Вы находитесь на странице: 1из 39

MAKALAH TERMODINAMIKA

Sifat PVT Senyawa Murni

Disusun Oleh : Kelompok 4

Adam Muhammad Fadhan


Mustika Saraswati
Ibrahim Harya
Ghina Marsya
Fariza Ahmad

(1406552925)
(1406552906)
(1406531782)
(1406608025)
(1406607911)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
FEBRUARI 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....ii
Kata pengantariii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Pembelajaran.4
BAB II. ISI
Soal I...5
Soal II.....16
Soal III...19
Soal IV...22
Soal V26
BAB III. KESIMPULAN. 36
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah
Termodinamika

mengenai Sifat PVT Senyawa Murni tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Makalah ini.
Penulis berharap, para pembaca dapat mendapatkan manfaat yang baik dari dalam
karya tulis ini. Penulis juga mohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan
di dalamnya, karena keterbatasan waktu, tempat dan sumber informasi yang ada.
Kami

sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membantu kemajuan Kelompok 4. Semoga Kami sebagai penulis dapat menjadi


orang yang lebih baik lagi.
Depok, Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran:

BAB II
PEMBAHASAN SOAL
1. Uus mengamati wadah berisi air yang sedang mengalami proses
pendinginan. Pada waktu tertentu, terlihat sebagian air membeku sehingga
wadah mengandung air dalam keadaan cair dan es batu. Ia berpikir dan
mencoba

menghubungkan

keadaan

dalam wadah dengan

materi

termodinamika tentang sivat PVT (pressure-volum-temperature). Ia


teringat bahwa instruktur kelas pernah menjelaskan bahwa mahasiswa
diminta untuk memperbaiki kemampuan belajar mandiri atau bahasa
asingnya self-directed learning skill. Uus mencoba melihat diagram
dibawah ini. (a.) Menurut anda bagaimana system yang sedang diamati
Uus dapat dipandang sebagai zat murni selama proses?

Gambar 1.1 Diagram PVT


(Sumber : John Wiley and Sons 2010: Fundamental Of Engineering
Thermodynamics 3th ed. Asia )
Selanjutnya, Uus melihat suatu sistem yang terdiri dari air cair dalam
kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air. (b.) Bantulah
Uus melihat jumlah fase yang hadir? (c.) Bagaimana Uus dapat
memandang sistem tersebut terdiri dari zat murni? (d.) Ulangi untuk
system yang terdiri dari es dan cair air dalam kesetimbangan dengan
campuran gas dari udara dan air menguap.
Soimah melangkah lebih jauh dengan menunjukkan diagram PT dua
dimensi yang ditunjukkan di bawah ini. Soimah memperhatikan cara Uus
belajar dan menambahkan bahwa setelah Uus mampu menjelaskan
diagram

PVT

secara

umum

dan

kualitatif

termasuk

proses

isobarik/isokhorik/isothermal, maka Uus harus menerapkannya dalam

proses lintasan. Lalu Soimah menyiapkan diagram fase PV dan PT untuk


air. Soimah mengumpulkan lebih banyak data kuantitatif untuk
diaplikasikan pada diagram fase tersebut. Agar mampu menjelaskan(f.1)
diagram lintasan PV dan PT untuk air pada tekanan yang lebih tinggi dari
tekanan jenuh dikurangi tekanannya sampai 30 psia pada suhu tetap
sampai uap air tepat mulai terbentuk(lintasan 1-2). Selanjutnya air
dipanaskan pada tekanan tetap sampai harga entalpinya meningkat
menjadi 6 kali air jenuh pada 30psia(lintasan2-3). (f.2) Lintasan Proses PV
dan PT untuk campuran yang terdiri dari atas air, air es, dan uap air pada
kesetimbangan fasa, selanjutnya kesetimbangan tersebut dipanaskan
sampai pada tekanan tetap sampai es tidak lagi terlihat dan membentuk
campuran air dan uap pada keadaan setimbang dengan kualitas 50%. Lalu
campuran setimbang tersebut dipanaskan sebagai campuran pada
kesetimbangan fasa sampai mencapai tekanan 10 bar. Dan terakhir
campuran diubah menjadi suhu 130oF pada tekanan tetap sampai spesifik
volumnya mencapai 3,2 kali spesifik volum campuran pada keadaan awal.
Bantulah Uus untuk menangkap pemikiran soimah tersebut pada (e.1) dan
(e.2) termasuk penjelasan yang melibatkan proses isobaric / isokohorik /
isothermal.
(g.) Dalam aplikasi sehari hari, Mengapa es di kutub utara mencair,
mengapa skaters bisa meluncur dengan mudah melintasi es dengan
menggunakan

sepati

ice-skating,

mengapa

kolam

shallow

tidak

sepenuhnya diisi dengan es selama musim dingin yang berat dan panjang,
mengapa diperlukan waktu lebih lama untuk merebus telur di gunung
Himalaya dibandingkan dengan di kota Jakarta (pada saat memasak
peralatan, jumlah air, telur , dan kondisi pemanasan yang digunakan
mirip).

Gambar 1.2 Diagram PT

Jawab:
Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap dan
homogen. Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi
komposisi kimianya sama untuk semua fase. Misalnya, cairan air, campuran dari
cairan air dan uap air, atau campuran dari padatan es dan cairan air adalah zat
murni karena setiap fase mempunyai komposisi kimia sama. Namun, campuran
udara cair dan udara gas bukan merupakan zat murni karena komposisi fase udara
cair berbeda dengan udara uap.

Gambar 1.3 Contoh Zat Murni dan Bukan Zat Murni


(a.)

Sistem yang diamati Uus dapat dikatakan sebagai zat murni,


perbedaan fasa subcooled air (liquid-solid) yang terjadi pada sistem
dapat dijelaskan oleh skema perubahan fasa air pada saat proses
pendinginan seperti berikut :

Gambar 1.4 Skema proses pendinginan


Pada kasus yang diamati Uus diatas sama saja seperti pada saat
State 3, dimana terjadi kesetimbangan antara fasa liquid dan fasa solid.
(b.)

Sistem berikutnya yang diamati Uus adalah air cair dalam


kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air, mempunyai
dua fase (P = 2) dan 3 komponen (C = 3). P = 2, didapat dari fasa gas
dan cairan, sedangkan C = 3 didapat dari campuran udara (
O2 dan N 2

(c.)

) dengan air murni pada sistem.

Campuran pada sistem yang diamati Uus yang berupa air cair
dalam kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air
termasuk zat murni. Hal tersebut dikarenakan sistem tersebut tersusun
dari komponen zat murni yaitu berupa air dan udara. Dikatakan suatu
komponen itu zat murni apabila zat yang mempunyai komposisi kimia

(d.)

yang tetap dan homogen.


Sistem berikutnya adalah es dan cair air dalam kesetimbangan
dengan campuran gas dari udara dan air menguap. Sistem ini
mempunyai 3 fase (P = 3) dan 3 komponen (C = 3). Campuran pada
sistem ini merupakan zat murni dikarenakan penyusunnya juga
merupakan zat murni.

(f.1)

Kondisi 1
Tekanan lebih tinggi dari tekanan jenuh. Jika dilihat dari tabel
dibawah

Gambar 1.5 Tabel Karaktaristik Fase


Pada saat tekanan lebih tinggi dari tekanan jenuh maka berada pada
compressed liquid
Kondisi 2 (tekanan dikurangi dan suhu tetap)
T = 250,3 oF = 121,3 oC

P = 30 psia = 0,207 MPa


H=218,93 Btu/lbm
= 2,04 atm

Kondisi 3 (Entalpy dinaikan 6 kali dan tekanan tetap)


H = 1313,58 Btu/lbm

P = 30psia = 0,207 MPa

Dari superheated steam table (table 3)


H(Btu/lbm
P(psia) )

T(F)
1286

30

500

1313,58 X
1334,3

Dengan menggunakan interpolasi Suhu :

600

T 500
1313,581286
=
600500 1334,31286

=
T 500 27,58
=
100
48,3
T = 500 + 100.0,57
T = 557 oF = 291,7 oC
Lintasan Proses (f.1)
Diagram PV

Gambar 1.6 Digram PV


Pada titik yang pertama masih berada pada compressed liquid kemudian pada titik
ke 2 sudah mencapai titik jenuh liquid dan yang terakhir berada pada fase
superheated.

Diagram PT

Gambar 1.7 Digram PT


(f.2)

Pada kondisi awal, sistem berada dalam keadaan setimbang pada

keadaan 3 fasa. Kondisi ini hanya mungkin terjadi pada keadaan triple
point. Selanjutnya suhu dinaikkan sampai seluruh es mencair dan
membentuk kesetimbangan antara cair dan uap dengan kualitas 50%.
Kondisi ini digambarkan pada diagram PV dengan garis melengkung
keatas mengikuti garis kualitas dan kekanan mengikuti Vaporization Curve
pada diagram PT (lintasan 1-2). Penambahan suhu sampai tekanan 10 bar
memiliki efek yang sama dengan langkah sebelumnya (lintasan 2-3). Pada
step terakhir, suhu diubah menjadi 130 oF dalam tekanan tetap sampai
volumenya menjadi 3.2 kali volume sebelumnya. Namun perubahan
kondisi ini tidak mungkin karena air pada tekanan 10 bar dan suhu 130 oF
berada dalam kondisi cair sehingga tidak mungkin volume spesifiknya
lebih besar dibandingkan dengan kondisi awal yang memiliki fasa gas.
Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk meninjau dua buah kondisi
yaitu kondisi pada suhu 130oF dan ketika volume spesifiknya 3.2 kali
keadaan awal secara terpisah.
Pada kasus volume spesifiknya meningkat sejauh 3.2 kali lipat, terlebih
dahulu harus diketahui volume spesifik air pada keadaan triple point yaitu
sebesar 3304.6 ft3/lbm sehingga kondisi akhir memiliki volume spesifik

10574.72 ft3/lbm yang berada dalam fasa gas (lintasan 3-4a). Sedangkan
jika suhunya diturunkan sampai suhu 130 oF, maka sistem berada dalam
kondisi liquid (lintasan 3-4b).
Proses Isokohorik, Isobarik, dan Isotermal :
Proses iskhorik adalah sebuah proses perubahan kondisi sistem dengan
perubahan tekanan dan suhu dengan mempertahankan volume yang sama.
Pada diagram PV kondisi ini dapat digambarkan dengan garis vertikal.
Proses isobarik dan isotermal hampir sama dengan proses isokhorik hanya
saja yang konstan pada proses isobarik adalah tekanan dan pada proses
isotermal adalah suhu. Isobarik menghasilkan garis horizontal pada
diagram PV dan PT sedangkan isotermal menghasilkan grafik vertikal
pada diagram PT.

(g.) Es kutub mencair : Es di kutub utara mencair karena kenaikan suhu

lingkungan yang disebabkan oleh Efek rumah kaca.Seperti yang telah kita
ketahui, seiring meningkatnya temperature maka fasa akan berubah setelah
melewa titik yang dinamakan triple point. Padahal ini seiring
meningkatnya suhu fasa dari solid (es) akan berubah menjadi liquid (air),
dapat dilihat di diagram fase P-T dibawah

Gambar 1.8 Digram PT

Ice Skater : Fenomena pertama, yaitu fenomena ice skater yang dapat
meluncur diatas es dapat dijelaskan melalui konsep triple point pada air.
Tekanan badan skater bertumpukan pada permukaan sepatu ice skating
yang lancip dan menaikkan tekanan pada es. Seperti yang dapat dilihat
dari gambar disamping, gambar tersebut merupakan perbesaran saat pisau
sepatu ice skater melintasi permukaan es. Dapat diamati bahwa terbentuk
lapisan air diantara ujung pisau sepatu ice skater dengan es dibawahnya.
Prinsip dasar fase Gibbs menyatakan bahwa ketika tekanan bertambah,
maka akan terbentuk suatu fasa yang lebih padat, pada kasus ini terbentuk
air. Lapisan air antara permukaan sepatu ice skating dan es adalah
permukaan yang dilalui skater saat berskating.

Gambar 1.6 Ilustrasi Sepatu Ice Skating


suhu triple point air adalah 0.01oC, dan tekanannya 4.56 mm Hg (0.006
atm). Suhu triple point yang mendekati titik beku airlah yang
menyebabkan berat badan seseorang dapat bertumpu pada sebilah pisau
dipermukaan

sepatu

ice-skating

tanpa

menyebabkan

es

tersebut

mencair/rusak.
Kolam Shallow : Saat musim dingin tiba di tempat yang memiliki 4
musim, biasanya kolam-kolam dangkal (shallow) airnya akan membeku
akibat suhu yang ekstrim dingin. Namun biasanya tidak seluruh air dalam
kolam membeku, jadi kolam tidak terisi penuh dengan es.Fenomena ini
terjadi karena tekanan serta suhu yang dibutuhkan untuk membekukan air
dengan seluruhnya belum tercapai. Saat suhu sudah rendah danmencapai
titik beku, terbentuklah lapisan es yang tersebar merata, namun tidak

seluruh air membeku. Kejadian ini disebabkan sifat anomali air yaitu saat
suhu air meningkat dari 0o C ke 4o C maka air tidak memuai tetapi malah
menyusut dan jika suhu air turun dari 4 oC ke 0oC maka air akan memuai.
Dan untuk suhu di atas 4o C air kembali normal dan sesuai kesepakatan
normal (memuai saat suhu naik), menyusut saat suhu turun). Jika suatu zat
menyusut maka volumenya menjadi lebih kecil dan massa jenisnya
(Perbandingan massa dan volum zat) menjadi lebih besar disbanding
ketika zat tersebut memuai. Dengan demikian massa jenis air terbesar
berada pada suhu 4oC.
Sehingga pada danau jika udara dingin menyerang, air permukaan danau
menjadi dingin, air menyusut hingga massa jenisnya menjadi besar, sedang
air di dasar danau masih hangat dan massa jenisnya lebih kecil dari air
permukaan, karenanya partikel-partikel air di permukaan turun kebawah
dan partikel-partikel air di dasar danau naik keatas. Kejadian tersebut
berlangsung bolak- balik karena suhu permukaan terus mendingin, hingga
suhu air di danau berada pada 4oC ,pada suhu ini, massa jenis air terbesar
sehingga air di dasar tak dapat naik lagi keatas dan tetap berada di dasar
meskipun air permukaan mendingin.
Merebus telur di gunung Fenomena ketiga, yaitu ketika merebus telur
lebih lama ketika di gunung daripada ketika di dataran rendah. Hal itu
disebabkan titik didih air turun seiring dengan menurunnya tekanan
atmosferik Patm. Grafik dibawah ini merupakan plot betapa ambiennya
suhu dan penurunan suhu air terhadap ketinggian dengan iklim sedang.

Grafik 1.1 Grafik Suhu Ambien, Ketinggian, dan Temperatur Air


Grafik berikut juga menunjukkan pengurangan suhu air meningkatkan
waktu untuk merebus telur dengan ketinggian yang meningkat pula.

Grafik 2. Grafik Waktu yang diperlukan terhadap Ketinggian


Karena titik didih air dipengaruhi tekanan udara, dan tekanan udara
dipengaruhi oleh ketinggian daratan. Makin tinggi letak suatu tempat,
makin rendah tekanan udaranya, makin rendah pula titik didih airnya. Jadi,
jika di pantai air bias mendidih pada suhu 100 derajat celcius, maka di

pegunungan Himalaya seperti puncak gunung Everest yang ketinggiannya


8.882 meter di atas permukaan air laut, air mendidih pada suhu 71 derajat
celcius saja. Saat telur direbus di Everest, air untuk merebus telur
mendidih pada 71 derajat celcius dan suhunya akan konstan pada angka
tersebut sampai seluruh air menguap. Oleh sebab itu dibutuhkan waktu
ekstra untuk merebus telur di gunung karena suhu air mendidih di gunung
tidak sepanas di pantai.
2. Semua lulusan teknik kimia seharusnya mampu membaca tabel kukus/
steam table baik saturated steam table maupun superheated steam table.
Oleh karena itu kelompok anda harus mempelajari pembacaan table kukus
dan apikasinya dalam kasus sederhana. Lalu tuliskan hasil pembelajaran
tersebut untuk disampaikan di dalam kelas, termasuk memberikan
komentar mengenai diagram lintasan yang terja didalam proses tersebut
dan interpolasi yang dilakukan. Selanjutnya Jelaskan fase dalam suatu
sistem yang mengandung H2O pada kondisi berikut: 320oC dan 5,6MPa;
200oC dan 10 MPa; 280,99oF dan 50 psia.
Jawab :
Steam table terbagi menjadi dua jenis, yaitu saturation table dan superheated
table.
Saturated steam table dan superheated steam table keduanya terdapat
tekanan (P), suhu (T), volume spesifik (v), entalpi spesifik (h), dan entropi
spesifik (s). Lambang berikut digunakan pada steam table.
Keterangan :
T = suhu (oF)
P = tekanan (psi)
v = volume spesifik (ft3/lbm)
vf = volume spesifik pada cairan jenuh (ft3/lbm)
vg= volume spesifik pada uap jenuh (ft3/lbm)
vfg= volume speisifk pada penguapan (ft3/lbm)
h = entalpi spesifik (Btu/lbm)
hf = entalpi spesifik pada cairan jenuh (Btu/lbm)

hg= entalpi spesifik pada uap jenuh (Btu/lbm)


hfg= entalpi speisifik pada penguapan (Btu/lbm)
s = entropi spesifik (Btu/lbm-oR)
sf = entropispesifikpadacairanjenuh (Btu/lbm-oR)
sg= entropi spesifik pada uap jenuh (Btu/lbm-oR)
sfg= entropi speisifk pada penguapan (Btu/lbm-oR)
Sh = derajat superheat (oF)
saturated steam table dibagi menjadi dua bagian; tabel suhu, yang
mengurutkan karakteristik berdasarkan suhu jenuh (Tsat), dan tabel tekanan, yang
mengurutkan karakteristik berdasarkan tekanan (P sat).Pada saturated steam
table,kita hanya perlu meninjau dari salah satu variabel saja antara suhu atau
tekanan untuk mendapatkan nilai-nilai properti steam lainnya.
Untuk pembacaan saturated steam table, hanyaperlumengetahuisalahsatu
dari suhu atau tekanan saja. Sedangkan untuk pembacaan superheated steam table
harus mengetahui suhu dan tekanan karena sudah melewati garis vapor-liquid
sehingga harus spesifik.
Dalam soal, kita dapat diberikan tekanan maupun suhu yang tidak tepat
seperti di steam table, untuk mencari nilai yang akurat, maka dibutuhkan
interpolasi. Untuk mengetahui fase suatu zat, maka akan ditentukan dengan cara
membandingkan properti yang diketahui dengan properti pada keadaan jenuh
dengan melihat tabel karakteristik fasa.

Gambar 2.1 Tabel Karakteristik Fase

a) 320 C dan 5,6 MPa


Untuk mengetahui fasa yang terjadi pada tekanan 5,6M Pada dan suhu 320 oC,
maka perlu diketahui suhu pada keadaan jenuh. Untuk mempermudah maka
digunakan saturated table (pressure)dengan tekanan sebagai acuannya.

Dapat dilihat pada tabel tidak ada tekanan 5,6MPa, maka untuk mengetahui suhu
yang akurat, dilakukan interpolasi
P diketahui = 5,6 Mpa
Psat (Mpa)
Tsat (C)
5.5
269.97

slope=

5.6

T= ?

275.59

( 275.59269.97 ) C (T 269.97) m3 /kg


=
(65.5) C
( 5.65.5 ) C

Tjenu h=271.094 C
Didapatkan suhu air pada keadaan jenuh adalah 271,094 OC. Jika dibandingkan
dengan suhu yang diberikan yaitu 320Oc, maka Tawal>Tjenuh, sehingga jika melihat
pada tabel karakteristik fasa, fasa yang sesuai untuk keadan ini adalah
superheated vapor.
b) 200 C dan 10 Mpa

Untuk mengetahui fasa yang terjadi pada tekanan 10 MPa dan suhu 200oC,
maka perlu diketahui suhu pada keadaan jenuh.Untuk mempermudah maka
digunakan saturated table (pressure) dengan tekanan sebagai acuannya.

Dapat dilihat pada tabel terdapat tekanan sebesar 10 MPa, sehingga tidak perlu
dilakukan interpolasi. Tabel menunjukkan Tjenuh sebesar 311,00OC, makaTawal<Tjenuh
sehingga fasa yang sesuai untuk keadaan ini adalah compressed liquid /
subcooled.
c) 280,99 F dan 50 psia
Untuk mengetahui fasa yang terjadi pada tekanan 10 MPa dan suhu 200 oC,
maka perlu diketahui suhu pada keadaan jenuh.Untuk mempermudah maka
digunakan saturated table (pressure) dengan tekanan sebagai acuannya dengan
satuan psia.

Dapat dilihat pada tabel terdapat tekanan sebesar 50 psia, sehingga tidak perlu
dilakukan interpolasi. Tabel menunjukkanTjenuh sebesar 280,99 OC, makaTawal =
Tjenuh, jika 280,99OF dirubah ke celcius, suhu yang di dapat adalah138.327 C
dimana lebih tinggi dari suhu titik didih air sehingga disimpulkan fasa yang terjadi
adalah saturated vapor.
3. Uap air dengan fase superheated pada 180 psia dan 500 oF didinginkan
pada volume konstan sampai suhunya menjadi 250oF. Jelaskanlah kualitas
dan entalpi campuran pada keadaan akhir serta tunjukannlah lintasan
proses pada diagram PV dan PT.

Jawab :
Dik

P1 = 180 psia
T1 = 500oF
T2 = 250oF

Dit

kualitas ( x ) dan entalpi campuran ( H

pada keadaan

akhir?

Menurut buku Termodinamika Teknik, Kualitas ( x ) didefinisikan sebagai


rasio massa uap terhadap massa total campuran .

x=

muap
mcair +muap

Apabila disubtitusikan ke persamaan volume spesifik rata-rata berupa :


mcair
m
v f + uap v g
m
m

( ) ( )

v=

akan menghasilkan suatu persamaan :


v =( 1x ) v f + x . v g =v f + x( v g v f )
yang apabila dipindah ruas akan menghasilkan persamaan kualitas berupa :
x=

vv f
v g v f

dengan v = volume spesifik campuran, v f = volume spesifik liquid, dan vg =


volume spesifik gas.

Untuk menghitung nilai kualitas dari soal diatas maka harus diketahui dulu
nilai volume spesifik campurannya.
P = 180 psia dan T1=500o F dalam keadaan Superheated, maka tidak ada kualitas
(x). Kemudian didinginkan sampai T2=250o F menjadi Saturated.
Dengan menggunakan Saturated tabel maka di dapatkan data sebagai berikut :
Vc = 3,043 ft3/lb (Konstan)
Volume spesifik liquid(
Volume spesifik gas (

Vf

Vg

) =0,017 ft3/lb
) = 13,84 ft3/lb

v =( 1x ) v f + x . v g
3,0431=13,75 X +0,017.0,017 X

3,026=13,733 X
X =0,22

Entalpi campuran pada keadaan akhirnya adalah :


H=H 2H 1
Pada P,T pada keadaan awal digunakan tabel superheated steam. Didapat entalpi
1
H 1=1271,2 btu. ( lbm )
pada keadaan akhir:

T2 = 250F
1

HL = 218,62 btu. ( lbm )

1
Hv = 1164,0 btu. ( lbm )

H 2=X . H V + ( 1 X ) H L
H 2=0,22 .1164,0 +218,6248,09

H 2=426,61btu . ( lbm )

Mencari P akhir :
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
PV
180 psia. V
= 2
500 F
250 F
P2=90 psia
maka dengan T2= 250 F dan P2=90 psia, digunakan tabel saturated. Entalpi
yang dihasilkan:
H=426,61btu . ( lbm )1
nilai entalpi campuran yaitu:
H=H 2H 1
1

H=1271,2 btu . ( lbm ) 426,61btu . ( lbm )


H=884,59btu . (lbm )1
DIAGRAM LINTASAN
P(psia)

V
P(psia)

180

90
250

500

T( F)

4. Sebuah tangki pejal mengandung 1,4 kg air dalam keadaan cair jenuh pada
200 oC pada keadaan ini 25% volume berada dalam keadaan cair dan
sisanya uap. Selanjutnya kalor disuplai ke air sampai tangki hanya
mengandung uap jenuh. Tentukanlah volume tangki dan perubahan energi
dalam dari air ?
Jawab:
Dik : mair = 1,4 kg
Maka Kondisi 1:
X = 0,75
T = 200 oC
Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam)
Pada saat T = 200 oC didapatkan
P = 1,5547 MPa

vL = 0,0011565 m3/kg

HL = 852,39 kJ/kg

HV = 2792,1 kJ/kg

vV = 0,12722 m3/kg

Dapat dicari Vspesifik total dan entalpi campuran dengan rumus :


Vspesifik total

entalpi campuran

V = X.vV + (1-X).vL

H1 = X.hV + (1-X).hL

V = 0,75.0,12722 +(1-0,75).0,0011565
V = 0,0957 m3/kg

H1 = 0,75.2792,1 + (1-0,75).852,39
H1 = 2307,2 kJ/kg

Maka Kondisi 2 (Tangki berisi uap jenuh saja dan volume tetap):

vV = 0,0957 m3/kg
Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and steam)
Temp(

preasure(Mp volume(m3/k

C)
a)
g)
210
1,9074
0,1043
X
Y
0,0957
215
2,1055
0,094689
Dengan menggunakan interpolasi Suhu :
T 210
215210

Entalpy(Kj/k
g)
2797,4
Z
2799,4

0,09570,1043
0,0946890,1043

T 210
0,0086
=
5
0,009611

T = 210 + 5.0,9
T = 214,5 oC
Dengan menggunakan interpolasi Tekanan :
P1,9074
0,09570,1043
=
2,10551,9074
0,0946890,1043
P1,9074
0,0086
= 0,009611
0,1981
P = 1,9074 + 0,1981.0,9
P = 2,08569 MPa
Dengan menggunakan interpolasi Entalpi :
H 22797,4
0,09570,1043
2799,42797,4 = 0,0946890,1043

H 22797,4
2

0,0086

= 0,009611

H2 = 2797,4 + 2.0,9
H2 = 2799,2 Kj/kg
Menghitung Volume tangki :
Volume air 25% = vL x mair
Volume air 25% = 0,0011565 x 1,4
Volume air 25% = 0,00162 m3 = 1,62 L
Maka :
Volume tangki = 100/25 x volume air 25%
Volume tangki = 4 x 1,62
Volume tangki = 6,48 L
Menghitung Massa Uap :
Volume uap = 75/25 x Volume air 25%
Volume uap = 3 x 0,00162
Volume uap = 0,00486 m3
Maka :
muap = Volume uap /vV
muap = 0,00486 / 0,12722
muap = 0,0382 kg
Menghitung Perubahan Energi dalam :
U = H pv

U = (H2-H1) (p2.v2-p1.v1)
U = (2799,2-2307,2) (2,08569. 0,0957 - 1,5547. 0,0957 ) x 103
U = 492 50,82
U = 441,18 kJ/kg

5. a). Jika Bu Andi meminta Narji, Andika, dan Gading untuk mempelajari
diagram fasa zat selain air. Tentukanlah alasan mengapa dry ice
(CO2padat) digunakan untuk menjaga eskrim tetap dingin dan beku.
Gunakan diagram P-T dari CO2 berikut:

Gambar 5.1 Diagram PT


Setelah ketiganya mempelajari kuliah Termodinamika sesuai pengarahan
Bu Andi maka ketiga mahasiswa tersebut makin menyadari adanya
Kolerasi Umum (The Genelized Correlations) untuk sifat PVT. Kemusian
Ketiganya mencoba menjawab pertanyaan berikut:
b.) Setelah suhu kritik dan tekanan kritik, faktor asentrik umum
digunakan sebagai parameter untuk mengkorelasi besaran besaran
Termodinamika atau sebagai correlating parameter. Menurut anda apa

kriteria yang perlu dipenuhi suatu besaran sehingga dapat digunakan


sebagai correlating parameter dan apakah telah memenuhi kriteria
tersebut. Jika perlu hubungkan dengan suatu senyawa dapat mengikuti
prinsip keadaan bersamaan 2 parameter dan prinsip keadaan bersamaan 3
parameter berikut fungsi dan alasannya menggunakan kurva ln (Pr) vs Tr
pula ? disamping itu bagaimana konsekuensi suhu gas murni lebih tinggi
dari suhu kritisnya.
c.) Gas karbon dioksida memasuki pipa pada 3 MPa dan 500 K dengan
laju 2 kg/s CO2, didinginkan pada tekanan konstan saat mengalir dalam
pipa dan suhu CO2 turun menjadi superheated 450 K. Jelaskanlah laju alir
volume dan densitas karbon dioksida pada masukan dan laju alir volume
pada keluaran pipa dengan menggunakan persamaan gas ideal dan
bandingkanlah hasilnya jika perhitungan dilakukan dengan generalized
correlation untuk Z debagai faktor kompresibilitas yang diusulkan oleh
Pitzer dan Lee Kesler sehingga Anda dapat melihat error yang terlibat
dalam setiap kasus.
Jawaban :
Faktor asentrik merupakan ukuran non-sphrericity (acentricity) dari suatu
molekul, dan didefinisikan sebagai :

Nilai

dapat ditentukan untuk jenis fluida apapun melalui

{ T r , Pr } ,

pengukuran untuk uap melalui dan untuk fase cair ditabulasikan ke tabel-tabel
Termodinamika yang bersangkutan. Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter
merupakan suatu persamaan yang diperkenalkan oleh van der Waals untuk
memodifikasi persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan suatu idealisasi
dari keadaan yang sebenarnya. Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai
konstanta ini sama dengan nol, maka persamaan akan kembali berubah menjadi
persamaan gas ideal.
Teorema prinsip keadaan 2 parameter berbunyi :

Seluruh fluida, apabila dibandingkan pada temperatur tereduksi (Tr) dan


tekanan tereduksi (Pr) yang sama, kira-kira akan memiliki factor
kompresibilitas yang nilainya sama dan semuanya akan berdeviasi
terhadap sifat gas ideal dengan derajat yang hampir sama.
Hal inilah yang mendasari diusulkannya suatu parameter ketiga oleh K. S.
Pitzer dan kawan-kawan, yaitu parameter berupa faktor asentrik

() . Faktor

asentrik untuk spesi kimia murni didefinisikan dengan mereferensikan tekanan


uapnya karena logaritma dari tekanan uap dari spesi fluida murni tersebut kirakira linear dengan 1/temperatur absolut.

Teorema prinsip keadaan 3 parameter berbunyi :


Seluruh fluida dengan nilai

yang sama, saat dibangingkan pada nilai Tr

dan Pr yang sama, akan menghasilkan nilai Z yang hampir sama, yang
kesemuanya berdeviasi dari sifat gas ideal dengan derajat yang hampir sama.

Korelasi umum untuk gas :


korelasi pitzer untuk z (faktor kompresibilitas)
z = zo + .z

zo dan z merupakan fungsi Tr dan Pr dan berlaku untuk gas non polar atau sedikit
polar. Dimana faktor kompresibilitas didefinisikan sebagai :

z=

Vm
Vm gas ideal

. Vm
R .T

Nilai z bervariasi, ketika nilai z kurang dari satu, maka partikel

gas

mempunyai gaya tarik menarik yang lebih kuat. Ketika nilai z lebih dari satu,

artinya gaya tolak menolak antar partikel gas lebih kuat. Pada saat nilai z sama
dengan satu, maka besarnya gaya tarik sebanding dengan besarnya gaya tolakmenolak.
Nilai z juga dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu gas
tergolong gas ideal atau bukan. Apabila suatu gas memiliki nilai z=1, maka gas
tersebut merupakan gas ideal, namun jika nilai z tidak sama dengan satu, maka
gas tersebut termasuk gas nyata.
Selain menggunakan persamaan di atas, nilai z juga dapat ditentukan
melalui metode grafik, caranya yaitu dengan mencari temperature tereduksi (Tr)
dan tekanan tereduksi (Pr). Berikut adalah grafik hubungan factor kompresi
terhadap tekanan tereduksi.
a,) Dry Ice merupakan karbondioksida

yang

dipadatkan.

Alasan

mengapa dry ice ini digunakan untuk menjaga eskrim tetap dingin dan
beku adalah karena suhunya lebih rendah dari pada es biasa dan tidak
meninggalkan sisa apapun.
Dry Ice terbentuk pada suhu -78.5oC dan tekanan diatas 5,1 atm. Pada
keadaan tersebut CO2 berubah fasa dari pada menjadi gas dengan proses
sublimasi tanpa melalui fasa cair. Pada keadaan tersebut juga CO 2 berubah
fasa dari gas ke padat dengan proses deposisi.

Gambar 5.2 Diagram PT untuk CO2


(b.) Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter merupakan suatu
persamaan yang diperkenalkan oleh J.D van der Waals pada tahun 1873
untuk memodifikasi persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan
suatu idealisasi dari keadaan yang sebenarnya. Persamaan ini memuat dua
parameter yaitu a dan b seperti pada persamaan dibawah :
P=

RT
a
2
V b V

Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai konstanta ini sama


dengan nol, maka persamaan akan kembali berubah menjadi persamaan
gas ideal. Konstanta a dan b nilainya berbeda untuk masing-masing
fluida, persamaan ini dapat digunakan untuk mengkalkulsasi nilai P
sebagai fungsi dari V untuk berbagai nilai T.
Basis untuk teorema prinsip keadaan 2 parameter berbunyi :
Seluruh fluida, apabila dibandingkan pada temperatur tereduksi
(Tr) dan tekanan tereduksi (Pr) yang sama, kira-kira akan memiliki
faktor kompresibilitas yang nilainya sama dan semuanya akan
berdeviasi terhadap sifat gas ideal dengan derajat yang hampir
sama.
Walaupun teori ini berlaku hampir pasti untuk fluida sederhana (argon,
kripton, dan xenon), nilai deviasi yang tetap dapat diobservasi apabila teori
ini diberlakukan pada fluida yang lebih kompleks. Hal inilah yang
mendasari diusulkannya suatu parameter ketiga oleh K. S. Pitzer dan
kawan-kawan, yaitu parameter berupa faktor asentrik () . Faktor
asentrik untuk spesi kimia murni didefinisikan dengan mereferensikan
tekanan uapnya karena logaritma dari tekanan uap dari spesi fluida murni
tersebut kira-kira linear dengan 1/temperatur absolut.
sat

d log Pr
=S
1
d( )
Tr
Apabila teorema dua parameter berlaku, maka slope S nilainya akan sama
untuk semua fluida murni. Pada kenyataannya, setelah diobservasi, hal
tersebut tidak benar karena setiap fluida memiliki karakteristik tersendiri

terkait nilai S-nya yang pada dasarnya menjadi prinsip mengapa diusulkan
adanya parameter ketiga.

Gambar. Ketidaksamaan slope untuk zat-zat yang bukan fluida murni


sederhanaBasis untuk teorema prinsip keadaan 3 parameter berbunyi :

Seluruh fluida dengan nilai

yang sama, saat dibangingkan

pada nilai Tr dan Pr yang sama, akan menghasilkan nilai Z yang


hampir
sama, yang kesemuanya berdeviasi dari sifat gas idealdengan
derajat yang hampir sama.
(c.) Dik :

Aliran Masuk : P : 3 MPa T : 500 K


Laju alir massa : 2 kg/s CO2
AliranKeluar :

T : 450 K

1. Menghitunglajualir volume dandensitaspadakondisi gas ideal saataliranmasuk

PV =nRT

V
=RT
n

V
=RT
massa
Mr

Volume /waktu
=RT
massa/waktu
Mr

Volume RT massa 1
=
x
x
waktu
P waktu Mr

Volume
=
waktu

8,314

m 3 Pa
.500 K
mol K
g 1
x 2000 x mol /g
3000 Pa
s 44

Volume
=62,98 m3 /s
waktu
=

massa
volume

......x 1/s

massa/ waktu
volume/waktu

2000 g /s
62,98 m3 /s

=31,75 g/m3
2. Menghitung laju alir volume keluar pipa
Alirankeluarmemilikitekanan yang tidakberubahsehingga proses yang terjadiadalah
isobaric, sehinggarumus gas ideal menjadi

V
=konstan
T
Maka

V1 V2
=
T 1 T2

......x 1/s

V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2
62,98 m3 / s V 2 /waktu
=
500
450
V2
=56,68 m 3 /s
waktu
3) Menghitung laju alir volume masukan dan densitas menggunakan generalized
compressibility factor correlation
Untuk mengetahui nilai Z, kita harus menghitung nilai T reduksi
dan P reduksi CO2.Untuk mengetahui nilai tersebut perlu diketahui nilaiTcdan Pc
CO2.Dari literature diketahui nilai Tc dan Pc karbondioksida adalah
Tc=304,2 K Pc=73,83 7383 Pa
Makadapat dihitung nilai Tr dan Pr yaitu:
Tr=

T
500 K
=
=1,60
Tc 304,2 K

Pr

P 3000 Pa
=
=0,4
Pc 7383 Pa
Rumus untuk menghitung factor Z adalah

Z =Z 0 + Z 1

Dari tabelZo

Tabel Z1

Dan tabel

Maka didapatkan
Z 0 = 0,9714 , Z 1=0,033 0 dan =0,274
Maka....
Z =Z 0 + Z 1
Z =0,9714+(0,274 x 0,0330)

Z =0,98 0
Volume ZRT massa 1
=
x
x
waktu
P
waktu Mr

Volume
=
waktu

m3 Pa
.500 K
mol K
g 1
x 2000 x mol /g
3000 Pa
s 44

0,980.8,314

Volume
=61,62 m3 / s
waktu

massa/ waktu
volume/waktu

2000 g /s
61,62 m3 /s

=32,50 g/m3
4) Menghitung laju alir volume keluaran pipa menggunakan generalized
compressibility factor correlation
V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1
T2
61,62 m3 /s V 2 /waktu
=
500
450
V2
=55,47 m 3 /s
waktu
5) Menghitung error dari setiap kasus

|h asil per hitungan dengan gas idealh asil per h itungandengan faktor Z|

error =

h asil per h itungan dengan faktor Z


Kasus 1 Lajualir volume masukan

|62,9861,62|

error =

61,62

100

error =2,20

Kasus 2 Densitasmasukan

|31,7532,50|

error =

32,50

100

error =2,18

Kasus 3 Lajualir volume keluaran

100

|56,6855,47|

error =

55,47

100

error =2,20

BAB III
KESIMPULAN

Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap dan
homogen. Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi

komposisi kimianya sama untuk semua fase.


Proses iskhorik adalah sebuah proses perubahan kondisi sistem dengan
perubahan tekanan dan suhu dengan mempertahankan volume yang sama.
Pada diagram PV kondisi ini dapat digambarkan dengan garis vertikal.
Proses isobarik dan isotermal hampir sama dengan proses isokhorik hanya
saja yang konstan pada proses isobarik adalah tekanan dan pada proses
isotermal adalah suhu. Isobarik menghasilkan garis horizontal pada
diagram PV dan PT sedangkan isotermal menghasilkan grafik vertikal

pada diagram PT.


Steam table terbagi menjadi dua jenis, yaitu saturation table dan
superheated table. Saturated steam table dan superheated steam table
keduanya terdapat tekanan (P), suhu (T), volume spesifik (v), entalpi
spesifik (h), dan entropi spesifik (s).

Faktor asentrik merupakan ukuran non-sphrericity (acentricity) dari suatu


molekul. Nilai

dapat ditentukan untuk jenis fluida apapun melalui

{ T r , Pr } , pengukuran untuk uap melalui dan untuk fase cair

ditabulasikan ke tabel-tabel Termodinamika yang bersangkutan.


Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter merupakan suatu persamaan
yang diperkenalkan oleh J.D van der Waals pada tahun 1873 untuk
memodifikasi persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan suatu
idealisasi dari keadaan yang sebenarnya. setiap fluida memiliki
karakteristik tersendiri terkait nilai S (Slope) nya yang pada dasarnya
menjadi prinsip mengapa diusulkan adanya parameter ketiga.

DAFTAR PUSTAKA

Smith, Van Ness, dan Abbott. 2001. Chemical Engineering Thermodynamics 6th
edition. USA: Mc Graw Hill
Moran, Michael dan Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics 5th edition. USA: John Wiley
Cengel dan Boles. 2002. Thermodynamics: An Engineering Approach 5 th edition.
USA Mc Graw Hill
Moran, Michael J., Howard N. Shapiro. 2010. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics 3th ed. Asia : John Wiley & Sons Pte Ltd.

Smith, J.M.,H.C.van Ness, and Abbott, M.M., "Introduction to Chemical


Engineering Thermodynamics", 5th ed., McGraw-Hill, 1996.
Critical Temperature and Pressure. 2016. Critical Temperature and Pressure.
[ONLINE]
Available
at:https://www.chem.purdue.edu/gchelp/liquids/critical.html.
[Accessed
24
February 2016].
Termodinamika modul. 2016. Termodinamika modul. [ONLINE]
Available at:http://www.slideshare.net/FitriyanaMigumi/termodinamikamodul. [Accessed 21 February 2016].
TERMODINAMIKA TEKNIK I | Halaman Yuli S Indartono.
2016. TERMODINAMIKA TEKNIK I | Halaman Yuli S Indartono.

[ONLINE] Available at: http://blogs.itb.ac.id/indartono/termodinamikateknik-i/. [Accessed 21 February 2016].


Himmelblau, David Mautner. 1996. Basic Principles and Calculations in

Chemical Engineering 3th ed. New Jersey : Prentice Hall PTR.


Anonim. 2012. Boiling an Egg dalam http://newton.ex.ac.uk (Diakses 27
Februari 2014, pukul 00.57)
Anonim. 2012. Penerapan Proses Isobarik, Isotermal, Isokorik, dan
Adiabatis dalam http://budisma.web.id. (Diakses 24 Februari 2016, pukul
23.15)
Anonim. 2012. Waters Triple Point dalam http://www.sv.vt.edu. (Diakses
24 Februari 2016, pukul 21.20)

Вам также может понравиться