Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan yang sampai saat ini belum dapat teratasi sangat mempengaruhi
keadaan penduduk di suatu negara. Salah satu dampak dari kemiskinan yaitu dengan
munculnya para tunawisma (homeless). Dari beberapa banyak masalah sosial yang ada
sampai saat ini, tunawisma adalah masalah yang perlu harus di perhatikan lebih dari
pemerintah, karena saat ini masalah tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan kotakota besar.
Berdasarkan data statistik pemerintahan Propinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa
sekitar 4,2 juta KK penduduk Jawa Timur, hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan
demikian diperkirakan sekitar 15 juta orang atau 35 % penduduk Jawa Timur,
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Sementara ada sekitar 750 orang tunawisma,
jumlah dari tunawisma ini semakin banyak dan sulit diatur.
Tuna Wisma tidak saja merupakan penyakit, namun merupakan suatu kehidupan yang
dijadikan permasalahan bagi pemerintah. Karena para tuna wisma tersebut dapat
meresahkan dan mengganggu kesejahteraan di suatu negara. Tunawisma juga bisa
menyebabkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti mendorong munculnya PSK,
sehingga penyakit menular seksual tidak dapat terhindarkan. Oleh sebab itulah, apabila
masalah gelandangan dan pengemis tidak segera mendapatkan penanganan, maka
dampaknya akan merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat serta lingkungan
sekitarnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang pengkajian dan penanggulangan
homeless
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian, ciri-ciri, pembagian, penyebab, tempat
perlindungan, yang berkaitan dengan homeless
2. Untuk mengetahui tentang alasan seseorang menjadi homeless, masalah yang
dihadapi seorang homeless dan akibat adanya homeless
3. Untuk mengetahui kesehatan reproduksi dan homeless pada wanita
4. Untuk mengetahui perawatan kesehatan bagi para homeless
5. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan pada homeless dan kendala
dalam penanganan homeless
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya tentang homeless
1

2. Bagi Institusi
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan sebagai referensi
mengenai homeless dalam asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB

BAB II
PEMBAHASAN
I. Homeless Secara Umum
A. Pengertian Homeless

Homeless atau tunawisama berasal dari kata gelandang yang berarti selalu
mengembara, atau berkelana. (Humaidi, (2003).
Homeless adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di
tempat umum. Sedangkan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan
untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. (Anon., 1980).
Homeless (tuna wisma/gelandaan) adalah orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma dimasyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat
tinggal yang tetap di wilayah tertentu dan hidup ditempat umum. berdasarkan
berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan,
pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Homeless atau Tunawisma adalah kondisi orang dan kategori sosial dari
orang-orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal biasanya karena mereka
tidak mampu membayar atau sebaliknya, tidak mampu menjaga, teratur, aman dan
perumahan yang layak atau mereka kekurangan.
Home less banyak terdapat dikota kota besar. Kedatangan mereka ke kota
besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya
mereka tinggal diemperan toko, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
disekitar rel kereta api, ditaman dan ditempat umum lainnya. Pekerjaan mereka
sebagai pengemis , pengamen, pemulung sampah.
B. Ciri- Ciri Homeless
Adapun secara spesifik ciri-ciri tunawisma yaitu sebagai berikut:
1. Para tunawisma tidak mempunyai pekerjaan
2. Kondisi fisik para tunawisma yang dapat dibilang tidak sehat karena kondisi
lingkungan yang memprihatinkan.
3. Para tunawisma biasanya mencari-cari barang atau makanan disembarang tempat
demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Para tunawisma hidup bebas tidak bergantung kepada orang lain ataupun
keluarganya.
C. Pembagian Homeless (Tunawisma)
Homeless dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Tunawisma biasa, yaitu mereka mempunyai pekerjaan namun tidak
mempunyai tempat tinggal tetap.
2. Tunakarya, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak
mempunyai tempat tinggal tetap.
3

3. Tunakarya cacat, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak
mempunyai tempat tinggal, juga mempunyai kekurangan jasmani dan rohani.
D. Penyebab Homeless (Tunawisma)
Seorang ilmuan Alkostar (1984) dalam penelitiannya tentang kehidupan
gelandangan melihat bahwa terjadinya gelandangan dan pengemis dapat dibedakan
menjadi dua faktor penyebab, yaitu
1. Faktor internal, meliputi sifat-sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak
kuat, adanya cacat fisik ataupun cacat psikis.
2. Faktor eksternal, meliputi faktor sosial, kultural, ekonomi, pendidikan,
lingkungan, agama dan letak geografis.
Selain itu ada beberapa faktor yang mendorong seseorang menjadi seorang homeless
atau tunawisma, yaitu:
1. Tidak tersedianya lapangan kerja
Tersedianya lapangan pekerjaan sangat penting bagi masyarakat untuk
menentukan status kehidupan mereka.
2. Kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan secara
menyeluruh, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat umum. Kemiskinan
juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak mempunyai ketrampilan
dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak
mampu membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut
jadi gelandangan.
3. Bencana alam
Akibat dari terjadinya bencana alam banyak masyarakat yang kehilangan
tempat tinggal dan pekerjaan mereka. Sehingga mereka memilih untuk tinggal di
tempat - tempat umum yang sebenarnya tidak layak utuk ditempati. karena mereka
tak lagi mampu memenuhi kebutuhan yang semakin lama membutuhkan biaya
yang banyak.
4. Yatim piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara dan keluarga tidak mempunyai
tempat tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
5. Kurang kasih sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari komunitas yang mau
menerima dia apa adanya.
6. Tinggal di daerah konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa
keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain yang
mereka anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur karena perang.
4

Banyak tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan seksual,


perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa meninggalkan daerahnya.
7. Gangguan mental
Dimana layanan kesehatan mental tidak tersedia. Sebuah survei Federal
Amerika Serikat dilakukan tahun 2005 menunjukkan bahwa setidaknya sepertiga
dari laki-laki tunawisma dan wanita memiliki kelainan mental yang serius atau
masalah kejiwaan.
8. Penggusuran paksa
Banyak pemerintah yang melakukan penggusuran dalam suatu wilayah untuk
dibuat bangunan bertingkat, jalan raya, dan lainnya. kebutuhan pemerintah dalam
kompensasi tersebut mungkin minimal, dalam hal ini masyarakat tidak dapat
menemukan tempat tinggal yang sesuai dan menjadi tunawisma. Hal ini terjadi
jika pada saat dilakukan penggusuran pemerintah tidak menyediakan ganti rugi
atas penggusuran.
9. Penyitaan rumah dan barang-barang
Terjadi penyitaan karena penggadaian rumah dan barang-barang , karena
mereka tidak mampu melunasi pinjamam yang diamana rumah besarta isinya
menjadi jaminannya ataupun dimana pemegang penggadai melihat solusi terbaik
untuk default pinjaman ini adalah untuk menjual rumah untuk melunasi hutang
pinjaman.
E. Tempat Perlindungan Homeless
1. Luar
Di tanah atau dalam kantong tidur, tenda, atau improvisasi
tempat

perlindungan,

seperti

besar kotak

kardus, tempat

sampah di taman atau tanah kosong.


2. Kumuh
Improvisasi tempat perkemahan dari tempat penampungan
dan gubuk-gubuk, biasanya di dekat rel meter, interstates dan
transportasi tinggi vena.
3. Bangunan terlantar

Tunawisma dapat berlindung di bangunan terlantar ataupun


bangunan yang sedang memiliki masalah di bidang hukum,
seperti:
a. Berjongkok di rumah yang tak berpenghuni di mana seorang
tunawisma

bisa

hidup

tanpa

pembayaran

dan

tanpa

pengetahuan pemilik atau izin.


b. Kendaraan
sementara

mobil
atau

atau

truk

yang

kadang-kadang

digunakan

hidup

jangka

sebagai
panjang

perlindungan, misalnya oleh orang yang baru ini diusir dari


rumah. Beberapa orang tinggal di van, kendaraan bekas, truk
tertutup, pick-up, station kereta api, dan hatchbacks.
4. Tempat-tempat umum
Taman, bis atau stasiun kereta api, bandara, transportasi umum kendaraan
(dengan terus-menerus mengendarai melewati tempat terbatas tersedia), rumah
sakit atau menunggu lobi-lobi daerah, kampus-kampus, dan 24-jam bisnis
seperti toko kopi. Banyak tempat-tempat umum menggunakan penjaga keamanan
atau polisi untuk mencegah orang dari berkeliaran atau tidur di lokasi tersebut
karena berbagai alasan, termasuk gambar, keselamatan, dan kenyamanan.
5. Tempat penampungan tunawisma
Seperti cuaca dingin darurat penampungan dibuka oleh gereja-gereja atau
lembaga masyarakat, yang dapat terdiri dari dipan di sebuah gudang air panas.
6. Kos murah
Disebut juga dengan flophouses, mereka menawarkan murah, berkualitas
rendah penginapan sementara.
7. Hunian hotel
Di mana sebuah tempat tidur sebagai lawan dari seluruh kamar bisa disewa
murah.
8. Motel murah
Motel juga menawarkan harga yang murah, berkualitas rendah penginapan
sementara. Namun, beberapa perumahan yang sanggup tinggal di sebuah motel
oleh pilihan.
9. Teman atau keluarga
Sementara tidur di rumah teman atau anggota keluarga (sofa surfing) Sofa
surfer mungkin lebih sulit untuk mengenali dari jalan orang-orang gelandangan.
10. Terowongan bawah tanah
6

Terowongan bawah tanah seperti ditinggalkan kereta bawah tanah,


pemeliharaan, atau terowongan kereta api yang populer di kalangan tunawisma
permanen. Para penghuni tempat perlindungan semacam itu disebut di beberapa
tempat. Gua-gua alam memungkinkan pusat-pusat perkotaan di bawah untuk
tempat-tempat berkumpul para tunawisma bisa. Pipa air yang bocor, kabel listrik,
dan pipa uap memungkinkan untuk beberapa hal yang penting hidup.
F. Alasan Seseorang Menjadi Homeless
Ada berbagai alasan yang menjadikan seseorang memilih untuk menjalani
hidupnya sebagai seorang tunawisma. Mulai dari permasalahan psikologis,
kerenggangan hubungan dengan keluarga atau keinginan untuk hidup bebas.
Namun alasan yang terbanyak dan paling umum adalah kegagalan para
perantau dalam mencari pekerjaan. Cerita-cerita di kampung halaman tentang
kesuksesan perantau kerap menjadi buaian bagi putra daerah untuk turut meramaikan
persaingan di kota besar. Beberapa di antaranya memang berhasil, namun kebanyakan
dari para perantau kurang menyadari bahwa keterampilan yang bekualitas adalah
modal utama dalam perantauan. Sehingga mereka yang gagal dalam merengkuh
impiannya, melanjutkan hidupnya sebagai tunawisma karena alasan tang sangat klasik
yakni malu bila pulang ke kampung halaman.
Adapun faktor yang melatar belakangi seorang hidup sebagai tunawisma di
kota besar dari pada mereka hidup di daerah asal :
1. Natural assets
Seperti tanah dan air, sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan
yang kurang memadai untuk mata pencahariannya sehingga mereka berbondongbondong berurbanisasi ke kota besar guna mencoba peruntungan, yang akhirnya
mereka terjebak dalam situasi yang tak kunjung usai.
2. Human assets
Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah dibandingkan masyarakat
perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat
kesehatan dan penguasaan teknologi), dimana seorang wanita di desa di
diskriminasikan dengan seorang laki-laki atau seorang wanita tidak boleh sekolah
tinggi karena akhirnya mereka akan turun ke dapur.
3. Physical assets
Minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan
komunikasi yang membuat seseorang tersebut semakin tertinggal dan bahkan
tidak tahu apapun mengenai dunia luar dari daerah asal mereka. Sehingga mereka
selalu berpikiran positif akan ada perubahan hidup yang lebih baik jika mereka
pergi ke kota, padahal malah sebaliknya.
7

4. Financial assets
Minimnya dana yang dimiliki sebagai modal usaha di kota menjadikan mereka
hanya mengandalkan apa yang dimilikinya. Bila yang dimiliki seseorang hanya
tenaga, mereka akan menggunakan tenaga mereka untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang tentu saja tidaklah cukup. Sehingga tak jarang seorang tunawisma
terutama wanita mereka akan menjajakan diri atau berprofesi sebagai PSK. Untuk
yang level paling rendahnya, mereka memilih untuk menjadi seorang pengemis
atau pengamen.
5. Sosial assets
Berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan dalam
pengambilan keputusan-keputusan politik. Tentu saja seseorang didesa tidaklah
tahu menahu akan hal ini. Mereka hanya tahu mengenai bagaimana cara agar hari
ini mereka bisa makan atau tidak.
G. Masalah yang Dihadapi Oleh Homeless
Masalah dasar yang dialami oleh tunawisma yaitu :
1. Keamanan pribadi, ketenangan, dan privasi terutama untuk tidur
2. Penitipan tempat tidur, pakaian dan harta benda, makanan, yang mungkin harus
3.
4.
5.
6.

dilakukan setiap saat


Kebersihan dan fasilitas sanitasi
Pembersihan dan pengeringan pakaian
Mendapatkan, menyiapkan dan menyimpan makanan dalam jumlah banyak.
Permusuhan dan kekuatan hukum terhadap pergelandangan perkotaan.
Orang tunawisma menghadapi banyak masalah di luar. Mereka sering dihadapkan

dengan kerugian sosial yang juga mengurangi akses dan pelayanan publik swasta dan
akses dikurangi menjadi kebutuhan penting.
H. Sumber Penghasilan Homeless
1. Berjualan surat kabar (Koran)
2. Mengemis (meminta-minta)
3. Melakukan pertunjukan seperti bermain musik, menggambar di trotoar, atau
menawarkan bentuk lain dari hiburan dalam pertukaran untuk sumbangan.
4. Melakukan tindakan kriminal seperti pencopetan atau perampokan
5. Menjadi PSK
6. Menjadi pemulung dan menjualnya
I. Akibat Adanya Homeless
1. Diskriminasi
Seorang tuna wisma dianggap tidak berharga, penganggu, dan kriminal oleh
masyarakat.
2. Kehidupan yang tidak sehat
Kehidupan jalanan yang tak layak huni, tidak memperhatikan lingkungan,
bahkan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Makanan yang dimakan tidak
mencukupi gizi untuk dimakan.
8

3. Meningkatnya kriminalitas
Karena tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, untuk mencukupi kebutuhan ,
mereka terpaksa melakukan cara yang haram seperti mencuri.
4. Memperburuk taman kota
Kebanyakan mereka memanfaatkan taman kota untuk tempat tinggal mereka.
Adanya para tuna wisma mengakibatkan pemandangan indah suatu kota menjadi
terganggu, munculnya daerah kumuh dipusat kota hal tersebut terkait dengan
pekerjaaan para tunawisma seperti pengemis, pengamen, pemulung.
5. Banyak anak-anak kecil yang dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya.
6. Membahayakan bagi kehidupan wanita yang menjadi homeless
Wanita yang menjadi korban homeless memilki bahaya tersendiri bagi
kesehatan reproduksinya. Kebanyakan mereka terjerumus dalam dunia PSK
sehingga penyakit seperti PMS tidak dapat terhindarkan.
II. Homeless Pada Wanita
A. Definisi Wanita
Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis
kelamin perempuan, lawan jenis dari wanita adalah pria. Wanita adalah kata yang
umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah
menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum
menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan anak gadis.
Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan
untuk mengandung, melahirkan dan menyusui.
B. Kesehatan Reproduksi Dan Homeless pada Wanita
Terkadang seorang wanita yang menjadi korban homeless memilki bahaya
tersendiri bagi kesehatan reproduksinya. Mereka terancam oleh dunia kejahatan,
yang biasanya akan terjerumus oleh sindikat penjualan perempuan yang akhirnya
menjadi seorang PSK(Pekerja Seks Komersial). Bagi remaja yang belum cukup umur
dan kurang pengetahuan, mereka akan mudah terjerat oleh sindikat ini yang
kemudian akan berpengaruh terhadap segala aspek reproduksinya yang seharusnya
belum menjadi tanggungan atau waktunya.
Banyak wanita homeless sering menjadi korban dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan ketidakmengertian mereka pada dampak-dampak yang akan mereka
alami. Keadaan seperti itu seharusnya ditanggulangi sejak dini. Jika tidak, maka akan
semakin banyak wanita yang akan mengalami kerusakan pada organ reproduksi,
seperti PMS (Penyakit Menular Seksual) dan Kanker Mulut Rahim (Serviks).

Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di jalanan atau


para tunawisma antara lain:
a. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin
menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu kontruksi sosial
mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam
konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
b. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
1. Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi.
2. Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak
layak.
3. Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
c. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi
juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini
mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya
mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan
dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai
seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam
mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
d. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih
banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan
yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku.
Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya
agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada
suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat
persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari
wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah,
pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan
pengambilan keputusan.
Sedangkan masalah yang timbul dengan semakin banyaknya wanita tunawisma
antara lain :
1. Pelecehan seksual.
10

2. Tindak kekerasan.
3. Pemerkosaan.
4. Paksaan untuk masuk dunia pelacuran.
5. Wanita yang diperjual belikan.
6. Perbudakan.
7. Komplikasi berbagai penyakit.
C. Perilaku Seksual Wanita Homeless
Pola perilaku anak perempuan atau wanita yang terjadi di kehidupan jalanan
yang dimulai dari usia sekolah hingga dewasa hampir sama,seakan-akan yang
mereka lakukan adalah hal amat biasa tentunya diikalangan mereka. Berikut
contohnya :
a. Seks bebas
Dari perilaku seksual usia dini Anak jalanan perempuan, yang mulai seks bebas
yaitu anak-anak jalanan dengan usia dibawah 14 tahun dan ada yang melakukan
dengan saudaranya sendiri. Hal ini menyebabkan anak jalanan rentan terhadap
penyakit kelamin misalnya HIV atau AIDS.
b. Penggunaan drugs
Anak jalanan perempuan rela melakukan hal apapun ( merampas, mencuri,
membeli, hubungan seks) yang penting bisa mendapatkan uang untuk membeli
minuman keras, pil dan zat aditif lainnya.
c. Tindak kriminal
Kegiatan-kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai tindakan kriminal yang
diketahui pernah dilakukan anak jalanan perempuan yaitu memeras, mencuri,
mencopet dan pengedaran pil. Tindak kriminal terhadap anak jalanan ini juga
dilakukan oleh petugas keamanan seperti Polisi, Satpol PP, TNI, Kantor
Informasi dan Komunikasi Pemerintah, DLLAJ. Bagian sosial Pemerintah pada
saat melakukan operasi razia ketertiban terhadap anak jalanan, gelandangan, anak
yang dilacurkan dan pekerja seks komersial dengan perlakuan tidak manusiawi
dan sadis.
d. Eksploitasi seksual
Keberadaan anak jalanan perempuan yang tinggal dijalanan sangat rentan
terhadap

eksploitasi

khususnya

eksploitasi

seksual

seperti

pelecehan,

penganiyaan secara seksual, pemerkosaan, penjerumusan anak dalam prostitusi


dan adanya indikasi perdagangan anak keluar daerah khususnya Riau dan Batam.
e. Drop out dari sekolah.
Anak-anak jalanan yang dulu pernah sekolah ini banyak mengalami kekerasan di
sekolah seperti perlakuan salah baik yang dilakukan oleh teman maupun guru
mereka.Tentu saja hal yang tertera diatas adalah kenyataan pahit yang dialami
seorang perempuan di dunia jalanan yang terbilang amat kejam. Karena tindakan
11

diatas, tak hanya kesehatan reproduksi mereka yang mengalami gangguan,


melainkan kesehatan mental mereka. Apalagi bila seorang mengalami pelecehan
seksual. Trauma yang dibawa akibat kejadian pelecehan seksual itu akan terbawa
sampai dewasa nantinya, yang tentunya akan sangat mengganggu perkembangan
dari gadis tersebut.
Meski begitu adapun upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan korban homeless yaitu:
1. Memberikan pendidikan kesehatan
2. Memberikan penyuluhan tentang proses kehidupan dikota tidak senyaman
yang mereka pikirkan.
3. Membantu menyalurkan keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka
bisa mengandalkan kemampuan mereka sendiri untuk dapat menghasilkan
uang.
4. Memberikan saran kepada homeless agar mau bergabung dengan Lembaga
Sosial Masyarakat (LSM) untuk melindungi hak-hak kehidupannya.
D. Perawatan Kesehatan Bagi Para Tunawisma
Perawatan kesehatan bagi para tunawisma adalah kesehatan masyarakat yang
merupakan tantangan utama. Para tunawisma lebih cenderung menderita luka-luka
dan masalah medis dari gaya hidup mereka di jalan, yang meliputi:
1. Gizi buruk
2. Penyalahgunaan obat
3. Terpapar cuaca yang tidak baik
4. Tindakan kekerasan yang tinggi (perampokan, pemukulan, dan
sebagainya).
Namun pada saat yang sama, mereka memiliki sedikit akses ke
layanan kesehatan umum atau klinik. Ini adalah masalah tertentu
di mana banyak orang tidak memiliki asuransi kesehatan. Setiap
tahun, jutaan orang dan pengalaman tunawisma yang sangat
membutuhkan

pelayanan

kesehatan.

Sebagian

besar

tidak

memiliki asuransi kesehatan apa pun, dan tidak ada memiliki uang
tunai untuk membayar untuk perawatan medis.

12

Tunawisma

orang

sering

menemukan

kesulitan

untuk

mendokumentasikan tanggal lahir atau alamat mereka. Tunawisma


karena orang biasanya tidak memiliki tempat untuk menyimpan
barang-barang, mereka sering kehilangan barang-barang mereka,
termasuk identifikasi dan dokumen lain, atau mereka menemukan
dihancurkan oleh polisi atau orang lain. Tanpa KTP para tunawisma
tidak

bisa

mendapatkan

pekerjaan atau mengakses

banyak

layanan sosial. Mereka dapat ditolak untuk mengakses bahkan


bantuan yang paling mendasar seperti:
1.
2.
3.
4.

Lemari pakaian
Makanan pantries
Manfaat publik tertentu
Dalam beberapa kasus, tempat penampungan darurat.

Bebagai masalah lain yang dihadapi oleh para tunawisma yaitu:


1. Kondisi kulit, termasuk Scabies, sering terjadi karena orang tunawisma terpapar
sangat dingin di musim dingin dan mereka memiliki sedikit akses ke fasilitas
mandi.
2. Mereka memiliki masalah merawat kaki mereka.
3. Memiliki masalah gigi lebih parah daripada populasi umum.
4. Diabetes, terutama yang tidak diobati, tersebar luas dalam populasi tunawisma.
Specialized buku teks medis telah ditulis ke alamat ini untuk penyedia .
E. Penanganan pada Homeless
Permasalahan tunawisma sampai saat ini merupakan masalah
yang tidak habis-habis, karena berkaitan satu sama lain dengan
aspe-aspek kehidupan. Namun pemerintah juga tidak habisnya
berupaya untuk menanggulanginya. Dengan berupaya menemukan
motivasi melalui persuasi dan edukasi terhadap tunawisma supaya
mereka mengenal potensi yang ada pada dirinya, sehingga tumbuh
keinginan dan berusaha untuk hidup lebih baik.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah, khususnya Pemerintah
Daerah

(Pemda)

stakeholdernya,

selama
atau

ini

cenderung

pihak-pihak

yang

kurang

menyentuh

terkait

dengan

permasalahan dalam peraturan. Mekanisme yang saat ini sedang


13

dijalankan adalah dibangunnya Panti Sosial penampung para


tunawisma (gelandangan). Namun efektifitasnya dirasa kurang
karena Panti Sosial ini sebenarnya belum menyentuh permasalahan
yang sebenarnya dari para tunawisma yaitu keengganan untuk
kembali ke kampung halaman. Sehingga yang terjadi di dalam
praktek pembinaan sosial ini adalah para tunawisma yang keluar
masuk panti sosial.
Adapun

dalam

sebuah

penelitian

cara

penanggulangan

terhadap tunawisma diterapkan dalam beberapa tahapan, yaitu


sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Karena tunawisma biasanya tidak mempunyai tempat tinggal,
maka suatu hal yang esensial bila mereka ditanggulangi dengan
memotivasi mereka untuk bersama-sama dikumpulkan dalam
suatu tempat, seperti asrama atau panti sosial. Tujuan dalam
tahap ini yaitu untuk berusaha memasuki atau mengenal
aktivitas atau kehidupan para tunawisma.
2. Tahap penyesuaian diri
Setelah para tunawisma dikumpulkan, kemudian mereka
harus belajar menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru,
dimana berlaku aturan-aturan khusus. Agar nantinya mereka
lebih disiplin dan teratur.
3. Tahapan pendidikan yang berkelenjutan
Setelah beberap para tunawisma dalam lingkungan tersebut
diadakan evaluasi mengenai potensi mereka untuk belajar
dengan maksud supaya mendapatkan pendidikan yang lebih
layak.
Selain itu ada beberapa solusi dalam menangani tunawisma yaitu:
14

1. Tugas pemerintah untuk menangani masalah perkotaan pada


umumnya dan tunawisma pada khususnya adalah menyediakan
lapangan pekerjaan yang lebih banyak di kota-kota kecil.
Sehingga mereka tak perlu hidup susah menjadi seorang
gelandangan di kota besar.
2. Rencana pembangunan pemerintah seharusnya mengedepankan
pembangunan

secara

merata,

pembangunan

hendaknya

dilakukan dengan pola dari desa ke kota dan bukan sebaliknya.


Sehingga,

masing-masing

putra

daerah

akan

membangun

daerahnya sendiri dan mensejahterakan hidupnya.


3. Melakukan pembinaan kepada para tunawisma dapat dilakukan
melalui panti dan non panti, tetapi pembina harus mengetahui
asal

usul

daerahnya

serta

identifikasi

penyebab

yang

mengakibatkan mereka menjadi penyandang masalah sosial itu.


4. Kalau

para

tunawisma

disebabkan

faktor

ekonomi

atau

pendapatan yang kurang memadai, mereka bisa diberi bekal


berupa pelatihan sesuai potensi yang ada padanya, di samping
bantuan modal usaha.
5. Mengembalikan para tunawisma ke kampung mereka masingmasing.
6. Pemerintah atau masyarakat mengadakan program pendidikan
non formal bagi para tunawisma, sehingga dengan cara ini Para
Tunawisma mendapatkan pengetahuan.
Namun, mekanisme di atas merupakan tindakan jangka
panjang

dan

membutuhkan

waktu

yang

lama

untuk

dapat

terealisasi, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antar generasi


kepemerintahan agar hal tersebut dapat terwujud dan pada
akhirnya kesejahteraan bangsa dapat lebih mudah dicapai.

15

Mekanisme

tersebut

juga

harus

dilakukan

secara

terus

menerus dan paling tidak berangsur, agar hasil yang dicapai dari
mekanisme yang dijalankan, hasilnya sesuai dengan harapan, beik
pemerintah maupun individu itu sendiri (para tunawisma).
Ada banyak organisasi yang menyediakan layanan gratis
untuk para tunawisma di negara-negara yang tidak menawarkan
pengobatan

gratis

yang

diselenggarakan

oleh

negara,

tetapi

layanan yang diberikan dalam permintaan yang besar, terbatasnya


jumlah praktisi medis. Penyakit menular yang menjadi perhatian,
khususnya tuberkulosis, yang menyebar lebih mudah di tempat
penampungan tunawisma padat di perkotaan dengan kepadatan
tinggi.
F. Pencegahan dan Penanggulangan Homeless
1. Pencegahan
a. Membentuk keluarga yang harmonis
Dengan

adanya

menyayangi

dari

keterbukaan,

saling

menghormati

seluruh

anggota

keluarga

dan
dapat

menghindarkan terjadinya broken home dan kekerasan dalam


rumah tangga.
b. Peningkatan pendidikan
Selain pendidikan umum juga duiperlukan pendidikan agama
untuk meningkatkan masa depan.
c. Pemerataan lapangan kerja
Dengan meratanya lapangan pekerjaan, maka tiap individu bisa
mendapatkan

penghasilan

sehari-hari

16

yang

mencukupi

kebutuhannya

d. Pemerataan penduduk
Transmigrasi yang dilakukan pemerintah dapat mengurangi
jumlah pengangguran.
2. Penanggulangan
a. Adanya tempat penampungan
Pemerintah dapat membangun tempat penampungan seperti
panti asuhan, panti jompo, atau tempat para tuna wisma
singgah sehingga mereka tidak berkeliaran di jalan.
b. Memberi fasilitas dan kegiatan yang positif
Pemerintah bersama masyarakat dapat memberikan fasilitas
dan kegiatan positif kepada para tuna wisma
c. Pemberian pendidikan dan ketrampilan
Dibukanya

sekolah

terbuka

untuk

umum

dan

pemberian

keterampilan lainnya, dapat mengubah hidupnya untuk lebih


baik.
d. Pemerataan lapangan pekerjaan
Pemerintah membuka lahan pekerjaan baru, atau dengan
pemberian latihan atau ketrampilan kepada para gelandangan
maka akan tercipta lapangan pekerjaan baru.
G. Kendala Dalam Penanganan Homeless
Kendala-kendala yang menyulitkan upaya penanganan gelandangan adalah
1. Alokasi dana untuk penanganan tunawisma relatif kecil.
2. Upaya penanganan terhadap tunawisma seringkali hanya berhenti pada
pendekatan punitif-represif.
3. Upaya penanganan sering tidak didukung oleh kebijakan Pemerintah Daerah.
4. Kurangnya partisipasi dan perhatian dari pemerintah.
5. Belum teratasinya kemiskinan
Selain itu, dibawah ini terdapat solusi dalam menangani Tunawisma yaitu :
17

1. Memberikan pendidikan agama yang kuat dalam keluarga.


2. Melakukan pencegahan dengan cara memberikan penyuluhan / konseling,
memberikan pendidikan pelatihan keterampilan.
3. Dengan pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
4. Transmigrasi.
5. Menampung dipanti asuhan, panti sosial dan panti jompo.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Homeless atau tunawisama berasal dari kata gelandang yang berarti selalu
mengembara, atau berkelana. (Humaidi, (2003).
Penyebab Homeless tentang kehidupan gelandangan melihat bahwa terjadinya
gelandangan dan pengemis dapat dibedakan menjadi dua faktor penyebab, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal (Alkostar,1984)
Alasan yang menjadikan seseorang memilih untuk menjalani hidupnya sebagai
seorang tunawisma. Mulai dari permasalahan psikologis, kerenggangan hubungan
dengan keluarga atau keinginan untuk hidup bebas. Alasan yang terbanyak dan paling
umum adalah kegagalan para perantau dalam mencari pekerjaan
Akibat adanya homeless yaitu diskriminasi, kehidupan yang tidak sehat,
meningkatnya kriminalitas, memperburuk taman kota, banyak anak-anak kecil yang
dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan sejumlah uang setiap harinya, dam
membahayakan bagi kehidupan wanita yang menjadi homeless
Pencegahan homeless antara lain membentuk keluarga yang harmonis,
peningkatan pendidikan, pemerataan lapangan kerja, dan pemerataan pendudu.
Sedangkan penanganan homeless meliputi : adanya tempat penampungan, memberi

18

fasilitas dan kegiatan yang positif, pemberian pendidikan dan ketrampilan, dan
pemerataan lapangan pekerjaan.
B. Saran
1. Bagi mahasiswi
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengkajian dan
pentalaksanaan homeless
2. Bagi bidan
Diharapkan bidan dapat memberikan penanganan dan pelayanan kebidanan pada
wanita yang mengalami homeless

DAFTAR PUSTAKA
Sibagariang Ellya Eva,dkk.2010.Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta:Trans Info
Media
Noviana Nana, Wilujeng Dwi.Kesehatan Reproduksi.Jakarta : TIM

19

Вам также может понравиться