Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB IV

PEMBAHASAN
Pasien mengalami batuk kering sejak 2 bulan yg lalu. Pasien meminum
obat batuk yg dibeli di apotek tapi tidak kunjung sembuh. Saat di Serukam, pasien
masih mengalami batuk kering. Pasien diperiksa dahaknya dan diberi pengobatan
OAT. Pasien juga merasa sesak napas yg terjadi terus-menerus dan tidak
diperberat dengan aktivitas. Pasien juga merasa nyeri dada saat menarik napas dan
pusing. Pasien tidak mengalami mual dan muntah. Riwayat asma, hipertensi dan
diabetes disangkal. Anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
dengan pasien. Pasien adalah ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung
Jamkesmas. Riwayat merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
ringan. Inspeksigerakan paru tidak simetris, paru kiri tertinggal saat inspirasi.
Fremitus taktil melemah pada paru sebelah kiri. Redup di lapang paru kiri, mulai
SIC 5. Suara napas vesikuler melemah di paru kiri bawah.
Pemeriksaan Penunjang menunjukkan bahwa pemeriksaan hematologi
didapatkan hasil anemia anisositosis mikrositer, leukopenia. Pada foto toraks
terdapat penumpulan sudut krostofrenikus yang menunjukkan adanya efusi pleura
kiri.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab diagnosis
yang di tegakkan adalah efusi pleura et causa suspek TB paru.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang mendukung bahwa diagnosis pasien ini
adalah efusi pleura et causa suspek TB paru adalah pada perkusi di dapatkan
fremitus taktil yang melemah pada paru kiri bawah. Pada perkusi di dapatkan
perubahan suara yang lebih jelas dari sonor ke redup di paru sebelah kiri ketika
pasien dalam posisi duduk. Pada auskultasinya di dapatkan vesikuler melemah di
bagian basal paru kiri selain itu juga di dapatkan ronkhi di basal paru kiri. Dari
pernyataan di atas merupakan hasil pemeriksaan yang mengarah ke diagnosis
efusi pleura.

28

Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan


apapun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara
asimptomatik terutama untuk mengarahkan diagnosis pasien ke arah TB Paru. Hal
penting yang dapat mengarahkan diagnosis pasien ini ke arah TB Paru adalah
dengan pemeriksaan cairan pleura. Biasanya cairan pleura berwarna agak
kekuning-kuningan (serous santokrom), bila berwarna kemerahan dapat terjadi
trauma, infark paru, keganasan, dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila
kuning kehijauan dan agak purulen ini menunjukkan adanya empiema, bila merah
coklat ini menunjukkan adanya abses karena amoeba.
Pemeriksaan penunjang lain yang disarankan untuk pasien ini adalah
pemerikasaan, lab darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, GDS), kimia darah
(SGPT/SGOT, alkali fosfatase, ureum, kreatinin, bilirubin),

LED dan foto

thoraks. Foto thoraks dilakukan untuk menilai keadaan paru, apakah ada kelainankelainan yang dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan melihat respon
pengobatan.
Terapi non-medikamentosa pada pasien ini adalah tirah baring, pasien
harus cukup istirahat dan tidak boleh melakukan aktivitas yang berat. Pasien juga
diberikan terapi cairan RL sebanyak 500 mL. Terapi nutrisi

juga perlu

diperhatikan dan harus diberikan seadekuat mungkin.


Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan
sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan
eksudasi (perubahan permeabilitas membran) pada permukaan pleura seperti
terjadi pada proses infeksi dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan
interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan kedua pleura
parietalis dan viseralis yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan disaring
keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura
viseralis yang bertekanan rendah. Di samping sirkulasi dalam pembuluh darah,
pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura parietalis dan viseralis
mempunyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut. Jadi
mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya
ialah kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi
kapiler, penurunan tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan
29

penurunan aliran limfe dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura
tuberkulosis terjadinya disertai pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan
ke rongga pleura.
Terapi medikamentosa untuk pasien ini adalah melanjutkan pengobatan
OAT kategori 1 yang terdiri dari : 2(HRZE)/4(HR)3. Pasien harus minum OAT
yang diberikan secara teratur, agar pengobatan yang diterima pasien adekuat.
Selain terapi medikamentosa yang disebutkan di atas, ada juga obat lain yang
diberikan bersamaan dengan OAT yaitu Ceftriaxon dan Curvit.
Selain pengobatan yang sudah disebutkan di atas pasien tetap harus
diberikan edukasi atau pengetahuan mengenai penyakit yang dideritanya. Hal
yang perlu ditekankan adalah kepatuhan dalam minum OAT, agar pengobatan
yang sedang dijalani bisa berjalan dengan sangat baik dan memberikan hasil
akhir yang baik pula. Maka dari itu perlu adanya PMO (Pengawas Minum Obat),
yang merupakan keluarga yang paling dekat dengan pasien. Kemudian beritahu
pasien bahwa penyakit yang dideritanya dapat menular ke orang lain sehingga
ketika batuk atau bersin mulutnya di tutup dengan tisu terutama di tempat umum.
Dan jangan membuang dahak sembarangan. Karena kumannya dapat
diterbangkan oleh angin dan terhirup oleh orang lain. Jika perlu ajarkan
membuat larutan klorin di rumah sebagai tempat penampung dahak agar
bakterinya mati. Pasien juga harus makan makanan yang bergizi. Menjaga
kebersihan tempat tinggal, pastikan rumah dengan sirkulasi yang baik dan tidak
ada tempat yang lembab. Jika pasien mulai bekerja kembali sebagai supir
sebaiknya menggunakan masker ketika bekerja. Agar paru-parunya tidak
teriritasi dan tidak memberi peluang untuk terjadinya infeksi serta masuknya
bahan karsinogenik. Dan tidak kalah penting, jika pasien ada keluhan serupa
ataupun keluhan lainnya segera periksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat.

30

Вам также может понравиться