Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Pada keadaan yang normal ketuban pecah pada saat pembukaan cervik
sudah lengkap atau hampir lengkap. Tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi
pecahnya selaput ketuban sebelum pembukaan servik lengkap atau hampir
lengkap. Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya.
Beberapa definisi yang dikemukakan adalah :
1.
2.
3.
Insiden
Angka kejadian KPD adalah 10 % dari seluruh kehamilan dan 40-60 %
diantaranya dengan persalinan preterm.1
Etiologi
Etiologi pasti dari KPD belum diketahui. Meskipun demikian banyak ahli
menduga ada beberapa faktor penting sebagai faktor predisposisi terjadinya kasus
ketuban pecah dini. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:1,5,6
1. Faktor ketuban
Adanya lytic substance yang dihasilkan endoservik menyebabkan
kelemahan ketuban didaerah ostium yang disebut locus minoris resistensi.
2. Faktor infeksi
Walaupun secara umum terjadinya infeksi traktus genitalis dianggap
sebagai akibat dari ketuban pecah dini, namun terbukti pula bahwa infeksi
traktus genitalis dapat juga sebagai faktor yang mendahului terjadinya
ketuban pecah dini.
3. Faktor trauma
Sering dihubungkan dengan sebab yang iatrogenik oleh karena
pemeriksaan dalam yang tidak semestinya dilakukan. Sebab-sebab lain
diantaranya coitus yang berlebihan.
4. Faktor kelainan letak dan malpresentasi
Keadaan malpresentasi yang paling sering menyebabkan ketuban pecah
dini antara lain presentasi sungsang dan bahu.
5. Faktor serviks
Serviks yang inkompeten dapat menjadi predisposisi terjadinya ketuban
pecah dini.
Beberapa ahli juga berpendapat faktor defisiensi vitamin C dan tekanan
yang berlebihan pada rahim seperti kehamilan ganda dapat menjadi predisposisi
terjadinya ketuban pecah dini
Diagnosis
Dari anamnesis diketahui ibu sedang hamil dengan keluhan keluar air-air
yang banyak dari kemaluan, berwarna jernih, berbau anyir dan tidak didahului
oleh nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari atau keluarnya lendir bercampur
darah dari kemaluan. Perlu juga dalam hal ini untuk mengetahui usia kehamilan
yang dapat diperkirakan berdasarkan hari pertama haid yang terakhir.
Dari pemeriksaan fisik,secara garis besar terbagi atas : 1,2,4
1. Pemeriksaan umum
Yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah tanda-tanda vital dari
ibu, seperti suhu. Biasanya suhu penderita normal, kecuali bila disertai
infeksi yang ditandai dengan adanya demam.
2. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan ini haruslah terlebih dahulu diketahui dengan pasti
tanda-tanda kehamilan. Uterus yang dipalpasi terasa lebih lunak dan
bagian-bagian janin lebih mudah dipalpasi.
3. Pemeriksaan dalam
Prinsipnya, pemeriksaan dalam kasus ini sedapat mungkin dibatasi guna
mengurangi resiko infeksi. Pemeriksaan dalam yang dilakukan :
a. Pemeriksaan inspekulo
Dilakukan pertama kali pada pemeriksaan dalam dengan memakai
spekulum steril untuk melihat secara langsung cairan amnion yang
keluar dari ostium uteri eksterna.
b. Pemeriksaan vagina (vagina toucher)
Dilakukan untuk memastikan adanya ketuban atau tidak. Pada
pemeriksaan ini juga ditentukan penipisan dan dilatasi sevik,
identifikasi
bagian
presentasi
anak
dan
menyingkirkan
adanya
infeksi
intra
uterin.
Sementara
melalui
Kadang-kadang terjadi :
Penatalaksanaan 2
Konservatif
Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 6 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
Aktif
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalina
diakhiri:
a. Bila skor pelvik 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
b. Bila skor 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
dan
malpresentasi,
insufisiensi
plasenta,
CPD,
cacat
rahim,
2
3-4
60-70%
-1.0
Lunak
Kearah
depan
3
5-6
80%
+1.+2
jalan lahir
Terdapatnya variasi pemberian oksitosin untuk drip induksi tetap memiliki
prinsip yang sama adalah bagaimana mempergunakan dosis oksitosin seminimal
mungkin dengan menaikkan kadar oksitosin dalam darah secara bertahap dan
berkesinambungan sampai tercapai kadar yang membuat kontraksi adekuat. Bila
dengan pemberian dosis 30-40 mU/mnt tidak dapat dipastikan his yang adekuat,
induksi tidak perlu dilanjutkan lagi, dan biasanya dengan dosis 20 mU/mnt sudah
didapatkan his yang adekuat. Bila his adekuat telah tercapai , dosis oksitosin
dipertahankan dan apabila dengan dosis maksimal didapatkan kemajuan
pembukaan maka induksi dapat dilanjutkan.
Secsio Caesaria
Dalam keadaan tertentu dimana partus akan diperkirakan berlangsung
lama sedangkan ketuban sudah lama pecah atau sudah ada tanda- tanda infeksi
maka usaha untuk menghindari morbiditas dan mortalitas anak perlu dilakukan
pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria, begitu juga halnya dalam
kegagalan melakukan induksi persalinan.
Penatalaksanaa pada kehamilan aterm
Tindakan yang paling tepat adalah dengan mengakhiri persalinan begitu
diagnosis ditegakkan.lakukan observasi dalam 6 jam dengan melakukan
pemeriksaan dalam dan menilai his. Bila his timbul (inpartu) observasi sampai
pembukaan lengkap. Bila pembukaan belum lengkap beri oksitosin drip bila tidak
ada kontra indikasi tertentu.
Bila his belum muncul langsung beri oksitosin drip. Sebaiknya hanya satu
kolf dan bila ada kemajuan nyata diteruskan dengan kolf kedua. Bila his mulamula positif lalu negatif pada fase aktif, maka tunggu dua jam lagi. Bila drip
oktitosin gagal maka indikasi untuk seksio sesaria.
Bila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam air ketuban berbau busuk,
maka ini merupakan indikasi segera untuk terminasi kehamilan. Scott
mengajurkan untuk seksio sesaria bila persalinan tidak dapat diselesaikan dalam
24 jam. Histerektomi harus dilakukan bila infeksinya hebat
2.
2.
3.
Pada penderita ini tidak dilakukan penatalaksanaan pasif. Beri antibiotik dan
segera lakukan induksi persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Jika
persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan maka dilakukan seksio sesaria
atau seksio sesaria + histerektomi bila infeksinya berat.
4. Kehamilan > 37 minggu, infeksi (-)
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B :
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita umur 32 tahun masuk KB RSU Solok tanggal 28
maret 2006 jam 09.40 WIB dengan :
Keluhan Utama :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 14 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 20 jam yang lalu, membasahi
satu helai kain panjang, warna hijau kental, bau amis.
HPHT : 01 06 2005
Prenatal care
Riwayat menstruasi
TP : 08 03 2006
lamanya 5-7 hari, jumlah 2-3 ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1, tahun 1992
10
: sedang
Kesadaran
: CMC
Suhu
: 370C
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Demam
:(-)
Sianosis
:(-)
: 20 /menit
Anemis
Mata
Leher
Thorak
: Paru
I : Pergerakan simetris kiri kanan
P : Fremitus normal kiri kanan
Pk: Sonor, kiri dan kanan
A : Vesikuler normal, wheezing ( - ), ronkhi ( - )
Jantung
I : Iktus tidak terlihat
P : Iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V
Pk: Batas jantung dalam batas normal
A : Murni, teratur, bising ( - )
Abdomen
: Status obstetrikus
Genitalia
: Status obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrik
Muka
11
:(-)
His : jarang
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N, BJA (+) 12-11-12, teratur
Genitalia
: cekung
DSP
: lurus
: 90 derajat
12
Sikap :
Kontrol KU, Vital Sign, his, BJA, O Bandl
Antibiotika : Ampicilin 1 gr (skin tes), Gentamisin 80 mg
Siapkan SC
Rencana : SC
Follow Up
LAPORAN OPERASI
Jam 12.00 :
Lahir dengan tindakan SC seorang anak perempuan dengan :
Berat badan 4500 gram
Panjang badan 50 cm
A/S : 5/6
Plasenta lahir manual lengkap 1 buah, berat 500 gram, ukuran 17 x
17 x 3,5 cm, Pjg TP 50 cm, insersi parasentral. Pendarahan selama
persalinan 300 cc.
Diagnosis Akhir :
Para 4 Abortus 0 Hidup 4 post partus postmaturus SC a/i KPD 14 jam +
bekas SC + anak besar + post tubektomi
Ibu baik anak SGN
Sikap : Bed Rest total 24 jam pakai bantal
Awasi kala IV
Terapi :
dumazol 1 kolf/8jam
amoxicilin 2 gr/8jam
gentamisin 80 mg/12jam
KU
Kes
TD
ND
Nfs
Sdg
22x
37
13
P.
Pk.
Tymphani
A.
BU (-)
Genitalia :
I : V/U tenang
Kateter terpasang urine lancar 200 cc/2 jam
Mobilisasi bertahap
Diet TKTP
Breast care
Therapi :
Lanjutkan
14
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang multigravida berumur 32 tahun yang
masuk Kamar Bersalin RSU Solok dengan diagnosis awal G4 P3 A0 H3 parturien
posterm (4243 minggu) kala I fase laten + KPD 14 jam + bekas SC + anak besar.
Diagnosis PRM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh keluar air-air yang
banyak dari kemaluan sejak 14 jam sebelum masuk RS, yang membasahi sehelai
kain panjang dengan bau amis dan warna hijau kental. Dari anamnesis, didapatkan
tanda-tanda persalinan (in partu), berupa nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak
2 jam yang lalu dan pemeriksaan fisik pada palpasi diraba bagian-bagian janin
lebih jelas, pada VT didapatkan pembukaan 2-3 jari. Sehingga diagnosa PRM
pada pasien ini sudah sesuai dengan definisi PRM, yaitu pecahnya ketuban
sebelum proses persalinan. Untuk melengkapi pemeriksaan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat vagina dan portio, pemeriksaan lab gula
darah ibu dan pemeriksaan penunjang melakukan tes lakmus.
Sesuai dengan protap bagian obstetri dan ginekologi maka rencana
penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan melakukan tindakan seksio sesarea
karena usia kehamilan sudah postterm, bekas SC dan perkiraan anak yang besar,
serta multiparitas, yang ditakutkan bila dilahirkan pervaginam akan menyebabkan
ruptur uteri. Pada pasien dengan bekas SC merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan induksi oksitosin dan pimpinan persalinan yang baik adalah dengan
mempersingkat kala II.
Pada pasien bekas SC yang hamil lagi hendaknya diawasi oleh seorang
dokter ahli baik saat hamil dan saat persalinan untuk mengurang kejadian ruptur
uteri, dan dianjurkan ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu cepat hamil lagi,
setidaknya istirahat selama 3 tahun. Pada pasien ini langsung dilakukan sterilisasi
15
dengan tubektomi karena telah mempunyai anak 4 orang, dan kondisi rahim yang
telah lemah.
Setelah dikonsulkan kepada anestesi, jam 12.00 dilakukan seksio sesarea
dan lahir seorang anak perempuan dengan berat badan 4500 gram, panjang badan
50 cm dan Skor Apgar 5/6. Seorang bayi dengan berat badan lebih (>4000 gr)
dicurigai lahir dari ibu pengidap diabetes. Hal ini karena terjadi deposit lemak
karena perangsangan sel beta pankreas oleh glukosa transplaental yang
menyebabkan produksi insulin ekstra, sehingga bayi dapat mengalami
hipoglikemia. Hal lain yang dapat menyebabkan kelebihan berat pada bayi adalah
penambahan berat badan berlebih pada ibu.
Pada kasus ini anak dan ibu ini juga diberikan antibiotika sebagai tindakan
pencegahan infeksi. POGI dalam Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi untuk pasien PRM dengan tindakan konservatif menganjurkan
pemberian antibiotika bila ketuban sudah pecah > 6 jam.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Andersen, HF. Hopkins, MK. Hayashi, RH. Premature Rupture of the
Membranes. In : Sciarra, JJ (Ed). Gynecology and Obstetrics. JB.Lippincott
Company. Philadelphia.1992.
2. Saifuddin, AB : Ketuban Pecah Dini : Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama 2000, JNPKKR-POGIYayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001.
3. Cunningham, Normal Labour and Delivery; Williams Obstetrics, 21th edition.
Appleton & Lange New York, 2001.
4. Wiknjosastro,H : Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal; Ilmu
Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1999.
5. Knupple, R.A : Premature Rupture of The membranes ; High Risk Pregnancy,
Second Edition, W.B. Saunders Company, 1993.
6. Mochtar, Rustam : Ketuban Pecah Dini ; Sinopsis Obstetri, Jilid Pertama Edisi
Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998
17