Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Masukan:
Nama/instansi
Wiliam
Pembangunan Infras antar
KS, Pusat 3
Dedi
Konsultan WPS 29
Masukan/Pertanyaan
- Keseimbangan wilayah, bukan disparitas, adalah
kata yang positif
- WPS akan memacu wilayah menjadi seimbang,
bukan hanya mengurangi disparitas
- DP perlu lebihbanyak menggunakan kata2 yang
positif
- Dalam penyusunan DP, tidak berdasarkan hanya
3 tipologi melainkan juga dengan focus. Yan
diperlukan adalah penjelasanengnai apakah
diperlukan adanya penjabaran focus dari tipologi
WPS karena kaan berimplikasi pada
pembangunan infrastruktur (apa, dimana, yang
mana yang diprioritaskan)
- Aliran pertumbuhan ekonomi Perlu ada
penjelasan mengenai tata cara pembuktian aliran
ekonomi di dalam pedoman, sosialisasi, dan FGD.
- Apakah perlu ada surat edaran untuk menunggu
permen Pedoman ini sebelum BPIW meneruskan
proses penyusunan DP WPS?
Tanggapan
- Penggunaan kata keseimbangan diterapkan
karena untuk Indonesia proporsi keseimbangan
tidak bisa hanya dengan mengejar gap dengan
wilayah paling maju.
- Fokus tidak ditentukan oleh tipologi tetapi
berdasarkan tujuan pengembangan dalam WPS,
oleh karena itu, focus tidak bisa menjadi
independent variable dalam pengembangan WPS.
- Jika tujuan WPS adalah mencapai keseimbangan,
maka fokusnya adalah pada bacbne dan
bagaimana backbone dapat menghidupkan
wilayah, kemudian diisi dengan kegiatan sectoral.
Tetapi memang untuk ke depannya perlu ada
penjelasan yang lebih baik mengenai tipologi
WPS, apakah perlu ditambahkan focus, sector
ungulan atau variable lainnya.
- Selama kita bisa membutukan akan ada nilai
tambah yang bisa dicapai dengan penambahan
atau pengurangan jumlah atau delineasi WPS.
- Apakah teknik analisa outcome (nilai tambah
kawasan) sudah diperkenalkanatau dicantumkan
dalah DP WPS? Misal, ekonometrik atau
pendekatan deduktif.
- Saat penyusunan DP belum ada pedoman.
Kesulitan utama pada saat itu adalah identifikasi
potensi dan batasan (untuk 29, banyak KEK dan
hazard). Dari Index study, potensi dipetakan,
mencari mana yang bisa meleverage.
Samsi
Akhmad Ande
Bagian Hukum Setba
Alis Listalatu
Aji
Virama Karya WPS 23
Balikpapan-Maloy
nomenklatur lain.
PR adalah Menghitung value creation yang
menjadi justifikasi. Saat ini sudah ada ultimate
value WPS 2025 yang asih belum mencakup nilai
social yang akan dicapai pada tahun 2025.
- Value creation ini juga untuk kepentingan
pemrograman. Misal Konreg 35% spending PU
adalah untuk kawasan prioirtas/tematik, tapi
belum ada tools yang bisa menunjukan apa nilai
leverage terhadap pencapaian pembangunan
nasional yang sudah direncanakan.
Tanggapan
- Hal in iterkait teknis penghitungan. Apa perlu
strategy yang berbeda dari yang sudah
diterapkan oleh satminkal dan sector lain.
- Value yang dibicarakan disini bukan hanya
ekonomi. Yang dibutuhkan pertama adalah
baseline, kemudian prosedur penyusunan, dan
value yang diharapkan (intended value) dan
target turunan ultimate value. Hal ini juga
menjadi pesan penting untuk konsultan yang
sedang menyusun DP WPS.
- Ke depannya, apakah kita perlu mengatur
cangkangnya dulu, atau hingga ketentuan teknis.
Hal ini akan didiskusikan secara internal dahulu
- Tipologi, apa itu tipologi pengklasifikasian WPS
atau tipologi WPS? Karena Tipologi dilihat dari
backbone dan potensinya. Tiologi kawasan
seharusnya berdasrkan kondisi dan potensi fisik
maupun non-fisik. Dan semua koridor sangat
spesifik lokasi.
Tanggapan
- Tipologi yang ditampilkan adalah tipologi
pengklasifikasian. Bukan tipologi WPS eperti
tercantum dalam renstra 13.1. Ini dimaksudkan
untuk menuntun How to develop the region.
- Identifikasi WPS. Delineasi biasanya biasanya
sudah rigid.Istilah ini harus dipertimbangkan
kembali.
- Alat bantu dibutuhkan untuk kriteria WPS,
aglomerasi KS, konektivitas, sistem.
- Apa tipologi dan kriteria Backbone? Apa
mebentuk sistem urban, sistem transportasi, dll?
- Apa kriteria besaran/skala WPS? Hal ini bisa
menjadi panduan penentuan delineasi WPS,
hubungan dengan WPS lain, dan hubungan KS
dalam WPS. Besaran juga akan menentukan
treatment yang dibutuhkan.
- Ultimate value, sudah ada di berbagai rencana.
Yang dibutuhkan adalah komitmen pengelola
untuk mempertahankan atau memperbesar
-
Dani Mutaqin
Konsultan DP WPS MBBPT
Wahyu
kawasan.
Tanggapan
- Masukan yang sangat baik.
- Apakah menurut konsultan delineasi WPS terlalu
luas hinga butuh inkubasi ataukah sudah tepat?
jika melihat sebagai sistem, kita bsia lihat dari
konektivitas dan potensi pengembangan. Masalah
muncul karena beberapa kawasan industry masih
sebatas rencana (belum diterapkan di lapangan)
yang menyulitkan dalam penentuan kapasitas
financial, volume traffic dan orang, dan
penentuan infrastruktur penunjang.
- Penentuan ultimate juga berimplikasi pada timing
pengadaan infrastruktur.
- Tantangan kelembagaan karena meliputi 3 prov
dan 22 kab/kota, koordinasi harus dilihat.
- Permintaan pengembangan kawasan memang
pada saat itu juga melebihi dari target utama dan
justifikasi value add lemah.
- Pengembangan WPS sebaiknya menjadi
mainstream dalam pengembangan infrastruktur.
Tanggapan
- Apa reaksi para petinggi di daerah yang tercakup
dalam WPS terhadap rencana pengembangan
infrastruktur berbasis WPS ini? Jika ada aturan
PUPR, maka stakeholder bisa dipaksa untuk
mengikuti DP WPS ini.
Jawaban
- SUdah ada Satker MBBPT yang
mengkoordinasi pemda dan pusat dan ada juga
ada (masi berupa) kajian untuk membentuk PMO
yang akan diterapkan dalam WPS prioritas.
- MBBPT sebagai prototype pun sebtulnya masih
meraba-raba.
- Koordinasi satminkal juga difasilitasi oleh satker
walaupun daya kendali satker masih belum
optimal dan belum dikenal oleh satminkal lain.
- Akan ada pertemuan berikutnya hingga terbentuk
draft rapermen yang jelas dan tajam.
Penutup
Masukan-masukan pada pertemuan kali ini sangat baik, akan dibahas dan diakomodir
di dalam penyusunan materi pedoman yang direncanakan.