Вы находитесь на странице: 1из 8

MUH.

ALI
A31112281

RMK AKUNTANSI SUKUK


Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk
(jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam
pemahaman

praktisnya,

sukuk

merupakan

bukti

(claim)

kepemilikan.

Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSNMUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah.
Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut
organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang
direpresentasikan

setelah

penutupan

pendaftaran,

bukti

terima

nilai

sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. Sama halnya dengan


bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa, atau modal
dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas inventasi tertentu.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan
perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi
hasil

sebagai

pengganti

bunga,

adanya

suatu

transaksi

pendukung

(underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar


penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus
distruktur secara syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas
dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan
penertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika
menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad
hutang piutang melainkan penyertaan.
Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk
(Obligasi syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan

MUH. ALI
A31112281

prinsip syariah yang dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah,


tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya

yang

memggunakan

istilah

bond,

dimana

istilah

bond

mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan Islamic maka


kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang
(loan) adalah interest, sedangkan dalan Islam interest tersebut termasuk riba
yang diharamkan.
Macam-macam Sukuk (Obligasi Syariah)
1. Sukuk Ijarah
Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemilik nya (investor) dan
melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan,
atau kepemilikikan manfaat dan kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang
dibeli denagn harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa

yang

berhasil direalisasikan berdasar transaksi ijarah.


Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:

Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak


bergerah, harta perdagangan) maupun berupa jasa

Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati
oleh kedua belah piahak.

Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan


secara spesifik.

Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam


bentuk imbalan atau sewa/upah

MUH. ALI
A31112281

Pemakaian manfaat harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan


oleh objek tetap terjaga

Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.

Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Investor dapat bertindak sebagai penyewa , sedangkan emiten dapat

bertindak sebagai wakil investor.


Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan

kembali objek sewa tersebut kepada emiten.


2. Obligasi syariah musyarakah
Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan
modal untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kgiatan usaha.
3. Obligasi syariah istishna
Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istishna di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka
pembiayaan suatu proyek/barang.
4. Obligasi Syariah mudarabah
yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah
yang merupakan satu bentuk kerjasama, yang satu pihak menyediakan
modal (rabb al-mal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian
(mudarib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan
perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah
(Depkeu:2010),
1. Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan
dan nilai nominal sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo.

MUH. ALI
A31112281

2. Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: a. sebagai penerbit sukuk; b.
menjadi counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan
aset; c. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili
kepentingan investor.
3. Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan,
margin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
Contoh Struktur Penerbitan Sukuk
Proses untuk membuat pola hubungan antara pihak yang terkait dan model aliran serta akad yang
digunakan dalam akad sukuk dinamakan proses strukturisasi sukuk.[5] Berikut ini akan saya
contoh kan skema penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 2002.
PT Indosat Tbk menerbitkan obligasi syariah pada tanggal 6 November 2002 sebesar Rp 175
miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mengganti sebagian
dana internal yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha seluler Indosat melalui
akuisisi anak perusahaan (Satelindo). Obligasi syariah yang diterbitkan menggunakan prinsip
mudharabah dimana pada prospectus sudah dicantumkan besarnya nisbah antara investor (shahib
almaal) dengan Indosat (mudharib) serta ketentuan lainnya seperti maturity (5 tahun), jadwal dan
tata cara pembayaran bagi hasil, dan sebagainya.
Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan PT Indosat Tbk. Pembayaran atas pembelian
obligasi syariah oleh investor adalah merupakan modal investor (shahib al-maal) dalam akad
mudharabah untuk pengembangan kegiatan usaha Emiten.
PT Indosat Tbk. dalam akad mudharabah ini berperan sebagai pengelola usaha (mudharib)
menggunakan modal investor yang terkumpul untuk membiayai usahanya, yaitu mengganti
sebagian dana internal PT Indosat Tbk. yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha
seluler melalui akuisisi anak perusahaan (Satelindo) yang sudah dilakukan.
Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang obligasi syariah dengan
pendapatan yang dibagi hasilkan. Dasar perhitungan pendapatan yang dibagi hasilkan dibuat
dengan merujuk kepada pendapatan PT Satelit Palapa Indonesia dari pengoperasian satelit dan
pendapatan PT Indosat Mega Media dari internet, sebagai anak-anak perusahaan PT Indosat Tbk.
Pendapatan yang dibagi hasilkan tersebut berasal dari pendapatan PT Indosat Tbk., bukan
pendapatan langsung PT Satelit Palapa Indonesia dan PT Indosat Mega Media. Sesuai dengan
pola bagi hasil yang disepakati, dilakukan distribusi bagi hasil antara investor (shahib al-maal)
dan PT Indosat Tbk. (mudharib) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal. Distribusi
bagi hasil ini dapat dilakukan secara periodik, yaitu 3 (tiga) bulan.
Pada saat jatuh tempo (maturity), yaitu pada tanggal 6 November 2007, Indosat mengembalikan
modal kepada investor sebesar Rp 175 miliar.

MUH. ALI
A31112281

Perbedaan Obligasi Syariah (Sukuk) dan Obligasi Konvensional


Keterangan
Dari sisi orientasi

Obligasi Syariah

Obligasi Konvensional

(Sukuk)
Disamping

Hanya memperhatikan

memperhatikan

keuntungan semata.

keuntungan juga harus


memperhatikan

pula

sisi hala-haram, artinya


setiap investasi yang
diharamkan

dalam

obligasi pada produkproduk

yang

sesuai

dengan prinsip syariah.


Dari sisi besar-kecilnya Keuntungan
akan Keuntungannya
keuntungan

diterima dari besarnya dapat

dari

margin/fee

yang bungan

ditetapkan

ataupun ditetapkan.

dengan

sistem

di

besarnya
yang

bagi

hasil yang didasarkan


atas aset dan produksi.
Dari sisi akad

Setiap

transaksinya Tidak

ditetapkan
berdasarkan
Diantaranya

yang
akad

musyarakah,
murabahah,

salam,

istisna,

ijarah.

Dana
tidak

yang

akad

mengikat

akad. setiap transaksinya.

mudharabah,

dan

terdapat

dihimpun
dapat

diinvestasikan ke pasar

di

MUH. ALI
A31112281

uang

dan

spekulasi

atau

di

lantai

bursa.
a) Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan Awal
Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk

mudharabah sebesar harga perolehan.


Harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang
diukur pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi.
Sedangkan harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah yang diukur pada nilai wajar tidak termasuk

biaya transaksi.
Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah

pada

saat

tanggal

perdagangan

atau

penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim.


Klasifikasi dan Reklasifikasi
Sebelum pengakuan awal, entitas menentukan klasifikasi
investasi

pada

sukuk

ijarah

dan

sukuk

mudharabah

sebagai diukur pada biaya perolehan atau diukur pada nilai

wajar.
Investasi

diklasifikasikan

sebagai

diukur

pada

biaya

perolehan jika:
(a) investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha
yang

bertujuan

utama

untuk

memperoleh

arus

kas

kontraktual; dan
(b) persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu

pembayaran pokok dan/atau hasilnya.


Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas
kontraktual
ditentukan

didasarkan
oleh

entitas.

pada
Arus

tujuan
kas

investasi

yang

kontraktual

yang

dimaksud adalah arus kas bagi hasil dan pokok dari sukuk
mudharabah; atau arus kas ujrah ijarah dan pokok dari
sukuk ijarah. Setelah pengakuan awal, jika aktual berbeda

MUH. ALI
A31112281

dengan tujuan investasi yang telah ditetapkan, maka

entitas menelaah kembali konsistensi tujuan investasinya.


Biaya transaksi untuk investasi pada sukuk ijarah dan
sukuk mudharabah yang diklasifikasikan sebagai diukur
pada

biaya

perolehan

diakui

secara

terpisah.

Biaya

transaksi tersebut diamortisasi secara garis lurus selama

jangka waktu sukuk sebagai beban investasi.


Entitas tidak dapat mengubah klasifikasi investasi, kecuali
terjadi

perubahan

tujuan

model

usaha

sebagaimana

dijelaskan di paragraf 37.


Setelah Pengakuan Awal
Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar,
selisih antara harga pasar dengan jumlah tercatat diakui

dalam laba rugi.


Nilai wajar investasi ditentukan dengan mengacu pada

harga pasar yang dipublikasikan.


Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya
perolehan, jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka
entitas

mengukur

jumlah

terpulihkannya.

Jika

jumlah

terpulihkan lebih kecil daripada jumlah tercatat, maka


entitas mengakui rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan
merupakan jumlah yang akan diperoleh entitas dari
pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.
b) Penyajian
Pendapatan investasi dan beban amortisasi biaya transaksi disajikan
secara neto dalam laba rugi.
c) Pengungkapan
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:
(a) Klasifikasi investasi berdasarkan jumlah investasi;
(b) Tujuan model usaha yang digunakan;
(c)
Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika

ada,

dan

penyebabnya;
(d) Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan; dan
(e) Lain-lain.
https://ml.scribd.com/doc/195799236/MAKALAH-SUKUK

MUH. ALI
A31112281
http://tugaskuliah-syaifurrahman.blogspot.co.id/2012/12/sukuk-obligasi-syariah.html
http://kumpulan-makalah-baru.blogspot.co.id/2013/03/akad-muasirroh-sukuk.html

Вам также может понравиться