Вы находитесь на странице: 1из 26

MAKALAH FARMAKOLOGI KHEMOTERAPETIKA

ANTIJAMUR
DISUSUN OLEH:
NAMA

: PAVIN

NPM

: 260110132009

KELAS

: KPBI 2013

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

ISI KANDUNGAN
1.

Definisi................................................................................................ 3

2.

Patofisiologi.......................................................................................... 5

3.

Penggolongan Obat................................................................................. 6

4.

Mekanisme Kerja.................................................................................... 6

5.

Kinetika............................................................................................... 7

6.

Efek Samping........................................................................................ 7

7.

Indikasi dan Kontra Indikasi......................................................................7

Daftar pustaka.............................................................................................. 7

Antijamur

1. Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo,
1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof,
umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat),
atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi
(Gandjar, et al., 2006).
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga
tidak mampu melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup
sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organis
mati. Untuk proses perbanyakannya, jamur membentuk sel-sel yang disebut spora,
yang resisten terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan bagi kehidupannya.
Bila keadaan membaik, terutama suhu dan kelembaban, spora dapat tumbuh lagi dan
membentuk mycelium (Tjay dan Rahardja, 2002).
Jamur sebagai suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik
yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, dapat
berkembang biak secara aseksual dan beberapa jamur mempunyai bagianbagian
tubuh berbentuk filamenfilamen dan sebagian lagi bersifat uniseluler. Beberapa jamur
meskipun saprofitik, dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan
subur sebagai parasit dan menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan, termasuk
manusia, tidak kurang dari 100 spesies yang patogen terhadap manusia (Pelczar dan
Chan, 1986).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel
jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah

polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga
daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara
seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode
produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
factor yag saling berinteraksi yaitu:
i.
ii.
iii.

Faktor penyebab penyakit


Factor manusia atau pejamu (host)
Faktor lingkungan

(Septiari, 2012)

Infeksi jamur yang sering disebut mikosis semakin dikenal sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap di rumah sakit, terutama pasien
imunokompromis. Infeksi jamur digolongkan menjadi infeksi jamur endemik dan
infeksi jamur oportunistik. Kandidiasis merupakan mikosis dengan insidensi tertinggi
pada infeksi oportunistik (Nasronudin, 2006).
Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu
usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat
menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama

pengendalian mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,


membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan
dan perusakan oleh mikroorganisme. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh
suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut
dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung
dengan bahan organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan
karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan
mudah didapat (Pelczar & Chan 1988).
Antijamur merupakan bagian antibiotik yang membunuh atau memperlambat
pertumbuhan jamur, sedangkan antibiotik sendiri merupakan suatu substansi kimia
yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam
konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Jawetz et al.,
1994).
Antimikroba menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara bakteriostatik atau
bakterisida. Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan reaksi yang esensial untuk
pertumbuhan. Reaksi tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mensintesis
makromolekul seperti protein atau asam nukleat, sintesis struktur sel seperti dinding
sel atau membran sel dan sebagainya. Antibiotik tertentu dapat menghambat beberapa
reaksi, reaksi tersebut ada yang esensial untuk pertumbuhan dan ada yang kurang
esensial (Suwandi 1992).

2. Patofisiologi
Infeksi jamur diawali dengan masuknya spora jamur ke dalam tubuh atau
melekatnya spora tersebut pada kulit. Infeksi sistemik umumnya diawali dengan
terhirupnya spora ke dalam paru-paru, atau pada candidiasis vulvovaginal infeksi
dapat terjadi karena spora masuk melalui lubang vagina karena kurangnya kebersihan.
Sebenarnya tubuh memiliki proses pertahanan terhadap infeksi jamur,akan tetapi kekuatannya

sangat bervariasi antar individu tergantung tingkat dayatahannya. Pada pasien dengan
kondisi immunocompromised infeksi jamur bahkanyang sifatnya oportunistik sangat
mudah terjadi. Setelah spora masuk dan melewatilini pertahanan tubuh, dengan
kondisi tertentu spora dapat berkembang menjadi jamur dan membentuk koloni di
dalam tubuh atau pada jaringan superfisial. Hal tersebut akan menimbulkan gejala lokal
maupun sistemik.

3. Penggolongan Obat
Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene
(amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol,
klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin),
griseofulvin, dan flusitosin.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Antibiotik
a. Polyenes :amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 Fe)
3. Azoles
a. Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) :
ketokonazole
b. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
(Tripathi M.D
2001)

Ketokonazol merupakan a ntifungi berspe ktrum lua s yang be refe k fungistatik


da n fungisidal. A ntifungi golonga n azol be ke rja dengan cara mengham ba t
biosintesis lipid jamur. K etokonazol berinteraksi de ngan C- 14 -demetilase (e nzim
P -450 sitokrom) untuk menghambat deme tilase la noste rol me njadi ergosterol.
Penghamba t ini me ngga nggu fungsi mem bran se l da n me ningkatka n
permeabilitas sel jamur (Katzung, 2001; Mycek et al, 2001).

4. Mekanisme Kerja
Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan sebagai gangguan pada membran sel,
gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini adalah komponen
sterol yang sangat penting sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan Universitas
Sumatera Utara polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk
suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K,
fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga
menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel
jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan
imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur

dengan cara mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran


dalam proses pengangkutan senyawa senyawa essensial yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan
kematian sel jamur (Sholichah 2010).
Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan mekanisme
yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena
senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi
suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam
ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur.
Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa
antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel,
kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan
sel jamur (Sholichah 2010).
Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan mekanisme
yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena
senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi
suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam
ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur.
Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa
antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel,
kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan
sel jamur (Sholichah 2010).
5. Contoh Obat Antijamur
5.1 Obat Golongan Poliene
Golongan polyene, yaitu nystatin, efektif untuk pengobatan topical
kandidiasis. ( Kusawadji,2001).

P. 5OBAT ANTIJAMUR

OBAT ANTIJAMUR
(0 ratings)|Views: 4,014|Likes: 65
Published by Noli Uzu
See more

1minggu/bulan, 3 dosis
pulse
Tinea kapitis 250 mg/hari x 2-8 minggu Infeksi
Trichophyton
: 5mg/kg/hari x 2-4 mingguInfeksi Mikrosporum : 5mg/kg/hari x 4-8
mingguTinea korporis, tinea kruris, tineapedis200 mg 2xseharix1 minggu
Dosis berdasarkan berat x 1-4mingguPitiriasis versikolor 200 mg/hari x 5-7
hari,

untuk

pencegahan

rekuren

dengan

200mg

2xsehari

dosis

tunggal/bulanTidak ada penelitian


a
Dosis pediatrik berdasarkan berat badan : 100 mg/hari (15-30 mg), 100
mg/hari dapat diganti dengan 200mg/hari (30-40 kg), 200mg/hari (> 50 kg)

10

Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti


mual,nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala,
pruritus, dan ruamalergi.
3.

Flukonazol
Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau
esophageal,
criptococcal meningitis
dan pada penelitian lain dinyatakan efektif

pada sporotrikosis(limfokutaneus dan visceral).


4
Flukonazol digunakan sebagai lini pertama terapi kandidiasis mukotan.
5
Padapediatrik digunakan untuk terapi tinea kapitis yang disebabkan
Tinea tonsurans
dengandosis 6 mg/kg/hr selama 20 hari, dan 5 mg/kg/hr selama 30 hari. Tetapi
diberikan lebihlama pada infeksi
Mycoplasma canis
.
8

11

Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg;
sediaanoral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan
intravena.Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan.
8
Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg
dosistunggal. Pada kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mg tiap minggu
selama 6 bulan ataulebih. Tinea pedis dengan 150 mg tiap minggu selama 3-4
minggu, dengan 75% perbaikanpada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis,
terbinafin 250 mg sehari selama 12 minggulebih utama dibandingkan
flukonazol 150 mg tiap minggu selama 24 minggu. Padapitiriasis versikolor
digunakan 400 mg dosis tunggal. Pada suatu penelitian
open labelrandomized
meneliti pitiriasis versikolor yang diterapi dengan 400 mg flukonazol
dosistunggal dibandingkan dengan 400 mg itrakonazol, ternyata flukonazol
lebih efektif dibandingkan itrakonazol dengan dosis sama.
8
Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal.
Obat initermasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita
hamil dan menyusui.
8
Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
muntah,diare,

nyeri

abdomen

dan

juga

sakit

kepala.

Selain

itu

hipersensitivitas, agranulositosis,sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik,


trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat.
8

12

4.

Varikonazol
Varikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap
Aspergillus sp., Blastomycesdermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol
resistant., Cryptococcus neoforams,Fusarium sp., Histoplasma capsulatum,
dan
Scedosporium apospermum
. Tidak efektif terhadap
Zygomycetes
.
1
Pemberian pada kandidiasis esofageal dimulai dengan dosis oral 200 mg
setiap 12 jam untuk berat badan > 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat
badan < 40 kg. Untuk

aspergilosis invasif dan penyakit jamur, lainnya yang disebabkan


Scedosporiumasiospermum
dan

13

Fussarium spp
, direkomendasikan
loading dose
6 mg/kg IV setiap 12 jam untuk 24 jam pertama, diikuti dengan dosis
pemeliharaan 4 mg/kgBB setiap 12 jamdengan pemberian intravena atau 200
mg setiap 12 jam per oral.
9
Vorikonazol dapat ditoleransi baik oleh manusia. Efek toksik vorikonazol
yangsering ditemukan adalah gangguan penglihatan transien (30%).

Meski dapat ditoleransidengan baik, pada 10-15% kasus ditemukan adanya


abnormalitas fungsi hepar sehinggadalam pemberian vorikonazol perlu
dilakukan monitor fungsi hepar. Vorikonazol bersifatteratogenik pada hewan
dan kontraindikasi pada wanita hamil.
7,10
5. Posakonazol
Posakonazol memiliki kemampuan antijamur terluas saat ini. Tidak
ditemukanresistensi silang posakonazol dengan flukonazol. Posakonazol
merupakan satu-satunyagolongan azol yang dapat menghambat jamur
golongan
Zygomycetes
. Posakonazol jugadapat digunakan dalam pengobatan aspergilosis dan
fusariosis.
11,12

14

Posakonazol hanya tersedia dalam bentuk suspensi oral, dapat diberikan


denganrentang dosis 50-800 mg. Pemberian awal posakonazol dibagi menjadi
empat dosis gunamencapai level plasma adekuat. Pemberian posakonazol
dapat juga diberikan dua kalisehari pada keadaan tidak membahayakan jiwa.
Absorbsi posakonazol lebih baik biladiberikan bersama dengan makanan atau
suplemen nutrisi.
16

GOLONGAN ALILAMIN
Terbinafin
Terbinafin

merupakan

anti

jamur

yang

berspektrum

luas.

Efektif

terhadapdermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk


Candida albican, s
tetapi bersifatfungisidal terhadap
Candida parapsilosis.
Terbinafin juga efektif terhadap
Aspergillosissp., Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum,
Sporothrix schenxkii
dan beberapa
dermatiaceous moulds.
8

15

Pada onikomikosis kuku tangan dan kaki dewasa yang disebabkan


dermatofita,pemberian terbinafin kontinyu lebih efektif daripada itrakonazol
dosis
pulse
.
4,7,8
Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku.
Dosisterbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari, tetapi pada pasien
dengan gangguan heparatau fungsi ginjal (kreatinin klirens < 50 ml/menit atau
konsentrasi serum kreatinin > 300mol/ml) dosis harus diberikan setengah
dari dosis tersebut. Pengobatan tinea pedisselama 2 minggu, tinea korporis
dan kruris selama 1-2 minggu, sedangkan infeksi padakuku tangan selama 3
bulan dan kuku kaki selama 6 bulan atau lebih.
7,8
Tabel 2. Terbinafin dosis rejimen
8
Dewasa Anak-anak
Onikomikosis Kuku tangan : 250 mg/hr x 6mingguKuku kaki : 250 mg/hr x
12minggu3-6 mg/khg/hr x 6-12 minggu
a
Tinea kapitis 250 mg/hr x 2-8 minggu Infeksi
Trichophyton

16

: 3-6mg/kg/hr x 2-4 minggu


a
Infeksi
Microsporum
: 3-6mg/kg/hr x 6-8 minggu
a
Tinea korporis, tinea kruris 250 mg/hr x 1-2 minggu 3-6 mg/kg/hr x 1-2
mingguTinea pedis (mokasin) 250 mg/hr x 2 minggu
b
Dermatitis seboroik 250 mg/hr x 4-6 minggu
b

a
Dosis anak berdasarkan berat badan : 62,5 mg/hr (10-20 kg), 125 mg/hr (2040 kg), 250 mg/hr (>40 kg).Catatan : tingkat kesembuhan tinggi dicapai
dengan dosis 4,5 mg/hr atau lebih.
b
Tidak ada penelitian.

17

Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, dan nyeri


abdomen.Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit
hepar kronik atau aktif.
7

GOLONGAN POLIEN
1.Amfoterisin B
Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap
Aspergillus sp., Mucorales sp., Blastomyces dermatitidid, candida sp.,
Coccidiodiodes immitis,Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum,
paracoccidioides

brasiliensis,Penicillium

marneffei

.Sedangkan

untuk

Aspergillus tereus, Fussarium sp., Malassezia furfur,Scedosporium sp., dan


Trichosporon asahii biasanya resisten.
Kebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis 1-2
gramfoterisin B deoksikolat selama 6-10 minggu. Orang dewasa dengan
fungsi ginjal yangnormal diberikan dosis 0,6-1,0 mg/kg BB. Sebelum
pemberian obat, terlebih dahulu ditesdengan dosis 1 mg amfoterisin B di
dalam 50 ml cairan dextrose dan diberikan selama 1-2 jam (anak-anak dengan
berat badan kurang dari 30 kg diberikan dosis 0,5 mg) kemudiandiobservasi
dan dimonitor suhu, denyut jantung dan tekanan darah setiap 30 menit
olehkarena pada beberapa pasien dapat timbul reaksi hipotensi berat atau
reaksi anafilaksis.Dosis obat dapat ditingkatkan > 1mg/kgBB, tetapi tidak
melebihi 50 mg. Setelah 2 minggupengobatan, konsentrasi di dalam darah
akan stabil dan kadar obat di jaringan makinbertambah dan memungkinkan
obat diberikan pada interval 48 atau 72 jam.

18

Pemberian liposomal amfoterisin B biasanya dimulai dengan dosis 1,0


mg/kg BBdapat ditingkatkan menjadi 3,0-5,0 mg.kgBB atau lebih. Formula
ini harus diberikanintravena dalam waktu 2 jam, jika ditoleransi baik maka
waktu pemberian dapatdipersingkat menjadi 1 jam. Obat ini berikan pada
individu selama 3 bulan dengan dosiskumulatif 15 g tanpa efek samping
toksik yang signifikan. Dosis yang dianjurkan adalah 3mg/kbBB/hari.
Dosis yang direkomendasikan untuk pemberian amfoterisin B lipid
kompleks yaitu5 mg/kgBB dan diberikan intravena dengan rata-rata 2,5
mg/kbBB/jam. Obat ini pernahdiberikan pada individu selama 11 bulan
dengan dosis kumulatif 50 g tanpa efek sampingtoksik yang signifikan.
Dosis awal amfoterisin B dispersi koloid yaitu 1,0 mg/kgBB diberikan
intravenadengan rata-rata 1 mg/kgBB/jam dan jika dibutuhkan dosis dapat
ditingkatkan menjadi3,0-4,0 mg/kgBB. Obat ini pernah diberikan pada
individu dengan dosis kumulatif 3 gtanpa efek samping toksik yang
signifikan.
Pemberian formula konvensional dengan cara intravena dapat segera
menimbulkanefek samping seperti demam, menggigil dan badan menjadi
kaku. Biasanya timbul setelah1-3 jam pemberian obat. Mual dan muntah
dapat juga dijumpai tetapi jarang, sedangkanefek lokal flebitis sering juga
dijumpai. Efek samping toksik yang paling serius adalahkerusakan tubulus
ginjal.

Kebanyakan

pasien

yang

mendapat

formula

konvensional

seringmenderita kerusakan fungsi ginjal terutama pada pasien yang mendapat


dosis lebih dari0,5/kgBb/hari. Formula konvensional dapat juga menyebabkan
hilangnya potasium danmagnesium. Pasien yang mendapat pengobatan lebih
dari 2 minggu, dapat timbul anemianormokromik dan normositik sedang.

19

2. Nistatin
Nistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi
dari Streptomyces nourse pada tahun 1951. Untuk pengobatan kandidiasis
oral, nistatindiberikan tablet nistatin 500.000 unit setiap 6 jam. Suspensi
nistatin oral terdiri dari 100.000 unit/ml yang diberikan 4 kali sehari dengan
dosis pada bayi baru lahir 1 ml,infant 2 ml dan dewasa 5 ml.

5.2 Obat Golongan Azole


Mekanisme kerja obat dengan cara menghambat enzim 14 alpha demetilase
pada pembentukan ergosterol membrane sel jamur, misalnya naftifin,
butenafin, terbinafin (Como, 2003).
Kelompok azol dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah
nitrogenpada cincin azol. Kelompok imidazol (ketokonazol, mikonazol, dan
klotrimazol) terdiridari dua nitrogen dan kelompok triazol (itrakonazol,
flukonazol, varikonazol, danposakonazol) mengandung tiga nitrogen. Kedua
kelompok ini memiliki spektrum danmekanisme aksi yang sama. Triazol
dimetabolisme lebih lambat dan efek samping yang sedikit dibandingkan
imidazol, karena keuntungan itulah para peneliti berusahamengembangkan
golongan triazol daripada imidazol. Pada umumnya golongan azol bekerja
menghambat biosintesis ergosterol yangmerupakan sterol utama untuk
mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerjadengan cara
menginhibisi

enzim

sitokrom

P 450, C-14-

demethylase

yang

bertanggung jawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini mengakibat


kan dinding sel jamurmenjadi permeabel dan terjadi penghancuran jamur.

1. Ketokonazol

20

Ketokonazol mempunyai spektrum yang luas dan efektif terhadap


Blastomyces dermatitids. Candida species, Coccidiodes immitis, istoplasma
capsulatum, Malasezzia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis . Ketokonazol juga
efektif terhadap dermatofit tetapitidak efektif terhadap Aspergillus spesies dan
Zygomycetes.
Dosis ketokonazol yang diberikan pada dewasa 400 mg/hari sedangkan dosis
untuk anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis tunggal. Lama pengobatan untuk tinea
korporis dantinea kruris selama 2-4 minggu, 5 hari untuk kandida vulvovaginitis, 2
minggu untuk kandida esofagitis, tinea versikolor selama 5-10 hari, 6-12 bulan untuk
mikosis dalam.
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai
terjadipada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Pemberian pada saat
menjelang tiduratau dalam dosis terbagi dapat mengatasi keadaan ini. Alergi dapat
terjadi pada 4% pasien,dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang
diterapi ketokonazol.
Ketokonazol dapat menginhibisi biosintesis steroid, seperti halnya pada
jamur.Peninggian transaminase sementara dapat terjadi pada 5-10% pasien. Untuk
pengobatan jangka waktu yang lama, dianjurkan dilakukan pemeriksaan fungsi hati.
Hepatitis druginduced dapat terjadi pada beberapa hari pemberian terapi atau dapat
terjadi berbulan-bulan setelah pemberian terapi ketokonazol. Ketokonazol dosis
tinggi (>800 mg/hari)dapat menghambat human adrenal synthetase dan testicular
steroid yang dapatmenimbulkan alopesia, ginekomastia dan impoten.

21

2. Itrakonazol
Itrakonazol

mempunyai

aktifitas

spektrum

yang

luas

terhadap

Aspergillosis sp,
Blastomyces dermatidis,Candida sp., Cossidiodes immitis, Cryptococcus neoformans
, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis, Scedospo
riumapiospermum dan Sporothrix schenckii.Itrakonazol juga efektif terhadap
dematiaceousmould dan dermatofita tetapi tidak efektif terhadap Zygomycetes.
Itrakonazol

dosis

kontinyu

sama

efektif

dengan

dosis

pulse.Pada

onikomikosis kuku tangan, pulse terapi diberikan selama 2 bulan, sedangkan


onikomikosis kuku kakiselama 3 bulan. Itrakonazol merupakan obat kategori C,
sehingga tidak direkomendasikanuntuk wanita hamil dan menyusui, karena
dieksresikan di air susu. Itrakonazol tersedia juga dalam bentuk kapsul 100 mg.
Bentuk kapsul diberikan dalam kondisi lambung penuhuntuk absorpsi maksimal,
karena

cyclodextrin

yang terdapat dalam bentuk ini seringmenimbulkan

keluhan

gastrointestinal.
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti
mual,nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus,
dan ruamalergi.
3.Flukonazol
Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau
esophageal,
criptococcal

meningitis

dan

pada

penelitian

lain

dinyatakan

efektif pada

sporotrikosis(limfokutaneus dan visceral).


Flukonazol digunakan sebagai lini pertama terapi kandidiasis mukotan. Pada
pediatrik digunakan untuk terapi tinea kapitis yang disebabkan Tinea tonsurans
dengan dosis 6 mg/kg/hr selama 20 hari, dan 5 mg/kg/hr selama 30 hari. Tetapi
diberikan lebihlama pada infeksi Mycoplasma canis.

22

Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg;
sediaanoral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan intrvena.
Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan.
Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg dosis
tunggal. Pada kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mg tiap minggu selama 6 bulan
atau lebih. Tinea pedis dengan 150 mg tiap minggu selama 3-4 minggu, dengan 75%
perbaikan pada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis, terbinafin 250 mg sehari
selama 12 minggulebih utama dibandingkan flukonazol 150 mg tiap minggu selama
24 minggu. Pada pitiriasis versikolor digunakan 400 mg dosis tunggal. Pada suatu
penelitian open labelrandomized meneliti pitiriasis versikolor yang diterapi dengan
400 mg flukonazol dosistunggal dibandingkan dengan 400 mg itrakonazol, ternyata
flukonazol lebih efektif dibandingkan itrakonazol dengan dosis sama.
Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal.
Obat initermasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil
dan menyusui.
Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
muntah,diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu hipersensitivitas,
agranulositosis,sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombositopenia dan efek
pada sistem saraf pusat.
4. Varikonazol
Varikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp., Blastomyces
dermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol resistant, ryptococcus neoforams,
Fusarium sp., Histoplasma capsulatum, dan Scedosporium apospermum. Tidak
efektif terhadap Zygomycetes.
Pemberian pada kandidiasis esofageal dimulai dengan dosis oral 200 mg
setiap 12 jam untuk berat badan > 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat badan
< 40 kg. Untuk aspergilosis invasif dan penyakit jamur, lainnya yang disebabkan

23

Scedosporium asiospermum dan Fussarium spp , direkomendasikan loading dose


6 mg/kg IV setiap 12 jam untuk 24 jam pertama, diikuti dengan dosis pemeliharaan
4 mg/kgBB setiap 12 jamdengan pemberian intravena atau 200 mg setiap 12 jam per
oral.
Vorikonazol dapat ditoleransi baik oleh manusia. Efek toksik vorikonazol
yangsering ditemukan adalah gangguan penglihatan transien (30%). Meski dapat
ditoleransidengan baik, pada 10-15% kasus ditemukan adanya abnormalitas fungsi
hepar sehinggadalam pemberian vorikonazol perlu dilakukan monitor fungsi hepar.
Vorikonazol bersifatteratogenik pada hewan dan kontraindikasi pada wanita hamil.
5. Posakonazol
Posakonazol memiliki kemampuan antijamur terluas saat ini. Tidak
ditemukanresistensi silang posakonazol dengan flukonazol. Posakonazol merupakan
satu-satunyagolongan azol yang dapat menghambat jamur golongan

Zygomycetes.

Posakonazol juga dapat digunakan dalam pengobatan aspergilosis dan fusariosis.


Posakonazol hanya tersedia dalam bentuk suspensi oral, dapat diberikan
denganrentang dosis 50-800 mg. Pemberian awal posakonazol dibagi menjadi empat
dosis gunamencapai level plasma adekuat. Pemberian posakonazol dapat juga diberikan dua
kalisehari pada keadaan tidak membahayakan jiwa. Absorbsi posakonazol lebih baik
biladiberikan bersama dengan makanan atau suplemen nutrisi.
5.3 Obat Golongan Alilamin / Benzilamin
Terbinafin
Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap
dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, tetapi
bersifatfungisidal terhadap Candida parapsilosis. Terbinafin juga efektif terhadap
Aspergillosissp., Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix
schenxkii dan beberapa dermatiaceous moulds.

24

Pada onikomikosis kuku tangan dan kaki dewasa yang disebabkan


dermatofita,pemberian terbinafin kontinyu lebih efektif daripada itrakonazol dosis
Pulse.
Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku.
Dosisterbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari, tetapi pada pasien dengan
gangguan heparatau fungsi ginjal (kreatinin klirens < 50 ml/menit atau konsentrasi
serum kreatinin > 300mol/ml) dosis harus diberikan setengah dari dosis tersebut.
Pengobatan tinea pedisselama 2 minggu, tinea korporis dan kruris selama 1-2
minggu, sedangkan infeksi padakuku tangan selama 3 bulan dan kuku kaki selama 6
bulan atau lebih.
5.4 Obat Anti Jamur Lain
Obat golongan ini merupakan anti jamur spectrum luas, antara lain :
tolnaflat, efektif ntuk dermatofitosis dan tinea versikolor.
Siklopiroksolamin, mempunyai efek antiinflamasi, berkerja dengan
menghambar respirasi jamur dan merusak dinding sel jamur, viroform 3%,
selenium sulfide 2,5% ( Kusawadji,2001).

6. Kinetika

7. Efek Samping

8. Indikasi dan Kontra Indikasi

25

Daftar pustaka
Ama Purba. https://www.scribd.com/doc/114341609/infeksi-jamur
Katzung, B.G. 2001. Farmako logi Da sa r dan Klin ik : Oba t An tija mur. Edisi 5.
Jakarta: EGC. pp. 23-4, 753-9.
Pelczar MJ & Chan ESC. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta: UI-Press.
Septiari. B.B. 2012. Infeksi nosocomial. Yogyakarta: Nuha Medika.
Solichah NM. 2010. Isolasi Rare Actinomycetes Dari Pasir Pantai Depok Daerah
Istimewa Yogyakarta Yang Berpotensi Antifungi Terhadap Candida Albican.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suwandi U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
P.T. Kalbe Farma. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran 76: 10-11.
Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2,
775
8.

26

Вам также может понравиться