Вы находитесь на странице: 1из 17

KETUBAN PECAH DINI

Definisi
Pada keadaan yang normal ketuban pecah pada saat pembukaan cervik
sudah lengkap atau hampir lengkap. Tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi
pecahnya selaput ketuban sebelum pembukaan servik lengkap atau hampir
lengkap. Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya.
Beberapa definisi yang dikemukakan adalah :
1.

Robeknya selaput ketuban secara spontan sebelum terjadinya persalinan.1,2

2.

Kebocoran cairan amnion tanpa adanya tanda-tanda inpartu dengan tidak


memperhitungkan usia kehamilan.3

3.

Ketuban pecah sebelum pembukaan servik 5 cm.4

Insiden
Angka kejadian KPD adalah 10 % dari seluruh kehamilan dan 40-60 %
diantaranya dengan persalinan preterm.1
Etiologi
Etiologi pasti dari KPD belum diketahui. Meskipun demikian banyak ahli
menduga ada beberapa faktor penting sebagai faktor predisposisi terjadinya kasus
ketuban pecah dini. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:1,5,6
1. Faktor ketuban
Adanya lytic substance yang dihasilkan endoservik menyebabkan
kelemahan ketuban didaerah ostium yang disebut locus minoris resistensi.
2. Faktor infeksi
Walaupun secara umum terjadinya infeksi traktus genitalis dianggap
sebagai akibat dari ketuban pecah dini, namun terbukti pula bahwa infeksi
traktus genitalis dapat juga sebagai faktor yang mendahului terjadinya
ketuban pecah dini.

3. Faktor trauma
Sering dihubungkan dengan sebab yang iatrogenik oleh karena
pemeriksaan dalam yang tidak semestinya dilakukan. Sebab-sebab lain
diantaranya coitus yang berlebihan.
4. Faktor kelainan letak dan malpresentasi
Keadaan malpresentasi yang paling sering menyebabkan ketuban pecah
dini antara lain presentasi sungsang dan bahu.
5. Faktor serviks
Serviks yang inkompeten dapat menjadi predisposisi terjadinya ketuban
pecah dini.
Beberapa ahli juga berpendapat faktor defisiensi vitamin C dan tekanan
yang berlebihan pada rahim seperti kehamilan ganda dapat menjadi predisposisi
terjadinya ketuban pecah dini
Diagnosis
Dari anamnesis diketahui ibu sedang hamil dengan keluhan keluar air-air
yang banyak dari kemaluan, berwarna jernih, berbau anyir dan tidak didahului
oleh nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari atau keluarnya lendir bercampur
darah dari kemaluan. Perlu juga dalam hal ini untuk mengetahui usia kehamilan
yang dapat diperkirakan berdasarkan hari pertama haid yang terakhir.
Dari pemeriksaan fisik,secara garis besar terbagi atas : 1,2,4
1. Pemeriksaan umum
Yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah tanda-tanda vital dari
ibu, seperti suhu. Biasanya suhu penderita normal, kecuali bila disertai
infeksi yang ditandai dengan adanya demam.
2. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan ini haruslah terlebih dahulu diketahui dengan pasti
tanda-tanda kehamilan. Uterus yang dipalpasi terasa lebih lunak dan
bagian-bagian janin lebih mudah dipalpasi.
3. Pemeriksaan dalam
Prinsipnya, pemeriksaan dalam kasus ini sedapat mungkin dibatasi guna
mengurangi resiko infeksi. Pemeriksaan dalam yang dilakukan :

a. Pemeriksaan inspekulo
Dilakukan pertama kali pada pemeriksaan dalam dengan memakai
spekulum steril untuk melihat secara langsung cairan amnion yang
keluar dari ostium uteri eksterna.
b. Pemeriksaan vagina (vagina toucher)
Dilakukan untuk memastikan adanya ketuban atau tidak. Pada
pemeriksaan ini juga ditentukan penipisan dan dilatasi sevik,
identifikasi

bagian

presentasi

anak

dan

menyingkirkan

kemungkinan prolaps tali pusat.


4. Pemeriksaan penunjang
Dari pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan keadaan leukositosis yang
mengindikasikan

adanya

infeksi

intra

uterin.

Sementara

melalui

pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis dapat dilakukan


pemeriksaan pada cairan ketuban, seperti :
1. Tes lakmus (kertas nitrazin)
Prinsip tes ini adealah dengan menggunakan kertas nitrazin yang
berubah warna pada keadaan pH yang berbeda. Sekret vagian pada
wanita hamil mempunyai pH antara 4,5- 5,5 , sedangkan cairan
amnion 7,0-7,2. Cairan

ketuban yang bersifat basa akan merubah

lakmus merah jadi biru.


Dari tes lakmus ini bisa didapatkan hasil yang salah pada keadaankeadaan :

False positif bila dalam cairan itu bercampur urine, darah,


cairan antiseptik, dan lain-lain.

False negatif bila vagina sudah kering.

2. Tes kristalisasi dan aborasi (ferning tes)


Cairan ketuban di keringkan pada glass objek dan dilihat di bawah
mikroskop akan tampak seperti pakis ( fam pattern ) berarti air ketuban
positif.

Kadang-kadang terjadi :

False positif jika ada lendir serviks.

False negatif jika air ketuban bercampur dengan urine,


mekonium dan sel-sel epitel atau pecah ketuban telah
berlangsung lama.

3. Pewarnaan sel-sel lemak fetus (Fat staining technique)


Dengan pewarnaan sudan III dapat diidentifikasikan butiran lemak dari
fetus.
4. Identifikasi rambut lanugo dan verniks kaseosa dari usapan vagina
Komplikasi
Berbagai akibat yang muncul mengiringi kasus ketuban pecah dini antara
lain adalah :1
1. Prematuritas
Dilaporkan bahwa 30% kelahiran preterm disebabkan oleh ketuban
pecah dini
2. Infeksi
Pada ketuban pecah dini, baik ibu maupun janin mempunyai resiko
tinggi untuk mengalami infeksi. Kejadian infeksi semakin tinggi
dengan bertambahnya waktu persalinan sejak terjadinya ketuban pecah
dini. Infeksi maternal disebut khorioamnionitis. Infeksi fetal dapat
berupa septikemia, pneumonia, infeksi saluran kemih, omfalitis,
konyungtivitis, bahkan sepsis.
3. Hipoksia dan asfiksia
Hal ini dihubungkan dengan prolaps tali pusat. Insidennya 1,5%.
Kombinasi antara ketuban pecah dini dan malpresentasi janin
memperbesar kejadian ini.
4. Fetal deformation syndrome
Merupakan komplikasi yang paling berat, terjadi KPD pada kehamilan
muda. Dapat terjadi retadasi pertumbuhan dan malformasi wajah.

Penatalaksanaan 2
Konservatif

Rawat di rumah sakit

Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan)


dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 6 jam.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.

Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).

Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu


kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg tiap 6 jam sebanyak 4 kali.

Aktif

Kehamilan 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio


sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalina
diakhiri:
a. Bila skor pelvik 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
b. Bila skor 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

Penanganan Aktif KPD


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya penanganan aktif pada KPD
hanya dilakukan pada indikasi-indikasi tertentu.
Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu yang belum inpartu
baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang timbulnya kontraksi
sehingga diharapkan terjadi persalinan pervaginam. Indikasi ibu adalah kehamilan
dengan diabetes melitus, Rh atau ABO incompability, sollutio plasenta,
preeklampsia/eklampsia. Juga indikasi janin seperti kehamilan post aterm,
ketuban pecah dini , IUFD. Sedangkan kontra indikasi induksi persalinan adalah
malposisi

dan

malpresentasi,

insufisiensi

plasenta,

CPD,

cacat

rahim,

grandemultipara (>5), gamelli, plasenta previa.


Terdapat 2 cara induksi persalinan yaitu medis dan manipulatif. Secara
medis dengan infus oksitosin, prostagladin, cairan hipertonik intra uterin. Secara
tindakan atau manipulatif dengan amniotomi, melepaskan selaput ketuban dari
bagian bawah janin, pemakaian rangsangan listrik dan rangsangan papilla mamae.
Pemilihan secara induksi persalinan disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin,
masing-masing teknik memiliki efek samping dan komplikasi terhadap ibu dan
janin.
Keberhasilan dari induksi mendekati persalinan tergantung dari usia
kehamilan (aterm lebih sensitif), kasus KPD atau ibu yang pernah melahirkan
akan memberikan keberhasilan tinggi. Sebaliknya kurang sensitif pada primipara,
penilaian yang menggunakan skor Bishop yaitu makin matang serviks makin
tinggi angka keberhasilannya.
Skor Pelvik menurut Bishop
SKOR
0
1
Pembukaan serviks
0
1-2
Pendataran serviks
0-30%
40-50%
Penurunan kepala diukur -3
-2
dari bidang H III (cm)
Konsistensi serviks
Keras
sedang
Posisi serviks
Kebelakang Searah
sumbu
6

2
3-4
60-70%
-1.0
Lunak
Kearah
depan

3
5-6
80%
+1.+2

jalan lahir
Terdapatnya variasi pemberian oksitosin untuk drip induksi tetap memiliki
prinsip yang sama adalah bagaimana mempergunakan dosis oksitosin seminimal
mungkin dengan menaikkan kadar oksitosin dalam darah secara bertahap dan
berkesinambungan sampai tercapai kadar yang membuat kontraksi adekuat. Bila
dengan pemberian dosis 30-40 mU/mnt tidak dapat dipastikan his yang adekuat,
induksi tidak perlu dilanjutkan lagi, dan biasanya dengan dosis 20 mU/mnt sudah
didapatkan his yang adekuat. Bila his adekuat telah tercapai , dosis oksitosin
dipertahankan dan apabila dengan dosis maksimal didapatkan kemajuan
pembukaan maka induksi dapat dilanjutkan.
Secsio Caesaria
Dalam keadaan tertentu dimana partus akan diperkirakan berlangsung
lama sedangkan ketuban sudah lama pecah atau sudah ada tanda- tanda infeksi
maka usaha untuk menghindari morbiditas dan mortalitas anak perlu dilakukan
pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria, begitu juga halnya dalam
kegagalan melakukan induksi persalinan.
Penatalaksanaa pada kehamilan aterm
Tindakan yang paling tepat adalah dengan mengakhiri persalinan begitu
diagnosis ditegakkan.lakukan observasi dalam 6 jam dengan melakukan
pemeriksaan dalam dan menilai his. Bila his timbul (inpartu) observasi sampai
pembukaan lengkap. Bila pembukaan belum lengkap beri oksitosin drip bila tidak
ada kontra indikasi tertentu.
Bila his belum muncul langsung beri oksitosin drip. Sebaiknya hanya satu
kolf dan bila ada kemajuan nyata diteruskan dengan kolf kedua. Bila his mulamula positif lalu negatif pada fase aktif, maka tunggu dua jam lagi. Bila drip
oktitosin gagal maka indikasi untuk seksio sesaria.
Bila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam air ketuban berbau busuk,
maka ini merupakan indikasi segera untuk terminasi kehamilan. Scott
mengajurkan untuk seksio sesaria bila persalinan tidak dapat diselesaikan dalam
24 jam. Histerektomi harus dilakukan bila infeksinya hebat

Penatalaksanaa pada kehamilan aterm preterm


Ada dua masalah yang sulit yaitu prematuritas dan infeksi. Kematian janin
tidak dapat dihindari walaupun telah diberi antibiotik profilaks bila telah terjadi
infeksi. Tapi bila belum timbul tanda-tanda infeksi maka menghindari kematian
karena prematuritas adalah dengan cara mempertahankan kehamilan sampai fetus
cukup matur untuk dapat hidup di dunia luar.
Upaya untuk menghindari persalinan pada saat ini dibagi 2 :
1.

Non intervensi atau penanganan menunggu, tidak dilakukan


tindakan apa-apa, hanya menunggu persalinan spontan.

2.

Intervensi yang dapat mencakup terapi kortikosteroid yang


diberikan dengan atau tanpa preparat tokolitik untuk menhentikan
persalinan preterm, sehingga kortikosteroid mempunyai cukup waktu
untuk menginduksi maturitas pulmoner.

Penanganan yang dilakukan menurut usia kehamilan yaitu :


1.

Kehamilan kurang dari 28 minggu


Segera akhiri karena prognosis janin untuk hdup sangat kecil sekali, dapat
terjadi deformitas pada anak dan mudah terjadi infeksi intra uterine.

2.

Kehamilan 2837 minggu

Rawat tiga hari untuk observasi tanda inpartu ada


atau tidak.

Perawatan diteruskan sampai akhir ketuban kering


melalui jalan lahir.

Berikan progesteron 10 mg IM untuk menghambat


rangsangan sel-sel miometrium dan mengurangi kontraksi uterus.

Jika perlu rawat lama, sedangkan air keuban tidak


keluar lagi maka pasien boleh pulang dengan nasehat antenatal care
diperketat (1x seminggu), dilarang koitus, banyak istirahat dan kembali
lagi pada kehamilan 37 minggu untuk induksi.

Bila perawatan dekat atau pendek, rawat sampai aterm, kemudian


diinduksi.

3.

Kehamilan 28-37 minggu, infeksi (+)


8

Pada penderita ini tidak dilakukan penatalaksanaan pasif. Beri antibiotik dan
segera lakukan induksi persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Jika
persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan maka dilakukan seksio sesaria
atau seksio sesaria + histerektomi bila infeksinya berat.
4. Kehamilan > 37 minggu, infeksi (-)
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B :

Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

Atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan

Jika tidak ada infeksi pascapersalinan, hentikan antibiotika

Nilai keadaan serviks :

Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan


oksitosin

Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin


dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.

LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita umur 32 tahun masuk KB RSU Solok tanggal 28
maret 2006 jam 09.40 WIB dengan :
Keluhan Utama :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 14 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 20 jam yang lalu, membasahi
satu helai kain panjang, warna hijau kental, bau amis.

Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari sejak 2 jam yang lalu.

Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.

Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.

Demam tidak ada.

Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.

HPHT : 01 06 2005

Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.

Riwayat hamil muda

: mual (+), muntah (-), perdarahan (-).

Prenatal care

: teratur 1 sebulan ke bidan

Riwayat hamil tua

: mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

Riwayat menstruasi

: menarche umur 14 tahun, siklus teratur 128 hari,

TP : 08 03 2006

lamanya 5-7 hari, jumlah 2-3 ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1, tahun 1992

10

keturunan, menular dan

Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 4 / 0 / 3


1. 1994, laki-laki, 2500 g, preterm, spontan, bidan, hidup
2. 1995, Laki-laki, 4300 g, aterm, spontan, dokter puskesmas, hidup
3. 1998, perempuan, 4100 g, aterm, SC a/i letak lintang, RSU solok, hidup
4. sekarang
Riwayat KB : (-)
Riwayat imunisasi : 1 TT di bidan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: sedang

Keadaan gizi : sedang

Kesadaran

: CMC

Suhu

: 370C

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Demam

:(-)

Sianosis

:(-)

Frekuensi nadi: 84 /menit


Frekuensi nafas

: 20 /menit

Anemis

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5-2 cm H2O, KGB tidak membesar

Thorak

: Paru
I : Pergerakan simetris kiri kanan
P : Fremitus normal kiri kanan
Pk: Sonor, kiri dan kanan
A : Vesikuler normal, wheezing ( - ), ronkhi ( - )
Jantung
I : Iktus tidak terlihat
P : Iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V
Pk: Batas jantung dalam batas normal
A : Murni, teratur, bising ( - )

Abdomen

: Status obstetrikus

Genitalia

: Status obstetrikus

Ekstremitas

: edem -/-, RF + / +, RP-/-

Status Obstetrik
Muka

: chloasma gravidarum (+)

11

:(-)

Mammae : membesar,areola dan papilla hiperpigmentasi, kolostrum (+)


Abdomen :
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana
hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (+).
Palpasi : L I :

FUT 3 jari dibawah prosesus xypodeus


Teraba massa besar, lunak, noduler

L II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri


Bagian-bagian kecil di sebelah kanan
L III : Teraba massa bulat, keras, floating
L IV : Bagian terbawah anak tidak masuk PAP
TFU : 42 cm TBA : 4495 gram

His : jarang

Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N, BJA (+) 12-11-12, teratur
Genitalia

: Inspeksi : v/u tenang


VT : 2-3 jari
Portio tebal 1 cm, posterior, lunak
Ketuban (-), sisa hijau kental
Teraba kepala floating
UPD : Promontorium : tak tercapai
Linea Inominata : 1/3 1/3
Sakrum

: cekung

DSP

: lurus

Spina Ischiadika : tidak menonjol


Os. Coccygeus : mudah digerakkan
Arcus pubis

: 90 derajat

UPL : DIT dapat dilalui 1 tinju dewasa (10,5 cm)


kesan : panggul luas
Diagnosis :
G4 P3 A0 H3 parturien posterm (4243 minggu) kala I fase laten + KPD 14
jam + bekas SC + anak besar
Anak hidup tunggal intra uterin let. kep floating

12

Sikap :
Kontrol KU, Vital Sign, his, BJA, O Bandl
Antibiotika : Ampicilin 1 gr (skin tes), Gentamisin 80 mg
Siapkan SC
Rencana : SC
Follow Up
LAPORAN OPERASI
Jam 12.00 :
Lahir dengan tindakan SC seorang anak perempuan dengan :
Berat badan 4500 gram
Panjang badan 50 cm
A/S : 5/6
Plasenta lahir manual lengkap 1 buah, berat 500 gram, ukuran 17 x
17 x 3,5 cm, Pjg TP 50 cm, insersi parasentral. Pendarahan selama
persalinan 300 cc.
Diagnosis Akhir :
Para 4 Abortus 0 Hidup 4 post partus postmaturus SC a/i KPD 14 jam +
bekas SC + anak besar + post tubektomi
Ibu baik anak SGN
Sikap : Bed Rest total 24 jam pakai bantal
Awasi kala IV
Terapi :

dumazol 1 kolf/8jam

amoxicilin 2 gr/8jam

gentamisin 80 mg/12jam

Jam 14.00 wib


A/ Demam (-), nyeri pada bekas operasi, ASI (-), colustrum (+), BAK (+), BAB
belum
PF/

KU

Kes

TD

ND

Nfs

Sdg

sadar 120/60 80x

22x

37

13

Mata : konjungtiva tidak anemis


Leher : dbn
Dada : cor/pulmo dbn
Abdomen :
I.

luka operasi tertutup verban

P.

NT (+), NL (-), TFU 2 jari bpst

Pk.

Tymphani

A.

BU (-)

Genitalia :

I : V/U tenang
Kateter terpasang urine lancar 200 cc/2 jam

Extremitas : edema -/-, Rf +/+, Rp -/Diagnosa :


Para 4 Abortus 0 Hidup 4 post partus postmaturus SC a/i KPD 14 jam +
bekas SC + anak besar + post tubektomi + nifas hari I
Ibu baik anak SGN
Sikap :

Kontrol KU, VS, balanced cairan

Mobilisasi bertahap

Diet TKTP

Breast care

Therapi :
Lanjutkan

14

DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang multigravida berumur 32 tahun yang
masuk Kamar Bersalin RSU Solok dengan diagnosis awal G4 P3 A0 H3 parturien
posterm (4243 minggu) kala I fase laten + KPD 14 jam + bekas SC + anak besar.
Diagnosis PRM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh keluar air-air yang
banyak dari kemaluan sejak 14 jam sebelum masuk RS, yang membasahi sehelai
kain panjang dengan bau amis dan warna hijau kental. Dari anamnesis, didapatkan
tanda-tanda persalinan (in partu), berupa nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak
2 jam yang lalu dan pemeriksaan fisik pada palpasi diraba bagian-bagian janin
lebih jelas, pada VT didapatkan pembukaan 2-3 jari. Sehingga diagnosa PRM
pada pasien ini sudah sesuai dengan definisi PRM, yaitu pecahnya ketuban
sebelum proses persalinan. Untuk melengkapi pemeriksaan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat vagina dan portio, pemeriksaan lab gula
darah ibu dan pemeriksaan penunjang melakukan tes lakmus.
Sesuai dengan protap bagian obstetri dan ginekologi maka rencana
penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan melakukan tindakan seksio sesarea
karena usia kehamilan sudah postterm, bekas SC dan perkiraan anak yang besar,
serta multiparitas, yang ditakutkan bila dilahirkan pervaginam akan menyebabkan
ruptur uteri. Pada pasien dengan bekas SC merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan induksi oksitosin dan pimpinan persalinan yang baik adalah dengan
mempersingkat kala II.
Pada pasien bekas SC yang hamil lagi hendaknya diawasi oleh seorang
dokter ahli baik saat hamil dan saat persalinan untuk mengurang kejadian ruptur
uteri, dan dianjurkan ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu cepat hamil lagi,
setidaknya istirahat selama 3 tahun. Pada pasien ini langsung dilakukan sterilisasi

15

dengan tubektomi karena telah mempunyai anak 4 orang, dan kondisi rahim yang
telah lemah.
Setelah dikonsulkan kepada anestesi, jam 12.00 dilakukan seksio sesarea
dan lahir seorang anak perempuan dengan berat badan 4500 gram, panjang badan
50 cm dan Skor Apgar 5/6. Seorang bayi dengan berat badan lebih (>4000 gr)
dicurigai lahir dari ibu pengidap diabetes. Hal ini karena terjadi deposit lemak
karena perangsangan sel beta pankreas oleh glukosa transplaental yang
menyebabkan produksi insulin ekstra, sehingga bayi dapat mengalami
hipoglikemia. Hal lain yang dapat menyebabkan kelebihan berat pada bayi adalah
penambahan berat badan berlebih pada ibu.
Pada kasus ini anak dan ibu ini juga diberikan antibiotika sebagai tindakan
pencegahan infeksi. POGI dalam Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi untuk pasien PRM dengan tindakan konservatif menganjurkan
pemberian antibiotika bila ketuban sudah pecah > 6 jam.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Andersen, HF. Hopkins, MK. Hayashi, RH. Premature Rupture of the
Membranes. In : Sciarra, JJ (Ed). Gynecology and Obstetrics. JB.Lippincott
Company. Philadelphia.1992.
2. Saifuddin, AB : Ketuban Pecah Dini : Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama 2000, JNPKKR-POGIYayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001.
3. Cunningham, Normal Labour and Delivery; Williams Obstetrics, 21th edition.
Appleton & Lange New York, 2001.
4. Wiknjosastro,H : Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal; Ilmu
Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1999.
5. Knupple, R.A : Premature Rupture of The membranes ; High Risk Pregnancy,
Second Edition, W.B. Saunders Company, 1993.
6. Mochtar, Rustam : Ketuban Pecah Dini ; Sinopsis Obstetri, Jilid Pertama Edisi
Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998

17

Вам также может понравиться