Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KARSINOMA NASOFARING
oleh:
Kelompok 1
Ebil Fuji Edison
1010313004
1010313009
Preseptor:
dr. Sukri Rahman, SpTHT-KL
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. Nasofaring
Fungsi nasofaring :3
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung
1.2 Histologi
Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat
banyak jaringan limfosit, sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta.
Hubungan antara epitel dengan jaringan limfosit ini sangat erat, sehingga sering
disebut Limfoepitel. Bloom dan Fawcett (1965) membagi mukosa nasofaring
atas empat macam epitel :
1. Epitel selapis thorax bersilia Simple Columnar Cilated Epithelium
2. Epitel thorax berlapis Stratified Columnar Epithelium
3. Epitel thorax berlapis bersilia Stratified Columnar Ciliated Epithelium
4. Epitel thorax berlapis semu bersilia Pseudo-Stratified Columnar Ciliated
Epithelium
Mukosa nasofaring 60% dilapisi oleh epitel berlapis gepeng, dan 80% dari
dinding posterior nasofaring dilapisi oleh epitel ini, sedangkan pada dinding
lateral dan depan dilapisi oleh epitel transisional, yang merupakan epitel peralihan
antara epitel berlapis gepeng dan thorax bersilia. Epitel berlapis gepeng ini
umumya dilapisi keratin, kecuali pada kripta yang dalam. Dipandang dari sudut
embriologi, tempat pertemuan atau peralihan 2 macam epitel adalah tempat yang
subur untuk tumbuhnya suatu karsinoma.
1.3 Definisi
Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas,
belakang dan lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring. Karsinoma
Nasofaring merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis ruangan
dibelakang hidung (nasofaring).3
1.4 Epidemiologi dan Etiologi
biopsi.
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang
dimasukan melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut
ditarik keluar dan diklem bersama-sama ujung kateter yang dihdung.
Demikian juga kateter yang dari hidung disebelahnya, sehingga palatum
mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kacalaring dilihat daerah
nasofaring. biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut
atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui mulut, masaa tumor
akan terlihat lebih jelas.
Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan
mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam
narkosis.4
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Klasifikasi gambaran histopatologi
yang
direkomendasikan
oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe,
yaitu: 2,4,5,6
Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell
Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan
buruk.
Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Pada tipe ini
dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa
daerah nasofaring
Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut
Mencari dan menetukan luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya.
a. Foto polos
Foto polos dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya tumor
pada daerah nasofaring dengan posisi lateral dengan teknik foto untuk
jaringan lunak (soft tissue technique)
b. CT Scan
Pada umunya karsinoma nasofaring yang dapat dideteksi secara
jelas dengan radiografi polos adalah jika tumor tersebut cukup besar dan
eksofitik, sedangkan bila kecil mungkin tidak akan terdeteksi. Terlebih-lebih
jika perluasan tumor adalah submukosa, maka hal ini akan sukar dilihat
Polip Nasal
Polip nasal merupakan lesi abnormal yang berasal dari mukosa nasal atau
sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit di
kavum nasi. Polip hidung mengandung banyak cairan, berwarna putih keabuabuan. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang
berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. 2,5
2.
Limfoma Non-Hodgkin
Sering pada pemuda dan remaja, pembesaran kelenjar limfe leher, dapat
mengenai banyak lokasi, secara bersamaan dapat terjadi pembesaran kelenjar
1.8 Stadium
Penentuan stadium karsinoma nasofaring yang terbaru adalah menurut
AJCC/UICC edisi ke-6 tahun 2002, yaitu:4
Tumor di nasofaring (T)
Tx
Tumor primer tidak dapat ditentukan
To
Tis
Carcinoma in situ
T1
T2
T2a
Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau fossa nasalis tanpa perluasan
ke depan parafaring
T2b
T3
T4
N1
N2
N3
Metastasis ke KGB:
N3a : Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula
M1
: Tis N0 M0
: T1 N0 M0
IIa
: T2a N0 M0
IIb
III
IVa
: T4 N0-2 M0
IVb
: semua T N3 M0
IVc
: semua T semua N M1
Penatalaksanaan
Stadium I : radioterapi
Stadium II dan III: kemoradiasi
Stadium IV dengan N<6cm: kemoradiasi
Stadium IV dengan N>6cm: kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi.4
1.9 Terapi
Radioterapi merupakan terapi utama untuk karsinoma nasofaring dan
ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer.
Pengobatan yang dapat diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian
tetrasiklin, interferon, kemoterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan
tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap
terbaik sebagai terapi adjuvant (tambahan). Berbagai macam kombinasi
dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cisplatinum.4
Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil
sedang dikembangkan di Departemen THT-FKUI dengan hasil sementara yang
cukup memuaskan. Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan
terhadap benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau
timbul kembali setelah penyinaran selesai, tapi dengan syarat tumor induknya
sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi seta
tidak ditemukan adanya metastasis jauh.4
1.10 Prognosis
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatan/stadium tumor
a. Stadium I : 85 %
b. Stadium II : 75 %
c. Stadium III : 45 %
d. Stadium IV : 10 %
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh
yang dapat ditemukan di tulang, paru dan hati.2
1.11 Pencegahan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan risiko tinggi. Memindahkan penduduk dari daerah dengan risiko tinggi
ke tempat lain. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang
berbahaya, penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
emningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA
anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini.4
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn M
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Mentawai
Suku Bangsa
: Mentawai
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk rumah sakit : 14 April 2015
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada leher kanan awalnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,
dan semakin membesar sejak 2 bulan ini, benjolan awalnya kecil sebesar koin
dan semakin lama semakin besar. Benjolan mulai dirasakan nyeri sejak 2
Daun Telinga
Kelainan
Kelainan
congenital
Trauma
Radang
Kelainan
metabolic
Nyeri tarik
Nyeri tekan tragus
Cukup lapang (N)
Liang & Dinding Sempit
Hiperemis
Telinga
Edema
Massa
Bau
Warna
Sekret/Serumen
Jumlah
Jenis
Dekstra
Sinistra
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
cukup lapang
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
cukup lapang
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
putih mengkilat
Positif
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
putih mengkilat
Positif
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
MEMBRAN TIMPANI
Utuh
Perforasi
Mastoid
Warna
Refleks cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Jumlah perforasi
Jenis
Kuadran
Pinggir
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Tidak ada
Tidak ada
+
Scwabach
Memanjang
Weber
Lateralisasi ke kanan
Audiometri
Timpanometri
Tidak ada
Tidak ada
+
Sama
dengan
pemeriksa
-
HIDUNG
Pemeriksaan
Hidung Luar
Kelainan
Deformitas
Kelainan
kongenital
Trauma
Radang
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
SINUS PARANASAL
Pemeriksaan
Nyeri Tekan
Dekstra
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
RINOSKOPI ANTERIOR
Pemeriksaan
Vestibulum
Kavum Nasi
Sekret
Konka Inferior
Konka Media
Kelainan
Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Dekstra
ada
Tidak ada
Sempit
Tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Sinistra
Ada
Tidak ada
Sempit
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Edema
Cukup
Septum
Massa
lurus/Deviasi
Permukaan
Warna
Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Deviasi
Rata
Merah muda
Tidak ada
ada
tidak ada
tidak ada
Tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Rata
Merah muda
tidak ada
ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Kelainan
Cukup lapang (N)
Koana
Sempit
Lapang
Warna
Mukosa
Edema
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Konka Inferior
Permukaan
Edema
Adenoid
Ada/tidak
Muara
Tuba Tertutup secret
Edema mukosa
Eustachius
Lokasi
Ukuran
Massa
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Post Nasal Drip
Jenis
OROFARING DAN MULUT
Dekstra
Cukup lapang
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Cukup lapang
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan
Trismus
Kelainan
Edema
Bifida
Simetris/tidak
Palatum Mole + Warna
Edema
Arkus Faring
Bercak/eksudat
Warna
Dinding Faring
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Tonsil
Muara kripti
Detritus
Eksudat
Warna
Peritonsil
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Tumor
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/radiks
Gigi
Kesan
Uvula
Lidah
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Ada
Hygiene
gigi
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Ada
Hygiene
gigi
kurang baik
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada
kurang baik
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Dekstra
Normal
Merah muda
Tidak ada
Rata
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Merah muda
Sinistra
Normal
Merah muda
Tidak ada
rata
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
simetris
Merah muda
LARINGOSKOPI INDIREK
Pemeriksaan
Epiglotis
Aritenoid
Ventrikular Band
Kelainan
Bentuk
Warna
Edema
Pinggir rata/tidak
Massa
Warna
Edema
Massa
Gerakan
Warna
Plica Vocalis
Sinus Piriformis
Valekulae
Edema
Massa
Warna
Gerakan
Pinggir medial
Massa
Massa
Sekret
Massa
Sekret (jenisnya)
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Simetris
Rata
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Simetris
Rata
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpasi
: Lokasi
Bentuk
: tidak khas
Soliter/multiple
: Ukuran
: 6x5x4 cm
Perabaan
Dextra
Normal
Normal
Penglihatan ganda (-)
Sinistra
Normal
Normal
Penglihatan ganda (-)
Ptosis (-)
Ptosis (-)
ke segala arah
Sensibilitas
ke segala arah
Sensibilitas
VII
VIII
- Halus (+)
- Kasar (+)
Paresis (-)
Rinne (+)
- Halus (+)
- Kasar (+)
Paresis (-)
Rinne (+)
Schwabach (memanjang)
Weber
IX & X
XI
(lateralisasi
ke Weber
(lateralisasi
kanan)
kanan)
ke
(tahanan baik)
M.
baik)
XII
Trapezius
(tahanan baik)
(tahanan M.
Trapezius
baik)
Tidak ada lateralisasi
(tahanan
10
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
: 14,2 gr/dl
Leukosit
: 6870
Trombosit
: 255.000
Hematokrit
: 44%
Ureum
: 26 mg/dl
Kreatinin
: 0,9 mg/dl
Natrium
: 139 mmol/L
Kalium
: 4,3 mmol/L
Klorida
: 103 mmol/L
SGOT
: 31 u/l
SGPT
: 24 u/l
RESUME
Anamnesis:
-
Benjolan pada leher kanan awalnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,
dan semakin membesar sejak 2 bulan ini, benjolan awalnya kecil sebesar koin
dan semakin lama semakin besar. Benjolan mulai dirasakan nyeri sejak 2
Pemeriksaan Fisik:
-
utuh/utuh
Tes garpu tala: rinne +/+, weber lateralisasi ke kanan, schwabach
Terapi :
-
Diet MB TKTP
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Prognosis
- Quo ad Vitam
- Quo ad Sanam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB 3
DISKUSI
Pasien laki-laki berumur 52 tahun dirawat di bangsal THT RSUP M.
Djamil Padang sejak 14 April 2015 dengan diagnosis suspek tumor nasofaring.
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis ditemukan pembesaran kelenjar getah bening kanan yang
progresif dimulai satu tahun yang lalu dan bertambah besar sejak 2 bulan yang
lalu, keluhan ini disertai telinga kanan terasa penuh, sakit kepala hilang timbul,
sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening dextra 6x5x4 cm dengan konsistensi padat, batas tegas dan terfiksir.
Pada pasien ini dicurigai adanya tumor nasofaring yang bermetastasis ke
kelenjar getah bening leher, dan pada pasien ini disertai adanya keluhan telinga
terasa penuh dan sakit kepala hilang timbul. Gangguan pada telinga merupakan
gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yaitu pada daerah fossa
rosenmuller yang terletak di dekat muara tuba eustachius, gangguan dapat berupa
tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga. Metastasis ke
kelenjar getah bening leher dalam bentuk benjolan di leher biasanya yang
mendorong pasien untuk berobat.
Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dan hasil biopsi nasofaring, pada pasien ini sudah direncanakan biopsi
nasofaring untuk menentukan diagnosis pasti tumor nasofaring.
Tatalaksana pada pasien ini masih sebatas tatalaksana simptomatik, berupa
diet tinggi kalori tinggi protein, asam mefenamat untuk mengurangi nyeri, dan
ciprofloxacin sebagai profilak antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Desen W. Tumor kepala dan leher. Dalam: Desen W, editor. Buku ajar
onkologi klinis Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 263-78.
2. Ballenger JJ. Tumor dan Kista di Muka, Faring, dan Nasofaring. Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi 13 Jilid 1.Jakarta:
Binarupa Aksara, 1994; 391-6.
3. Adams GL. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adams,
Boies, Higler, editors. Boies: Buku ajar penyakit THT Edisi VI. Jakarta:
EGC, 1997; 320-55
4. Roezin, A dan Marlinda Adham. 2012. Karsinoma Nasofaring. Dalam:
Efiaty A. Soepardi (Ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI. Hal.158-163.
5. Paulino AC et al. Nasopharyngeal Cancer. [Online]. 2010 [Diakses pada
tanggal
11
April
2015].
Diunduh
dari
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/988165-overview.
6. Chan ATC, Teo PML, Johnson PJ. Review Nasopharyngeal Carcinoma.
Annals of Oncology [serial online]. 2002 Diakses pada tanggal 11 April
2015].
Diunduh
dari
URL:
http://www.entjournal.com/Media/PublicationsArticle/JEYAKUMAR03_06.pdf
7. Averdi Roezin, Aninda Syafril. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Efiaty A.
Soepardi (ed). Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi
keenam. Jakarta : FK UI, 2010