Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Heru Purnama
(141510501108)
2.
Lili Akbar
(141510501049)
3.
Reza Septian
(141510501003)
4.
Ari Hartondo
(141510501092)
5.
6.
Danar Musi
7.
Ilfa Indria
8.
Ira Wijayanti
9.
Robby F
(141510501097)
(141510501099)
(141510501219)
(141510501057)
10. Hari F
(141510501144)
selagi inangnya masih hidup dan membunuh atau melumpuhkan inang untuk
kepentingan keturunannya.
Perbedaan antara predator dan parasitoid yaitu Predator (nimfa dan imago)
dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva/nimpa,
pupa, imago). Parasitoid pada tingkat perkembangan tertentu (larva) mungkin
hanya memarasit telur, larva/nimpa, pupa, atau imago inangnya. Contoh dari
predator yang umum yaitu kumbang Coccinella sp yang berfungsi untuk
memangsa Aphid sp. Sedangkan untuk parasitoid sendiri dibedakan berdasarkan
fase yang diparasit seperti Trichogamma sp yang menjadi parasite telur pada
Cocyra sp. Kemampuan makan imago betina Coccinella sp. lebih tinggi
dibandingkan dengan imago jantan dan larva predator. Seekor predator
memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya. Seekor parasitoid
memerlukan hanya satu ekor inang selama hidupnya, tetapi pada akhirnya mampu
mematikan sejumlah besar inang. Satu imago parasitoid memasukkan sebuah telur
ke dalam tubuh inang yang kemudian berkembang menjadi kepompong dan
keluar sebagai imago. Imago inilah yang akan meletakkan telur pada banyak
inang berikutnya hingga pada akhirnya mematikan sejumlah banyak inang.
Predator dan parasitoid merupakan agen pengendali hayati (musuh alami)
yang memiliki potensi untuk mengendalikan OPT yang merugikan bagi tanaman.
Pengendalian dengan menggunakan musuh alami ini akan terjadi secara alami dan
juga dapat terjadi pula dengan bantuan manusia. Tetapi kebanyakan proses
tersebut terjadi secara alami di alam dan tanpa campur tangan manusia.
1.2 Tujuan
Mengetahui serangga dan musuh alami yang terdiri dari serangga hama,
predator, dan parasitoid.
terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan perut atau yang biasa
disebut dengan abdomen. Ciri-ciri lainnya yang khas dari serangga yaitu serangga
memiliki 3 pasang tungkai dan umumnya tubuhnya memiliki sayap. Serangga
merupakan salah satu kelompok hewan yang jumlah paling beragam, yaitu
terdapat lebih ari satu juta spesies serangga yang tersebar luas di permukaan bumi
ini. Serangga yang tersebar di permukaan bumi ini memiliki peran tersendiri bagi
keseimbangan ekosistem. Serangga alam ekosistem dapat berperan sebagai hama,
predator dan pada lingkungan (Haneda, dkk., 2013).
Serangga memiliki peran yang penting dalam siklus rantai makanan dan
pada ekosistem sawah serangga banyak terdapat dan hidup pada ekosistem
tersebut. Serangga yang merupakan salah satu komponen penyusun di muka bumi
ini yang juga menjadi salah satu komponen penyusun keanekaragaman hayati
hama
merupakan
organisme
yang
kehadirannya
dapat
musuh alami di alam bebas meenjadi semakin sedikit. Predator yang seharunya
dapat memangsa pada saat serangga masuk dalam fase nimfa dan fase dewasa
juga tidak mampu untuk meengendalikan serangga hama yang populasinya jauh
lebih banyak. (Virla et al., 2015).
Menurut (Upadhyay, et.al., 2015) nematoda entomopatogen (NEP)
merupakan salah satu agen hayati yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
hama yang dapat menyerang tanaman. NEP dapat bersifat sebagai parasitoid pada
serangga hama. Hal ini dikarenakan NEP akan memanfaatkan tubuh iangnya
untuk dapat berkembangbiak di dalam tubuhnya, sehingga dengan NEP serangga
hama dapat dikendalikan. Berdasarkan dua genus nematoda entomopatogen yang
dapat digunakan sebagai agen hayati, nematoda entomopatogen tersebut memiliki
cara tersendiri untuk mengineksi tubuh inangnya. Cara nematoda entomopatogen
mengineksi tubuh inangnya yaitu dengan cara bersimbiosis dengan bakteri yang
terdapat di saluran pencernaannya. Nematoda dari genus Steinernematidae
bersimbiosis dengan bakteri genus Xenorabdus dan nematoda dari genus
Heterorhabditidae bersimbiosis dengan bakteri genus Photorabdus.
Parasitoid merupakan organisme yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil
daripada inangnya. Parasitoid menyerang inang pada saat stadium larva dimana
parasitoid akan menyuntikkan atau memasukkan telurnya kedalam tubuh inang
dan telur yang menetas didalam tubuh inang akan menyerap sel atau jaringan
inang sehingga mati. Patogen serangga merupakan jenis jasad renik berupa jamur,
bakteri, dan virus yang menginfeksi serangga inang sehingga menyebabkan
kematian inangnya (Bisch et al., 2014).
kumpulkan
serangga dari lapang (catat jenis tanaman dan pada bagian mana pada
tanaman serangga ditemukkan atau dikoleksi). Jelaskan secara singkat pada
kertas pengamatan sodara.
2. Meletakkan serangga-serangga yang anda kumpulkan pada gelas plastik,
bekas botol aqua atau kotak rearing serangga sesuai dengan ukuran tubuh
serangga tersebut.
3. Berikan daun, batang/ranting atau buah dari tanaman di mana serangga itu
dikumpulkan, 15 menit kemudian amati apakah terjadi aktivitas makan (catat
ya/tidak).
4. 1-2 jam kemudian amati lagi aktivitas makan (catat ya/tidak), catat juga
apakah ada bagian tanaman yang diberikan telah dimakan (catat bagian mana
yang dimakan).
5. Amati serangga setiap hari dan beri bahan tanaman yang baru (amati dan
gambar perkembangan dari serangga).
3.3.2 Apakah serangga itu sebagai musuh alami
1. Untuk mengetahui apakah serangga itu sebagai musuh alami, seranggaserangga yang dikumpulkan (prosedur I) letakkan pada gelas plastik, bekas
botol aqua atau kotak rearing serangga sesuai dengan ukuran tubuh serangga
tersebut.
2. Untuk ulat-ulat (lebih mudahnya ulat thrax, ulat penggulung daun
pisang)
1.
Gambar
Serangga
Hama
Belalang
(Mantodea)
Predator
Parasitoid
Tempat
Daun
padi
bagian
bawah
2.
Belalang
Sembah
(Mantodea)
Batamg
padi
3.
Kumbang
Koksi
(Coleoptera)
Daun
padi
bagian
atas
4.
Semut
(Hymenoptera)
Tanah
sawah
padi
5.
Laba-laba
(Araneae)
Daun
padi
6.
7.
Kepik
(Himeptera)
Capung Jarum
(Odonata)
Daun
padi
bagian
atas
Batang
padi
Daun
padi
8.
Gambar
Hama
Predator
Parasitoid
Tempat
1.
Capung
(Ordonata)
Di atas
tanaman
padi
2.
Laba laba
(Arachnida)
Di daun
tanaman
padi
3.
Kepik
(Hemiptera)
Di
batang
tanaman
padi
4.
Tamocat
(Coleoptera)
Di daun
tanaman
padi
5.
Kumbang
koksi
(Coleoptera)
Di daun
tanaman
padi
6.
Lalat
(Diptera)
Di daun
tanaman
padi
Parasitoid
Tempat
Gambar
Hama
Predator
1.
Laba-laba
(Araneae)
Tanaman
jeruk
2.
Semut
(Hymenoptera)
Tanaman
jeruk
3.
Capung
(Odonata)
Tanaman
pisang
4.
5.
Ulat
penggulung
pisang
(Lepidopter
a)
Tanaman
pisang
Brachymeria
sp
(Hymennopte
ra)
Tanaman
pisang
Lalat buah
(Diptera)
6.
Tanaman
jeruk
Tawon
(Hymenopter
a)
7.
Tanaman
jeruk
8.
Tungau
Daun
ketela
pohon
9.
Thrips
(Thysanopte
ra)
Tanaman
jeruk
Telur
Tanaman
buah
naga
10
Telur
Tanaman
palawija
11.
11.
Belalang
(Mantodea)
Tanaman
palawija
Gambar
Hama
Predator
Parasitoid
Tempat
1.
Tungau
(Acarina)
Daun
ketela
pohon
2.
Belalang
sembah
(Mantodea)
Kakao
3.
Capung
(Ordonata)
Buah naga
4.
Semut hitam
(Formicida)
Daun
pisang
5.
6.
Belalang
(Orthoptera)
Ketela
pohon
Laba-laba
(Araneae)
Buah naga
Kumbang
koksi
(Coleoptera)
7.
8.
Buah naga
Brachyme
ria lasus
walker
(Hymnopt
era)
Ulat
penggulun
g daun
pisang
Parasitoid
Tempat
Gambar
Hama
Predator
1.
Kumbang
koksi
(Coleoptera)
Tanaman
buah naga
(tangkai)
2.
Laba laba
(Araneae)
Tanaman
jeruk
(daun dan
ranting)
3.
Belalang
(Orthoptera)
Tanaman
jeruk dan
manga
(daun)
4.
Brachyme
ria lasus
walker
(Hymnopt
era)
Tanaman
pisang
(daun
yang
menggulu
ng)
Tungau merah
(Acarina)
5.
Tanaman
ketea
pohon
(dibawah
permukaan
daun)
Telur
Tanaman
pisang
(daun)
6.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dilakukan di agrotekno Park Jubung
ditemukan beberapa serangga yang terdapat dilahan sawah. Serangga yang
terdapat tergolong dari serangga hama, predator, dan parasitoid. Serangga hama
merupakan serangga yang menggangu dan bahkan merusak tanaman baik secara
ekonomis, kulitas, dan kuantitas dari tanaman. Serangga hama yang ditemukan di
lapang yaitu:
1.
a.
b.
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
family
: Hespiredae
Genus
: Erionata
Spesies
: Erionata tharax
Bioekologi
Kupu-kupu mulai menghisap madu dan melakukan kopulasi dengan
bertebrangan di sore dan pagi hari , lalu melanjutkan bertelur pada malam hari.
Kupu-kupu meletakan telurnya di daun pisang yang masih utuh. Telur yag
diletakkan berjumlah 25 butir. Ulat yang masih muda berwarna hijau sednagkan
yang lebih besar akan berwarna putih kekuningan serta seluruh tubuhnya dilapisi
liilin. Ketika telah menjadi pupa, pupa berwarna kehijauan dilapisi lilin dan
berada dalam gulungan daun pisang. Pupa berukuran 6 cm dan memiliki belalai.
Tanaman inangnya yaitu tanaman pisang hias dan tanaman pisang serat.
c.
Siklus Hidup
E. thrax L. Memiliki telur berwarna kuning dan menetas setelah mencapai
umur 5-8 hari. Imago meletakkan telur secara berkelompok kira-kira 25 butir pada
permukaan bawah daun yang utuh pada malam. Larva muda yang baru menetas
memotong daun pisang secara miring mulai dari bagian tepi daun lalu
menggulung potongan tersebut. Satu larva hidup dalam satu gulungan daun.
Stadium larva berlangsung selama 28 hari. Larva makan dari bagian dalam
gulungan tersebut, kemudian membentuk gulungan yang lebih besar sesuai
dengan perkembangan larva sampai instar akhir. Mortalitas larva cukup tinggi
pada larva muda karena pada permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan
gulungan daunnya masih terbuka. Stadium prapupa lamanya adalah tiga hari,
sedangkan stadium pupa selama tujuh hari. Serangga berkepompong dalam
gulungan daun. Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan
dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis).
Imago E. thrax adalah kupu-kupu berwarna coklat dengan bintik kuning pada
kedua sayapnya. Panjang rentangan sayapnya kira-kira 7.5 cm. Imago menghisap
madu atau nektar bunga pisang. Imago aktif pada sore hari dan pagi hari. Siklus
hidup E. thrax di Bogor 5 6 minggu.
2. Belalang
a. Klasifikasi
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
family
Genus
Spesies
b. Bioekologi
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Acridididae
: Oxya
: Oxya chinensis
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian hama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut
(abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2
antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki
depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga,
belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan
tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk
menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.
Belalang memiliki cara unik dalam menyelamatkan diri dari pemangsa.
Ketika hewan lain menangkap bagian kakinya, belalang akan melepaskan kaki
mereka agar tidak tertangkap. Begitu kaki itu terlepas, sebuah jaringan khusus
akan segera menutup luka atau lubang yang ada. Seekor belalang dapat melompat
dengan sangat baik, meski hanya menggunakan satu kaki pelompatnya yang
panjang. Belalang daun biasanya hinggap di dedaunan untuk mencari makanan.
Tubuh belalang daun berwarna hijau mirip warna daun sehingga tersamarkan. Hal
ini menyulitkan musuhnya untuk mengetahui keberadaan belalang tersebut.
c. Siklus Hidup
Siklus hidupnya yaitu anakan yang baru menetas berwarna putih, namun
setelah paparan sinar matahari, mereka menganggap warna khas dan tanda-tanda
orang dewasa. Nimfa meranggas kulit mereka berkali-kali saat mereka tumbuh
menjadi orang dewasa. Belalang Wanita mencoba untuk memilih tempat yang
baik untuk bertelur, namun, ini adalah satu-satunya pengasuhan yang mereka
sediakan. Belalang tidak mengurus anak-anak mereka setelah mereka menetas.
3. Lalat Buah
a. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
family
: Tephiritidae
Genus
: Bachtrocera
Spesies
b. Bioekologi
Lalat buah yang menyerang cabai umumnya spesies Bactrocera dorsalis
Hendel. Serangga dewasa mirip lalat rumah berukuran panjang sekitar 0,7 mm
dan rentang sayap antara 13 15 mm. Toraks berwarna jingga, merah kecoklatan,
coklat, atau hitam dan terdapat dua garis membujur. Sayap transparan. Pada
abdomen terdapat dua garis melintang dan satu garis membujur sehingga seolah
olah membentuk huruf T. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan
dilengkapi dengan alat peletak telur atau ovipositor yang cukup kuat untuk
menembus kulit buah. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 40
butir/buah/hari, dan seekor betina dapat menghasilkan telur 1200 1500 butir.
Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Imago banyak ditemukan pada siang
atau sore hari terbang di sela sela tanaman Telur berwarna putih bening sampai
kuning krem,dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas.Berbentuk
bulat panjang seperti pisang dengan ujung meruncing, berukuran panjang 1,2 mm,
lebar 0,2 mm yang diletakkan secara berkelompok 2 15 butir di bawah kulit
buah. Stadium telur 2 hari. Larva terdiri dari 3 instar berbentuk belatung/bulat
panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang
jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak abdomen, berwarna
putih kekuning kuningan dengan panjang sekitar 10 mm. Larva menetas di dalam
buah cabai. Larva instar 3 mempunyai kemampuan meloncat dan melenting keluar
dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah, membentuk puparium dari kulit
larva terakhirnya dan menjadi pupa di dalam tanah. Stadium larva 6 9 hari. Pupa
(kepompong) lalat buah berwarna coklat, berbentuk oval dengan panjang sekitar 5
mm. Pupa berumur sekitar 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa. Pupa dapat
ditemukan di dalam tanah di dekat buah jatuh dengan kedalaman antara 8 16
cm.
c. Siklus Hidup
Daur hidup lalat Drosophila, daur hidup lalat Drosophila relatif pendek, terdiri
atas tahap-tahap telur larva instar I larva instar II larva instar III pupa
imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih
jelas pada gambar di bawah ini.
4. Tungau
Tungau merupakan salah satu avertebrata yang paling beragam dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Hewan ini memiliki tungkai dengan jumlah 8.
Hewan ini berwarna merah kekuningan, ukuran tububnya 0,5 mm. Tungau
memiliki nama latin yaitu Tetracychus bimaculatus. Dibawah ini merupakan
klasifikasi dari tungau:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo
: Acarina
Famili
: Tertachidae
Genus
: Tertacychus
Spesies
: Tetracychus Bimaculatus
Siklus hidup tungau terdiri dari telur, larva, protonimfa, deutonimfa, dan
imago.
Thrips termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordo ini
terdapat ovipositor yang berfungsi untuk menusuk dan meletakkan telur kedalam
jaringan tanaman. Dibawah ini merupakan klasifikasi thrips:
Kingdom
:Animalia
Divisi
:Arthropoda
Kelas
:Insecta
Ordo
:Thysanoptera
Famili
:Thripidae
Genus
:Thrips
Spesies
: Thrips sp
daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang
diserang oleh Thrips ini adalah daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga
serta buah yang masih muda.
Serangga predator adalah serangga yang memiliki kemampuan untuk
memangsa serangga lain. Serangga predator memiliki ukuran lebih besar
dibandingan serangga yang dimangsa. Serangga
Semut hitam
Semut hitam dalam Ordo Hymenoptera (serangga bersayap bening) dan masuk
dalam Familia Formicidae Klasifikasi semut hitam yaitu
Kingdom
Animalia
Sub kingdom :
Invertebrata
Filum
Arthropoda
Kelas
Insecta
Ordo
Hymenoptera
Familia
Formicidae
Genus
Dolichoderus
Spesies
Dolichoderus bituberculatus
dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam bersama dengan kelapa) atau di
tempat-tempat lain yang kering dan gelap serta tidak jauh dari sumber makanan.
Koloni semut terdiri dari kelompok-kelompok yang disebut kasta. Semut hitam
terdiri dari beberapa kasta, yaitu: ratu, pejantan, dan pekerja. Semut pekerja dibagi
dua, yaitu pekerja dan prajurit. Kasta-kasta semut mempunyai tugas yang
berbeda-beda, akan tetapi tetap saling berinteraksi dan bekerja sama demi
kelangsungan hidupnya. Tanaman yang terserang semut memilikigejala yaitu
tunas muda, kuncup bunga, dan akar akan luka akibat gigitan dari semut yang
kemudian akan rusak, rusaknya bagian tanaman tersebut diakibatkan pertumbuhan
jamur pada bekas luka dari gigitan semut.
2.
Kumbang koksi
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Coleoptera
Subfamili
: Coccinellinae
Famili
: Coccinellidae
Genus
: Coccinella
Species
: Coccinella septempunctata
Kumbang koksi ini memiliki ciri morfologi yaitu bentuk tubuh yang kecil
mirip dengan kepik pada bagian sayap berwarna oranye yang terdapat bintikbintik hitam. Kumbang koksi juga memiliki kaki yang berjumlah enam, yang
terletak pada bagian depan dua, tengah dua, dan belakang dua. Pada bagian kaki
juga terdapat bulu kecil yang berfungsi sebagai pelekat. Bagian sepal memiliki
sepasang mata yang berfungsi untuk melihat, dan memiliki antena yang berfungsi
sebagai perangsang erhadap cahaya, musuh, dan mangsa.
Kumbang mengalami metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago).
Kumbang betina akan bertelur beberapa lusin setiap musim kawin dan meletakkan
telurnya di suatu substrat (misalnya pada daun atau dibenamkan ke dalam
substrat). Telur kemudian akan menetas menjadi sebentuk ulat kecil yang kita
sebut larva (instar) sampai dua atau tiga kali tergantung spesies. Larva kemudian
menjadi pupa dan berpuasa sampai beberapa waktu, setelah itu menetas menjadi
imago. Larva kumbang kepik umumnya memiliki penampilan bertubuh panjang,
diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan makan sesuai
makanan induknya dan ketika mereka bertumbuh semakin besar, mereka
melakukan pergantian kulit. Larva kumbang kepik yang sudah sampai hingga
ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong
pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya
menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan
hitam. Kepik dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu
minggu. Sayap depan kumbang kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna
kuning pucat sehingga ia akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnya
sebelum mulai berakivitas. Kumbang koksi atau kumbang kepik dapat hidup
sampai 2 3 tahun di habitannya. Gejala serangan menyebabkan pucuk atau daun
tanaman keriput, daun tumbuh tidak normal, keriting dan menggulung.
3.
Belalang sembah
: Animalia
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Mantodea
Famili
: Mantidae
Genus
: Mantis
Spesies
: Mantis religiosa
Belalang sembah banyak ditemukan di daerah pertanaman. Telur
Laba-laba
Laba-laba merupakan salah satu musuh alami hama (predator), terutama
karnifora, banyak di antaranya membuat jaring dan ada pula yang memburu
mangsanya di tanah.
Laba-laba non jaring umumnya hidup di tanah dan pepohonan serta
mendapatkan mangsanya dengan cara berburu, sedangkan laba-laba pembuat
jaring membuat perangkap dari serat di antara ranting-ranting pohon untuk
menjebak mangsa. Nephila sp. betina memiliki panjang tubuh 3-5 cm, dari ujung
kaki depan sampai kaki belakang kurang lebih 20 cm, sedangkan panjang jantan
hanya sekitar 3-5 mm. Tempat hidupnya di hutan, pohon-pohon, dan mangrove.
Daerah sebarannya di kawasan tropis Afrika, India, Cina, Asia Tenggara, Australia
utara, dan kepulauan Pasifik utara (Sanjaya, 2006).
Racun laba-laba bersifat neurotoksin dan nekrotoksin. Neurotoksin
menggangu penjalaran impuls saraf pada saluran ion (ion channels) dan sinaps,
sedangkan nekrotoksin bekerja pada reaksi yang sistematik misalnya pada ginjal
dan darah (Ori dan Ikeda, 1998 dalam Sanjaya, 2006). Racun laba-laba yang
bersifat neurotoksin lebih banyak dibandingkan nekrotoksin. Yosioka et al. (1997)
dalam Sanjaya (2006) menduga bahwa racun laba-laba mengandung penghambat
neuron; penghambat tersebut berisi glutamat sebagai transmitor dan menimbulkan
efek paralisis pada serangga, yakni kondisi tidak dapat bergerak (lumpuh) akibat
terganggunya sistem saraf serangga.
6.
Kepik
Intensitas serangan ditunjukan adanya kerusakan bulir yang terdapat pada
malai tanaman padi. Kerusakan akibat hama ini berupa malai padi berwarna
hitam, bulir kosong, dan hasil panen berupa beras memiliki kualitas rendah.
Sedangkan gejala serangan yaitu berupa tusukan stilet berwarna bintik hitam dan
perubahan warna bulir tanaman padi menjadi coklat kehitaman (Salaki, 2012).
Hama kepik (P. Pallicornis) saat berada pada stadia nimfa dan imago aktif
di permukaan tanaman pada malai padi dan ujung-ujung daun. Aktifitas dari
serangga ini pada siang hari nimfa dan imago turun ke bagian bawah tanaman
untuk berlindung dan beristirahat di antara daun da Hama P. Pallicornis merusak
isi bulir tanaman padi sampai matang susu, sehingga menyebabkan biji menjadi
ramping. Hama ini mulai berada di pertanaman saat padi berada dalam fase
bunting sampai saat panen (Salaki, 2012).
7.
didalam tanah dengan suhu yang relatif lembab seperti di galengan sawah, tepi
sungai, dan daerah rawa. Tomcat sendiri dalam dunia pertanian bertindak sebagai
predator serangga terutama pada serangga jenis hama seperti wereng coklat, telur
penggerek, ngengat, dan sebagainya (Arifin, 2012). Siklus hidup dari tomcat yaitu
telur-larva-pupa-imago. Tomcat betina umumnya meletakkan telurnya didalam
tanah begitu pula dengan larvanya yang hidup didalam tanah dan pada fase pupa
tomcat juga hidup didalam tanah. Setelah menjadi dewasa barulah tomcat hidup
diluar tanah dan hidup ditajuk tanaman. Siklus hidup kumbang dari sejak telur
diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa sekitar 18 hari, dengan perincian
stadium telur 4 hari, larva 9 hari, dan pupa 5 hari. Kumbang dapat hidup hingga 3
bulan. Seekor kumbang betina dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir telur.
Tomcat adalah serangga yang cukup beracun, efek racub yang ditimbulkan
akibat serangan tomcat cukup menyakitkan meskipun tidak mematikan. Ciri
utama dari tomcat ialah tubuhnya yang berukuran kecil memanjang dengan
ukuran antara 1-35mm. Bagian atas badan tomcat berwarna kuning gelap, bawah
abdomen (perut) dan kepala berwarna gelap. Berikut adalah klasifikasi dari
tomcat, yaitu: Kerajaan: Animalia, Filum: Arthropoda, Kelas: Insecta; Ordo:
Coleoptera; Famili: Staphylinidae; Genus: Paederus; Spesies: Paederus littoralis.
Terdapat 600 spesies sejenis tomcat diseluruh dunia, binatang ini bersifat
cosmopolitan (dapat hidup dimana-mana) dan sangat menyukai daerah yang
lembab dan tanaman seperti padi, jagung, dan semak-semak. Apabila merasa
terganggu atau terancam, maka tomcat akan menaikkan bagian abdomen untuk
menakut-nakuti musuhnya. Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat namun saat
terancam akan mengeluarkan cairan racun yang disebut paederin (C24H43O9N).
Racun inilah yang dapat membuat dermatitis (radang kulit yang disertai rasa gatal)
dan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan
sekitar berwarna merah yang menyerupai bekas akibat terkena air panas atau luka
bakar. Dermatitis dapat terjadi akibat kontak langsung maupun tidak langsung
seperti melalui baju maupun barang lain yang tercemar racun paederin.
8. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
Klasifikasi Lalat Buah (Drosophila melanogaster):
Kingdom : Animalia
Filum
Kelas
: Insecta (serangga)
Ordo
Familia
: Calliphoridae
Genus
: Stomorhina
Spesies
: Stomorhina lunata
Secara kasat mata lalat buah sangat mirp dengan lalat rumah terutama dari
segi ukurannya yang hamper sama. Perbedaannya, lalat buah mempunyai warna
tubuh yang lebih cerah, kombinasi antara warna hitam keabu-abuan, coklat bata
atau oranye, kuning, dan putih. Warna tubuh lalat rumah cenderung kusam, yaitu
kombinasi antara hitam dan abu-abu. Pada umumnya lalat buah memiliki 4 fase
sampai dewasa yaitu telur-larva-pupa-lalat dewasa (imago).
Serangan akibat lalat buah menimbulkan banyak kerugian bagi petani,
akibat dari serangan lalat buah yaitu buah atau sayuran yang siap dipanen akan
busuk dan rontok serta gejala awalnya yaitu terdapat bintik hitam pada bagian
buah atau sayur. Lalat buah sangat umumnya menyerang pada tanaman yang
sedang berbuah. Lalat buah menyerang tanaman atau aktif pada pagi hari, karena
lalat buah merupakan binatang yang segala aktifitasnya sangat bergantung pada
cahaya matahari (Manurung, 2010). Hampir semua tanaman yang berbuah tidak
luput dari serangan hama lalat seperti jambu, mangga, jeruk, dan sebagainya.
Begitu pun pada tanaman sayuran berbuah, sepeti cabe, tomat, paprika, dll. Lalat
menyerang dengan cara menusuk buah untuk meletakkan telurnya.
Lalat buah memiliki beberapa sifat biologi yang membuatnya dapat
menjadi hama yang hebat. Pertama lalat buah memiliki kemapuan untuk
beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Kedua, kemampuan adaptasi
lalat buah, ditambah dengan mobilitasnya yang tinggi (karena lalat buah memiliki
sayap) tersebut memungkinkannya mengarungi jarak yang cukup jauh untuk
menemukan habitat yang sesuai. Ketiga, banyak spesies lalat buah bersifat
polifaga. Sifat ini tentu saja memberikan keuntungan spesies-spesies tersebut
untuk selalu mendapatkan inang. Jika satu inang tidak tersedia, maka inang
alternatif siap berperan sebagai inangnya.
Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan lalat buah cukup tinggi. Pada
fase larva serangannya bersifat permanent (tidak dapat kembali) dan jika tidak
dikendalikan akan berakibat fatal. Buah yang sudah menjadi inang bagi larva
mula-nula akan rusak ringan akibat dari aktifitas larva. Jika dibiarkan maka lamalama buah akan busuk total dan hancur, hal ini diakibatkan pula oleh organisme
pembusuk. Kemudian, buah yang sudah rusak akan membusuk, dan akhirnya
jatuh ke tanah. Pada serangan berat, buah yang jatuh ke tanah juga akan cukup
banyak. Oleh karena itu, kerusakan ini dapat pula disebut dengan kerusakan
kuantitatif, yaitu menurunnya jumlah buah yang dapat dipanen per satuan luas per
satuan waktu.
Buah yang baru saja diteluri oleh lalat buah umumnya menampakkan luka
kecil yang mengeluarkan cairan dari jaringan buah yang diakibatkan oleh
ovipositor (alat peletak telur yang berbentuk seperti jarum). Kemudian, luka
tersebut akan dipenuhi dengan mikroba pembusuk samapai berwarna coklat
kehitaman. Cara yang cukup mudah untuk mengendalikan hama lalat yaitu dengan
cara membungkus buah agar lalat tidak dapat hinggap pada buah dan tidak dapat
menusukan telurnya kedalam buah.
Serangga Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam
atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelanpelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Serangga yang
terdapat dilapang yaitu Brachmeria sp. Morfologi dari Brachymeria sp. yaitu
imago berwarna hitam dan ukuran imago berkisar 2-7 mm dengan tungkai
belakang yang menggembung dan bergerigi serta ditumbuhi bulu-bulu halus,
mempunyai ovipositor yang pendek yang terletak pada bagian ujung abdomen.
Parasitoid memiliki sayap yang berupa membran, pada bagian caput terdapat
sepasang mata faset dan tiga oselli. Jumlah segmen antena tidak lebih dari 11
segmen, bagian thorax terdapat motif bulat yang berukuran kecil. Telur dari
parasitoid Brachymeria sp. sangat bervariasi sesuai dengan ukuran inang.
memiliki kemampuan
terbang, harus
menggunakan alat yaitu jaring. Jaring yang tersedia tidak mencukupi untuk semua
kelompok, sehingga perlu penambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muhammad. 2012. Pengelolaan Kumbang Tomcat sebagai Predator Hama
Tanaman dan Penular Penyakit Dermatitis. Inovasi Pertanian, 3(1): 58-64.
Bisch, G., S. Pages, J. G. Mcmullen, S. P. Stock, B. Duvic, A. Givaudan, dan S.
Gaudriault. 2014. Xenorhabdus bovienii CS03 The Bacterial Symbiont of
The Entomopathogenic Nematode Steinernema weiseri, is a Non-virulent
Strain Against Lepidopteran Insects. Invertebrate Pathogy, 124 (1): 15 22.
Hadi, M. dan Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem
Sawah. Sains dan Matematika, 20(3): 54-57.
Haneda, N. F., C. Kusmana, dan F. D. Kusuma. 2013. Keanekaragaman Serangga
di Ekosistem Mangrove. Silvikultur Tropika, 4(1): 42-46.
Khaliq, A., M. Javed, M. Sohail and M. Sagheer. 2014. Environmental Effect on
Insects and Their Population Dynamics. Entomology and Zoology Studies, 2
(2): 1-7.
Laksanawati, A. dan H. Dibiyantoro. 1998. Thrips pada Tanaman Sayuran.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Manurung, B. dan E. L. Ginting. 2010. Efektivitas Atraktan dalam Memerangkap
Lalat Buah Bactrocera spp. dan Kajian Awal Fluktuasi Populasinya pada
Pertanaman Jemk di Kabupaten Karo. Sains Indonesia, 34(2):96-99.
Pamungkas, D. W., dan M. Ridwan. 2015. Keragaman Jenis Capung Dan Capung
Jarum (Odonata) Di Beberapa Sumber Air Di Magetan, Jawa Timur. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon .1(6): 1295-1301
Prabawadi, A. A., L. P. Astuti, dan R. Rachmawati. 2015. Keanekaragaman
Arthropod di Gudang Beras. HPT, 3 (2): 76 82.
Pribadi, A., dan I. Anggraeni. 2011. Pengaruh Temperatur dan Kelembaban
terhadap Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthocephalus cadamba) oleh
Arthrochista hilaris. Penelitian Hutan Tanaman, 8 (1): 1-7.
Salaki, C. L., dan E. Senewe. 2012. Penyebaran Populasi Hama Paraeucosmetus
Sp. Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Eugenia. 18 (2): 96-101
Sanjaya, Y., dan T. Safaria. 2006. Toksisitas Racun Laba-laba Nephila sp. pada
Larva Ades aegypti L. Biodiversitas. 7 (2): 191-194.
Suana, I. W., dan H. Haryanto. 2013. Keanekaragaman Laba-Laba Dan Potensinya
Sebagai Musuh Alami Hama Tanaman Jambu Mete. 10 (1): 24-30.