Вы находитесь на странице: 1из 8

Konsinyasi lanjutan:

Pengantar oleh Wahyu mengenai WPS, urgensi pengembangan wilayah


berbasis WPS, urgensi Rapermen (Pedoman mengenai WPS), serta alur
pembentukan produk hukum (dalam hal ini, Rapermen Pedoman WPS dan
Kawasan Inkubasi).
Pemaparan mengenai Naskah Akademik Wilayah Pengembangan Strategis:
o urgensi adanya payung hukum untuk menjamin keberhasilan
pengembangan wilayah berbasis WPS,
o kontribusi infrastruktur PUPR secara output baik, tetapi masih tidak
merata sehingga masih belum bisa merapatkan kesenjangan ekonomi
o Pengembangan wilayah berbasis kawasan sudah diterapkan sejak lama
dengan pendekatan: menjawab isu strategis, value creation
(bukanhanya SDA, tapi juga inovasi)
o Kebijakan regionalisasi wilayah pada dasarnya adalah replikasi
kebijakan-kebijakan sebelumnya: kawasan transmigrasi (ditindaklanjuti
oleh kawasan kota terpadu mandiri), Pusat pertumbuhan Industri
(shifting ke luar Jawa), Kawasan Andalan (Kawan) dan KAPET, KEK,
kawasan pengembangan Pariwisata nasional
Implikasi: overlapping atau missing links (hilangnya koordinasi);
pemrograman infrastruktur didasarkan pada permintaan, bukan
pada besarnya daya ungkit dan value creation (outcome);
o Kendala:
Kemajuan pengembangan wilayah saat ini adalah tantangan
globalisasi dan teknologi digital
Target pembangunan nasional
Persoalan alam
Sumber pembiayaan
Prioritas pembangunan
o Regionalisasi baru masih dibutuhkan (melalui WPS) memiliki dasar
filosofism sosiologis, dan yurudis
o Kunci: skala pengembangan, private drivers, dan kelayakan ekonomi
(dan keuntungan social)
o Penentuan WPS sebaiknya memenuhi kriteria dan parameter mencakup
kemampuan fisik ruang, kegiaan ekonomi, keterbangunan wilayah,
kebijakan pembangunan yang berlaku, dan kondisi infrastruktur.
o Ada 4 elemen yang harus dikunci dalam DP WPS, dikendalikan oleh
BPIW, untuk emasikan pengadaan infrastruktur oleh satminkal lain akan
sesuai dengan development plan dan terpadu.
o DP WPS masih merupakan instrument internal PUPR dan hanya berupa
himbauan atau informasi untuk K/L lain. Dokumen sebaiknya mencakup
JUklak (petunjuk dimana area WPS) dan Juknis (bagaimana area WPS
dikembangkan).
o WPS adalah strategic thinking, action oriented panning, integrated
program, and collaborative action. Regional delineation is only a flexible
element in the development.
o DP WPS:
Memastikanmekanisme aliran ekonomi dan konektifitas
Rincian program
Memvalidasi efektivitas jangkauan
o Pedoman WPS akan:(see slide)
o Ide open platform WPS:

Delineasi WPS sebaiknya bukan berbasis pendekatan hukum, tapi


obyektivitas kajian pengembangan wilayah
Delineasi tidak bersifat kaku dan statis adaptif dan dinamis
selama nilai tambah yang dikaji memang terbukti lebih besar
dari semula evaluasi ulang
Kelembagaan WPS perlu pembagian peran actor : PUPR dan K/L lain,
satminkal dalam PUPR, pemda di dalam dan luar WPS, dunia usaha, dan
masyarakat setempat.

Masukan:
Nama/instansi
Wiliam
Pembangunan Infras antar
KS, Pusat 3

Dedi
Konsultan WPS 29

Masukan/Pertanyaan
- Keseimbangan wilayah, bukan disparitas, adalah
kata yang positif
- WPS akan memacu wilayah menjadi seimbang,
bukan hanya mengurangi disparitas
- DP perlu lebihbanyak menggunakan kata2 yang
positif
- Dalam penyusunan DP, tidak berdasarkan hanya
3 tipologi melainkan juga dengan focus. Yan
diperlukan adalah penjelasanengnai apakah
diperlukan adanya penjabaran focus dari tipologi
WPS karena kaan berimplikasi pada
pembangunan infrastruktur (apa, dimana, yang
mana yang diprioritaskan)
- Aliran pertumbuhan ekonomi Perlu ada
penjelasan mengenai tata cara pembuktian aliran
ekonomi di dalam pedoman, sosialisasi, dan FGD.
- Apakah perlu ada surat edaran untuk menunggu
permen Pedoman ini sebelum BPIW meneruskan
proses penyusunan DP WPS?
Tanggapan
- Penggunaan kata keseimbangan diterapkan
karena untuk Indonesia proporsi keseimbangan
tidak bisa hanya dengan mengejar gap dengan
wilayah paling maju.
- Fokus tidak ditentukan oleh tipologi tetapi
berdasarkan tujuan pengembangan dalam WPS,
oleh karena itu, focus tidak bisa menjadi
independent variable dalam pengembangan WPS.
- Jika tujuan WPS adalah mencapai keseimbangan,
maka fokusnya adalah pada bacbne dan
bagaimana backbone dapat menghidupkan
wilayah, kemudian diisi dengan kegiatan sectoral.
Tetapi memang untuk ke depannya perlu ada
penjelasan yang lebih baik mengenai tipologi
WPS, apakah perlu ditambahkan focus, sector
ungulan atau variable lainnya.
- Selama kita bisa membutukan akan ada nilai
tambah yang bisa dicapai dengan penambahan
atau pengurangan jumlah atau delineasi WPS.
- Apakah teknik analisa outcome (nilai tambah
kawasan) sudah diperkenalkanatau dicantumkan
dalah DP WPS? Misal, ekonometrik atau
pendekatan deduktif.
- Saat penyusunan DP belum ada pedoman.
Kesulitan utama pada saat itu adalah identifikasi
potensi dan batasan (untuk 29, banyak KEK dan
hazard). Dari Index study, potensi dipetakan,
mencari mana yang bisa meleverage.

Satu hal yang belum seragam adalah runutan


dari penerjemahan profil, goal, rencana aktivitas,
program, hingga analisa outcome.
- Metodologi LQ dan shift share kurang tepat
karena minimnya data di Indonesia (yang
terlengkap adalah pertanian). Oleh karena itu,
metodologi apa yang lebih pas untuk menetapkan
backbone dan strategi pengembangan
wilayahnya?
Tanggapan
- Semua perancangan sebenarnya sudah selesai
karena sudah ada RTRW, RTR KSN, RDTR, RTR
Sektor, dll. Dokumen tebus bisa dimatrikskan,
dilihat delineasinya, dan indikasi programnya.
Apakah sudah tepat untuk kawasan tersebut? Jika
belum tepat maka indikasi program bisa
dipertajam dalam DP (juga untuk mencari overlap
dan missing linknya).
- Untuk analisa outcometergantung prime
moversnya
- Untuk sequence, sudah ada usulan untuk nanti
dibahas lebih lanjut.
- WPS: pemrograman infrastruktur berdasarkan
pdtk kewilayahan.
- Untuk metode lain, misalnya willingness to
travel, minimum transportation cost,
pemodelan dinamis untuk bisa melihat interaksi
antar komponen dalam WPS.
Tanggapan ulang:
- Kesulitan utama adalah penyusunan strategi
pengembangan wilayah karena bentrokan antara
perencanaan dengan praktek di lapangan. Misal
dalam RTRW tidak boleh ada pembangunan ,tibatiba di Baya ada industry semen yang melewati
jalur transportasi barang dan dekat dengan
kawasan pariwisata Pelabuhan Ratu. COntoh lain
adalah pengembangan industry smelter yang
diunggulkan oleh kementerian perindustrian. Hal
ini menyulitkan karena mereka meminta
dimasukan dalam prioirtas kawasan, namun
RTRW menyatakan bahwa wilayah tersebut tidak
bisa dikembangkan dengan cara yang diinginkan
oleh KemenIndustri. Apakah ada panduan tegas
yang bisa mengarahkan penyusunan program
strategis?
Ulang 2:
- Disanalah kita bisa masuk dengan membawa
justifikasi value creation (ekonomi, social, dan
lingkungan). Jika hal tersebut ditemukan maka hal
tesebut bisa dikalkulasi sehingga penyusun DP

Samsi

Akhmad Ande
Bagian Hukum Setba

bisa mengajukan arahan (apakah perlu dan bisa


dikembangkan dan didukung).
Masukan juga akan ditampung dan
dipertimbangkan
WPS memang dilakukan pada wiayah yang
bermasalah karena planning yang scattered.
Pengembangan dan sebaran KS seharusnya
sudah ada dasar analisanya sehingga kita jug
aperlu mengakomodasi, tidak bisa tutup mata
terhadap adanya program prioritas sector. Jika
memang berbentrokan antar sector, kita lihat apa
yang bisa dan bagaimana kita bisa memfasilitasi.
WPS yang sudah didelineasi juga perlu dievaluasi,
jika ada kesalahan pengelompokan maka ktia
lihat kadar salahnya, jika masih sedikit maka kita
bisa lanjutkan, jika besar, maka mungkin kita bisa
evaluasi ulang.
Untuk kasus seprti di Jawa barat, kita perlu
menganalisa. Jika backbone tidak tepat maka
kita harus memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki keadaan tesebut. Misal:
penambahan rel kreta, penambahan jalantol, dll.
Berdasarkan trend dan perkiraan trend, dan
berdasarkan program yang sudah diterapkan
untuk memperkuat dengan tidak mengganggu
pengembangan sector lain.
Untuk metode, pemilihan metode harus
disesuaikan dengan tujuan utama. Misal untuk
pengembangan pariwisata, maka minimal
travelling time bukan metode yang tepat, tapi
lebih ke penilaian nilai wisata jalur akses ke
tujuan wisata utama. Metode analisa juga harus
memperhatikan elemen-elemen yang dibutuhkan
untuk mendukung focus/goal pengembangan
WPS. Misal, industry membutuhkan air baku,
maka metode analisa yang dibutuhkan adalah
analisa ketersediaan air, sumber air, penyedian
infrastruktur air.
Justifikasi tidak bisa diberikan oleh BPIW,
diharapkan bisa disediakan oleh konsultan.
Selama ini seluruh ekonomi koridor dibangun dari
pertumbuhan logistic. Kereta barang di India,
toko-osaka, Washington DC-.
Pedoman ini sebaiknya bisa menjadi guide untuk
melihat issue di WPS.
Cangkang hukum, berdasarkan undangan produk
saat ini adalah NA, ataukah ini kajian akademis?
Arahan Kapus 3 adalah justifikasi WPS ,bukan
rapermen Pedoman.
Siapa tujuan pengguna pedoman ini? Jika hanya
internal BPIW dan PUPR, maka cukup SE.

Pedoman dibutuhkan jika untuk K/L lain. Hal ini


perlu didefinisikan dengan baik, oleh siapa dan
untuk apa.
- Kajian kebutuhan pedoman perlu
diperdalam.
- Nomenklatur masih perlu didiskusikan, missal
keterpaduan infrastruktur, bahkan WPS. Hal ini
berimplikasi pada penerjemahannya dan teknik
legal drafting dan treatment apa yang akan kita
berikan pada WPS ini sendiri (yang kembali harus
didefinisikan). Sebaiknya kajian ini bisa
memberikan jawaban dan keseragaman
pemahaman.
Tanggapan
- Kelanjutan dari NA ini adalah 2 pedoman WPS dan
inkubasi dan ada rencana anjungan cerdas.
- Muatan pedoman ini adalah hingga pengelolaan
WPS (dalam hal ini adalah pemda, bukan
Satminkal PU) sehingga pedoman akan
dibutuhkan, bukan hanya SE PU. Walaupun
pengembangan WPS memang utamanya
dikembangkan oleh Satminkal PU (untuk
pengadaan infrastruktur dan Development Plan).
- Kajian berikutnya akan mencakup delineasi WPS,
nomenklatur dalam WPS, hingga muatan
pedoman.
- Hingga Desember adalah NA.
- Ide awal adalah penjabaran dasar penentuan
konsep WPS. Yang ingin kita tentukan dalam
pedoman ini adalah 1) penentuan WPS itu sendiri,
2) penjabaran perbedaan pendekatan WPS
dengan pendekatan RTRW dan peningkatan
kekuatan BPIW dalam mengkoordinasi
pengembangan infrastruktur, 3) penetapan
inkubasi termasuk dalam Pedoman WPS saja,
bukan pedoman tersendiri.
- Hubungan semua stakeholder juga ingin
dicantumkan dan diatur dalam pedoman WPS ini
(selain untuk memastikan koordinasi dan untuk
memberikan kekuatan lebih dari pedoman). Juga
termasuk pengaturan pembagian kerja dalam
WPS.
Tanggapan ulang
- Mengingatkan bahwa nomenklatur harus
dibahas dan ditentukan di awal. Ketika kita
membicarakan mengenai rencana
pengembangan WPS, dari hal tersebut saja sudah
muncul nomenklatur yang mungkin bentrok
dengan Master Plan yang sudah ada.
Nomenklatur: pengaturan dan korelasi dengan

Alis Listalatu

Santi, Fasilitiasi Tanah

Aji
Virama Karya WPS 23
Balikpapan-Maloy

nomenklatur lain.
PR adalah Menghitung value creation yang
menjadi justifikasi. Saat ini sudah ada ultimate
value WPS 2025 yang asih belum mencakup nilai
social yang akan dicapai pada tahun 2025.
- Value creation ini juga untuk kepentingan
pemrograman. Misal Konreg 35% spending PU
adalah untuk kawasan prioirtas/tematik, tapi
belum ada tools yang bisa menunjukan apa nilai
leverage terhadap pencapaian pembangunan
nasional yang sudah direncanakan.
Tanggapan
- Hal in iterkait teknis penghitungan. Apa perlu
strategy yang berbeda dari yang sudah
diterapkan oleh satminkal dan sector lain.
- Value yang dibicarakan disini bukan hanya
ekonomi. Yang dibutuhkan pertama adalah
baseline, kemudian prosedur penyusunan, dan
value yang diharapkan (intended value) dan
target turunan ultimate value. Hal ini juga
menjadi pesan penting untuk konsultan yang
sedang menyusun DP WPS.
- Ke depannya, apakah kita perlu mengatur
cangkangnya dulu, atau hingga ketentuan teknis.
Hal ini akan didiskusikan secara internal dahulu
- Tipologi, apa itu tipologi pengklasifikasian WPS
atau tipologi WPS? Karena Tipologi dilihat dari
backbone dan potensinya. Tiologi kawasan
seharusnya berdasrkan kondisi dan potensi fisik
maupun non-fisik. Dan semua koridor sangat
spesifik lokasi.
Tanggapan
- Tipologi yang ditampilkan adalah tipologi
pengklasifikasian. Bukan tipologi WPS eperti
tercantum dalam renstra 13.1. Ini dimaksudkan
untuk menuntun How to develop the region.
- Identifikasi WPS. Delineasi biasanya biasanya
sudah rigid.Istilah ini harus dipertimbangkan
kembali.
- Alat bantu dibutuhkan untuk kriteria WPS,
aglomerasi KS, konektivitas, sistem.
- Apa tipologi dan kriteria Backbone? Apa
mebentuk sistem urban, sistem transportasi, dll?
- Apa kriteria besaran/skala WPS? Hal ini bisa
menjadi panduan penentuan delineasi WPS,
hubungan dengan WPS lain, dan hubungan KS
dalam WPS. Besaran juga akan menentukan
treatment yang dibutuhkan.
- Ultimate value, sudah ada di berbagai rencana.
Yang dibutuhkan adalah komitmen pengelola
untuk mempertahankan atau memperbesar
-

Dani Mutaqin
Konsultan DP WPS MBBPT

Wahyu

kawasan.
Tanggapan
- Masukan yang sangat baik.
- Apakah menurut konsultan delineasi WPS terlalu
luas hinga butuh inkubasi ataukah sudah tepat?
jika melihat sebagai sistem, kita bsia lihat dari
konektivitas dan potensi pengembangan. Masalah
muncul karena beberapa kawasan industry masih
sebatas rencana (belum diterapkan di lapangan)
yang menyulitkan dalam penentuan kapasitas
financial, volume traffic dan orang, dan
penentuan infrastruktur penunjang.
- Penentuan ultimate juga berimplikasi pada timing
pengadaan infrastruktur.
- Tantangan kelembagaan karena meliputi 3 prov
dan 22 kab/kota, koordinasi harus dilihat.
- Permintaan pengembangan kawasan memang
pada saat itu juga melebihi dari target utama dan
justifikasi value add lemah.
- Pengembangan WPS sebaiknya menjadi
mainstream dalam pengembangan infrastruktur.
Tanggapan
- Apa reaksi para petinggi di daerah yang tercakup
dalam WPS terhadap rencana pengembangan
infrastruktur berbasis WPS ini? Jika ada aturan
PUPR, maka stakeholder bisa dipaksa untuk
mengikuti DP WPS ini.
Jawaban
- SUdah ada Satker MBBPT yang
mengkoordinasi pemda dan pusat dan ada juga
ada (masi berupa) kajian untuk membentuk PMO
yang akan diterapkan dalam WPS prioritas.
- MBBPT sebagai prototype pun sebtulnya masih
meraba-raba.
- Koordinasi satminkal juga difasilitasi oleh satker
walaupun daya kendali satker masih belum
optimal dan belum dikenal oleh satminkal lain.
- Akan ada pertemuan berikutnya hingga terbentuk
draft rapermen yang jelas dan tajam.

Penutup
Masukan-masukan pada pertemuan kali ini sangat baik, akan dibahas dan diakomodir
di dalam penyusunan materi pedoman yang direncanakan.

Вам также может понравиться