Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KARYA REFERAT
DISUSUN OLEH :
YACOBUS EKAKRISMI NUGRAHA
12/329888/TK/39112
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. LUCAS DONNY SETIJADJI, S.T., M.Sc
YOGYAKARTA
JANUARI
2015
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
DAFTAR ISI
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
DAFTAR GAMBAR
iv
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV.20. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Baratdaya Malaysia, Malaysia.......................................................... 69
Gambar IV.21. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Tenggara Malaysia, Malaysia ........................................................... 70
Gambar IV.22. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Baratlaut Malaysia, Malaysia ........................................................... 71
Gambar IV.23. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Thailand Selatan, Thailand ............................................................... 72
Gambar IV.24. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Thailand Tengah, Thailand ............................................................... 73
vi
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Perbedaan persentase kandungan timah pada granitoid seri magnetit
dengan ilmenit di Thailand selatan dan Malaysia .................................... 13
Tabel IV.1. Konsentrasi rata-rata eemen utama dan minor dalam granit dan greisen
pada endapan Pemali, Bangka, Indonesia ........................................... 46
iv
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB 1
PEDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang
Di era yang semakin maju ini, tingkat konsumerisme manusia di dunia
semakin meningkat, terutama dalam hal industri, transportasi, barang-barang
elektronik, dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi yang semakin maju
membuat peningkatan kebutuhan bahan-bahan dasar menjadi ikut meningkat.
Akibatnya
terjadi
peningkatan
permintaan
terhadap
bahan-bahan
baku
produksi. Salah satu bahan baku tersebut yaitu timah atau disebut juga sebagai
timah putih. Sejak jaman dahulu, timah sudah digunakan sebagai material
baku yang dimanfaatkan secara langsung oleh manusia. 600 tahun sebelum
masehi manusia sudah mengenal timah dan dimanfaatkan dalam bentuk logam
murninya (Suprapto, 2008). Dan hingga sekarang, logam timah sudah banyak
berkembang
dalam pemanfaatannya,
BAB 1 PENDAHULUAN | 1
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
timah
Main
Range
karakteristik
batuan
pembawa
bijih
timahnya,
besarnya
cadangannya, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas
mengenai
permasalahan
tersebut,
yang
mana
apabila
dapat
diambil
I. 2.
dari
karya
referat
ini
adalah
mempelajari
mengenai
BAB 1 PENDAHULUAN | 2
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
I. 3.
Batasan Masalah
Karya referat ini membahas mengenai karaketristik endapan timah
primer
di Asia Tenggara,
ada tidaknya
keterkaitan endapan satu dengan yang lain dalam satu lingkungan granitoid,
hubungannya dengan proses tektonik dan magmatik sehingga membentuk
Sabuk Timah Asia Tenggara (Southeast Asian Tin Belt).
I. 4.
Metode Penyusunan
Karya referat ini disusun dengan menyitir dari beberapa referensi
seperti jurnal, buku teks (text book), karya ilmiah, maupun informasiinformasi dari internet yang sesuai dengan topik dan bahasan dalam referat
ini, yaitu endapan timah primer di Asia Tenggara.
BAB 1 PENDAHULUAN | 3
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB II
ENDAPAN TIMAH
II. 1.
sebagai mineral yang diekstrak dari mineral logam (Craig, 1989 dalam Evans,
1993). Contohnya yaitu galena yang diambil timbalnya, kemudian kalkopirit
yang diambil tembaganya. Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa
mineral logam adalah mineral pembawa bijih atau mineral yang mengandung
bijih. Kadang kala mineral logam sering kali disamaartikan dengan mineral
bijih, namun pada dasarnya tidak semua mineral logam merupakan mineral
bijih, karena syarat utama mineral bijih adalah bisa diambil keuntungan atau
profit dari padanya. Namun, setiap mineral bijih merupakan mineral logam.
Mineral logam secara sederhana dapat kita definisikan sebagai mineral
yang memiliki atau mengandung unsur logam. Pembentukan mineral logam
ini terbagi menjadi 3 antara lain proses magmatisme, proses sedimenter, dan
proses
hidrotermal.
pembekuan
magma,
Proses
magmatisme
kristalisasi,
tentunya
diferensiasi,
dll.
berkaitan
dengan
Sedangkan
proses
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
permukaan bumi dan ditemukan tidak dalam unsur bebas, namun terikat
pada suatu senyawa tertentu. Contohnya antara lain zirconium (Zr),
serium (Ce), scandium (Sc), dan itrium (Y).
5. Logam Fisi
Merupakan kelompok logam yang memiliki kandungan unsur
radioaktfi. Contohnya yaitu uranium (U), radium (Rd), dan thorium
(Th).
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
II. 2.
dapat
ditemukan
pada
mineral
stanit
(Cu2 FeSnS4 ),
silindrit
(Pb3 Sn4 FeSb2 S14 ), frankeit (Pb5 Sn3 Sb2 S11 ), kanfieldit (Ag8 SnS6 ), dan tealit
(PbSnS2 ) (Carlin, 2008 dalam Suprapto, 2008)
Pembentukan bijih timah dipengaruhi oleh proses magmatisme dan
hidrotermal.
Saat
proses
diferensiasi
magma,
senyawa-senyawa
yang
terkandung dalam magma akan bereaksi dengan unsur-unsur lain. salah satu
senyawa yang ada di dalam magma yaitu SnF 4 . Senyawa ini apabila bertemu
dengan air, maka akan terjadi reaksi yang kemudian mengendapkan SnO 2 .
SnF4 + 2 H2 O SnO 2 + 4 HF
Rumus di atas ditemukan oleh Daubree (1841) yang kemudian
dijelaskan dalam Lehmann (1990). Air dalam proses reaksi kimia di atas
berasal dari air hidrotermal. Pada saat larutan magma mengintrusi batuan
samping, akan terbentuk rekahan-rekahan pada bagian luar intrusi dan juga
batuan dinding. Melalui rekahan inilah senyawa dan unsur dalam magma
mengalir. Tak hanya itu, air hidrotermal juga akan lebih mudah mengalir
BAB II ENDAPAN TIMAH | 6
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Untuk
batuannya
yang
kemudian
harus
diolah
dan
diekstrak
untuk
didapatkan unsur timahnya. Model endapan timah primer yang paling umum
yaitu diperkenalkan oleh Hosking (1969) yang mengacu pada endapan timah
di daerah baratdaya Inggris (gambar II. 1.)
Gambar II. 1. Model endapan timah primer di baratdaya Inggris (setelah Hosking,
1969)
Kemudian,
endapan
endapan timah yang sudah terlepas dari batuan induknya yang kemudian
tertransportasi oleh agen transportasi dan terakumulasi di suatu tempat
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
karena
kasiterit
memiliki
tingkat
resisteni tinggi,
maka
selama
tertransportasi tidak akan ancur atau terabrasi. berat jenis kasiterit yang tinggi
akan membuat mineral tersebut kemudian terendapkan dan terakumulasi pada
suatu tempat tertentu. Hosking (1969) kemudian membagi tipe endapan timah
letakan atau placer menjadi 24 tipe (gambar II. 2.)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
II. 3.
yang
mengandung
timah
biasanya
memiliki
tekstur
dan
mineralisasi
timah,
wolfram,
dan
molibdenum,
didapatkan
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
berdekatan
terutama granit. Namun selain granit, bijih timah juga dapat ditemukan pada
pegmatit, contohnya di endapan timah Phuket, Thailand dan urat kuarsa,
contohnya di Cornwall, Inggris (Lindgren, 1933). Sehingga, tak hanya proses
magmatisme
saja,
tapi
proses
hidrotermal
ikut
ambil
bagian
dalam
dari tempat
pencampuran dengan material kerak bumi yang menjadi agen reduksi magma.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
(1988
dalam Hutchinson,
1988)
menyatakan
bahwa
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
S dan sangat sedikit dengan granit tipe I. melimpahnya timah pada granit tipe
S berarti juga sama dengan granit seri ilmenit menurut Ishihara (1974) karena
granit tipe S dan seri ilmenit memiliki kemiripan. Tentunya pernyataan
Hosking (1988) tersebut memberikan penekanan yang lebih spesifik terhadap
pernyataan Beaumont (1847) dan Daubree (1841) yang ditulis oleh Lehmann
(1990). Beaumont dan Daubree hanya menyebutkan bahwa endapan timah
ditemukan berasosiasi oleh granit. Kemudian ditegaskan oleh Hosking (1988)
bahwa granit tipe S atau seri ilmenit memiliki kelimpahan timah yang tinggi
disbanding tipe granit atau granitoid lain. Hal tersebut kemudian didukung
pula oleh penelitian Ishihara (1979) di daerah Malaysia dan Thailand (tabel I.
1.).
Ishihara, 1979
granitoid
seri ilmenit
mayoritas memiliki
kandungan timah yang lebih tinggi dari pada seri magnetit. Meskipun
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
II. 4.
bersama
dengan
mineral-mineral lain
penyusun
granitoid,
yang
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 5. Model endapan timah primer tipe porfiri (setelah Taylor
dkk, 1985)
mengenai
pyrometasomatism
skarn
(Lindgren,
yang
paling
tepat
yaitu
tabular
mengikuti
bentuk
kontaknya,
terbentuk
secara
samping
dengan
penambahan
unsur
yang
terjadi pada
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
berlapis.
Fluida magmatik
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 7. Model endapan timah primer tipe skarn (setelah Taylor dkk, 1985)
II. 4. 3. Urat
Urat atau sering dikenal dengan kata vein merupakan suatu
rekahan yang terdapat dalam batuan. rekahan ini bisa terbentuk akibat
proses-proses geologi seperti tektonik, magmatisme, hidrotermal, dan
sebagainya. Dalam konteks mineralisasi endapan bijih, urat menjadi
suatu wadah bagi mineral untuk terendapkan. Fluida hidrotermal
maupun magmatik yang membawa unsur logam akan lebih mudah
melewati batuan melalui rekahan. Dan melalui rekahan itu juga
nantinya logam-logam yang dibawa akan termineralisasi menjadi suatu
endapan logam.urat bisa terbentuk di mana saja baik dalam sistem
porfiri, epitermal, greisen, maupun skarn. Dalam hubungannya dengan
endapan timah primer, urat menjadi tempat mineralisasi logam timah
dan kebanyakan ada pada sistem porfiri, di mana timah termineralisasi
dalam urat atau stockwork. Contoh endapan timah primer tipe urat ini
antara lain endapan Cornwell di Inggris yang sangat terkenal,
BAB II ENDAPAN TIMAH | 18
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 8. Endapan timah dalam urat di Cornwell, Inggris (Taylor, 1969)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 9. Model endapan timah tipe urat (setelah Taylor dkk, 1985)
kuarsa,
muskovit,
atau
lepidolit
dengan
mineral-mineral
aksesori seperti topas, turmalin, dan flourit yang terbentuk dari postmagmatic
alterasi metasomatik
1982 dan
Stemprok, 1987 dalam Evans, 1993). Greisen ini merupakan salah satu
endapan bijih penghasil timah dan wolfram yang paling banyak. Proses
mineralisasi logamnya terletak pada bagian ujung puncak dari intrusi
granit dengan bentuk yang iregular ataupun seperti lembaran-lembaran
pada bagian kontak antara intrusi dengan batuan samping yang
diterobosnya (lihat gambar II.10.).
Contoh dari endapan dari greisen ini adalah endapan Erzebirge
yang terletak pada batas Ceko dan Jerman. Endapan ini muncul dengan
bentuk greisen yang besar dan massif, serta adanya urat-urat di bagian
atasnya.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 10. Model endapan timah tipe greisen (digambar ulang dari
Scherba, 1970 dalam Taylor, 1979)
Sedangkan
endapan
pegmatite
menurut
Evans
(1993)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar II. 11. Model endapan timah tipe pegmatit (Pelettier, 1964 dalam
Taylor, 1979)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB III
SABUK TIMAH ASIA TENGGARA
III. 1.
Kondisi Geografi
Kondisi geografi memiliki arti kondisi lingkungan alam
yang
membentuk
lingkungan
hidup
manusia
yang
berkaitan
km2
550
juta lebih
Desember,2015,
from http://www.britannica.com/place/Southeast-Asia).
Dengan
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar III. 1. Peta daerah Asia Tenggara beserta elevasinya (di edit dari The
Physical Geography of Southeast Asia, Chapter 29, pg. 721)
Gambar III. 2. Peta iklim di Asia Tenggara (di edit dari The Physical Geography of
Southeast Asia, Chapter 29, pg. 726)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
III. 1. 2.
Kondisi Geologi
Wilayah Asia Tenggara tersusun oleh 3 lempeng utama
yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng IndiaAustralia. Lempeng Eurasia yang pergerakannya relatif stabil
mencakup hampir semua daratan negara-negara di Asia Tenggara
kecuali Timor Leste, sedangkan lempeng India-Australia bergerak
ke utara menumbuk lempeng Eurasia di bagian Indonesia Barat
dan Selatan. Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat dan
menabrak bagian Indonesia timur.
negara
di
Asia
Tenggara
yang
kondisi geologinya
paling
Proses
eksogenik
Tenggara,
disebabkan
oleh
iklimnya
yang
dominan
tropis,
50
juta
tahun
yang
lalu
merupakan
proses yang
terbentuknya
struktur-struktur
geologi
serta
Eurasia
di
wilayah
Asia
Britannica
Tenggara
Online.
(Southeast
Retrieved
16
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Desember,2015,
from http://www.britannica.com/place/Southeast-
Asia).
Morfologi di Asia Tenggara ini cukup bervariasi ulai
dari perbukitan, barisan pegunungan, datara, plato, gunung api dan
sebagainya (gambar III. 3.). Barisan pegunungan yang paling
nampak adalah di daerah Myanmar ke selatan hingga Malaysia.
Selain itu di Indonesia terdapat barisan gunung api atau sering
disebut cincin gunung api oleh proses subduksi yang membentang
dari utara Sumatera, jawa, bali, Nusa Tenggara hingga Maluku. Di
Papua terdapat pegunungan berarah barat-timur yang terbentuk
oleh proses kolisi lempeng Pasifik dengan lempeng Australia.
Kemudian terdapat pula barisan pegunungan berarah utara-selatan
di daerah Laos dan Vietnam.
Gambar III. 3. Peta yang menunjukkan lempeng tektonik di daerah Asia Tenggara
(Hall, 2002)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
III. 2.
Gambar III. 4. Peta sebaran sumber timah di dunia. Sabuk Timah Asia Tenggara ditand ai pada
kotak merah. (Taylor, 1969)
Endapan bijih timah ini dibawa oleh batuan granitoid tipe I dan tipe
S. Schwartz dkk (1995) kemudian membagi lingkungan granitoid di Asia
Tenggara
ini
menjadi
golongan
berdasarkan
petrografi
dan
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
sudah
dijelaskan
sebelumnya,
kedua
granitoid
ini memiliki
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
(Biliton),
Pulau
Kundur,
dan
pulau-pulau
lain
di sekitarnya
Schwartz dkk (1995) ini mirip. Eastern Belt memiliki kesamaan arti dengan
The Eastern Granitoid Province, lalu Western Belt sama dengan Western
Granitoid Province, sedangkan Central Belt merupakan gabungan dari Main
Range Granitoid Province dan Northern Granitoid Province. Di sini, Mitchell
(1977) tidak membedakan produk granit di Main Range dengan di Northern
karena memiliki kesamaan sifat.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar III. 6. Distribusi lingkungan granitoid pada Sabuk Timah Asia Tenggara. (modifikasi
dari Cobbing dkk, 1986 oleh Schwartz, 1995)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
(lihat gambar
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
2. Zona 2
Zona 2 ini disebut sebagai The Eastern Foothills. Merupakan
zona yang relatif sempit dari yang lainnya dan terletak di sisi timur
Main Range Granite (Main Range Granitoid Province). Suksesi batuan
di zona ini diinterpretasikan sebagai fasies cekungan eugeosinklinal
(Burton, 1970 dalam Mitchell, 1977).
gambar III. 7.), litologi berupa
tertindih oleh batuan sedimen berupa flysh (sedimen laut) setebal lebih
dari 2000 m. Di atasnya terendapkan baturijang radiolarian, serpih,
kuarsit, konglomerat, dan juga tuf. Di selatan Pahang, batuan sedimen
tersebut ditemukan setebal 5000 meter.
3. Zona 3
Zona 3 terletak di Medial Malaya dan North Central Thailand. Di
sisi selatan, nampak alur suksesi eugeosinklinal seperti di zona 2.
Batuan sedimen gampingan berumur Karbon Bawah nampak hadir,
namun serpih lebih mendominasi. Batuan piroklastik yang ada berupa
pirolastik laut yang tersebar banyak di daerah barat zona ini.
4. Zona 4
Zona 4 terletak di Eastern Malaya dan East Central Thailand.
Batuan paling tua pada zona ini tersusun oleh sedimen klastik dengan
dominasi serpih yang berumur Karbon Bawah hingga Permian Tengah
(Gobet, 1973 dalam Mitchell, 1977). Batuan piroklastik berupa riolit
dan andesit vulakanik tersebar baik di utara maupun di selatan (lihat
gambar III. 7.).
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
III. 3.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar III. 10. Skematik paleogeografi kolisi kerak benua sebagai awal
pembentukan Main Range Granitoid Province pada Triasik Akhir. (Mitchell, 1977)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Dari proses kolisi ini, muncul batuan plutonik granitoid tipe S yaitu
biotit granit, yang menjadi batuan pembawa bijih timah. Di sebelah utara,
proses
kolisi
menyebabkan
terjadinya
proses
metamorfisme
dengan
temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga batuan di daerah sana (Northern
Granitoid Province) tidak hanya biotit granit, namun juga migmatit, sekis
biru, dan batuan lainnya yang terbentuk pada high pressure-temperature
metamorphic. Daerah kolisi ini menjadi Main Range Granitoid Province atau
Central Belt yang memiliki kandungan bijih timah yang tinggi dan menjadi
pemasok timah tertingdi di Asia Tenggara.
Western Belt atau Western Granitoid Province memiliki kandungan
bijih
timah
yang
cukup
banyak
dan berumur
Sibumasu. Namun tidak ada bukti secara tektonik adanya kolisi dan tidak ada
kontinen yang mendekati West Burma-Sibumasu di arah barat. Sehingga
Mitchell (1977) menginterpretasikan bahwa magma asam yang terbentuk
tersebut kemungkinan disebabkan oleh dipping subduksi yang relatif landau
sehingga proses pembentukan magmanya sangat dekat dengan kerak benua,
akibatnya magma yang terbentuk akan lebih bersifat asam dari magma yang
biasanya.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar III. 11. Skematik paleogeografi subduksi Lempeng India sebagai awal
pembentukan Western Granitoid Province pada Eosen Awal. (Mitchell, 1977)
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
(A)
(B)
(C)
Gambar III. 12. Sayatan menunjukkan proses pembentukan lingkungan granitoid di
Asia Tenggara (Mitchell, 1977)
(A) Pembentukan Eastern Belt pada Permian Akhir
(B) Pembentukan Central Belt pada Triasik Akhir
(C) Pembentukan Western Belt pada Eosen Awal
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB IV
ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK
TIMAH ASIA TENGGARA
Sumber daya bijih timah di Asia Tenggara diakui oleh dunia sebagai salah
satu daerah pemasok timah terbesar di dunia, bahkan 54% timah dunia berasal dari
Asia Tenggara (Schwartz, 1995). Melimpahnya komoditi timah ini berasal dari
barisan jalur granitoid yang memanjang berarah utara-selatan mulai dari Myanmar,
Thailand, Malaysia, hingga ke Indonesia, yang dinamakan Sabuk Timah Asia
Tenggara atau Southeast Asian Tin Belt. Dengan panjang 2800 km dan lebar
mencapai 400 meter, jalur granitoid pembawa bijih timah ini hingga sekarang masih
menyimpan cadangan timah yang cukup banyak.
Gambar IV. 1. Peta sebaran potensi
timah di Asia Tenggara dan China
(Sainsbury, 1969)
1.
2.
3.
Pulau Belitung
Pulau Bangka
Malaysia
A. Tambang Bunong Bakau
B. Lahat pipe
C. Tambang Beatrice
D. Tambang Pahang
4. Pulau Phuket, Thailand
5. Maulmein area, Burma
6. Mawchi area, Burma
7. Byingyi district, Burma
8. Tavoy district, Burma
9. Pulau Mergui, Burma
10. Nam Pha Tene Mine, Laos
11. Pia Oak Mountain, Vietnam
12. Kochiu area, China
13. Kwangtung-Kwangsi-Hunan
Province, China
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 43
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 1.
pula
namun,
analisis
komposisi.
Setelah
Schwartz
dkk
(1995)
kasiterit,
kalkopirit,
sfalerit,
galena,
pirhotit,
markasit,
model
hidrotermal
biasa
tidak
cukup
menjelaskan
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
evolusi
hidrotermal-magmatik
yang
berbeda,
yang
Gambar IV. 2. Peta Geologi endapan timah primer Pemali dan sekitarnya (Schwartz
dan Surjono, 1991)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 45
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Tabel IV. 1. Konsentrasi rata-rata elemen utama dan minor dalam granit dan greisen
pada endapan Pemali, Bangka, Indonesia
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 46
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 1. 2.
konsentrasi pirit,
arsenopirit,
dan
kalkopirit,
sfalerit,
galena,
dan
Gambar IV. 4. Peta Geologi endapan timah primer Pemali dan sekitarnya (Schwartz
dan Surjono, 1991)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 47
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 1. 3.
dengan
tipe
distal
skarn
(pirometasomatisme)
atau
oleh
mineral-mineral
kalsit,
arsenopirit,
kasiterit,
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 48
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 5. Peta endapan timah primer Beatrice dan sayatan bawah permukaannya
(Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 49
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 1. 4.
Bentuk mineralisasinya
itu
ada
pula
granodiorit
yang
menerobos
batuan
IV. 1. 5.
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 50
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 1. 6.
Merupakan
endapan
timah
primer
dengan
tipe
Batuan
dasar
yang
berupa
batugamping
berumur
dan
berukuran
diproduksi sehingga
kecil,
pertambangan
membuatnya
lebih
susah
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 2.
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 53
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 54
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 2. 2.
timah. Urat pembawa bijih timah hadir pada area seluas 2,7 x 1,3
km (Schwartz dkk, 1995) dan sudah ditambang mencapai
kedalaman 440 meter. Urat-urat tersebut memiliki tebal 10 100
cm yang saling berpotongan terhadap batuan metasedimen di sana,
selain itu ada pula lapisan bijih dengan tebal 0,1 35 m (lihat
gambar IV. 9.). urat tan lapisan tersebut dibedakan berdasarkan
kehadiran mineral magnetitnya, kelimpahan kuarsa, serta besar
butir mineral kasiteritnya.
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 55
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 10. Peta tektonik endapan Kelapa Kampit pada kedalaman 95
meter (Schwartz dan Surjono, 1990a dalam Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 56
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 2. 3.
primer
yang
memiliki
tipe
skarn,
khususnya
skarn
untuk
diambil timahnya.
Diperhitungkan
cadangan
utama
mineralisasi
bijih
yang
mengandung
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 57
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 11. Sayatan yang melewati endapan Pelapah kanan (after Bean,
1969 dan Ganesan, 1969 dalam Schwartz dkk, 1995)
IV. 2. 4.
kordierit-andalusit-biotit
Permian
di endapan
dekat
intrusi
biotit
granit
Proses
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
berjarak 700 meter dari pusat intrusi granit. Sebagian besar urat
tersebut memiliki kemiringan tinggi atau hampir tegak dengan
tebal 0,2 10 meter.
Proses tektonik ikut serta dalam pembentukan rekahanrekahan yang nantinya akan diisi oleh mineralisasi logam. Ada 2
tipe proses tektonik yaitu (1) patahan yang bergerak mengikuti
patahan di permukaan; (2) rekahan regangan, dan atau kombinasi
keduanya.
Gambar IV. 12. Sayatan yang melewati endapan Sungai lembing (setelah C. Smith dalam
Hutchinson, 1983 dalam Schwartz dkk, 1995)
kasiterit
menjadi
klorit,
arsenopirit,
pirit,
pirhotit,
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 59
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 13. Peta yang menunjukkan urat dan sesar mayor pada Endapan Sungai
lembing (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 60
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 3.
Thailand
hampir
berbatasan
dengan
Myanmar
dan
ini
sudah
ditambang
timah
primer
dengan
meskipun
10
skala
ton perbulan.
tipe
skarn,
kecil
dan
Merupakan
terutama
skarn
IV. 3. 2.
Western
Granitoid
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
lagi
berdasakan
ukuran
dari
mineral-mineral
Pegmatit berukuran butir kasar yang kaya akan Kfeldspar dan kuarsa
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 62
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 14. Peta dan sayatan endapan Nong Sua, Thailand (Schwartz dkk, 1995)
IV. 3. 3.
berumur
Permian.
Beberapa
bagian
pegmatit
dengan
polimignit,
mineral
branerit,
sekunder
wolframit,
seperti turmalin,
monasit,
spesartit,
kasiterit,
kolumbit,
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 15. Komplek pegmatit Kathu, Phuket, Thailand (setelah Sirinawin
dkk, 1986 dalam Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 64
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
IV. 3. 4.
yang
tak
Suwimonprecha
beraturan
(1989
Schwartz
dkk,
meter.
1995)
Gambar IV. 16. Tekstur dan susunan mineral pada pegmatit endapan timah Sin
Patina, Thailand (Suwionprecha, 1989 dalam Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 65
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 17. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid di Pulau Bangka,
Indonesia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 66
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 18. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid di Pulau Belitung,
Indonesia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 67
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 19. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar Riau Sumatera, Indonesia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 68
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 20. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Barat Daya Malaysia, Malaysia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 69
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 21. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Tenggara Malaysia, Malaysia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 70
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 22. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Barat Laut Malaysia, Malaysia (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 71
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 23. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Thailand Selatan, Thailand (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 72
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Gambar IV. 24. Peta distribusi endapan timah, wolframit, beserta granitoid lembar
Thailand Tengah, Thailand (Schwartz dkk, 1995)
BAB IV ENDAPAN TIMAH PRIMER PADA LINGKUNGAN GRANITOID SABUK TIMAH ASIA
TENGGARA | 73
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB V
DISKUSI
Sabuk
Timah
Asia
Thailand, Malaysia, hingga Indonesia memiliki sumber daya bijih timah yang sudah
terbukti.
Hingga
saat
ini Asia
Granitoid
Province
Pinyok
karakteristik
di Thailand.
masing-masing.
Tiap
endapan
memiliki
bentuk
disseminated,
kemudian endapan Bukit Tumang memiliki tipe greisen. Endapan Beatrice bertipe
skarn, endapan Yap Peng bertipe breksi, endapan Klian Intan bertipe urat dan
stockwork. Lalu untuk endapan Pinyok di Thailand bertipe skarn. Dari deskripsi
karakteristik tiap-tiap endapan tersebut, tidak ditemukan adanya kesamaan tertentu.
Tiap
endapan
meskipun
dalam satu
jalur
lingkungan
granitoid
yang sama,
BAB V DISKUSI | 74
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
endapan primer yang terbentuk pun berdasarkan atas kondisi geologi masing-masing
daerah. Apabila geologi daerah tersebut terdapat batuan karbonat yang diterobos, bisa
saja endapan timah primernya menjadi skarn. namun bisa juga berasosiasi dengan
urat, stockwork, dan lain-lain.
Untuk Western Granitoid Province, sebagian besar berada di Thailand.
Endapan yang memiliki lingkungan granitoid ini antara lain endapan Takua Pit
Thong, Nong Sua, Tantikovit, dan Sin Patina. Seluruh contoh endapan dari Thailand
tersebut, kecuali Takua Pit Thong, merupakan endapan timah primer bertipe
pegmatit. Sedangkan Takua Pit Thong memiliki tipe endapan primer skarn. pada
ketiga contoh endapan di atas, selain pegmatit juga ditemukan pula aplit dengan
komposisi magma yang asam. Dari hal tersebut pada dasarnya kita bisa sedikit
berinterpretasi
bahwa
lingkungan
granitoid
western
endapan dominan berupa pegmatit. Namun kembli pada konsep dasar bahwa itu
semua tergantung pada kondisi geologi daerah. Endapan Takua Pit Thong memiliki
tipe skarn, bukan pegmatite seperti contoh endapan lainnya yang sama-sama granitoid
western.
Kemudian pada Eastern Granitoid Province, diberikan contoh endapan Tikus
dan Kelapa kampit di Indonesia serta endapan Pelapah Kanan dan Sungai Lembing di
Malaysia. Endapan tikus memiliki tipe endapan berupa greisen sedangkan Kelapa
Kampit memiliki tipe endapan berupa urat dan stockwork. Lalu untuk Pelapah kanan
bertipe endapan skarn, endapan Sungai lembing bertipe urat dan stockwork. Hampir
sama dengan main range granitoid, di mana jalur lingkungan granitoid ini tidak
ditemukan adanya karakteristik khusus seperti di western. Endapan Tikus dan Kelapa
Kampit yang masih dalam satu pulau pun memiliki tipe endapan yang berbeda dan
pada formasi intrusi granit yang berbeda. Dan dimungkinkan pula berbeda komposisi
mineral batuannya, meskipun sama-sama dalam satu jalur lingkungan granitoid.
Sehingga dari deskripsi karakteristik-karakteristik tiap contoh endapan pada Sabuk
Timah Asia Tenggara tersebut, tidak ditemukan adanya kecenderungan sifat khusus
BAB V DISKUSI | 75
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
suatu endapan timah primer. Meskipun dalam satu jalur yang sama, dengan cerita
geologi tektonik yang sama, namun bisa menghasilkan tipe endapan yang berbeda
dan berbeda pula konsentrasi serta sumber daya bijih timahnya.
BAB V DISKUSI | 76
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
BAB VI
KESIMPULAN
1. Bijih timah banyak terkonsentrasi pada kasiterit yang mana terbentuk dari reaksi
antara senyawa SnF4 dalam magma dengan air dan membentuk SnO 2 .
2. Endapan timah primer ditemukan pada batuan beku granitoid antara lain
granitoid seri ilmenite, granitoid tipe S dan tipe I (sangat jarang).
3. Tipe-tipe endapan timah primer antara lain tipe porfiri, urat atau stockwork, skarn
atau penggantian mineral karbonat, dan greisen-pegmatit.
4. Lingkungan granitoid pada sabuk timah Asia Tenggara dibagi menjadi 4, yaitu
Main Range Granitoid Province, Northern Granitoid Province, Western
Granitoid Province, serta Eastern Granitoid Province.
5. Seting tektonik yang bekerja dalam pembentukan sabuk timah Asia tenggara
terdiri dari proses subduksi lempeng samudra Sibumasu ke arah East-Malaya
Indochina yang membentuk Eastern Granitoid Province. Lalu proses kolisi
kerak benua sibumasu dengan East Malaya-indochina yang membentuk Main
range serta Northern granitoid province. Dan yang terakhir adalah subduksi
lempeng East Burma yang membentuk Western granitoid Province.
6. Dari deskripsi karakteristik tiap-tiap contoh endapan pada tiap jalur lingkungan
granitoid, tidak ditemukan adanya kecenderungan kesamaan dalam hal tertentu.
Kecuali pada western granitoid, hampir semuanya berupa endapan pegmatit.
7. Karakteristik dan tipe endapan timah primer yang terbentuk didasarkan pada
kondisi geologi daerah tersebut, sehingga bisa berbeda meskipun pada jalur
granitoid yang sama.
BAB VI KESIMPULAN | 77
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA | 78
Karya Referat: Kajian Endapan Timah Primer pada Sabuk Timah Asia Tenggara
Yacobus Ekakrismi Nugraha 12/329888/TK/39112
Setijadji, L. D., Nabawi, N. R., Warmada, I W., Yonezu, K., Watanabe, K. 2014.
Study on Tin Mineralization in Singkawang and Ketapang Districts, West
Kalimantan, Indonesia and Its Implications on the SE Asian Tin Belts. Asia
Africa Conferences.
Suprapto, S. J. 2008. Potensi, Prospek dan Pengusahaan Timah Putih di Indonesia.
Pusat Sumber Daya Geologi.
Taylor, R. G. 1979. Geology of Tin Deposits. Amsterdam: Elsevier Scientific
Publishing Company.
DAFTAR PUSTAKA | 79