Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama
: Nn. F
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Kalibeber, Mojotengah
Tgl Poli
: 28 April 2016
Nomor CM
: 659093
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : mata kanan dan kiri gatal, merah serta berair.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa
gatal, merah dan sering berair sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
terutama dirasa setiap pagi bangun tidur timbul sekret lengket berwarna
putih kecoklatan. Awalnya hanya merasa gatal dan pegal kemudian di
kucet dan akhirnya merah dan berair. Keluhan dirasa tidak disertai
dengan penurunan penglihatan. Riwayat trauma pada mata disangkal.
3. Riwayat Penyakit dahulu:
Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal
Riwayat demam disangkal
Riwayat penggunaan kacamata atau lensa disangkal

4. Pemeriksaan Fisik :
Status Opthalmologicus
No.

Pemeriksaan Oculus Dextra

Oculus Sinistra

1
2
3
4

Visus
Bulbus okuli
Palpebra
Conjungtiva

5/5
Normal
Edem
Hiperemi,

palpebra
Conjungtiva

papil
Hipermi

Hipermi

6
7
8

bulbi
Kornea
Iris
Pupil

Jernih
Hitam,bulat,di

Jernih
Hitam,bulat,di

Lensa

tengah,

5/5
Normal
Edema
edem, Hiperemi, edema

refleks tengah,

refleks

cahaya(+)
cahaya(+)
Tidak keruh, sentral, Tidak keruh, sentral,
di belakang iris

di belakang iris

5. Differential Diagnosis
Konjungtivitis
Uveitis
Keratitis
6. Diagnosis : Konjungtivitis
7. Terapi
Cefadroxil tab 2x500mg
Paracetamol tab 3x500mg
Metilprednisolon 3x4mg
Cendotobrosom eyedrop 6x2tetes ODS
Cendomicos salep 1x malam hari
8. Prognosis
Dubia at bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Konjungtivitis merupakanradang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.1
Konjungtivitis

adalah

istilah

spesifik

digunakan

untuk

menggambarkan suatu peradangan pada konjungtiva, yang dapat disebabkan oleh


berbagai kondisi. Hal ini sering disebut sebagai "mata merah" atau "mata merah
muda." Konjungtivitis dapat terjadi akibat keterlibatan utama dari jaringan
konjungtiva atau dapat terjadi sekunder untuk kondisi mata atau sistemik lain
yang menghasilkan peradangan konjungtiva. Konjungtivitis diperlakukan hampir
secara eksklusif secara rawat jalan.2
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva. Hal ini paling sering
ditandai dengan hiperemia konjungtiva,sekret eksudat pada mata lebih banyak di
pagi hari, lakrimasi, pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, kemosis,
hipertrofi papil, folikel, membran pseudomembran, granulasi, flikten, mata terasa
seperti adanya benda asing, dan adenopati preaurikular.1,2Konjungtivitis dapat
diklasifikasikan secara klinis sesuai dengan penyebab yang mendasari.2
Konjungtivitis dibedakan bentuk non infeksi atau infeksi, akut, kronis
atau kambuh. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri, virus, alergi, toksik dan
molluscum contagiosum.1

B. Anatomi
Konjungtiva

adalah

membran

mukosa

yang

transparan

dan

tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva


palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
terdiri dari tiga bagian:
1.
Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2.
Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior sklera).
3.
Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata).4

Konjungtiva yang mengalami peradangan (konjungtivitis) akan

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

menyebabkan perubahan klinis pada konjungtiva, perubahan klinis yang paling


umum terjadi ialah timbulnya folikel dan papila. Folikel merupakan suatu
hiperplasi jaringan limfoid. Paling sering pada konjungtiva forniks, bentuknya
seperti bula/ vesikel kecil-kecil berisi air menggelembung berukuran 0,5 5mm. 5
Penyebab utamanya adalah infeksi virus, infeksi klamidia kecuali konjungtivitis
inklusi neonatal dan hipersensitivitas obat topikal seperti idoxuridine, dipiveprin
dan miotik.6Papila
Biasanya

merupakan

suatu

hiperplasi

epitel

konjungtiva.

dapatditemukan pada konjungtiva palpebralis dan limbus kornea,

paling sering padakonjungtiva palpebralis superior. Bentuknya seperti bintikbintik.3


Pembentukanpapila terjadi akibat dilatasi pembuluh darah kapiler
yang mengakibatkan edemadengan dikelilingi sel infiltrat inflamasi yang
menyebabkan

epitel konjungtivamenonjol menuju ke tarsal.Bila

papilanya

kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin, seperti seratbeludru (Mild


papillae).4,6 Namun bila perubahannya kronis atau progresifmenyebabkan
4

tampilan

yang

menampakan

pembesaran

pembuluh

darah

yangmengaburkan pembuluh darah dibawahnya (Moderate papillae). Setiap


papilamemiliki central red dot yang merupakan gambaran dari dilatasi pembuluh
darahkapiler. Pada

kasus

yang

berkepanjangan

dan berulang atau

peradangankonjungtiva yang berat, serat penahan dari konjungtiva tarsal


meregang danmelemah yang menyebabkan

hipertrofi

papiler konfluen

(Marked/ Giantpapillae).4

C. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahui secara jelas, tapi
terutama dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas pada mata. Reaksi
hipersensitivitas tipe I merupakan dasar utama terjadinya proses inflamasi pada
Konjungtivitis.8 Pemeriksaan histopatologik dari lesi di konjungtiva menunjukkan
peningkatan sel mast, eosinofil dan limfosit pada subepitel dan epitel. Dalam
perjalanan penyakitnya, infiltrasi sel dan penumpukan kolagen akan membentuk
papil raksasa. Faktor lain yang berperan adalah aktivitas mediator non IgE oleh sel
mast.5 Reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai dengan terbentuknya antibodi IgE
spesifik terhadap antigen bila seseorang terpapar pada antigen tersebut. Antibodi
IgE berperan sebagai homositotropik yang mudah berikatan dengan sel mast dan
sel basofil. Ikatan antigen dengan antibodi IgE ini pada permukaan sel mast dan
basofil akan menyebabkan terjadinya degranulasi dan dilepaskannya mediatormediator kimia seperti histamin, slow reacting substance of anaphylaxis,
bradikinin, serotonin, eosinophil chemotactic factor, dan faktor-faktor agregasi
trombosit. Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang mengakibatkan
efek vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini ditandai
dengan gejala seperti mata gatal, merah, edema, berair, rasa seperti terbakar dan
terdapat sekret yg bersifat mukoid.6,7 Terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I fase
lambat mempunyai karakteristik, yaitu dengan adanya ikatan antara antigen
dengan IgE pada permukaan sel mast, maka mediator kimia yang terbentuk
kemudian akan dilepaskan sepertihistamin, leukotrien C4 dan derivat-derivat
eosinofil yang dapat menyebabkan inflamasi di jaringan konjungtiva. 5,8,11 Reaksi

hipersensitivitas tipe IV, terjadi karena sel limfosit T yang telah tersensitisasi
bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen tertentu, sehingga menimbulkan
reaksi imun dengan manifestasi infiltrasi limfosit dan monosit (makrofag) serta
menimbulkan indurasi jaringan pada daerah tersebut. Setelah paparan dengan
alergen, jaringan konjungtiva akan diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil
dan basofil. Bila penyakit semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi
dan terjadi sintesis kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang besar pada
lempeng tarsal.4- 6,12 Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan oleh ikatan alergen
IgE, tetapi dapat juga disebabkan oleh anafilatoksin, IL-3 dan IL-5 yang
dikeluarkan oleh sel limfosit. Selanjutnya mediator tersebut dapat secara langsung
mengaktivasi sel mast tanpa melalui ikatan alergen IgE. 5 Reaksi hiperreaktivitas
konjungtiva selain disebabkan oleh rangsangan spesifik, dapat pula disebabkan
oleh rangsangan non spesifik, misal rangsangan panas sinar matahari, angin.5
D. Klasifikasi
1. Alergi Konjungtivitis
Konjungtiva dengan kaya pembuluh darah, mediator kekebalan tubuh
berlimpah, dan kontak langsung dengan lingkungan, sering terlibat dalam
reaksi kekebalan dan alergi. Berbagai efek dari reaksi ini bertanggung jawab
untuk tanda-tanda dan gejala hadir pada pasien dengan konjungtivitis alergi.
Kategori utama dari konjungtivitis alergi melibatkan reaksi hipersensitivitas
tipe 1 yang alergen bereaksi dengan antibodi IgE, merangsang degranulasi
sel mast dan pelepasan mediators. Inflamasi terlihatdengan jenis
konjungtivitis

alergi

termasuk

keratokonjungtivitis

atopik,

alergi

konjungtivitis sederhana, musiman atau konjungtivitis abadi , konjungtivitis


vernal, dan konjungtivitis papiler raksasa.
a. Allergic Conjunctivitis (AC) (Seasonal Allergic Conjunctivitis
(SAC) dan Perennial Allergic Conjunctivitis (PAC))
Konjungtivitis

alergi

tanpa

perubahan

proliferatif

pada

konjungtiva termasuk seasonal allergic conjunctivitis (SAC)


dimana gejala muncul dalam musiman dan perennial allergic
conjunctivitis (PAC) dimana gejala terus berlangsung sepanjang

tahun. Konjungtiva adalah permukaan mukosa yang sama dengan


mukosa nasal. Oleh
mencetuskan

karena

rhinitis

itu,

alergi

juga

alergen

yang

bisa

dapat menyebabkan

konjuntivitis alergi. Alergen yang melalui udara seperti serbuk sari,


rumput, bulu hewan dan lain-lain dapat menyebabkan terjadinya
gejala

pada serangan akut konjuntivitis alergi. Perbedaan

konjungtivitis
timbulnya

alergi seasonal dan perennial adalah


gejala.

konjungtivitis

Gejala

pada

alergi seasonal timbul

individu
pada

waktu

waktu
dengan
tertentu

seperti pada musim bunga dimana serbuk sari merupakan


alergen utama.

Pada

musim panas, alergen yang dominan

adalah rumput dan pada musim dingin tidak ada gejala karena
menurunnya transmisi alergen
individu

dengan

yang melalui udara. Sedangkan

konjungtivitis

alergi perennial

akan

menunjukkan gejala sepanjang tahun. Alergen utama yang


berperan adalah debu rumah, asap rokok, dan bulu hewan.
Allergic Conjunctivitis (AC) (Seasonal Allergic Conjunctivitis
(SAC) dan Perennial Allergic Conjunctivitis (PAC)) merupakan
hipersensitivitas cepat. Alergen memasuki lapisan air mata dan
kontak dengan mast sel konjungtiva sehingga terbentuk antibody
IgE spesifik. Proses degranulasi dari mast sel menyebabkan
keluarnya histamin dan berbagai mediator inflamasi lainnya yang
menyebabkan vasodilatasi, edema dan masuknya sel-sel inflamasi
lainnya seperti eosinofil. Aktivitas dan degranulasi dari mast sel
dicetuskan dalam beberapa menit setelah paparan alergen.
Pasien dengan Seasonal Allergic Conjunctivitis (SAC) sering
menderita kondisi atopik lainnya,

seperti rhinitis alergi atau

asma. Biasanya ada riwayat alergi terhadap serbuk sari, rumput,


bulu hewan dan lain-lain.
Ditandai dengan
edema

gejala mata gatal,

dari permukaan

tarsal

berair, kemerahan, dan


konjungtiva.

Sering

berhubungan

dengan

rhinitis

alergi. Seasonal

Conjunctivitis (SAC) dan Perennial

Allergic

Allergic

Conjunctivitis

(PAC) berselang saat pergantian musim dan dipicu oleh alergen


yang sama untuk rhinitis alergi intermiten: yaitu alergen yang khas
seperti serbuk sari pohon pada bulan April/ Mei, serbuk sari rumput
pada bulan Juni/ Juli, spora dan serbuk sari gulma pada bulan Juli/
Agustus di belahan utara dan bulan Desember sampai Juni di
Hemisphere Selatan. Musim serbuk sari bervariasi sesuai dengan
lintang dan faktor geografis.9
Persistent/ Perennial konjungtivitis alergi (PAC) adalah bentuk
ringan yang merupakan konjungtivitis alergi kronis yang dihasilkan
dari paparan alergen abadi terus menerus seperti tungau, debu

rumah,

jamur,

hewan

dan

kecoa,

yang mungkin ada

sepanjang tahun. Gejala-gejala dapat bervariasi karena fluktuasi


beban alergen. Pada pemeriksaan dapat ditemukan injeksi ringan di
konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris, selama serangan
akut sering ditemukan kemosis berat. Mungkin
kotoran

mata,

khususnya

setelah

terdapat sedikit

pasien

mengucek

matanya.1,6
b. Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) adalah konjuntivitis alergi
kronis

yang dapat terjadi pada pasien dengan dermatitis atopik.

Papil besar/ raksasa mungkin tampak meskipun banyak kasus


Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) tidak memiliki perubahan
proliferatif.Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) biasanya terdapat

riwayat alergi seperti (Hay fever, asma atau eksema) pada pasien
dan keluarganya serta terdapat riwayat menderita dermatitis atopik
sejak bayi. Ditemukan adanya parut pada lipatan siku dan
pergelangan tangan. Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) ini
umumnya

terjadi

pada

keratoconjunctivitis (AKC)

usia
adalah

30-50

tahun.

penyakit

parah

Atopic
yang

melibatkan respon mediator alergi IgE dan sel T . Merupakan


Gambar 2.Hiperemi dan edema pada konjungtiva palpebra

penyakit seumur hidup yang dimulai pada usia dewasa muda.5,9


Gejala Atopic Keratoconjunctivitis (AKC) berupa sensasi terbakar,
sekret pada mata, berlendir, merah, dan fotofobia. Pada
pemeriksaan bilateral, tepi palpebra hiperemi, dan konjungtiva
tampak putih seperti susu. Terdapat papil halus, namun ukuran
tidak berkembang seperti pada

Vernal Keratoconjunctivitis

(VKC), serta lebih sering terdapat pada tarsus inferior, sedangkan


papil besar/ raksasa pada Vernal Keratoconjunctivitis

(VKC)

terdapat pada tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat


muncul pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut setelah
eksaserbasi konjungtivitis yang terjadi berulangkali. Timbul
keratitis perifer superfisial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada
kasus berat, seluruh kornea tampak kabur, terdapat vaskularisi,
dan ketajaman penglihatan menurun.8

9
Gambar 3.Gambaran konjungtiva palpebra pada
AtopicKeratoconjunctivitis (AKC)

c. Vernal Keratoconjunctivitis (VKC) ditandai dengan perubahan


proliferasi konjungtiva seperti hiperplasia papil dari palpebra atau
pembesaran konjungtiva, serta pembengkakan atau hiperplasia
limbal.

Banyak

kasus

Vernal Keratoconjunctivitis (VKC)

menyertai dermatitis atopik. Lesi pada kornea dengan berbagai


variasi termasuk keratitis pungtata superfisial, erosi

kornea,

defek persisten epitel kornea, ulkus kornea, atau plak kornea


dapat diamati di Vernal Keratoconjunctivitis (VKC). Penyakit
yang juga dikenal sebagai spring catarrh dan seasonal
conjuntivitis atau warm weather conjunctivitis merupakan
penyakit

alergi bilateral yang jarang, biasanya pada anak-anak

pra-pubertas, usia 5-10 tahun, laki- laki lebih banyak dibandingkan


perempuan. Alergen spesifik sulit diketahui, tetapi pasien Vernal
Keratoconjunctivitis (VKC) biasanya menampilkan manifestasi
alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas
terhadap serbuk sari dan rumput. Penyakit ini hampir selalu lebih
parah selama musim semi, musim panas dan musim gugur daripada
musim dingin. Paling banyak ditemukan di Afrika sub-sahara dan
Timur tengah.8
Biasanya terjadi musiman dan berulang, inflamasi bilateral, sering
terjadi pada anak laki-laki, tetapi tidak selalu, terdapat riwayat
atopi keluarga. Penyakit ini mungkin akan bertahan sepanjang
tahun

selama

iklim

tropis.

Imunopatofisiologi

melibatkan

10

reaksihipersensitivitas
infiltrat konjungtiva
terdiri

dari

type

pada Vernal

dan

type

IV.

Inflamasi

Keratoconjunctivitis (VKC)

eosinofil, limfosit, sel plasma dan monosit. Pasien

umumnya mengeluh sangat gatal pada mata terutama bila pasien


berada di daerah yang panas. Gejala lain termasuk fotofobia ringan,
lakrimasi, secret yang kental yang dapat ditarik seperti benang dan
kelopak mata terasa berat. Biasanya terdapat riwayat alergi di
keluarga (hay fever, eksim, dll) dan terkadang disertai riwayat
elergi pada pasien sendiri.4
Pada tipe palpebral, terdapat papil-papil besar/raksasa yg tersusun
seperti batu bata (cobble stones appearance). Cobble stones
appearance menonjol, tebal dan kasar karena serbukan limfosit,
plasma, eosinofil serta akumulasi kolagen fibrosa. Hal ini dapat
menggesek kornea sehingga timbul ulkus kornea. Pada tipe bulbar/
limbal terlihat penebalan sekeliling limbus karena masa putih
keabuan.

Kadang-kadang

ada

bintik-bintik putih

(Horner-

Trantas dots), yang terdiri dari sebukan sel limfosit, eosinofil, sel
plasma, basofil serta proliferasi jaringan kolagen dan fibrosa yang
semakin bertambah.8

Gambar 4. Horner- Transtas Dots

d. Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

11
Gambar 5.Konjungtiva palpebra pada Vernal Keratoconjunctivitis
(VKC)

Giant Papillary Conjunctivitis (GPC) adalah konjungtivitis yang


menyertaiperubahan proliferatif

di

konjungtiva palpebraris

superior yang diinduksi olehiritasi mekanis seperti pemakaian


lensa kontak, mata buatan (protesa), atau jahitanbedah. Secara
klinis, Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)
VernalKeratoconjunctivitis (VKC) oleh

berbeda dari

adanya lesi

kornea

dan terdapatnya bentukpapiler berbeda.9


Giant Papillary Conjunctivitis (GPC) bukan suatu kondisi alergi
murni, GPCmungkin merupakan bentuk reaksi hipersensitivitas
terhadap

trauma

mekanik,dikombinasikan dengan respon

autoimun oleh jaringan limfoid terhadap alergenyang tertanam


pada

permukaan

lensa.

Alergen

ini

bisa

berupa

lendir,

protein,bakteri, sel dan polusi udara yang mengendap pada


permukaan lensa.7
Pada pasien GPC terdapat mast sel yang mangalami degranulasi
pada epitel,dikombinasikan dengan adanya basofil dan eosinifil
pada konjungtiva. Histamintidak meningkat, sedangkan kadar IgE
meningkat secara signifikan. Gambaranklinis dan histopatologi
menunjukkan bahwa penyakit ini melibatkan mediator selIgE (Tipe
I) dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).Bukti terbaru
menunjukkan bahwa substansi leukotrienes (LTs) meningkatpada
GPC. Leukotrienes (LTs) dapat berperan dalam patogenesis GPC
yang

telahterbukti

dapat

meningkatkan

permeabilitas
12

mikrovaskuler

konjungtiva.

Paparanleukotrienes

(LTs)

yang

berkepanjangan, bertentangan dengan mediator inflamasiyang


dirilis seperti histamin,

yang kemudian dapat menyebabkan

konjungtivahiperemi, edema, dan meningkatnya sekresi secret


mata.8
Giant Papillary Conjunctivitis (GPC) terjadi akibat trauma yang
disebabkanoleh kontak lensa, mata buatan (protesa), atau jahitan
pasca-operasi, yang dapatdiperburuk seiring dengan adanya alergi.
Hal ini ditandai dengan giant (diameterlebih besar dari 3 mm)
hiperplasia

papil

pada konjungtiva

tarsal superiorsepanjang

garis kontak dengan sumber trauma mekanik, yaitu kontak lensa.


Respon imun yang menyebabkan hiperplasia papil mungkin
dipicu

olehalergen lingkungan tetapi mungkin juga akibat reaksi

antigen - antibodi terhadapprotein asing yang terdiri dari lendir,


bahan kimia dari larutan kontak lensa,bakteri, sel dan sisa-sisa sel
yang melapisi kontak lensa setelah memakaian terusmenerus.
Giant Papillary Conjunctivitis (GPC) biasanya terjadi pada
kelompokusia yang memanfaatkan kontak lensa, dan dengan
demikian jarang terjadi padaanak-anak atau orang tua. Namun bila
dikaitkan dengan trauma mekanik pasca -bedah, seperti terkena
jahitan, maka lebih lazim terjadi dalam kelompok usia yanglebih
tua.6

13

Gambar 6. Papil raksasa pada Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

2. Konjungtivitis bakterial
Konjungtivitis bakteri dapat saja diakibatkan oleh infeksi gonokok,
meningokok,

staphylococcus

aureus,

streptococcus

pneumoniae,

hemophilus influenzaw, dan escherichia coli.


Konjungtivitis bakteri memberikan gejala sekret mukopurulen dan
purulen, kemosis konjungtiva, edem kelopak, kadang-kadang disertai
keratitis dan blefaritis. Terdapat papil pada konjungtiva dan mata merah.
Konjungtivitis bakteri mudah menular.1 konjungtivitis bakterial dapat dibagi
menjadi hiperakut, akut dan kronik.1
a. Hiperakut
Hiperakut (purulen) konjungtivitis bakteri umumnya disebabkan
oleh

Neisseria

gonorrhoeae,

mikroorganisme

yang

dapat

menembus epitel kornea oleh Neisseria meningitidis. Bakteri lain


yang kurang umum penyebab dari hiperakut konjungtivitis meliputi
Staphylococcus

aureus,

spesies

Streptococcus,

spesies

Haemophilus, dan Pseudomonas aeruginosa.1


b. Akut
Sebuah kondisi menular umum yang dapat mempengaruhi segala
usia dan ras dan kedua jenis kelamin, (mukopurulen) konjungtivitis
bakteri akut disebabkan oleh sejumlah agen mikroba, terutama
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan spesies

14

Haemophilus. Kondisi ini membatasi diri, umumnya berlangsung


kurang dari 3 minggu.1
c. Kronik
Konjungtivitis bakteri yang berlangsung lebih dari 4 minggu dapat
dianggap kronis dan biasanya memiliki etiologi yang berbeda dari
konjungtivitis bakteri akut. konjungtivitis bakteri kronis sering
dikaitkan dengan inokulasi terus menerus bakteri yang terkait
dengan blepharitis. Penyebab paling umum dari konjungtivitis
bakteri

kronis

adalah

Staphylococcus

aureus.

blepharoconjunctivitis sudut dapat hasil dari stafilokokus kronis


atau infeksi Moraxella.1
3. Konjungtivitis virus
a. Demam faringokonjungtiva
Konjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus.
Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret
berair dan sedikit, yang biasa mengenai satu atau dua mata.
Biasanya disebabkan adenovirus tipe 3 dan 7, terutama mengenai
remaja, yang disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Masa
inkubasi 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat
epidemik. Mengenai salah satu mata yang akan mengenai mata lain
pada minggu berikutnya.10
Berjalan akut dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva,
folikel pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak
dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis
superfisial, dan atau subepitel dengan pembesaran kelenjat limfe
preurikel.10
b. Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik dapat merupakan manifestasi primer herpes
dan terdapat pada anak-anak yang mendapat infeksi dan pembawa
virus. Pada konjungtivitis herpetik ini akan terdapat limfadenopati
preuikel dan vesikel pada kornea yang dapat meluas membentuk

15

gambaran dendrit. Perjalanan penyakit biasanya akut dengan folikel


yang besar disertai terbentuknya jaringan parut besar pada kornea.
1) Konjungtivitis herpes simpleks merupakan infeksi berulang
pada mata. Sering disertai infeksi herpes pada kulit dengan
pembesaran kelenjar pre urikel. Pengobatan dengan obat
antivirus.10
2) Konjungtivitis herpes varisella zooster
Hespes zosterdisebut juga shingle, zona, atau posterior
ganglionitis akut. Virus herpes zoster dapat memberikan
infeksi pada ganglion Gaseri saraf trigeminum.bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejalagejala herpes zoster pada mata. Herpes zoster dan varisela
memberikan gambaran yang sama pada konjungtivitis seperti
mata

hiperemia,

vesikel

dan

pseudomembran

pada

konjungtiva, papil, dengan pembesaran kelenjar preurikel.


Diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukannya sel
raksasa pada pewarnaan giemsa, kultur virus, dan sel inklusi
intranuklear.
Pengobatan dengan kompres dingin. Pada saat ini asiklovir
400mg/hari untuk selama 5 hari. Pada 2 minggu pertama
diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.10
c. Keratokonjungtivitis epidemi
Keratokonjungtivitis epidemi disebabkan adenovirus 8 dan 19.
Mudah menular dengan masa inkubasi dan masa infeksius 14 hari.
Mata berair berat, seperti kelilipan, perdarahan subkonjungtiva,
folikel terutama konjungtiva bawah, kadang-kadang terdapat
pseudomembran. Kelenjar preurikel membesar. Biasanya gejala
akan menurun dalam waktu 7-15 hari.10
Pengobatan dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum untuk
konjungtivitis adenovirus. Astringen diberikan untuk mengurangi
gejala dan hiperemia. Pemberian antibiotik adalah untuk mencegah

16

infeksi sekunder. Steroid dapat diberikan bila terlihat adanya


membran dan infiltrat subepitel.9
d. Konjungtivitis inklusi
Penyakit okulogenital yang disebabkan oleh infeksi klamidia, yang
merupakan penyakit kelamin (uretra, prostat, serviks, dan epitel
rektum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap di
dalam jaringan uretra, prostat, serviks, dan epitel rektum untuk
beberapa tahun sehingga mudah terinfeksi ulang.10
e. Konjungtivitis new castle
Konjungtivitis new castle disebabkan virus new castle, dengan
gambaran klinis sama dengan demam faringokonjungtiva.
Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerjaan peternakan unggas
yang ditulari virus new castle yang terdapat pada unggas.
Umumnya penyakit ini bersifat unilateral walaupun dapat juga
bilateral.10
Gejala konjungtivitis ini memberikan gejala influensa dengan
demam ringan, sakit kepala dan nyeri sendi. Biasanya keluhan rasa
sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur, dan
fotofobia. Penyakit ini sembuh dalam jangka waktu 1 minggu.
Pada mata akan terlihat edem palpebra ringan, kemosis dan sekret
yang sedikit, dan folikel-folikel yang terutama ditemukan pada
konjungtiva tarsal bagian bawah.10
f. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut
Konjungtivitis yang disertai dengan perdarahan konjungtiva. Masa
inkubasi 24-48 jam, dengan tanda-tanda kedua mata iritatif, seperti
kelilipan, dan sakit periorbita. Edem kelopak, kemosis konjungtiva,
sekret seromukos, fotofobia disertai lakrimasi. Pada tarsus
konjungtiva terdapat hipertrofi folikular dan keratitis epitel yang
berkurang spontan dalam 3-4 hari.10
E. Manifestasi klinis
1. Konjungtivitis alergi

17

Gejala klinis konjungtivitis alergi akan menghasilkan eksudat putih


kental. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan
keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan
keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak
papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensasi terbakar, pengeluaran
sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang paling sering
pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang
eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat
ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar
raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal.6
2. Konjungtivitis bakterial
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret
pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis
jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak
mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret
dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal.
Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi
hari sewaktu bangun tidur.6,7
3. Konjungtivitis virus
Gejala klinis pada konjungtivitis virus biasanya menghasilkan esksudat
atau sekret cair dan lebih putih. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang
disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti
kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu
dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis
dan bertahan selama lebih dari 2 bulan.Pada konjungtivitis ini biasanya
pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala
infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada konjungtivitis
herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya

18

mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid,


nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis
hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie
virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,
hipersekresi

airmata,

kemerahan,

edema

palpebra

dan

perdarahan

subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis4,5,6.


F. Komplikasi

Jaringan parut pada konjungtiva

Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal

Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan


membalik bulu mata ke dalam sehingga menggesek kornea =>
komplikasi lanjut : ulkus.10

G. Penatalaksanaan
1. Konjungtivitis alergik8
Pengobatan didasarkan pada tingkatkeparahan gejala pasien, terdiri dari
satu atau lebih dari terapi dibawah ini:
a) Suportif: Kompres dingin, artificial tear.
b) Topikal:Antihistamindanmast

selstabilizers,NSAID,

kortikosteroid(digunakan secara selektif),vasokonstriktor.


c) Sistemik: Sistemik antihistamin (mungkin efektif untuk jangka
pendek)
2. Konjungtivitis bakteri10
Pengobatan

kadang-kadangdiberikan

mikrobiologik

dengan antibiotic

tunggal

sebelum

pemeriksaan

seperti

Kloramfenikol,

Gentamisin, Tobramisin, Eritromisin atau Sulfa Bila pengobatan tidak


memberikan hasil setelah 3- 5 hari maka pengobatan dihentikan dan
ditunggu

hasil pemeriksaan

mikrobiologik.

Pada konjungtivitis

bakterisebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung (pewarnaan


Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya.Bila ditemukan
kumannya maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan
19

kumandalamsediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas


dalam bentuk tetes mata tiap jam atausalep mata4-5x/hari. Apabila
memakai

tetes

mata, sebaiknya

sebelum

tidur

diberi

salep

mata(sulfasetamid 10-15 %).Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila


mungkin dilakukan pemeriksaanresistensi, kemungkinan difisiensi air
mataatau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.
3. Konjungtivitis virus9
Pengobatan
diberikan

umumnya
untuk

hanya

bersifat simtomatik

mencegahterjadinya

infeksi

dan

antibiotik

sekunder.

Dalam

dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaiansteroid


topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi
virus Herpessimpleks telah dieliminasi.
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat
sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa
kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan
antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.
Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400
mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 %diberikan bila
terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena
dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik
untuk menghilangkan rasa sakit.Pada permukaan dapat diberikan salep
tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukandebridemen
dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi
obat antivirus,dan ditutup selama 24jam.
H. Pencegahan

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah mem


bersihkan ataumengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya
bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah


menangani mata yang sakit.

20

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni ru


mah lain

Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.

Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari

Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

Usahakan tangan tidak megangmegang wajah (kecuali untuk keperlu


an tertentu), danhindari mengucek-ngucek mata.

Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue at


au sejenisnya setelahmembersihkan kotoran mata.

Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah


makanan tinggi protein dantinggi kalori guna untuk mempercepat
proses penyembuhan dan di anjurkan untukmengkonsumsi makanan
yang

mengandung

vitamin

guna

untuk

memperbaiki

sensori penglihatan dan juga vitamin C untuk memperbaiki sistem


pertahanan tubuh.Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan
oleh bakteri atau virus, Jikadisebabkan oleh alergi, kompres dengan
air dingin

21

BAB III
PEMBAHASAN
Nn.L datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah, berair dan
banyak sekret di pagi hari sejak 4 hari yang lalu. Kemudian pasien menggunakan
obat tetes mata, 2 hari kemudian mata terasa pegal dan sedikit membengkak pada
palpebra superior.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hiperemi pada konjungtiva tarsal dan
bulbi, edem papil dan edem palpebra. Penglihatan pasien tidak terganggu dengan
adanya keluhan. Berdasarkan data di atas dapat dicantumkan beberapa diagnosis
antara lain; konjungtivitis, uveitis, dan keratitis.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau alergen. Pada kasus
ini disebabkan oleh alergen.Gejala yang sering ditimbulkan berupa mata merah
dan gatal tanpa menurunkan pandang penglihatan. Konjungtivitis bisa mengenai
unilateral dan kemudian menjadi bilateral. Perbedaan pada konjungtivitis bisa
dilihat dari sekret yang dihasilkan. Konjungtivitis bakteri menghasilkan sekret
yang purulen atau mukopurulen yang lebih kental, sekret pada viral cair dan lebih
jernih, pada alergi dengan eksudat putih kental.
Uveitis dapat terjadi secara bertahap dalam beberapa hari atau terjadi secara
tiba-tiba. Penderita uveitis dengan gejala bertahap biasanya akan merasakan
penurunan pada daya penglihatannya, seperti pandangan yang menjadi buram,
lebih peka terhadap cahaya dan tampak mata merah. Jika dilihat dari luar, mata
penderita penyakit ini tetap terlihat normal.
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan
penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat
menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik ringan hingga
kebutaan.Gejala umum lain yang terjadi pada keratitis adalah nyeri pada mata,
fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat pada saat menggerakan
kelopak mata, terutama kelopak mata atas, fotofobia.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan pada pasien ini menderita
konjungtivitis pada mata kanan dan kemudian merambat ke mata kiri sinistra.

22

Usul pengobatan diberikan pengobatan topikal dan antibiotik untuk mencegah


terjadinya infeksi.

23

Daftar Pustaka
1

Ferrer FJG, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. InVaughan and Asburys

2
3

General Ophthalmology.16th ed. USA: Mc.Graw-Hill companies; 2007.


Lang GK. Conjunctiva. In Lang ophthalmology. New York: Thieme; 2000.
Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology.

New York: Thieme; 2006.


Khurana AK. Comprehensive ophtalmology. 4th edition. New Delhi: New

Age Publishers; 2007


Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier.

2011
Suhardjo dan Hartono. Konjungtiva. Dalam : Buku Ilmu Penyakit

Mata. Jogjakarta: UGM; 2007. h.46-54.


American Academy of Ophtalmology. Examination Techniques for
the External Eye and Cornea in External Disease and Cornea. San

Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2008. p.13-44.


Gloria. Allergic Conjunctivitis. Global Resources in Allergy: World

Allergy Organization. 2004


9 Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata: FKUI. 2008
10

24

Вам также может понравиться

  • Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Medis I: Patogen dan Mikrobioma Manusia
    Рейтинг: 4 из 5 звезд
    4/5 (11)
  • Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    От Everand
    Mikrobiologi Perubatan I: Patogen dan Mikrobiologi Manusia
    Рейтинг: 2.5 из 5 звезд
    2.5/5 (2)
  • 4 Jenis Hipersensitivitas
    4 Jenis Hipersensitivitas
    Документ10 страниц
    4 Jenis Hipersensitivitas
    Elza Febrianti
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernal
    Konjungtivitis Vernal
    Документ16 страниц
    Konjungtivitis Vernal
    VictorJansen
    100% (2)
  • Referat Konjungtivitis Alergi Super Final
    Referat Konjungtivitis Alergi Super Final
    Документ14 страниц
    Referat Konjungtivitis Alergi Super Final
    Daniel Kusnadi
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS ALERGI
    KONJUNGTIVITIS ALERGI
    Документ18 страниц
    KONJUNGTIVITIS ALERGI
    Reza Ikh
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Alergi
    Konjungtivitis Alergi
    Документ9 страниц
    Konjungtivitis Alergi
    Izni Ayuni
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernal
    Konjungtivitis Vernal
    Документ6 страниц
    Konjungtivitis Vernal
    Eka Fitri
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ20 страниц
    Bab I
    Mirza Syahputra
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernalis
    Konjungtivitis Vernalis
    Документ11 страниц
    Konjungtivitis Vernalis
    ilham adhani
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS ALERGI
    KONJUNGTIVITIS ALERGI
    Документ20 страниц
    KONJUNGTIVITIS ALERGI
    Rahmilya Ciwitha
    Оценок пока нет
  • Kasus Uki
    Kasus Uki
    Документ2 страницы
    Kasus Uki
    Anugrah Septiansyah
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Alergi
    Konjungtivitis Alergi
    Документ5 страниц
    Konjungtivitis Alergi
    Sayu Putu Desya
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Alergi
    Konjungtivitis Alergi
    Документ21 страница
    Konjungtivitis Alergi
    Khairunnisa10in
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Alergi
    Konjungtivitis Alergi
    Документ12 страниц
    Konjungtivitis Alergi
    Sylvia Rachman
    Оценок пока нет
  • Referat Konjungtivitis Alergi
    Referat Konjungtivitis Alergi
    Документ18 страниц
    Referat Konjungtivitis Alergi
    Nurika Arviana
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernal
    Konjungtivitis Vernal
    Документ32 страницы
    Konjungtivitis Vernal
    Hikmat Gumelar
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernalis
    Konjungtivitis Vernalis
    Документ19 страниц
    Konjungtivitis Vernalis
    Nicholas Petrovski
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Документ16 страниц
    Konjungtivitis
    Syifa Aidila
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALERGI
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALERGI
    Документ23 страницы
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALERGI
    Efi Kusdian
    Оценок пока нет
  • Referat Konjungtivitis Vernal
    Referat Konjungtivitis Vernal
    Документ14 страниц
    Referat Konjungtivitis Vernal
    Ririn Primarini
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS
    KONJUNGTIVITIS
    Документ8 страниц
    KONJUNGTIVITIS
    alimat
    Оценок пока нет
  • Askep Konjungtivitis
    Askep Konjungtivitis
    Документ9 страниц
    Askep Konjungtivitis
    nur aida utami
    Оценок пока нет
  • Modul 1 Blom 3.5
    Modul 1 Blom 3.5
    Документ3 страницы
    Modul 1 Blom 3.5
    Puan Nassya Amalia
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Vernal
    Konjungtivitis Vernal
    Документ37 страниц
    Konjungtivitis Vernal
    Marlin Yulianti
    Оценок пока нет
  • Tugas KMB Konjungtivis
    Tugas KMB Konjungtivis
    Документ20 страниц
    Tugas KMB Konjungtivis
    Ckhyunstellar 07
    Оценок пока нет
  • Sindrom Stevens Johnson
    Sindrom Stevens Johnson
    Документ31 страница
    Sindrom Stevens Johnson
    Echa Anskariani Jon Putri
    Оценок пока нет
  • LP SSJ
    LP SSJ
    Документ13 страниц
    LP SSJ
    Arum Gala
    Оценок пока нет
  • Blok Imunologi Salsabila Zahra
    Blok Imunologi Salsabila Zahra
    Документ15 страниц
    Blok Imunologi Salsabila Zahra
    DIHAN HARIAKA
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS
    KONJUNGTIVITIS
    Документ44 страницы
    KONJUNGTIVITIS
    Thya Pandy
    0% (1)
  • Skenario 3 Emergency
    Skenario 3 Emergency
    Документ26 страниц
    Skenario 3 Emergency
    Fadhila Lad
    100% (1)
  • Konjungtivitis Vernal
    Konjungtivitis Vernal
    Документ17 страниц
    Konjungtivitis Vernal
    Juharny Eka Sackbani
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Документ19 страниц
    Konjungtivitis
    Oktiya Sari
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Flikten
    Konjungtivitis Flikten
    Документ13 страниц
    Konjungtivitis Flikten
    Anindita Juwita Prastianti
    Оценок пока нет
  • Be Ani
    Be Ani
    Документ26 страниц
    Be Ani
    Putri Dwi Ramadhani
    Оценок пока нет
  • Makalah Konjungtivitis
    Makalah Konjungtivitis
    Документ37 страниц
    Makalah Konjungtivitis
    Kurniawan Aditiya
    Оценок пока нет
  • Referat Konjungtivitis Bakteri
    Referat Konjungtivitis Bakteri
    Документ12 страниц
    Referat Konjungtivitis Bakteri
    Holly Jones
    100% (1)
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Документ9 страниц
    Konjungtivitis
    Alrinal Oktafiandi
    Оценок пока нет
  • Referat Bab II (Klasifikasi Konj)
    Referat Bab II (Klasifikasi Konj)
    Документ24 страницы
    Referat Bab II (Klasifikasi Konj)
    Orchidifah Untacia Nurduha
    Оценок пока нет
  • Vernal Keratoconjunctivitis
    Vernal Keratoconjunctivitis
    Документ15 страниц
    Vernal Keratoconjunctivitis
    Yulita Delfia Sari Sagala
    0% (1)
  • REAKSI HIPERSENSITIVITAS
    REAKSI HIPERSENSITIVITAS
    Документ26 страниц
    REAKSI HIPERSENSITIVITAS
    Atika Lailana
    Оценок пока нет
  • ALERGI
    ALERGI
    Документ21 страница
    ALERGI
    Achieve Saifulhayat
    Оценок пока нет
  • LP Poli Mata
    LP Poli Mata
    Документ13 страниц
    LP Poli Mata
    anna
    Оценок пока нет
  • HIPERSESNITIVITAS
    HIPERSESNITIVITAS
    Документ14 страниц
    HIPERSESNITIVITAS
    Endah Kusuma
    Оценок пока нет
  • Laporan Pednahuluan Drugs Eruptions
    Laporan Pednahuluan Drugs Eruptions
    Документ26 страниц
    Laporan Pednahuluan Drugs Eruptions
    Anggun
    Оценок пока нет
  • Pterigium & Konjungtivitis Alergi
    Pterigium & Konjungtivitis Alergi
    Документ9 страниц
    Pterigium & Konjungtivitis Alergi
    Rohmi Pawitra Sari
    Оценок пока нет
  • Chemosis
    Chemosis
    Документ46 страниц
    Chemosis
    Duta Patria Hutama
    Оценок пока нет
  • Referat - Alergi
    Referat - Alergi
    Документ15 страниц
    Referat - Alergi
    Annissa Kallista Weismann
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS
    KONJUNGTIVITIS
    Документ11 страниц
    KONJUNGTIVITIS
    Tri Wahyuni
    Оценок пока нет
  • LP Drug Eruption
    LP Drug Eruption
    Документ19 страниц
    LP Drug Eruption
    Intan Permata Sari
    Оценок пока нет
  • Case Report Sessionmata Case Report Session Konjungtivitis Vernal
    Case Report Sessionmata Case Report Session Konjungtivitis Vernal
    Документ17 страниц
    Case Report Sessionmata Case Report Session Konjungtivitis Vernal
    Nur Hamizah Nasaruddin
    Оценок пока нет
  • Askep Alergi Obat
    Askep Alergi Obat
    Документ15 страниц
    Askep Alergi Obat
    Ahmad Mausul
    Оценок пока нет
  • Wrap Up PBL - Sken 2 Blok MPT
    Wrap Up PBL - Sken 2 Blok MPT
    Документ18 страниц
    Wrap Up PBL - Sken 2 Blok MPT
    Zahra Puspita
    100% (2)
  • Makalah Alergi
    Makalah Alergi
    Документ8 страниц
    Makalah Alergi
    Nela Shyntya
    Оценок пока нет
  • KONJUNGTIVITIS
    KONJUNGTIVITIS
    Документ38 страниц
    KONJUNGTIVITIS
    JAQUELINE
    Оценок пока нет
  • Long Case Isaac
    Long Case Isaac
    Документ37 страниц
    Long Case Isaac
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Jurnal Anestesiologi Indonesia: Volume VII, Nomor 3, Tahun 2015 I
    Jurnal Anestesiologi Indonesia: Volume VII, Nomor 3, Tahun 2015 I
    Документ87 страниц
    Jurnal Anestesiologi Indonesia: Volume VII, Nomor 3, Tahun 2015 I
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Buletin Diare Final
    Buletin Diare Final
    Документ44 страницы
    Buletin Diare Final
    Cynthia Dewi Maharani
    100% (1)
  • Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Документ1 страница
    Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis A
    Konjungtivitis A
    Документ24 страницы
    Konjungtivitis A
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • SN
    SN
    Документ20 страниц
    SN
    Arrizqi Ramadhani Muchtar
    Оценок пока нет
  • Long Case Anestesi TIVA
    Long Case Anestesi TIVA
    Документ24 страницы
    Long Case Anestesi TIVA
    Woro Nugroho
    50% (2)
  • Paparan CST Cilandak 2014
    Paparan CST Cilandak 2014
    Документ40 страниц
    Paparan CST Cilandak 2014
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • SPA SH Weaning Problems 2011
    SPA SH Weaning Problems 2011
    Документ25 страниц
    SPA SH Weaning Problems 2011
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Penggunaan SIHA Online Dan Aplikasi RSSF SIHA
    Penggunaan SIHA Online Dan Aplikasi RSSF SIHA
    Документ2 страницы
    Penggunaan SIHA Online Dan Aplikasi RSSF SIHA
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Документ1 страница
    Patofisiologi Infark Miokard Akut
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Masalah Makan Pada Bayi Saat Penyapihan
    Masalah Makan Pada Bayi Saat Penyapihan
    Документ2 страницы
    Masalah Makan Pada Bayi Saat Penyapihan
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Infeksi Neonatal Okt 2014
    Infeksi Neonatal Okt 2014
    Документ25 страниц
    Infeksi Neonatal Okt 2014
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Paparan CST Cilandak 2014
    Paparan CST Cilandak 2014
    Документ40 страниц
    Paparan CST Cilandak 2014
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
    UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
    Документ43 страницы
    UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
    rasmarley
    Оценок пока нет
  • Preseus Presentasi Bokong
    Preseus Presentasi Bokong
    Документ32 страницы
    Preseus Presentasi Bokong
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Документ6 страниц
    An Tropo Metri
    mieayamku
    Оценок пока нет
  • Diare Kronik PDF
    Diare Kronik PDF
    Документ10 страниц
    Diare Kronik PDF
    Handy Ekabayu kwee
    Оценок пока нет
  • Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Документ65 страниц
    Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Aichsaniar
    Оценок пока нет
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Документ6 страниц
    An Tropo Metri
    mieayamku
    Оценок пока нет
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Документ6 страниц
    An Tropo Metri
    mieayamku
    Оценок пока нет
  • Depkes Tifoid
    Depkes Tifoid
    Документ3 страницы
    Depkes Tifoid
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Presentasi Kasus BSK
    Presentasi Kasus BSK
    Документ47 страниц
    Presentasi Kasus BSK
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Presentasi Bokong
    Presentasi Bokong
    Документ30 страниц
    Presentasi Bokong
    coassukoy
    Оценок пока нет
  • Presentasi Bokong
    Presentasi Bokong
    Документ30 страниц
    Presentasi Bokong
    coassukoy
    Оценок пока нет
  • Presus Ujv
    Presus Ujv
    Документ42 страницы
    Presus Ujv
    Yayan Zan Dooll
    Оценок пока нет
  • Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Документ65 страниц
    Fungsi Dan Kelainan Kelenjar
    Aichsaniar
    Оценок пока нет
  • Nyeri Dada PDF
    Nyeri Dada PDF
    Документ9 страниц
    Nyeri Dada PDF
    oke mantap
    Оценок пока нет
  • UU Wabah 1962
    UU Wabah 1962
    Документ4 страницы
    UU Wabah 1962
    elsa nababan
    Оценок пока нет