesar 10 MPa, sehingga tidak perlu
dilakukan interpolasi. Tabel menunjukkan Tjenuh sebesar 311,00OC, makaTawal<Tjenuh
sehingga fasa yang sesuai untuk keadaan ini adalah compressed liquid /
subcooled.
c) 280,99 F dan 50 psia
Untuk mengetahui fasa yang terjadi pada tekanan 10 MPa dan suhu 200 oC,
maka perlu diketahui suhu pada keadaan jenuh.Untuk mempermudah maka
digunakan saturated table (pressure) dengan tekanan sebagai acuannya dengan
satuan psia.
Dapat dilihat pada tabel terdapat tekanan sebesar 50 psia, sehingga tidak perlu
dilakukan interpolasi. Tabel menunjukkanTjenuh sebesar 280,99 OC, makaTawal =
Tjenuh, jika 280,99OF dirubah ke celcius, suhu yang di dapat adalah138.327 C
dimana lebih tinggi dari suhu titik didih air sehingga disimpulkan fasa yang terjadi
adalah saturated vapor.
3. Uap air dengan fase superheated pada 180 psia dan 500 oF didinginkan
pada volume konstan sampai suhunya menjadi 250oF. Jelaskanlah kualitas
dan entalpi campuran pada keadaan akhir serta tunjukannlah lintasan
proses pada diagram PV dan PT.
Jawab :
Dik
P1 = 180 psia
T1 = 500oF
T2 = 250oF
Dit
pada keadaan
akhir?
x=
muap
mcair +muap
( ) ( )
v=
vv f
v g v f
Untuk menghitung nilai kualitas dari soal diatas maka harus diketahui dulu
nilai volume spesifik campurannya.
P = 180 psia dan T1=500o F dalam keadaan Superheated, maka tidak ada kualitas
(x). Kemudian didinginkan sampai T2=250o F menjadi Saturated.
Dengan menggunakan Saturated tabel maka di dapatkan data sebagai berikut :
Vc = 3,043 ft3/lb (Konstan)
Volume spesifik liquid(
Volume spesifik gas (
Vf
Vg
) =0,017 ft3/lb
) = 13,84 ft3/lb
v =( 1x ) v f + x . v g
3,0431=13,75 X +0,017.0,017 X
3,026=13,733 X
X =0,22
T2 = 250F
1
1
Hv = 1164,0 btu. ( lbm )
H 2=X . H V + ( 1 X ) H L
H 2=0,22 .1164,0 +218,6248,09
H 2=426,61btu . ( lbm )
Mencari P akhir :
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
PV
180 psia. V
= 2
500 F
250 F
P2=90 psia
maka dengan T2= 250 F dan P2=90 psia, digunakan tabel saturated. Entalpi
yang dihasilkan:
H=426,61btu . ( lbm )1
nilai entalpi campuran yaitu:
H=H 2H 1
1
V
P(psia)
180
90
250
500
T( F)
4. Sebuah tangki pejal mengandung 1,4 kg air dalam keadaan cair jenuh pada
200 oC pada keadaan ini 25% volume berada dalam keadaan cair dan
sisanya uap. Selanjutnya kalor disuplai ke air sampai tangki hanya
mengandung uap jenuh. Tentukanlah volume tangki dan perubahan energi
dalam dari air ?
Jawab:
Dik : mair = 1,4 kg
Maka Kondisi 1:
X = 0,75
T = 200 oC
Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam)
Pada saat T = 200 oC didapatkan
P = 1,5547 MPa
vL = 0,0011565 m3/kg
HL = 852,39 kJ/kg
HV = 2792,1 kJ/kg
vV = 0,12722 m3/kg
entalpi campuran
V = X.vV + (1-X).vL
H1 = X.hV + (1-X).hL
V = 0,75.0,12722 +(1-0,75).0,0011565
V = 0,0957 m3/kg
H1 = 0,75.2792,1 + (1-0,75).852,39
H1 = 2307,2 kJ/kg
Maka Kondisi 2 (Tangki berisi uap jenuh saja dan volume tetap):
vV = 0,0957 m3/kg
Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam)
Temp(
preasure(Mp volume(m3/k
C)
a)
g)
210
1,9074
0,1043
X
Y
0,0957
215
2,1055
0,094689
Dengan menggunakan interpolasi Suhu :
T 210
215210
Entalpy(Kj/k
g)
2797,4
Z
2799,4
0,09570,1043
0,0946890,1043
T 210
0,0086
=
5
0,009611
T = 210 + 5.0,9
T = 214,5 oC
Dengan menggunakan interpolasi Tekanan :
P1,9074
0,09570,1043
=
2,10551,9074
0,0946890,1043
P1,9074
0,0086
= 0,009611
0,1981
P = 1,9074 + 0,1981.0,9
P = 2,08569 MPa
Dengan menggunakan interpolasi Entalpi :
H 22797,4
0,09570,1043
2799,42797,4 = 0,0946890,1043
H 22797,4
2
0,0086
= 0,009611
H2 = 2797,4 + 2.0,9
H2 = 2799,2 Kj/kg
Menghitung Volume tangki :
Volume air 25% = vL x mair
Volume air 25% = 0,0011565 x 1,4
Volume air 25% = 0,00162 m3 = 1,62 L
Maka :
Volume tangki = 100/25 x volume air 25%
Volume tangki = 4 x 1,62
Volume tangki = 6,48 L
Menghitung Massa Uap :
Volume uap = 75/25 x Volume air 25%
Volume uap = 3 x 0,00162
Volume uap = 0,00486 m3
Maka :
muap = Volume uap /vV
muap = 0,00486 / 0,12722
muap = 0,0382 kg
Menghitung Perubahan Energi dalam :
U = H pv
U = (H2-H1) (p2.v2-p1.v1)
U = (2799,2-2307,2) (2,08569. 0,0957 - 1,5547. 0,0957 ) x 103
U = 492 50,82
U = 441,18 kJ/kg
5. a). Jika Bu Andi meminta Narji, Andika, dan Gading untuk mempelajari
diagram fasa zat selain air. Tentukanlah alasan mengapa dry ice
(CO2padat) digunakan untuk menjaga eskrim tetap dingin dan beku.
Gunakan diagram P-T dari CO2 berikut:
Nilai
{ T r , Pr } ,
pengukuran untuk uap melalui dan untuk fase cair ditabulasikan ke tabel-tabel
Termodinamika yang bersangkutan. Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter
merupakan suatu persamaan yang diperkenalkan oleh van der Waals untuk
memodifikasi persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan suatu idealisasi
dari keadaan yang sebenarnya. Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai
konstanta ini sama dengan nol, maka persamaan akan kembali berubah menjadi
persamaan gas ideal.
Teorema prinsip keadaan 2 parameter berbunyi :
() . Faktor
dan Pr yang sama, akan menghasilkan nilai Z yang hampir sama, yang
kesemuanya berdeviasi dari sifat gas ideal dengan derajat yang hampir sama.
zo dan z merupakan fungsi Tr dan Pr dan berlaku untuk gas non polar atau sedikit
polar. Dimana faktor kompresibilitas didefinisikan sebagai :
z=
Vm
Vm gas ideal
. Vm
R .T
gas
mempunyai gaya tarik menarik yang lebih kuat. Ketika nilai z lebih dari satu,
artinya gaya tolak menolak antar partikel gas lebih kuat. Pada saat nilai z sama
dengan satu, maka besarnya gaya tarik sebanding dengan besarnya gaya tolakmenolak.
Nilai z juga dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu gas
tergolong gas ideal atau bukan. Apabila suatu gas memiliki nilai z=1, maka gas
tersebut merupakan gas ideal, namun jika nilai z tidak sama dengan satu, maka
gas tersebut termasuk gas nyata.
Selain menggunakan persamaan di atas, nilai z juga dapat ditentukan
melalui metode grafik, caranya yaitu dengan mencari temperature tereduksi (Tr)
dan tekanan tereduksi (Pr). Berikut adalah grafik hubungan factor kompresi
terhadap tekanan tereduksi.
a,) Dry Ice merupakan karbondioksida
yang
dipadatkan.
Alasan
mengapa dry ice ini digunakan untuk menjaga eskrim tetap dingin dan
beku adalah karena suhunya lebih rendah dari pada es biasa dan tidak
meninggalkan sisa apapun.
Dry Ice terbentuk pada suhu -78.5oC dan tekanan diatas 5,1 atm. Pada
keadaan tersebut CO2 berubah fasa dari pada menjadi gas dengan proses
sublimasi tanpa melalui fasa cair. Pada keadaan tersebut juga CO 2 berubah
fasa dari gas ke padat dengan proses deposisi.
RT
a
2
V b V
d log Pr
=S
1
d( )
Tr
Apabila teorema dua parameter berlaku, maka slope S nilainya akan sama
untuk semua fluida murni. Pada kenyataannya, setelah diobservasi, hal
tersebut tidak benar karena setiap fluida memiliki karakteristik tersendiri
terkait nilai S-nya yang pada dasarnya menjadi prinsip mengapa diusulkan
adanya parameter ketiga.
T : 450 K
PV =nRT
V
=RT
n
V
=RT
massa
Mr
Volume /waktu
=RT
massa/waktu
Mr
Volume RT massa 1
=
x
x
waktu
P waktu Mr
Volume
=
waktu
8,314
m 3 Pa
.500 K
mol K
g 1
x 2000 x mol /g
3000 Pa
s 44
Volume
=62,98 m3 /s
waktu
=
massa
volume
......x 1/s
massa/ waktu
volume/waktu
2000 g /s
62,98 m3 /s
=31,75 g/m3
2. Menghitung laju alir volume keluar pipa
Alirankeluarmemilikitekanan yang tidakberubahsehingga proses yang terjadiadalah
isobaric, sehinggarumus gas ideal menjadi
V
=konstan
T
Maka
V1 V2
=
T 1 T2
......x 1/s
V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2
62,98 m3 / s V 2 /waktu
=
500
450
V2
=56,68 m 3 /s
waktu
3) Menghitung laju alir volume masukan dan densitas menggunakan generalized
compressibility factor correlation
Untuk mengetahui nilai Z, kita harus menghitung nilai T reduksi
dan P reduksi CO2.Untuk mengetahui nilai tersebut perlu diketahui nilaiTcdan Pc
CO2.Dari literature diketahui nilai Tc dan Pc karbondioksida adalah
Tc=304,2 K Pc=73,83 7383 Pa
Makadapat dihitung nilai Tr dan Pr yaitu:
Tr=
T
500 K
=
=1,60
Tc 304,2 K
Pr
P 3000 Pa
=
=0,4
Pc 7383 Pa
Rumus untuk menghitung factor Z adalah
Z =Z 0 + Z 1
Dari tabelZo
Tabel Z1
Dan tabel
Maka didapatkan
Z 0 = 0,9714 , Z 1=0,033 0 dan =0,274
Maka....
Z =Z 0 + Z 1
Z =0,9714+(0,274 x 0,0330)
Z =0,98 0
Volume ZRT massa 1
=
x
x
waktu
P
waktu Mr
Volume
=
waktu
m3 Pa
.500 K
mol K
g 1
x 2000 x mol /g
3000 Pa
s 44
0,980.8,314
Volume
=61,62 m3 / s
waktu
massa/ waktu
volume/waktu
2000 g /s
61,62 m3 /s
=32,50 g/m3
4) Menghitung laju alir volume keluaran pipa menggunakan generalized
compressibility factor correlation
V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2
61,62 m3 /s V 2 /waktu
=
500
450
V2
=55,47 m 3 /s
waktu
5) Menghitung error dari setiap kasus
|h asil per hitungan dengan gas idealh asil per h itungandengan faktor Z|
error =
|62,9861,62|
error =
61,62
100
error =2,20
Kasus 2 Densitasmasukan
|31,7532,50|
error =
32,50
100
error =2,18
100
|56,6855,47|
error =
55,47
100
error =2,20
BAB III
KESIMPULAN
Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap dan
homogen. Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi
DAFTAR PUSTAKA
Smith, Van Ness, dan Abbott. 2001. Chemical Engineering Thermodynamics 6th
edition. USA: Mc Graw Hill
Moran, Michael dan Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics 5th edition. USA: John Wiley
Cengel dan Boles. 2002. Thermodynamics: An Engineering Approach 5 th edition.
USA Mc Graw Hill
Moran, Michael J., Howard N. Shapiro. 2010. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics 3th ed. Asia : John Wiley & Sons Pte Ltd.