Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
: Nn. F
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Kalibeber, Mojotengah
Tgl Poli
: 28 April 2016
Nomor CM
: 659093
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : mata kanan dan kiri gatal, merah serta berair.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa
gatal, merah dan sering berair sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
terutama dirasa setiap pagi bangun tidur timbul sekret lengket berwarna
putih kecoklatan. Awalnya hanya merasa gatal dan pegal kemudian di
kucet dan akhirnya merah dan berair. Keluhan dirasa tidak disertai
dengan penurunan penglihatan. Riwayat trauma pada mata disangkal.
3. Riwayat Penyakit dahulu:
Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal
Riwayat demam disangkal
Riwayat penggunaan kacamata atau lensa disangkal
4. Pemeriksaan Fisik :
Status Opthalmologicus
No.
Oculus Sinistra
1
2
3
4
Visus
Bulbus okuli
Palpebra
Conjungtiva
5/5
Normal
Edem
Hiperemi,
palpebra
Conjungtiva
papil
Hipermi
Hipermi
6
7
8
bulbi
Kornea
Iris
Pupil
Jernih
Hitam,bulat,di
Jernih
Hitam,bulat,di
Lensa
tengah,
5/5
Normal
Edema
edem, Hiperemi, edema
refleks tengah,
refleks
cahaya(+)
cahaya(+)
Tidak keruh, sentral, Tidak keruh, sentral,
di belakang iris
di belakang iris
5. Differential Diagnosis
Konjungtivitis
Uveitis
Keratitis
6. Diagnosis : Konjungtivitis
7. Terapi
Cefadroxil tab 2x500mg
Paracetamol tab 3x500mg
Metilprednisolon 3x4mg
Cendotobrosom eyedrop 6x2tetes ODS
Cendomicos salep 1x malam hari
8. Prognosis
Dubia at bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Konjungtivitis merupakanradang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.1
Konjungtivitis
adalah
istilah
spesifik
digunakan
untuk
B. Anatomi
Konjungtiva
adalah
membran
mukosa
yang
transparan
dan
merupakan
suatu
hiperplasi
epitel
konjungtiva.
papilanya
tampilan
yang
menampakan
pembesaran
pembuluh
darah
kasus
yang
berkepanjangan
hipertrofi
papiler konfluen
(Marked/ Giantpapillae).4
C. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahui secara jelas, tapi
terutama dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas pada mata. Reaksi
hipersensitivitas tipe I merupakan dasar utama terjadinya proses inflamasi pada
Konjungtivitis.8 Pemeriksaan histopatologik dari lesi di konjungtiva menunjukkan
peningkatan sel mast, eosinofil dan limfosit pada subepitel dan epitel. Dalam
perjalanan penyakitnya, infiltrasi sel dan penumpukan kolagen akan membentuk
papil raksasa. Faktor lain yang berperan adalah aktivitas mediator non IgE oleh sel
mast.5 Reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai dengan terbentuknya antibodi IgE
spesifik terhadap antigen bila seseorang terpapar pada antigen tersebut. Antibodi
IgE berperan sebagai homositotropik yang mudah berikatan dengan sel mast dan
sel basofil. Ikatan antigen dengan antibodi IgE ini pada permukaan sel mast dan
basofil akan menyebabkan terjadinya degranulasi dan dilepaskannya mediatormediator kimia seperti histamin, slow reacting substance of anaphylaxis,
bradikinin, serotonin, eosinophil chemotactic factor, dan faktor-faktor agregasi
trombosit. Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang mengakibatkan
efek vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini ditandai
dengan gejala seperti mata gatal, merah, edema, berair, rasa seperti terbakar dan
terdapat sekret yg bersifat mukoid.6,7 Terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I fase
lambat mempunyai karakteristik, yaitu dengan adanya ikatan antara antigen
dengan IgE pada permukaan sel mast, maka mediator kimia yang terbentuk
kemudian akan dilepaskan sepertihistamin, leukotrien C4 dan derivat-derivat
eosinofil yang dapat menyebabkan inflamasi di jaringan konjungtiva. 5,8,11 Reaksi
hipersensitivitas tipe IV, terjadi karena sel limfosit T yang telah tersensitisasi
bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen tertentu, sehingga menimbulkan
reaksi imun dengan manifestasi infiltrasi limfosit dan monosit (makrofag) serta
menimbulkan indurasi jaringan pada daerah tersebut. Setelah paparan dengan
alergen, jaringan konjungtiva akan diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil
dan basofil. Bila penyakit semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi
dan terjadi sintesis kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang besar pada
lempeng tarsal.4- 6,12 Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan oleh ikatan alergen
IgE, tetapi dapat juga disebabkan oleh anafilatoksin, IL-3 dan IL-5 yang
dikeluarkan oleh sel limfosit. Selanjutnya mediator tersebut dapat secara langsung
mengaktivasi sel mast tanpa melalui ikatan alergen IgE. 5 Reaksi hiperreaktivitas
konjungtiva selain disebabkan oleh rangsangan spesifik, dapat pula disebabkan
oleh rangsangan non spesifik, misal rangsangan panas sinar matahari, angin.5
D. Klasifikasi
1. Alergi Konjungtivitis
Konjungtiva dengan kaya pembuluh darah, mediator kekebalan tubuh
berlimpah, dan kontak langsung dengan lingkungan, sering terlibat dalam
reaksi kekebalan dan alergi. Berbagai efek dari reaksi ini bertanggung jawab
untuk tanda-tanda dan gejala hadir pada pasien dengan konjungtivitis alergi.
Kategori utama dari konjungtivitis alergi melibatkan reaksi hipersensitivitas
tipe 1 yang alergen bereaksi dengan antibodi IgE, merangsang degranulasi
sel mast dan pelepasan mediators. Inflamasi terlihatdengan jenis
konjungtivitis
alergi
termasuk
keratokonjungtivitis
atopik,
alergi
alergi
tanpa
perubahan
proliferatif
pada
karena
rhinitis
itu,
alergi
juga
alergen
yang
bisa
dapat menyebabkan
konjungtivitis
timbulnya
konjungtivitis
Gejala
pada
individu
pada
waktu
waktu
dengan
tertentu
Pada
adalah rumput dan pada musim dingin tidak ada gejala karena
menurunnya transmisi alergen
individu
dengan
konjungtivitis
alergi perennial
akan
dari permukaan
tarsal
Sering
berhubungan
dengan
rhinitis
alergi. Seasonal
Allergic
Allergic
Conjunctivitis
rumah,
jamur,
hewan
dan
kecoa,
mata,
khususnya
setelah
terdapat sedikit
pasien
mengucek
matanya.1,6
b. Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) adalah konjuntivitis alergi
kronis
riwayat alergi seperti (Hay fever, asma atau eksema) pada pasien
dan keluarganya serta terdapat riwayat menderita dermatitis atopik
sejak bayi. Ditemukan adanya parut pada lipatan siku dan
pergelangan tangan. Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) ini
umumnya
terjadi
pada
keratoconjunctivitis (AKC)
usia
adalah
30-50
tahun.
penyakit
parah
Atopic
yang
Vernal Keratoconjunctivitis
(VKC)
9
Gambar 3.Gambaran konjungtiva palpebra pada
AtopicKeratoconjunctivitis (AKC)
Banyak
kasus
kornea,
selama
iklim
tropis.
Imunopatofisiologi
melibatkan
10
reaksihipersensitivitas
infiltrat konjungtiva
terdiri
dari
type
pada Vernal
dan
type
IV.
Inflamasi
Keratoconjunctivitis (VKC)
Kadang-kadang
ada
bintik-bintik putih
(Horner-
Trantas dots), yang terdiri dari sebukan sel limfosit, eosinofil, sel
plasma, basofil serta proliferasi jaringan kolagen dan fibrosa yang
semakin bertambah.8
11
Gambar 5.Konjungtiva palpebra pada Vernal Keratoconjunctivitis
(VKC)
di
konjungtiva palpebraris
berbeda dari
adanya lesi
kornea
trauma
permukaan
lensa.
Alergen
ini
bisa
berupa
lendir,
telahterbukti
dapat
meningkatkan
permeabilitas
12
mikrovaskuler
konjungtiva.
Paparanleukotrienes
(LTs)
yang
papil
pada konjungtiva
tarsal superiorsepanjang
13
2. Konjungtivitis bakterial
Konjungtivitis bakteri dapat saja diakibatkan oleh infeksi gonokok,
meningokok,
staphylococcus
aureus,
streptococcus
pneumoniae,
Neisseria
gonorrhoeae,
mikroorganisme
yang
dapat
aureus,
spesies
Streptococcus,
spesies
14
kronis
adalah
Staphylococcus
aureus.
15
hiperemia,
vesikel
dan
pseudomembran
pada
16
17
18
airmata,
kemerahan,
edema
palpebra
dan
perdarahan
G. Penatalaksanaan
1. Konjungtivitis alergik8
Pengobatan didasarkan pada tingkatkeparahan gejala pasien, terdiri dari
satu atau lebih dari terapi dibawah ini:
a) Suportif: Kompres dingin, artificial tear.
b) Topikal:Antihistamindanmast
selstabilizers,NSAID,
kadang-kadangdiberikan
mikrobiologik
dengan antibiotic
tunggal
sebelum
pemeriksaan
seperti
Kloramfenikol,
hasil pemeriksaan
mikrobiologik.
Pada konjungtivitis
tetes
mata, sebaiknya
sebelum
tidur
diberi
salep
umumnya
untuk
hanya
bersifat simtomatik
mencegahterjadinya
infeksi
dan
antibiotik
sekunder.
Dalam
20
Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari
mengandung
vitamin
guna
untuk
memperbaiki
21
BAB III
PEMBAHASAN
Nn.L datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah, berair dan
banyak sekret di pagi hari sejak 4 hari yang lalu. Kemudian pasien menggunakan
obat tetes mata, 2 hari kemudian mata terasa pegal dan sedikit membengkak pada
palpebra superior.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hiperemi pada konjungtiva tarsal dan
bulbi, edem papil dan edem palpebra. Penglihatan pasien tidak terganggu dengan
adanya keluhan. Berdasarkan data di atas dapat dicantumkan beberapa diagnosis
antara lain; konjungtivitis, uveitis, dan keratitis.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau alergen. Pada kasus
ini disebabkan oleh alergen.Gejala yang sering ditimbulkan berupa mata merah
dan gatal tanpa menurunkan pandang penglihatan. Konjungtivitis bisa mengenai
unilateral dan kemudian menjadi bilateral. Perbedaan pada konjungtivitis bisa
dilihat dari sekret yang dihasilkan. Konjungtivitis bakteri menghasilkan sekret
yang purulen atau mukopurulen yang lebih kental, sekret pada viral cair dan lebih
jernih, pada alergi dengan eksudat putih kental.
Uveitis dapat terjadi secara bertahap dalam beberapa hari atau terjadi secara
tiba-tiba. Penderita uveitis dengan gejala bertahap biasanya akan merasakan
penurunan pada daya penglihatannya, seperti pandangan yang menjadi buram,
lebih peka terhadap cahaya dan tampak mata merah. Jika dilihat dari luar, mata
penderita penyakit ini tetap terlihat normal.
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan
penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat
menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik ringan hingga
kebutaan.Gejala umum lain yang terjadi pada keratitis adalah nyeri pada mata,
fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat pada saat menggerakan
kelopak mata, terutama kelopak mata atas, fotofobia.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan pada pasien ini menderita
konjungtivitis pada mata kanan dan kemudian merambat ke mata kiri sinistra.
22
23
Daftar Pustaka
1
Ferrer FJG, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. InVaughan and Asburys
2
3
2011
Suhardjo dan Hartono. Konjungtiva. Dalam : Buku Ilmu Penyakit
24