Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
alterasi (geothermal)
April 2, 2012
Batuan reservoir panasbumi yang mengalami alterasi akan mengalami perubahan fisik, pada:
Hasil studi resistivity melalui alterasi hydrothermal (Hochstein-Sharms, 1982)
mengelompokkan alterasi hydrothermal berdasarkan pada perubahan
fisik core dan cutting untuk mengetahui tingkat alterasi, yaitu:
Very Low atau Unalter = batuan belum teralterasi dan masih fresh
Low = teralterasi 20-40 %
Medium = teralterasi 40-60 %
High = teralterasi 60-80 %
Very High = teralterasi 80-100 %
1. Densitas
Pengendapan mineral secara langsung dan solution menjadikan batuan reservoir akan
meningkat densitasnya, sedangkan proses pelepasan akan mengurangi densitas. Penambahan
densitas paling banyak dijumpai dengan porositas asli lebih kecil dari 5 %.
2. Porositas dan Permeabilitas
Proses pelepasan akan meningkatkan porositas, sedang efek terhadap permeabilitas hanyalah
perubahan kecil, teratur dan kontinyu. Penurunan permeabilitas lebih cepat karena banyak
dan cepatnya proses pengendapan mineral pada proses pelepasan.
3. Sifat Magnetis
Pada sebagian lapangan panasbumi, kedua mineral (magnetite dan titomagnetite) cepat
berubah menjadi mineral non-magnetic seperti pyrite dan hematite, ini menyebabkan batuan
reservoir menjadi de-magnetised seperti ditunjukkan Hochstein dan Hunt (1970). Survei
magnetometer adalah metode terbaik untuk menentukan lokasi dan batas areal lapangan
panasbumi, tetapi metode ini sangat sulit diterapkan di lapangan.
Meskipun perubahan urutan mineral bervariasi dari sistem ke sistem, ada hubungan umum
antara mineral alterasi hidrotermal dan suhu berkisar, seperti yang dirangkum oleh Henley
dan Ellis (1983); (Gambar 3.5). Beberapa mineral hidrotermal (seperti pirit, kalsit, dan
kuarsa) adalah sebagian kecil digunakan untuk mengevaluasi suhu dalam dan permeabilitas,
karena mineral yang stabil selama interval suhu yang besar. Mineral yang paling informatif
adalah feldspar autigenik yang sensitif terhadap temperatur dan permeabilitas. Terjadinya
mineral hidrotermal khas dari sistem panas bumi aktif tergantung pada beberapa faktor
seperti suhu, tekanan, komposisi fluida, dan permeabilitas (Browne, 1970).
Gamba. Kisaran suhu khas hidrotermal mineral perubahan yang diamati dalam sistem panas
bumi aktif. (Henley dan Ellis, 1983). Padat dan garis putus-putus menunjukkan yang paling
dan kurang sering suhu berkisar kejadian.
Beberapa mineral hidrotermal (misalnya, epidot dan klorit) bentuk larutan padat yang dapat
beradaptasi dengan batas tertentu terhadap perubahan dalam komposisi batuan dengan
mengubah komposisi, sehingga meningkatkan jangkauan stabilitanya, komplikasi lebih lanjut
karena pengembangan mixed-layers mineral, melibatkan lempung dan klorit. Meskipun
komplikasi ini, sistem panas bumi dieksplorasi melalui pengeboran kedalaman memiliki
zonasi termal dari mineral ubahan hidrotermal, untuk identifikasi empat zona alterasi
hidrotermal.
Zona dangkal zona argilik, yang dicirikan oleh adanya montmorilonit, ilit, klorit, dan zeolitsuhu rendah (misalnya, smektit, stilbite). Zona ini berkembang sampai dengan suhu 150-160
C, di atas suhu ini montmorilonit menjadi tidak stabil. Peningkatan kuat dalam klorit dan
illite serta munculnya lapisan campuran lempung ciri transisi ke
zona phyllitic, juga disebut zona ilit-klorit, yang berkembang sampai dengan suhu
dekat dengan 200-250 C. Mineral zeolit khas zona ini adalah laumontite.Zona
berikut, yang disebut zona propilitik atau zona-Ca-silikat Al, ditandai dengan kehadiran
mineral sekunder, yang dekat dengan keseimbangan dengan netral, natrium-klorida larutan
air. Zona ini berkembang sampai dengan suhu 300 C. Epidot, mineral paling khas, dapat
mulai membentuk dalam jumlah kecil dalam zona phyllitic, tetapi menjadi berlimpah di zona
propilitik. Epidot biasanya disertai oleh adularia berlimpah, albite, dan mineral sulfida
(misalnya, pirit, pirhotit, dan sfalerit). Mineral zeolit khas dari zona ini adalah wairakite.
Klorit dan ilit juga stabil dalam zona ini, namun kurang berlimpah daripada di zona phyllitic.
Zona terdalam adalah zona thermometamorphic, yang dicirikan oleh reorganisasi tekstur yang
luar biasa yang asli lithotypes dan dengan munculnya fase mineral temperatur tinggi, seperti
Amfibol (misalnya, aktinolit dan tremolite), pyroxenes (misalnya, diopside), biotit, dan
garnet.
Sifat fisik batuan reservoir panasbumi terdiri dari densitas batuan, porositas, wettabilitas,
tekanan kapiler, saturasi, permeabilitas dan kompresibilitas batuan.
1. Densitas Batuan
Densitas batuan berpori adalah perbandingan antara berat terhadap volume rata-rata dari
material. Densitas spesifik adalah perbandingan densitas batuan pada tekanan dan temperatur
normal, yaitu kurang dari 103 kg/m3. Sebagai contoh, densitas spesifik di lapangan Wairakei
adalah 1-3. Densitas spesifik batuan (bagian solid) antara 2,2-3.
Densitas batuan lapangan panasbumi umumnya sangat berpengaruh terhadap heat content
yang dikandungnya dan terdapat hubungan yang berbanding lurus antara heat content dengan
densitas batuan. Semakin besar densitas batuan semakin besar heat content yang dikandung
oleh batuan. Densitas batuan pada lapangan panasbumi umumnya sangat besar dibanding
daerah non-vulkanik.
2. Porositas
Porositas batuan () didefinisikan sebagai perbandingan volume pori (volume pori-pori yang
ditempati fluida) terhadap volume total batuan. Dalam reservoir panasbumi dikenal dua
macam porositas, yaitu porositas antar butir dan porositas rekahan. Pada umumnya reservoir
panasbumi hanya memiliki porositas rekahan. Secara matematis porositas dapat dituliskan
sebagai berikut:
b. Porositas Matriks Batuan (m) didefinisikan sebagai perbandingan volume antar butir dari
matriks batuan dengan volume bulk matriks batuan (tidak termasuk rekahan).
c. Porositas Bidang Fault (fp) didefinisikan sebagai perbandingan volume bidang fault yang
terbuka dengan volume total bidang fault.
Peralatan logging akan mengukur porositas total (t) yang kemudian dapat dihubungkan
dengan bentuk-bentuk porositasnya dengan mengikuti persamaan:
Keterangan:
= merupakan volume bidang fault dan perbandingan dari volume total. Volume ini dapat
dihitung dari ukuran reservoir, ketebalan bidang fault dan banyaknya bidang fault yang ada.
fp V
= dapat berharga sangat tinggi jika bidang fault-nya terbuka. Hal ini adalah normal, sebab
bidang fault umumnya terdiri dari hancuran batuan konglomerat dan rongga-rongga yang
sangat permeabel. Jika porositas bidang fault memiliki harga 50 % masih dianggap normal.
fp
Porositas matriks analog dengan porositas pada batuan sedimen, pengukuran porositas
dilakukan didalam laboratorium dengan menganalisa sampel core. Pada batuan vulkanik
umumnya porositas matriks batuan relatif kecil, kurang dari 10 %. Porositas rekahan sulit
ditentukan dengan sampel core sebab sampel core tidak dapat mencerminkan adanya pecahan
batuan. Tetapi sebagai perkiraan, porositas total reservoir dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2-2). Porositas total batuan yang terekah dapat dihitung dengan
persamaan:
Wettabilitas atau derajat kebasahan batuan didefinisikan sebagai sifat dari batuan yang
menyatakan mudah tidaknya permukaan batuan dibasahi oleh fluida. Kecenderungan fluida
untuk menyebar atau menempel pada permukaan batuan dikarenakan adanya adhesi yang
merupakan faktor tegangan permukaan antara batuan dengan fluida. Faktor ini pula yang
menentukan fluida mana yang akan membasahi suatu padatan.
Tegangan antar permukaan akan timbul pada batas permukaan antara fluida yang tidak saling
larut, misalnya pada reservoir panasbumi yaitu fasa uap dan fasa cair, di mana fasa cair akan
cenderung melekat pada permukaan batuan sedangkan fasa uap tidak mempunyai gaya tarikmenarik dengan batuan maka fasa uap akan mudah mengalir.
Pada saat reservoir panasbumi mulai berproduksi dengan saturasi cukup tinggi, sedangkan
fasa cair hanya berupa cincin yang melekat pada batuan formasi, butir-butir fasa cair tidak
dapat bergerak, yaitu ketika fasa uap merupakan fasa yang kontinyu dan bersifat mobile, lalu
setelah proses produksi mulai berjalan, fasa uap akan terus diproduksikan dan apabila
temperatur reservoir mulai mengalami penurunan, maka saturasi fasa uap akan semakin
menurun dan saturasi fasa air akan meningkat.
4. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang terjadi antara dua
permukaan yang tidak saling campur. Besarnya tekanan kapiler dipengaruhi oleh tegangan
permukaan, sudut kontak antara fasa uap-cair-padat dan jari-jari kelengkungan pori.
Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir panasbumi, antara lain:
Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir panasbumi.
Merupakan mekanisme pendorong fasa cair dan fasa uap untuk bergerak atau mengalir
melalui pori-pori secara vertikal.
Berdasarkan pada Gambar 1.1 sebuah pipa kapiler dalam suatu bejana terlihat bahwa fasa
cair naik keatas dikarenakan gaya didalam pipa akibat adanya gaya adhesi antara fasa cair
dan dinding pipa yang arah resultannya ke atas. Gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut
antara lain:
1. Besar gaya tarik keatas adalah 2 rAT, dengan r adalah jari-jari pipa kapiler.
2. Sedangkan besarnya gaya dorong kebawah adalah r2 hg (w- s)
Pada kesetimbangan yang tercapai kemudian, gaya keatas akan sama dengan gaya kebawah
yang menahannya yaitu gaya berat fasa cair. Secara matematis dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
atau:
Keterangan:
h = ketinggian fasa cair didalam pipa kapiler, cm
r = jari-jari pipa kapiler, cm
w = massa jenis fasa cair, gr/cc
s = massa jenis fasa uap, gr/cc
g = percepatan gravitasi, cm/dt2
Keterangan:
Pc = tekanan kapiler
simbol o = tegangan permukaan fasa uap-cair
simbol O-
=
sudut kontak permukaan fasa uap-cair
r = jari-jari pipa kapiler
Menurut Plateau, tekanan kapiler merupakan fungsi tegangan antar muka dan jari-jari
lengkungan bidang antar muka dan dapat dinyatakan dengan persamaan:
Keterangan:
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan konvek dan konkaf, inch
o = tegangan permukaan, lb/inch
Penentuan harga R1 dan R2, dilakukan dengan perhitungan jari-jari kelengkungan rata-rata
(Rm), yang didapatkan dari perbandingan Persamaan (2-7) dengan Persamaan (2-8). Dari
perbandingan tersebut didapatkan persamaan perhitungan jari-jari kelengkungan rata-rata
sebagai berikut:
Gambar 1.2. Distribusi dan Pengukuran Radius Kontak Antara Fluida Pembasah dengan
Padatan
Gambar 1.2 menunjukkan distribusi serta pengukuran R1 dan R2. Kedua jari-jari
kelengkungan tersebut diukur pada bidang yang saling tegak lurus. Didapatkan bahwa
tekanan kapiler berbanding terbalik dengan ukuran butir batuan (grain size), jadi semakin
besar ukuran butir batuan maka semakin kecil tekanan kapiler dan begitu juga sebaliknya.
5. Saturasi
Saturasi merupakan fraksi fluida yang menempati pori-pori batuan reservoir. Pada saat sistem
mengandung fasa cair dan fasa uap dalam keadaan setimbang, maka kedua fasa tersebut akan
terjenuhi. Dalam keadaan demikian sifat tekanan dan temperatur tidak dapat berdiri sendiri.
Ketika tekanan dan temperatur ini diplotkan maka akan diperoleh suatu kurva saturasi, kurva
itu akan berakhir pada titik-titik kritis karena densitas dari fasa uap dan fasa cair adalah sama
dengan keadaan fluida dua fasa.
Secara matematis untuk saturasi masing-masing fasa dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
Sv = saturasi fasa uap, fraksi
Sw = saturasi fasa cair, fraksi
s = densitas fasa uap, kg/m3
w = densitas fasa cair, kg/m3
h = enthalpi campuran, kJ/kg
hs = enthalpi fasa uap, kJ/kg
hw = enthalpi fasa cair, kJ/kg
6. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukkan kemampuan batuan untuk
mengalirkan fluida pada media berpori. Definisi kuantitatif pertama kali dikembangkan oleh
Henry Darcy (1956) dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
v = kecepatan aliran, cm/sec
7. Kompresibilitas Batuan
Kompressibilitas batuan didefinisikan sebagai perubahan volume akibat perubahan volume
per satuan perubahan tekanan. Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami
dua macam tekanan, yaitu tekanan dalam (internal stress) yang disebabkan adanya tekanan
hidrostatik fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, sedangkan untuk tekanan luar
(external stress) disebabkan oleh overburden pressure yang berasal dari batuan dan fluida
pengisi yang berada diatasnya. Kompressibilitas batuan dapat dibedakan menjadi:
Kompressibilitas matriks batuan (cr).
Kompressibilitas bulk batuan (cb).
Kompressibilitas pori-pori (cp).
Rumusnya banyak bener Kak?
Ini belum seberapa, nanti Kakak cek lagi di buku keliatannya masih banyak.
Selamat belajar.Wassalamualaikum, Semoga bermanfaat.
(geothermal) alterasi
April 2, 2012
Alterasi
Fluida dan batuan reservoir dalam suatu sistem panasbumi saling berinteraksi, sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi fasa padat maupun komposisi fasa cair.
Perubahan komposisi ini merupakan hasil nyata dari proses reaksi kimiawi. Ada beberapa
definisi dari beberapa ahli geologi mengenai alterasi, antara lain:
1. Perubahan komposisi mineralogi dari suatu batuan karena aktivitas hydrothermal (Courty,
1945).
2. Digunakan dalam klasifikasi pada fasa metamorfosis yang bersifat lokal (Jim, 1956).
3. Dimaksudkan sebagai gejala ubahan pada batuan dan mineral sekunder (supergene) seperti
replacement, oksidasi dan hidrasi.
Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akan
menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration
minerals), maupun fluida itu sendiri.
Ubahan hidrotermal merupakan proses yang kompleks, melibatkan perubahan mineralogi,
kimiawi, dan tekstur, hasil interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya (Pirajno, 1992).
Perubahan-perubahan tersebut akan tergantung pada karakter batuan dinding, karakter fluida
(Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan
Park, 1986), konsentrasi, serta lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett dan
Leach, 1996). Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida
kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses ubahan hidrotermal
(Corbett dan Leach, 1996). Henley dan Ellis (1983 dalam Pirajno, 1992) percaya bahwa
ubahan hidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan
dinding, akan tetapi lebih dikontrol oleh kelulusan batuan, temperatur dan komposisi fluida,
Laju alir fasa cair dan fasa uap, Permeabilitas batuanKonsentrasi CO2 dan H2S dalam fluida
mempunyai pengaruh yang penting pada tiap mineralogi sekunder,dan asal usul terjadinya
pemanasan.
Terdapat beberapa tipe alterasi secara hydrothermal, menurut Hochstein adalah sebagai
berikut:
1. Alterasi Langsung (Pengendapan)
Untuk dapat terbentuk secara langsung, maka batuan reservoir panasbumi harus memiliki
celah, dimana dengan adanya celah ini fluida reservoir dapat mengalir. Saluran ini antara lain
berupa joint, fracture, fault, vug pore dan fissure.
2. Alterasi Replacement (Penggantian)
Kebanyakan batuan mengandung mineral utama yang tidak stabil. Mineral ini memiliki
kecenderungan untuk digantikan dengan mineral yang lebih stabil pada kondisi yang baru.
Tabel I-2.
3. Alterasi Leaching (Pelepasan)
Terjadinya uap yang terasamkan secara oksidasi dari gas H2S, maka batuan yang memiliki
mineral pengganti (attacks rock) akan menggantikan mineral primer tanpa mengganggu
lubang yang telah ada. Alterasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan mineral yang
dihasilkan, yaitu:
a. Albitisasi
Alterasi yang dihasilkan dari perubahan mineral lain terutama K feldspar oleh larutan yang
kaya Na.
b. Alunitisasi
Dijumpai pada batuan beku berbutir halus yang terdapat disekeliling vein epithermal,
dihasilkan oleh aktivitas air yang bersifat sulfat.
c. Argilitisasi
Biasa ditemukan pada batuan samping dari vein dimana cairan pembentuk akan mengubah
mineral feldspar menjadi lempung.
d. Karbonitisasi
Dihasilkan oleh intrusi atau pembentukan mineral karbonat setempat.
e. Chloritisasi
Mineral sebelumnya, umumnya berupa mineral alluminous ferromagnesian silicate.
f. Epidotisasi
Perubahan mineral alluminous ferromagnesian silicate menjadi epidote terdapat pada
chlorite.
g. Silisifikasi
Dihasilkan oleh introduksi silica dari larutan magmatic akhir.
h. Piritisasi
Suatu perubahan mineral ferromagnesian menjadi pirite.
Tabel I-2. Tipe Produk Pengganti Mineral Primer Karena Alterasi Hydrothermal
Original mineral
volcanic glass
Magnetite/ilminite/titanoomagnetite.
pyroxene/ampnibole/olivine/ biotite
calcic plagioclase
anorthoclase/sanidine/orthoclase
replacement products
zeolite* (e.g. mordenite, laumontite,
criscobalite, quartz. calcite. clays (e.g.
montmoriloite)
pyrite, leucoxene: spnene,pyrhotite,
hematite
chlorite, illite. quartz, pyirite, calcite,
anhydrite
calcite, albite, adularia, vairakite,
quartz. anhydrite. chlorite. Illite, kaolin,
monmorilonite. epidote
adularia
Pada daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas hydrothermal, hasil alterasi batuan diharapkan
memberikan informasi kondisi fisik dan kimia selama proses alterasi berlangsung. Keadaan
ini dicerminkan dengan adanya asosiasi mineral sekunder yang terbentuk. Hayashi (1968),
mengelompokkan proses alterasi berdasarkan mineral sekunder juga gambaran fisik dan
kimiawi selama proses berlangsung.
Creasey (1966) membuat klasifikasi ubahan hidrotermal pada endapan tembaga porfir
menjadi tiga tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisitpirit.Lowell dan Guilbert (1970), membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan
bijih porfir, menambahkan istilah zona filik, untuk himpunan mineral kuarsa + serisit + pirit
klorit rutil kalkopirit.
1. Tipe propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, ilit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit .Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH near neutral,
dengan salinitas yang beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas
rendah.
Menurut Creasey (1966) terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir
pada tipe propilitik, yaitu :
a. klorit-kalsit-kaolinit
b. klorit-kalsit-talk
c. klorit-epidot-kalsit
d. klorit-epidot.
2. Tipe argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovit-kaolinitmonmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe argilik
terbentuk pada temperatur 100-300C (Pirajno, 1992), fluida asam hingga neutral dan
salinitas yang rendah.
3. Tipe potasik
Tipe ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felsparmagnetit.
Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit dan titanit (sphene) atau rutil
kadang terbentuk. Ubahan potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif
yang terkait, fluida yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik
yang kuat.
4. Tipe filik
Tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung
mineral-mineral lempung atau alkali felspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit,
kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (sekitar 230-400C), fluida
asam hingga neutral dengan salinitas yang beragam, pada zona yang permeabel dan pada
batas dengan urat.
5. propilitik dalam (inner propylitic),
Menurut Hedenquist dan Lindqvist (1985 dalam Pirajno, 1992) zona ubahan pada sistem
epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH mendekati netral) umumnya juga
menunjukkan zona ubahan seperti pada sistem porfir, tetapi menambahkan istilah inner
propylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur tinggi (>300C), yang dicirikan oleh
kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Advanced argillic
Sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam-sulfat), ditambahkan
istilah advanced argillic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral pirofilit + diaspor
andalusit kuarsa tourmalin enargit-luzonit (untuk temperatur tinggi, 250-350C),
atau himpunan mineral kaolinit + alunit kalsedon kuarsa pirit (untuk temperatur
rendah, <180C).
7. Tipe skarn
Batasan mineralogi skarn sampai sekarang masih kabur (Taylor 1996). Masalah yang lain,
banyak batuan skarn yang memperlihatan tekstur ukuran butir halus, yang mempersulit dalam
identifikasi mineral pada batuan skarn. Walaupun demikian terdapat mineralogi yang sangat
umum yang sering didapatkan pada batuan skarn, yaitu kelompok garnet, piroksen, amfibol,
epidot dan magnetit. Mineral lain yang umum adalah wolastonit, klorit, biotit dan
kemungkinan vesuvianit (idokras). Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan mineral yang
paling umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor 1996). Amfibol
umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang meng-overprint mineral-mineral
tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum
hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit
(CaFe). Terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan temperatur tinggi
(sekitar 300-700C).
8. Tipe Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa- muskovit (atau lipidolit) dengansejumlah
mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang dibentuk oleh ubahan
metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987 dalam Evans
1993).Masalahnya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan ditemukan beberapa
mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk tahap awal observasi batuan
tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang nampak sebagai himpunan mineral.
Apabila dalam satu batuan dijumpai mineral-mineral klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit,
maka disebut sebagai himpunan klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit.
Alhamdulillah