Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan berbagai
teknologi, gaya hidup manusia mengalami perubahan yang sangat cepat
dari budaya yang tradisional menuju budaya modern. meningkatnya taraf
hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota-kota besar membawa
perubahan pada pola hidup individu. Perubahan tersebut membawa pula
pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup seseorang.
Gaya hidup merupakan segala upaya untuk menerapkan kebiasaan
yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, Indikator gaya hidup
sehat menurut Depkes (2002), yaitu perilaku tidak merokok, pola makan
seimbang, dan aktifitas fisik yang teratur. Tetapi secara kenyataan yang
ada gaya hidup modern yang sering dijumpai di daerah perkotaan yaitu,
stres yang cukup tinggi, perilaku merokok, mengkonsumsi makanan siap
saji yang serba instan dan modern, pola makan kurang sehat, bahkan
perubahan pola makanan tradisonal yang mengandung banyak serat dari
sayuran dan karbohidrat ke pola makan budaya barat yang banyak
mengandung lemak dan sedikit serat yang banyak dikemas secara instan.
penggunaan kendaraan bermotor, menonton TV, Kegiatan dan aktivitas
sehari-hari manusia yang semakin padat sehingga menyebabkan
kurangnya waktu untuk berolahraga. Gaya hidup yang buruk tersebut akan
mengakibatkan munculnya berbagai masalah kesehatan. Apabila hal

tersebut tidak segera diatasi maka akan menyebabkan penyakit kronis.


Gaya hidup ini menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular
seperti stroke, kanker, hipertensi, jantung koroner, obesitas dan diabetes
mellitus (Arvianti, 2009, dalam Smeltzer & Bare, 2002).
Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak,
garam, dan gula, keseringan menghadiri resepsi/pesta, mengakibatkan
masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain
itu pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat
digemari oleh sebagian masyarakat, seperti gorengan jenis makanan
mudah meriah dan mudah di dapat karena banyak dijual dipinggir jalan ini
rasanya memang enak, tetapi mengakibatkan peningkatan kadar gula darah
(Suiraoka, 2012).
Pola hidup modern dengan pola makan modern pula yang sekarang
ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan diabetes. Sebab,
gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas sangat
mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan
gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya
penyakit kronis, khususnya DM. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang
tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan
stres berperan besar sebagai pemicu diabetes (Darbiyono, 2011).
Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup
diduga telah menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit
tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini diabetes melitus.
Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur
dan

buah, makanan

asin,

makanan

manis,

kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan


faktor-faktor risiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko
lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan. Siti nuryati dkk, 2009.
Soegondono (2004) menjelaskan bahwa faktor risiko utama yang
mempengaruhi terjadinya DM adalah akibat pola makan yang tidak sehat,
dimana

mereka

cenderung

secara

terus

menerus

mengkonsumsi

karbohidrat dan makanan sumber glukosa secara berlebihan, ditambah lagi


akibat kurang aktivitas fisik.
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi
normal. Terdapat beberapa tipe diabetes yang diketahui dan umumnya
disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara faktor genetik,
lingkungan dan gaya hidup. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat
terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka
panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Di Amerika
Serikat, DM merupakan penyebab utama dari end-stage renal disease
(ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adultblindness. Dengan
peningkatan insiden di dunia, maka DM akan menjadi penyebab utama
angka morbiditas dan mortalitas dimasa yang akan datang. (Harrison,
2005)
Penderita Diabetes Mellitus dibandingkan dengan penderita non
Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan 2 kali lebih mudah
mengalami trombosis serebral, 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit
jantung koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50 kali menderita
ulkus diabetika Komplikasi menahun Diabetes mellitus di Indonesia terdiri

atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%,
retinopati 10%, dan nefropati 7,1%. (Tjokroprawiro, 2006)
Menurut National Diabetes Fact Sheet 2014, total prevalensi
diabetes di Amerika tahun 2012 adalah 29,1 jutajiwa (9,3%). Dari data
tersebut 21 juta merupakan diabetes yang terdiagnosis dan 8,1 juta jiwa
atau 27,8% termasuk kategori diabetes melitus tidak

terdiagnosis.

(Artanti, 2015).
Berdasarkan laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat
terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6%
dari total penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China
dan Amerika Serikat dan WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 Senada dengan WHO, International Diabetes Foundation
(IDF) pada tahun 2009 memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Dari laporan
tersebut menunjukkan peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3
kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).
Menurut hasil riset kesehatan dasar 2007 dan 2013, diabetes di
Indonesia berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1%. Angka
tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31
provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup
berarti. Prevalensi tertinggi Diabetes pada umur 15 tahun menurut
diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun 2013 adalah di Provinsi
Sulawesi Tengah (3,7%). Kemudian disusul Sulawesi Utara (3,6%) dan
Sulawesi Selatan (3,4%). Sedangkan yang terendah ialah di Provinsi

Lampung (0,8%), kemudian Bengkulu dan Kalimantan Barat (1,0%).


Provinsi dengan kenaikan prevalensi terbesar adalah Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu 0,8% pada tahun 2007 menjadi 3,4% pada 2013. Sedangkan
provinsi dengan penurunan prevalensi terbanyak adalah Provinsi Papua
Barat, yakni 1,4% pada tahun 2007 menjadi 1,2% pada 2013.
Dari data riskesdas di aceh dengan jumlah penduduk umur di atas
14 tahun sekitar 3.177.085 orang dan jumlah yang telah terdiaknosis dan
merasakan gejala diabetes berjumlah 57.188 orang ( riskesdas,2013)
Berdasarkan data yang peniliti peroleh di rekam medik RSUD
Kota Langsa mulai dari Februari 2015 sampai dengan Agustus 2016
terdapat 481 pasien Diabetes mellitus di poli wanita, dan 495 pasien
Diabetes mellitus di poli laki-laki.
Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
dampak fisik Pada penderita diabetes mellitus yang lanjut akan
menimbulkan berbagai dampak yaitu adanya komplikasi, misalnya
kelemahan fisik, berat badan rendah, kesemutan, gatal, mata kabur, stroke
dan gangren. hal tersebut dapat menimbulkan perubahan dan penampilan
fisik penderita, dampak yang di peroleh oleh penderita diabetes mellitus
tidak hanya dari segi kesehatan tapi dapat meliputi dari segi sosial dan
ekonomi, sebagai contoh dampak sosial, penderita Diabetes Mellitus yang
tidak dapat menerima keadaan sakitnya akan mempunyai pandangan yang
negatif misalnya pasien merasa putus asa, tidak berguna dapat
menyebabkan pasien merasa terganggu dengan tingkat aktivitasnya. Hal
tersebut dapat menyebabkan interaksi sosial dan hubungan interpersonal
terganggu, dan dampak ekonomi

membutuhkan biaya yang besar,

sehingga berdampak pada masalah ekonomi keluarga. Dampak ekonomi


pada diabetes jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya
pendapatan.
Dari latar belakang dan fenomena di atas membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam di RSUD Langsa
Tahun 2016.
B. Rumusan masalah
Bedasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam penlitian ini adalah hubungan gaya hidup dengan kejadian
diabetes mellitus di poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Kota
Langsa Tahun 2016
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gaya Hidup
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di poli penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Kota Langsa Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a) Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Gaya Hidup
yang mempengaruhi Diabetes Mellitus di poli penyakit dalam
di Rumah Sakit Umum Kota Langsa Tahun 2016.
b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktorfaktor gaya hidup pada pasien Diabetes Mellitus di poli
penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Kota Langsa Tahun
2016.
D. Manfaat penelitian
1. Institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa penelitian
ini bermanfaat bagi institusi pendidikan (STIKes Cut Nyak Dhien

Langsa) dalam menambah wawasan bagi mahasiswa/i dan sebagai


bahan bacaan di perpustakaan atau sebagain referensi.
2. Bagi pasien
Penelitian ini bermanfaat untuk seluruh pasien di RSUD Kota Langsa,
khususnya bagi pasien d poli penyakit dalam, sehingga pasien mampu
menerapkan gaya hidup yang sehat.
3. Bagi seluruh Rumah Sakit di Kota Langsa
Penelitian ini bermanfaat bagi seluruh RSUD di Kota Langsa Sebagai
bahan masukan dan sumber informasi bagi pihak rumah sakit
khususnya unit poli penyakit dalam wanita dan pria yang berguna
khususnya untuk dapat merubah pola hidup.
4. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya agar peneliti yang
akan datang hendaknya mampu meneliti tentang pengaruh gaya hidup
pada penderita diabetes mellitus dalam mengatur pola makan sehari
hari.

Вам также может понравиться