Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANTIJAMUR
DISUSUN OLEH:
NAMA
: PAVIN
NPM
: 260110132009
KELAS
: KPBI 2013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
ISI KANDUNGAN
1.
Definisi................................................................................................ 3
2.
Patofisiologi.......................................................................................... 5
3.
Penggolongan Obat................................................................................. 6
4.
Mekanisme Kerja.................................................................................... 6
5.
Kinetika............................................................................................... 7
6.
Efek Samping........................................................................................ 7
7.
Daftar pustaka.............................................................................................. 7
Antijamur
1. Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo,
1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof,
umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat),
atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi
(Gandjar, et al., 2006).
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga
tidak mampu melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup
sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organis
mati. Untuk proses perbanyakannya, jamur membentuk sel-sel yang disebut spora,
yang resisten terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan bagi kehidupannya.
Bila keadaan membaik, terutama suhu dan kelembaban, spora dapat tumbuh lagi dan
membentuk mycelium (Tjay dan Rahardja, 2002).
Jamur sebagai suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik
yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, dapat
berkembang biak secara aseksual dan beberapa jamur mempunyai bagianbagian
tubuh berbentuk filamenfilamen dan sebagian lagi bersifat uniseluler. Beberapa jamur
meskipun saprofitik, dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan
subur sebagai parasit dan menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan, termasuk
manusia, tidak kurang dari 100 spesies yang patogen terhadap manusia (Pelczar dan
Chan, 1986).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel
jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah
polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga
daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara
seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode
produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
factor yag saling berinteraksi yaitu:
i.
ii.
iii.
(Septiari, 2012)
Infeksi jamur yang sering disebut mikosis semakin dikenal sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap di rumah sakit, terutama pasien
imunokompromis. Infeksi jamur digolongkan menjadi infeksi jamur endemik dan
infeksi jamur oportunistik. Kandidiasis merupakan mikosis dengan insidensi tertinggi
pada infeksi oportunistik (Nasronudin, 2006).
Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu
usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat
menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama
2. Patofisiologi
Infeksi jamur diawali dengan masuknya spora jamur ke dalam tubuh atau
melekatnya spora tersebut pada kulit. Infeksi sistemik umumnya diawali dengan
terhirupnya spora ke dalam paru-paru, atau pada candidiasis vulvovaginal infeksi
dapat terjadi karena spora masuk melalui lubang vagina karena kurangnya kebersihan.
Sebenarnya tubuh memiliki proses pertahanan terhadap infeksi jamur,akan tetapi kekuatannya
sangat bervariasi antar individu tergantung tingkat dayatahannya. Pada pasien dengan
kondisi immunocompromised infeksi jamur bahkanyang sifatnya oportunistik sangat
mudah terjadi. Setelah spora masuk dan melewatilini pertahanan tubuh, dengan
kondisi tertentu spora dapat berkembang menjadi jamur dan membentuk koloni di
dalam tubuh atau pada jaringan superfisial. Hal tersebut akan menimbulkan gejala lokal
maupun sistemik.
3. Penggolongan Obat
Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene
(amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol,
klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin),
griseofulvin, dan flusitosin.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Antibiotik
a. Polyenes :amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 Fe)
3. Azoles
a. Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) :
ketokonazole
b. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
(Tripathi M.D
2001)
4. Mekanisme Kerja
Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan sebagai gangguan pada membran sel,
gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini adalah komponen
sterol yang sangat penting sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan Universitas
Sumatera Utara polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk
suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K,
fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga
menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel
jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan
imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur
P. 5OBAT ANTIJAMUR
OBAT ANTIJAMUR
(0 ratings)|Views: 4,014|Likes: 65
Published by Noli Uzu
See more
1minggu/bulan, 3 dosis
pulse
Tinea kapitis 250 mg/hari x 2-8 minggu Infeksi
Trichophyton
: 5mg/kg/hari x 2-4 mingguInfeksi Mikrosporum : 5mg/kg/hari x 4-8
mingguTinea korporis, tinea kruris, tineapedis200 mg 2xseharix1 minggu
Dosis berdasarkan berat x 1-4mingguPitiriasis versikolor 200 mg/hari x 5-7
hari,
untuk
pencegahan
rekuren
dengan
200mg
2xsehari
dosis
10
Flukonazol
Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau
esophageal,
criptococcal meningitis
dan pada penelitian lain dinyatakan efektif
11
Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg;
sediaanoral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan
intravena.Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan.
8
Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg
dosistunggal. Pada kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mg tiap minggu
selama 6 bulan ataulebih. Tinea pedis dengan 150 mg tiap minggu selama 3-4
minggu, dengan 75% perbaikanpada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis,
terbinafin 250 mg sehari selama 12 minggulebih utama dibandingkan
flukonazol 150 mg tiap minggu selama 24 minggu. Padapitiriasis versikolor
digunakan 400 mg dosis tunggal. Pada suatu penelitian
open labelrandomized
meneliti pitiriasis versikolor yang diterapi dengan 400 mg flukonazol
dosistunggal dibandingkan dengan 400 mg itrakonazol, ternyata flukonazol
lebih efektif dibandingkan itrakonazol dengan dosis sama.
8
Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal.
Obat initermasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita
hamil dan menyusui.
8
Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
muntah,diare,
nyeri
abdomen
dan
juga
sakit
kepala.
Selain
itu
12
4.
Varikonazol
Varikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap
Aspergillus sp., Blastomycesdermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol
resistant., Cryptococcus neoforams,Fusarium sp., Histoplasma capsulatum,
dan
Scedosporium apospermum
. Tidak efektif terhadap
Zygomycetes
.
1
Pemberian pada kandidiasis esofageal dimulai dengan dosis oral 200 mg
setiap 12 jam untuk berat badan > 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat
badan < 40 kg. Untuk
13
Fussarium spp
, direkomendasikan
loading dose
6 mg/kg IV setiap 12 jam untuk 24 jam pertama, diikuti dengan dosis
pemeliharaan 4 mg/kgBB setiap 12 jamdengan pemberian intravena atau 200
mg setiap 12 jam per oral.
9
Vorikonazol dapat ditoleransi baik oleh manusia. Efek toksik vorikonazol
yangsering ditemukan adalah gangguan penglihatan transien (30%).
14
GOLONGAN ALILAMIN
Terbinafin
Terbinafin
merupakan
anti
jamur
yang
berspektrum
luas.
Efektif
15
16
a
Dosis anak berdasarkan berat badan : 62,5 mg/hr (10-20 kg), 125 mg/hr (2040 kg), 250 mg/hr (>40 kg).Catatan : tingkat kesembuhan tinggi dicapai
dengan dosis 4,5 mg/hr atau lebih.
b
Tidak ada penelitian.
17
GOLONGAN POLIEN
1.Amfoterisin B
Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap
Aspergillus sp., Mucorales sp., Blastomyces dermatitidid, candida sp.,
Coccidiodiodes immitis,Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum,
paracoccidioides
brasiliensis,Penicillium
marneffei
.Sedangkan
untuk
18
Kebanyakan
pasien
yang
mendapat
formula
konvensional
19
2. Nistatin
Nistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi
dari Streptomyces nourse pada tahun 1951. Untuk pengobatan kandidiasis
oral, nistatindiberikan tablet nistatin 500.000 unit setiap 6 jam. Suspensi
nistatin oral terdiri dari 100.000 unit/ml yang diberikan 4 kali sehari dengan
dosis pada bayi baru lahir 1 ml,infant 2 ml dan dewasa 5 ml.
enzim
sitokrom
P 450, C-14-
demethylase
yang
1. Ketokonazol
20
21
2. Itrakonazol
Itrakonazol
mempunyai
aktifitas
spektrum
yang
luas
terhadap
Aspergillosis sp,
Blastomyces dermatidis,Candida sp., Cossidiodes immitis, Cryptococcus neoformans
, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis, Scedospo
riumapiospermum dan Sporothrix schenckii.Itrakonazol juga efektif terhadap
dematiaceousmould dan dermatofita tetapi tidak efektif terhadap Zygomycetes.
Itrakonazol
dosis
kontinyu
sama
efektif
dengan
dosis
pulse.Pada
cyclodextrin
keluhan
gastrointestinal.
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti
mual,nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus,
dan ruamalergi.
3.Flukonazol
Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau
esophageal,
criptococcal
meningitis
dan
pada
penelitian
lain
dinyatakan
efektif pada
22
Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg;
sediaanoral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan intrvena.
Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan.
Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg dosis
tunggal. Pada kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mg tiap minggu selama 6 bulan
atau lebih. Tinea pedis dengan 150 mg tiap minggu selama 3-4 minggu, dengan 75%
perbaikan pada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis, terbinafin 250 mg sehari
selama 12 minggulebih utama dibandingkan flukonazol 150 mg tiap minggu selama
24 minggu. Pada pitiriasis versikolor digunakan 400 mg dosis tunggal. Pada suatu
penelitian open labelrandomized meneliti pitiriasis versikolor yang diterapi dengan
400 mg flukonazol dosistunggal dibandingkan dengan 400 mg itrakonazol, ternyata
flukonazol lebih efektif dibandingkan itrakonazol dengan dosis sama.
Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal.
Obat initermasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil
dan menyusui.
Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
muntah,diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu hipersensitivitas,
agranulositosis,sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombositopenia dan efek
pada sistem saraf pusat.
4. Varikonazol
Varikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp., Blastomyces
dermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol resistant, ryptococcus neoforams,
Fusarium sp., Histoplasma capsulatum, dan Scedosporium apospermum. Tidak
efektif terhadap Zygomycetes.
Pemberian pada kandidiasis esofageal dimulai dengan dosis oral 200 mg
setiap 12 jam untuk berat badan > 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat badan
< 40 kg. Untuk aspergilosis invasif dan penyakit jamur, lainnya yang disebabkan
23
Zygomycetes.
24
6. Kinetika
7. Efek Samping
25
Daftar pustaka
Ama Purba. https://www.scribd.com/doc/114341609/infeksi-jamur
Katzung, B.G. 2001. Farmako logi Da sa r dan Klin ik : Oba t An tija mur. Edisi 5.
Jakarta: EGC. pp. 23-4, 753-9.
Pelczar MJ & Chan ESC. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta: UI-Press.
Septiari. B.B. 2012. Infeksi nosocomial. Yogyakarta: Nuha Medika.
Solichah NM. 2010. Isolasi Rare Actinomycetes Dari Pasir Pantai Depok Daerah
Istimewa Yogyakarta Yang Berpotensi Antifungi Terhadap Candida Albican.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suwandi U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
P.T. Kalbe Farma. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran 76: 10-11.
Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2,
775
8.
26