Вы находитесь на странице: 1из 23

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmatNya telah berhasil disusun makalah ini.
Menyadari bahwa diharapkan makalah ini belum lah sempurna, maka
segala kritik dan saran positif-konstruktif akan selalu kami terima.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
terwujudnya makalah ini kami sampaikan terima kasih.

Surabaya, 10 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
[1]

Halaman judul
Kata pengantar

Daftar isi

BAB 1 Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan

3
4
4

BAB 2 Tinjauan teori

1. Pengertian morbili
2. Etiologi dan faktor resiko
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Komplikasi
6. Penatalaksanaan medis
7. Test diagnostik
8. Konsep tumbuh kembang
9. Konsep hospitalisasi
10.Konsep Asuhan Keperawatan

5
5
6
7
8
9
11
11
13
15

BAB 3 Penutup

21

1. Kesimpulan
2. Saran

21
21

Daftar Pustaka

23

[2]

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nama lain dari morbili adalah campak; measles; rubeola. Morbili ialah
penyakit infeki virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. Stadium
kataral, b. Stadium erupsi dan c. Stadium konvalensi. (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI, 1985)
Morbili disebabkan oleh virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara
penularan dengan droplet dan kontak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat
menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang
dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia
menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat
badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1
tahun.
Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaprkannya kejadian wabah
penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian cukup
tinggi. Di Indonesia menurut suervei kesehatan utama pada bayi (0,7%) dan urutan
ke-5 dari 10 macam penyakit pada anak umur 1 4 tahun (0,77%). Di dunia secara
global 10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira
800.000 kematian setiap tahun).
Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili, satu-satunya cara paling
efektif adalah dengan jalan vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka
[3]

kesakitan dan kematian, Depkes telah melaksanakan program pengembangan


imunisasi sebagaimana yang telah dikampanyekan WHO. Penyebab kematian pada
morbili terutama akibat komplikasi yang dialami penderita seperti Bronkopneumonia,
Gastroenteritis, Ensefalitis dan lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari morbili ?
2. Apa etiologi dan faktor resiko dari morbili ?
3. Bagaimana patofisiologi dan manifestasi klinis dari morbili ?
4. Apa saja komplikasi dari penyakit morbili ?
5. Bagaimana penatalaksaan medis dan konsep hospitalisasi dari penyakit morbili ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit morbili ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit morbili
2. Untuk mengetahui etiologi dan faktor resiko dari penyakit morbili
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan manifestasi klinis dari penyakit morbili
4. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit morbili
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan konsep hospitalisasi dari penyakit
morbili
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit morbili

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).
Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
[4]

dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.Morbili adalah


penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan,
ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.
B. Etiologi dan faktor risiko
Virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus. Virus ini sangat
sensitif terhadap panas dan dingin, dapat diinaktifkan pada suhu 30C - 20C, sinar
ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedangkan formalin dapat memusnahkan
daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplement, penyakit ini disebarkan
secara droplet melalui udara. Hanya satu tipe antigen yang diketahui yang strukturnya
mirip dengan virus penyebab parotis epidemis dan parainfluensa. Virus tersebut
ditemukan didalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih ; paling tidak selama
periode prodormal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu
ruangan virus tersebut tetap aktif selama 34 jam.
Faktor risiko :
1. Daya tahan tubuh yang lemah
2. Belum pernah terkena campak
3. Belum pernah mendapat vaksinasi campak
4. Campak paling sering terjadi pada anak yang belum diimunisasi dan remaja atau
dewasa yang sudah diimunisasi (Nelson, 20002)

Sumber penularan:
1. Sekesi saluran pernapasan orang yang terinfeksi
2. Darah orang yang terinfeksi
3. Urin orang yang terinfeksi
Cara penularan : droplet dan kontak langsung dengan penderita serta penggunaan
peralatan makan dan minum bersama.

C. Patofisiologi
(Rampengan, 2007)
Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada
stadium prodromal terdapat hiperplasi jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar
[5]

limfe, lien dan apendiks. Virus morbili dapat disebarkan oleh droplet atau kontak
langsung dengan penderita.
Gambaran patologis yang karakteristik ialah distribusi yang luas dari
multinucleated giant cell akibat fusi sel-sel. Biasanya stadium kataral berlangsung
selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Sebagai reaksi
terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan
terjadi peningkatan pada beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva.
Pada konjungtiva, virus measles akan menghasilkan eksudat serosa di sekitar
pembuluh kapiler sehingga timbul peradangan pada konjungtiva atau disebut
konjungtivitis. Bila sudah terjadi peradangan/inflamasi maka mata akan terasa sensitif
terhadap cahaya, fotofobia.Pada stadium erupsi terjadinya eritema yang berbentuk
makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Pula terdapat
sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah.
Adanya eksudat serosa dan proliferasi PMN dan MN di saluran cerna
mengakibatkan hiperplasia jaringan limfoid dan peradangan mukosa usus yang dapat
menghasilkan appendiksitis dan diare sebagai komplikasinya.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.

D. Manifestasi Klinis
(Rampengan, 2007)
Masa tunas 10-20 hari.
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
1.

Stadium kataral (prodromal)


[6]

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak Koplik yang patogmonorik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadangkadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
Koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.
2.

Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di

palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Di
antara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah.Variasi dan morbili yang biasa ini ialah black measles, yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3.

Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi


pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk mobili. Pada penyakit-penyakit lain dengan

[7]

eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

E. Komplikasi
(Rampengan, 2007)
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,
ensefalitis, bronkopneumonia dan kelainan neurologis.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh
Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein,
penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukimia dan lain-lain. Oleh karena
itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia,
afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi
sebagai komplikasi pada anak yang sedang vaksin virus morbili hidup (ensefalitis
morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
(immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE).
Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian
rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi
morbili ialah 1 : 1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus
morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. Otitis media merupakan salah satu
komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi virus ke dalam telinga tengah (tuba
eustachii). Bila disertai infeksi sekunder, dapat terjadi otitis media purulenta.
Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotik,
komplikasi dapat dicegah.
SSPE adalah suatu penyakit degenarasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai
oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,
[8]

kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagaian besar penderita meninggal
dunia dalam 6 bulan 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian
remisi spontan masih bisa terjadi.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili
memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum
umur 2 tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang
terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan
menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5 - 1,1 tiap 10 juta; sedangkan
setelah infeksi morbili sebesar 5,2 9,7 tiap 10 juta.
Immunosuppresive measles encephalophaty didapatkan pada anak dengan
morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena
pemakaian obat-obatan imunosupresif. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai
komplikasi morbili pada anak yang menderita malnutrisi.

F. Penatalaksaan Medis
(Ngastiyah, 2005)
Pencegahan :
1. Imunisasi Aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B.
Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersebut membawa perkembangan
dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan
secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin
tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan
diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada
antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis,
imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2. Imunusasi Pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma)
yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau
[9]

melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan


dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau
sesegera mungkin.
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak.
Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak dapat sembuh cepat
tanpa menumbulkan komplikasi yang berbahaya pada kasus yang ringan.
Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1.

Isolasi untuk mencegah penularan

2.

Tirah baring dalam ruangan yang temaran (agar tidak menyilaukan)

3.

Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman

4.

Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna

5.

Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi

6.

Kompres air hangat bila suhu badan tinggi

7.

Obat-obat yang dapat diberika antara lain :


a. Vitamin A dosis tunggal
- Di bawah 1 tahun 100.000 unit
- Di atas 1 taun 200.000 unit
b. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia)

G. Test diagnostik
a. Laboratorium : sel darah putih cenderung turun
b. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang spesifik dalam

[10]

1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian.
d. Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya menunjukkan
kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.
e. Kadar glukosa normal
f. Pada pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia.

H. Konsep Tumbuh Kembang Anak


Whaley dan Wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan
sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :
Menurut Soetjiningsih (1995), secara umum terdapat dua faktor yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
1.

Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai
dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis

2.

kelamin, suku bangsa.


Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor prenatal).
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
b. Faktor lingkungan setelah lahir (faktor postnatal). Lingkungan postnatal
dapat digolongkan menjadi :
[11]

1.

Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan


kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme, dan hormon.


2. Faktor fisik, meliputi cuaca, sanitasi, keadaan rumah, dan radiasi.
3. Faktor psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar,ganjaran atau
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih
sayang, dan kualitas interaksi anak-orang tua.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan
keluarga, pendidikan orang tua, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua, adat-istiadat,
agama, urbanisasi, dan kehidupan politik dalam masyarakat yang
mempengaruhi prioritas kepentingan anak dan anggaran.
Ciri-ciri tumbuh kembang anak :
Tumbuh kembang anak yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
mempunyai cirri-ciri tersendiri, yaitu (Soetjiningsih, 1995) :
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Dalam
periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju
tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Pola perkembangan anak
adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf. Aktivitas
seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. Arah perkembangan anak adalah
cephalocaudal. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

I. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya
hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku yang memengarui kesembuan dan perjalanan
penyakit anak selama di rawat di rumah sakit.

[12]

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stres hospitalisas antara lain:

Meminimalkan dampak perpisahan


Mengurangi kehilangan kontrol
Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri

Faktor-faktor yang memengaruhi hospitalisasi pada anak:


1. Fantasi dan unrealistic ansietas tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan
2.
3.
4.
5.
6.

diawali oleh situasi yang asing


Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan
Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
Prosedur yang menyakitkan
Takut cacat atau mati
Berpisah dengan orang tua dan sibling
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia

perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang


tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya, pada umumnya, reaksi anak
terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan
rasa nyeri.
1.

2.

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:


A. Pengalaman yang mengancam
B. Stressor
C. Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena:
A. Anak tidak memahami mengapa dirawat/terluka
B. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungn dan
kebiasaan sehari-hari
C. Keterbatasan mekanisme koping

3.

4.

Reaksi anak terhadap sakit dan hopitalisasi dipengaruhi:


a. Tingkat perkembangan usia
b. Pengalaman sebelumnya
c. Support system dalam keluarga
d. Keterampilan koping
e. Berat ringannya penyakit
Manajemen asuhan keperawatan
a. Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
[13]

b.
c.
d.
e.

Anjurkan ortu merencanakan kunjungan dengan anak


Rencanakan kontak dengan guru dan teman
Rencanakan aktivitas bermain, bergerak
Ijinkan anak memilih dalam batasan yang dapat diterima

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas Diri
2. Observasi umum :
a. Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan.
b. Inspeksi penampilan umum anak.
c. Perhatikan :
1) Bernapas anak : sesak, batuk, coryza.
2) Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia.
3) Suhu tubuh anak.
4) Pola tidur anak.
5) Pola eliminasi.
3. Pemeriksaan Fisik :
Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.
Kepala : sakit kepala .
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
(pada stadium erupsi ).
Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada
leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum.
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
Keadaan Umum : Kesadaran, TTV.
4. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat ibu hamil yang menderita morbili.
2) Riwayat imunisasi.
3) Riwayat kontak dengan penderita morbili.
4) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan.
5) Makan makanan kurang gizi.
6) Kurangnya hygiene personal dan lingkungan.
5. Pola nutrisi metabolik
1) Apakah terjadi penurunan berat badan.
[14]

2) Apakah ada alergi makanan.


3) Apakah anoreksia.
4) Mual, muntah.
5) Kaji makanan kesukaan untuk memodifikasi diet.
6. Pola eliminasi
1) Diare
2) BAK : volume, berapa kali sehari, kepekatan urin.
7. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan, letih, lesu
2) Kebutuhan harian.
8. Pola tidur dan istirahat
1) Jumlah jam tidur
2) Pemakaian obat tidur
3) Lingkungan nyaman/tidak.
4) Kebiasaan sebelum tidur.
9. Pola persepsi dan kognitif
1) Apakah anak rewel/cengeng/cemas.
2) Penerimaan anak terhadap tindakan perawatan/medis.
3) Konjungtivitis
4) Nyeri edema
5) Kejang
6) gatal
10. Pola peran dan hubungan sosial.
1) Hubungan dengan orangtua dan saudara.
2) Peran anak dalam keluarga.
3) Kecemasan orangtua.
B. Analisa data
No
1

Tanggal

Symtom
DS : pasien
mengungkapkan rasa
ketidaknyamanan
terhadap bintik yang
timbul pada kulit
tubuhnya.
DO : Banyak terdapat
rash pada tubuh dan terasa
gatal.
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
[15]

Etiologi
Kulit menonjol
sekitar sebasea dan
folikel rambut

Kulit eritema
membentuk macula
papula di kulit
normal

Problem
Gangguan integritas
kulit

Suhu tubuh 390 C,


TD 100/60 mmHg.

Rash pada balik


telinga, leher, pipi,
muka, seluruh tubuh
dan terasa gatal
2

DS : pasien mengatakan
pahit pada saat makan dan
kurang nafsu makan
DO :
BB anak 15 Kg,
Porsi makan 4 sendok
makan (bubur)
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg

Saluran cerna
Terdapat bercak
koplik warna kelabu
pada mukosa bukalis,
molar, palatum
durum, mole

Mulut pahit timbul


anoreksia

Rabu,
DS : pasien mengeluh
Droplet infection
07-12-2011 panas pada seluruh
tubuhnya
DO :
Hipertermi
Produksi eksudat
Akral terasa hangat
berlebih
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg
Reaksi inflamasi :
hiperemi , RR naik

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

[16]

Gangguan
kebutuhan nutrisi

Gangguan rasa
nyaman

2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3.
Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi
virus.

D. Intervensi dan Rasional


No

Tanggal

Diagnosa

Perencanaan
Intervensi

Tujuan
1

Gangguan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
adanya rash

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam bintikbintik merah
pada kulit
akan hilang.
Kriteria hasil :

Pasien
tidak
merasakan
gatal dan
nyaman
dengan
keadaannya

Rash
pada kulit
berkurang

Rasional

Pertahankan
kuku anak tetap
pendek,
menjelaskan
kepada anak
untuk tidak
menggaruk rash

Untuk
mencegah
terjadinya
luka pada
saat anak
menggaruk

Berikan obat
antipruritus
topikal, dan
anestesi topikal

Agar tidak
merasakan
gatal dan
sakit pada
kulit pasien

Mandikan klien
dengan
menggunakan
sabun yang
tidak perih

Untuk
mencegah
infeksi Untuk
mencegah
terjadinya
luka pada
saat anak
menggaruk

Kolaborasi:
Pemberian
antihistamin

Agar tidak
merasakan
gatal dan
sakit pada
kulit

Berikan banyak
minum (sari
buah-buahan,
sirup yang

Untuk
mengkompen
sasi adanya

Gangguan
kebutuhan
nutrisi

Setelah
dilakukan
[17]

kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia

askep 2x 24
jam
diharapakan
pasien
menunjukkan
peningkatan
nafsu makan
dengan.
Kriteria Hasil :
BB
meningkat
Nafsu makan
meningkat.
(dapat
menghabiskan
1 porsi untuk
anak)

rasa nyaman
:
peningkatan
suhu tubuh
bd proses
inflamasi /
infeksi virus

tidak memakai
es).

Berikan susu
porsi sedikit
tetapi sering
(susu dibuat
encer dan tidak
terlalu manis.

Berikan
makanan lunak,
misalnya bubur
yang memakai
kuah, dengan
porsi sedikir
tetapi dengan
kuantitas yang
sering.

peningkatan
suhu tubuh
dan
merangsang
nafsu makan
-

Untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
melalui
cairan
bernutrisi.

Untuk
memudahkan
mencerna
makanan dan
meningkatka
n asupan
makanan.

keluarga dalam
lebih kooperatif
perawatan serta ajari
dilakukan
dalam terapi
askep selama 2 cara menurunkan suhu
tubuh
x 24 jam
- Berikan
diharapkan
- untuk
kompres hangat
suhu badan
membantu
.
pasien
dalam
berkurang
penurunan
Kriteria hasil :
suhu tubuh
Suhu tubuh
pada pasien.
36,5 37,50 C
- Pantau suhu
Nadi normal
- suhu ruangan
lingkungan,
Badan tidak
/ jumlah
batasi /
terasa panas
selimut harus
tambahkan
Akral Normal
diubah untuk
linen tempat
mempertahan
tidur sesuai
kan
indikasi.
[18]

[19]

Monitor
perubahan suhu
tubuh

untuk
mengetahui
dan
merencanaka
n intervensi
selanjutnya

E. Implementasi dan Evaluasi


No
1.

2.

3.

Tanggal

Diagnosa
Gangguan

integritas kulit
berhubungan
dengan adanya rash

Implementasi
Evaluasi
Mempertahankan kuku anak
S : S: Pasien mengatakan
tetap pendek, menjelaskan berkurang rasa gatalnya
kepada anak untuk tidak : O :ditandai dengan
menggaruk rash
jarangnya pasien
Memberikan obat antipruritus menggaruk kulit
topikal, dan anestesi topikal A : A : Masalah
Memandikan klien dengan teratasi sebagian
menggunakan sabun yang P : Intervensi dilanjutkan
tidak perih
Memberikan antihistamin
Gangguan
Memberikan banyak minum
S : S : Pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi
(sari buah-buahan, sirup yang sudah merasakan tidak
kurang dari
tidak memakai es).
pahit pada mulutnya
kebutuhan tubuh Memberikan susu porsi sedikit sewaktu makan
berhubungan
tetapi sering (susu dibuat
O : O : ditandai dengan
dengan anoreksia
encer dan tidak terlalu manis, meningkatnya nafsu
dan berikan susu tersebut makan pada anak
dalam keadaan yang hangat
A : A :Masalah teratasi
ketika diminum).
sebagian
Memberikan makanan lunak, P : Intervensi dilanjutkan
misalnya bubur yang memakai
kuah, sup atau bubur santan
memakai gula dengan porsi
sedikir tetapi dengan kuantitas
yang sering.
Gangguan rasa
Melibatkan keluarga dalam
S : S : pasien mengatakan
nyaman :
perawatan serta ajari cara badannya sudah tidak
peningkatan suhu
menurunkan suhu tubuh
panas lagi
tubuh bd proses Memberikan kompres hangat.O : O : ditandai dengan
inflamasi / infeksi Memantau suhu lingkungan, pengukuran suhu tubuh
virus
batasi / tambahkan linen normal 370 C
tempat tidur sesuai indikasi.
A : Masalah teratasi
Monitor perubahan suhu tubuh P : Intervensi dihentikan

[20]

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam
yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare
maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati
batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka
campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi
komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak
ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala
yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak
mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah
ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak
adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak
(ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan
panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi tumpangan yang sampai ke otak.
Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan
sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit
campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat
terjadi pada anak yang kurang gizi.
3.2

Saran

Penyakit Campak dapat dicegah dengan melakukan pemberian imunisasi pada anak
yang masih bayi.
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B.
Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan
dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan
secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin
tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan
diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada
[21]

antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis,
imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2. ImunIsasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma)
yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau
melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan
dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau
sesegera mungkin.
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam
tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin
diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan
lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

[22]

DAFTAR PUSTAKA

(http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/campak-morbili/) diakses pada tanggal 09 Maret


2016 jam 15.00 WIB
http://reniurl.blogspot.co.id/2012/03/askep-morbili-pada-anak.html diakses pada tanggal 09
Maret 2016 jam 15.00 WIB
http://mejikuhibinilau.blogspot.com/2014/08/askep-morbili.html diakses pada tanggal 09
Maret 2016 jam 15.00 WIB

[23]

Вам также может понравиться