Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Beberapa pertanyaan yang sering muncul bagi seorang geologist yang baru lulus
terkait alterasi adalah sebagai berikut:
1. Batu ini sudah teralterasi atau belum?
2. Waktu batuan itu teralterasi bagaimana sih keadaan lingkungannya? (suhu,
tekanannya, dsb)
3. Apakah batuan ini teralterasi karena proses hidrothermal? Atau nggak?
4. Batuan asalnya apa?
Alterasi berasal dari kata alter yang lebih mudah diterjemahkan sebagai ubah, jadi,
suatu mineral dikatakan sebagai mineral alterasi jika mineral tersebut sudah berubah
dari mineral aslinya. Perubahan ini terjadi karena perubahan komposisi kimia dari
mineral tersebut. Setiap mineral tersusun atas satu atau beberapa unsur yang
berikatan. Ada ikatan yang sangat kuat, tetapi ada juga ikatan yang sangat lemah.
Jika dibawa ke contoh ngawur; si A berpacaran dengan si B (ikatan AB), kedua2nya
adalah pasangan yang sangat akur, dan saling setia (ikatan kuat), meskipun datang
si C, si A dan si B tidak akan putus, karena ikatannya kuat (maka akan tetap menjadi
ikatan AB). Berbeda dengan pasangan si D dan si E (ikatan DE)yang tidak akur dan
tidak saling setia (ikatan lemah), ketika datang si C, si D cenderung akan selingkuh
dengan si C, sehingga terbentuk ikatan baru yaitu CD. Artinya dihasilkan sesuatu
yang baru.
Jika dibawa lagi ke mineral, perubahan komposisi kimia mineral inilah yang
menghasilkan perubahan mineral (mineral alterasi).
Mari kita bawa ke contoh nyata pada endapan skarn. Pada endapan skarn mineral
alterasi yang terbentuk adalah calc silicate minerals. Mineral ini terbentuk karena
adanya reaksi antara Ca pada batu gamping (CaCo3) dengan larutan hidrothermal
yang kaya silikat. Ca dan Co3 akhirnya berpisah dan si Ca bereaksi dengan silikat.
(Ca selingkuh hehehe)
Epidote (hijau dan prismatik) adalah contoh mineral hasil alterasi ( Ca + silikat)
sangat umum ditemukan pada endapan skarn (retrograde)
Kita kembali ke 4 pertanyaan di atas, untuk menjawab itu semua kita harus
melakukan observasi beberapa hal pada batuan meliputi; tekstur asli (kalo masih
kelihatan lho) biasanya terlihat hanya sebagai tekstur sisa, warna, asosiasi mineral,
tekstur, intensitas alterasi, hubungan overprinting, dan pola distribusi mineral
alterasi. Mari kita bahas satu persatu...
Apakah batuan sudah teralterasi?
Cara paling mudah menjawab pertanyaan itu tentunya adalah dengan cara
membandingkan batuan yang sama (tapi masih fresh) yang ditemukan pada unit
yang sama (ya iyalah.. masalahnya kita kadang ragu apa batuan asalnya.. hehe)
Kita bisa melihat komposisi mineral/asosiasi mineral yang ada pada suatu batuan,
apakah ada mineral-mineral yang dianggap sebagai mineral alterasi? Artinya bukan
anggota dari rock forming mineral. Apakah ada beberapa komponen yang tidak hadir
(yang sebenarnya selalu hadir pada batuan asalnya)? Dengan asumsi mereka
sudah teralterasi menjadi sesuatu. Misal Feldspar pada diorit (kan harus ada tu) tapi
kita hanya menemukan lempung, berarti batuan itu telah teralterasi.
Melihat teksur batuan tersebut, mineral yang teralterasi kuat cenderung kehilangan
tekstur aslinya, misal sudah tidak granular lagi dsb, tetapi pada batuan alterasi
sedang hingga lemah masih menyisakan kenampakan tekstur asli batuan.
a.
b.
c.
Asosiasi mineral, baik yang teralterasi ataupun tidak dapat memberikan informasi
tentang jenis batuan asal suatu batuan.
2. M vein (urat M)
Pada vein tipe M ini mineral yang berasosiasi adalah; magnetite +/- kuarsa +
actinolite + anhydrite + biotite (initial alteration)
3. A vein (urat A)
Pada vein tipe A, mineral-mineral yang berasosiasi adalah kuarsa dengan kilap
kaca + magnetite
4. B vein (urat B)
Vein ini berbentuk stockwork, dan berlapis-lapis, pada bagian tengah berstruktur
comb, berlaminasi, dan mengalami reaktivasi.
5. D vein (urat D)
alterasi serisit dan mengandung mineral-mineral sulfida.
Berikut foto-foto jenis-jenis vein (diambil dari koleksi Corbett dan Leach).
Semoga ilmunya berguna...
mikrospkopis.
Tetapi ada beberapa karakter penting yang harus kita rekam dari sebuah batuan
alterasi, yaitu:
1. warna
warna menjadi parameter yang sangat penting karena beberapa tipe alterasi
tercermin lewat warna, akibat melimpahnya mineral alterasi yang menggantikan
(replacement )mineral asli. Tetapi ini bukan berarti warna adalah satu-satunya
karakter penting dalam mendeskripsikan batuan alterasi, karena terkadang sebuah
mineral alterasi memiliki beberapa variasi warna.
2. Kekerasan (hardness)
Kekerasan menjadi faktor yang penting karena adanya proses alterasi pada batuan
dapat merubah kekerasan batuan tersebut, bisa saja menjadi semakin keras, contoh
pada alterasi silika, atau malah sebaliknya menjadi lembut, contoh pada alterasi
lempung.
3. tekstur
Tekstur pada batuan yang sudah teralterasi biasanya akan menjadi tidak terlihat,
atau samar-samar terlihat pada alterasi lemah sampai sedang.
4. komposisi
Jika batuan asal nya andesit, berarti mineral aslinya adalah feldspar-piroksen,
sedangkan kalau sudah teralterasi, berarti komposisinya menjadi feldspar atau
piroksen teralterasi, kalau sudah mahir, bisa menyebutkan e.g. komposisi andesit
didominasi oleh klorit yg merupakan ubahan (alterasi) dari feldspar).
5. jenis alterasi
Setiap asosiasi mineral alterasi tertentu akan menunjukkan jenis alterasi tertentu,
misalnya alterasi potasik, argilik dll, tetapi lebih baik menyebut alterasi clay-silicapyrit (menyebutkan asosiasi mineral alterasinya) daripada langsung menyimpulkan
alterasi argillic.
6. Persentase sulphide (mineral logam)
Biasanya yang paling mudah diamati adalah pirit, terkadang kalkopirit juga muncul.
7. Persentase urat (kuarsa/ kalsit)
untuk melihat jenis2 mineral alterasi bisa melihat berbagai macam literatur mineral
alterasi, misalnya ATLAS ALTERATION.
Diposkan oleh azim di 21:18 Tidak ada komentar:
Senin, 12 Desember 2011
Dasar-Dasar Fotografi (Fotografi dan Geologi)
Kuliah di geologi ataupun bekerja sebagai seorang geologist pastinya sangat akrab
dengan alat yang namanya kamera. Setiap pergi mengambil data di lapangan,
kamera tidak akan pernah ditinggalkan oleh seorang mahasiswa geologi ataupun
geologist. Fungsi kamera ini pastinya untuk memoto objek-objek geologi yang ada di
lapangan. Model utama biasanya adalah batu/singkapan, tetapi pemandangan indah
juga sering menjadi model yang menarik sebagai kenampakan morfologi suatu
daerah. Selain itu, biasanya para poter dan geologist nya pun tak luput ingin narsisnarsis-an di lapangan. Karena begitu dekatnya dengan kamera, tidak sedikit
seorang geologist juga bekerja ganda sebagai fotografer terkenal, misalnya Kristupa
saragih (fb: Kristupa Saragih) dan Juniarsam (fb: Al Juniarsam Full), mereka berdua
adalah alumni teknik geologi UGM
Pada kesempatan kali ini aku ingin berbagi sedikit pengalaman tentang kamera,
khususnya kamera DSLR. Kamera DSLR ini bisa dikatakan sangat tidak praktis
dibawa ke lapangan, karena ukurannya yang besar dan bobot yang lebih berat
ketimbang kamera pocket. Tetapi, karena hasil jepretannya bagus, banyak juga
geologistnya yang suka membawanya ke lapangan.
DSLR merupakan singkatan dari Digital Single Lens Reflex. Kamera jenis ini
biasanya digunakan oleh seorang yang profesional dalam dunia fotografi
(fotografer). Tetapi, saat ini hampir semua orang bisa memiliki kamera tipe ini,
karena harganya cukup terjangkau. Banyak orang lebih menyukai kamera ini
ketimbang kamera saku (pocket camera) ataupun kamera prosumer, karena lensa
pada kamera DSLR ini dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan. Selain itu,
proses pengaturan pada kamera DSLR memungkinkan seseorang mengekspresikan
kreatifitasnya dalam menjepret sebuah objek.
Berikut akan di jelaskan beberapa komponen pokok yang ada pada sebuah kamera
DSLR.
1. Aperture
Aperture merupakan bukaan sebuah lensa yang menjadi pintu masuknya cahaya.
Jadi, ketika bukaan aperture besar, maka kamera akan menerima banyak cahaya.
Bukaan aperture yang besar sangat dibutuhkan pada kondisi pemotretan dengan
cahaya yang minim, misalnya dalam ruangan, atau senja hari, dsb. Selain itu,
bukaan aperture juga berfungsi untuk mengendalikan ruang tajam, mudahnya
begini; jika kita menyeting aperture pada bukaan besar, latar belakang objek menjadi
kabur, sedangkan jika setingan aperture pada bukaan kecil, foto yang dihasilkan
cenderung memiliki ketajaman gambar hampir pada semua titik. Setingan Aperture
pada kamera DSLR biasanya ditulis sebagai; f/2, f/4, f/6, dan seterusnya. Semakin
kecil angka pembagi f (pada contoh tersebut f/2 paling kecil) artinya bukaan aperture
semakin besar, artinya cahaya yang masuk ke kamera semakin besar pula, dan latar
belakang objek semakin kabur.
2. Shutter Speed
Pada sebuah kamera, didepan sensor kamera tersebut terdapat komponen yang di
sebut shutter. Fungsinya adalah mecegah cahaya masuk ketika tobol kamera/tobol
shutter tidak di tekan. Semakin lama jendela shutter terbuka, maka akan semakin
lama pula sensor kamera terkena cahaya. Dampaknya terhadap hasil jepretan
adalah, jika jendela shutter terbuka lama, gambar akan semakin terang, sebaliknya
jika shutter terbuka sebentar, gambar menjadi lebih gelap. Pada pengaturan shutter
speed, akan terlihat angka-angka seperti; 60, 250, 500 dan seterusnya, ini
maknanya adalah jendela shutter akan terbuka selama; 1/60 detik, 1/250 detik,
1/500 detik dan seterusnya. selain itu, pada pengaturan shutter tersebut juga ada
tulisan 2" dan sebagainya, itu artinya jendela shutter tebuka selama dua detik. Pada
saat jendela shutter terbuka. Jika pada saat jendela shutter masih terbuka, kamera
bergerak, maka foto yang dihasilkan akan menjadi blur/kabur. Sehingga untuk
pengambilan gambar dengan waktu shutter yang sangat lama di sarankan
belahan boleh saling tegak lurus ataupun tidak, contoh yang tegak lurus itu mineral
halit, yang tidak tegak lurus misalnya kalsit.
amethys ini masih satu keluarga dengan kuarsa, indah sekali ya (sumber:
3dchem.com)
6. Pecahan
Pecahan itu maksudnya kalo mineral itu dipecahkan, nah kenampakan bekas
pecahnya itu seperti apa. Pembagiannya (contoh mineralnya); pecahan concoidal
yaitu seperti bekas pecahan botol (kuarsa), spliteri atau fibrous pecahan yang
berserat (asbes), pecahan uneven atau permukaan kasar dan tidak teratur (pirit),
dan terakhir hackly atau permukaan kasar dan runcing2 (perak).
7. Kekerasan
Kekerasan disini bukan tingkat kriminalitas ya.. hehe.. kekerasan adalah tingkat
ketahan mineral terhadap goresan. Skala kekerasan ini sudah ada yang buat, yaitu
skala mosh dari nilai 1-10 (makin besar angka tingkat kekerasan makin tinggi), yaitu;
1. Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4. Fluorit, 5. Apatit, 6. Ortoklas, 7. Kuarsa, 8. Topaz, 9.
Korundum, 10. Intan. Wow, intan selain indah ternya keras sekali ya. Cara
mengindentifikasi secara sederhana kekerasan suatu mineral dengan
membandingkan kekerasan mineral dengan beberapa barang yang ada disekitar kita
yang sudah diketahui tingkat kekerasannya, yaitu:
a. Kuku kita : 2,5
b. Tembaga : 3
c. Pecahan kaca : 5,5 6
8. Berat jenis
Untuk tahu berat jenis ini kita bisa memanfaatkan beberapa alat berupa piknometer,
gelas ukur, dan neraca air.
9. Daya tahan mineral untuk tidak menjadi pecah (tenacity)
Caranya dengan membengkokkan mineral2 yang ingin diidentifikasi, dibagi menjadi
(contoh mineralnya):
a.Brittle yaitu hancur menjadi pecahan-pecahan runcing (kuarsa)
b.Melleable yaitu dapat diubah2 bentuknya tanpa menjadi pecah (tembaga)
c.Sectile yaitu dapat diiris-iris dengan pisau (talk)
d.Fleksibel yaitu dapat dibengkokkan tapi tidak bisa kembali sendiri seperti semula
(selenit)
e.Elastis yaitu dapat dibengkokkan dan bisa kembali seperti semula dengan
sendirinya (muskovit)