Вы находитесь на странице: 1из 9

10

Jurnal Pharmascience, Vol 3, No. 1, Februari 2016, hal: 10 - 18


ISSN-Print. 2355 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.ppjpu.unlam.ac.id/
Review Article

Review Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi,


Potensi Kurkumin dan Analognya, serta
Pengembangan Sistem Nanopartikel
1

*Lutfi Chabib1,2, Zullies Ikawati2, Ronny Martien2, Hilda Ismail2,3


Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
2
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Curcumin Research Centre, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email : lutfi.chabib@gmail.com
ABSTRAK

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan


peradangan kronis pada sendi. Penatalaksanaan RA harus agresif dan sedini mungkin
sehingga mampu meningkatkan hasil jangka pendek maupun panjang penderita.
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melibatkan
proses fagositosis. Tujuan dari pengobatan rheumatoid arthritis tidak hanya
mengontrol gejala penyakit, tetapi juga penekanan aktivitas penyakit untuk mencegah
kerusakan permanen. Penderita RA memulai pengobatan mereka dengan DMARDs
(Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) seperti metotreksat, sulfasalazin dan
leflunomid. Alternatif pengobatan yang dapat dijadikan salah satu pilihan dalam
penanganan RA yaitu senyawa kurkumin dan analognya. Sistem nanopartikel mampu
meningkatan efektifitas dalam pengobatan terutama keadaan RA.
Kata kunci : rheumatoid arthritis, Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs,
kurkumin, nanopartikel.
ABSTRACT
Rheumatoid arthritis (RA) is an autoimmune disease that causes chronic inflammation
of the joints. Management of RA must be aggressive and as early as possible so as to
increase the yield of short and long term patients. Rheumatoid arthritis due to an
autoimmune reaction in the synovial tissue that involves the process of phagocytosis.
The purpose of the treatment of rheumatoid arthritis not only control the symptoms of
the disease, but also suppressed disease activity to prevent permanent damage. RA
patients begin their treatment with DMARDs (Disease Modifying Anti-Rheumatic
Drugs) such as methotrexate, sulfasalazine and leflunomid. Alternative treatments that
can be used as an option in the treatment of RA are compounds curcumin and its
analogs. Nanoparticle systems is able to increase the effectiveness in the treatment of
RA, especially state.
Keywords: rheumatoid arthritis, Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs, curcumin,
nanoparticles.

Volume 3, Nomor 1 (2016)

Jurnal Pharmascience

11

I. PENDAHULUAN
Penyakit rheumatoid arthritis (RA)

(Sokka

et

al.,

2008),

membuat

penatalaksanaan RA harus agresif dan

merupakan salah satu penyakit autoimun

sedini

berupa inflamasi arthritis pada pasien

meningkatkan

dewasa (Singh et al., 2015). Rasa nyeri

maupun panjang penderita (Yazici et al.,

pada penderita RA pada bagian sinovial

2005). Hal ini dapat diakibatkan oleh stres,

sendi, sarung tendo, dan bursa akan

merokok, faktor lingkungan dan dapat pula

mengalami penebalan akibat radang yang

terjadi pada anak karena faktor keturunan

diikuti oleh erosi tulang dan destruksi

(Brooke, 2014).

tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat,


2010)

hingga

sehingga

hasil

mampu

jangka

pendek

Pengobatan saat ini menunjukkan

menyebabkan

kurang efesiennya terapi, menghasilkan

kecacatan (Yazici & Simsek, 2010).

efek samping yang cukup besar, dan biaya

Namun demikian, kebanyakan penyakit

cenderung mahal (Aggarwal & Harikumar,

rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh

2009). Perlu alternatif pengobatan yang

dan kambuh kembali secara berulang-

dapat dijadikan salah satu pilihan dalam

ulang sehingga menyebabkan kerusakan

penanganan RA. Alternatif pengobatan

sendi secara menetap pada penderita RA

dapat bersumber dari bahan alam, maupun

(Muchid, 2006).

turunan dari senyawa bahan alam, salah

Menurut

dapat

mungkin

Arthritis

Foundation

satunya tanaman yang banyak diteliti yaitu

(2015), sebanyak 22% atau lebih dari 50

kunyit

yang

juta orang dewasa di Amerika Serikat

kurkumin.

mengandung

senyawa

berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa

Obat yang digunakan tidak hanya

arthritis. Dari data tersebut, sekitar 3%

berfokus pada kemampuan kimiawi obat

atau 1,5 juta orang dewasa mengalami RA

tersebut,

(Arthritis Foundation, 2015). RA terjadi

mencapai

pada 0,5-1% populasi orang dewasa di

nanopartikel banyak digunakan dalam

negara maju (Choy, 2012). Prevalensi RA

memodifikasi sifat fisik suatu senyawa.

di Indonesia menurut hasil penelitian yang

Nanopartikel juga mampu meningkatan

dilakukan oleh Nainggolan (2010), jumlah

efektifitas dalam pengobatan, terutama

penderita RA di Indonedsia tahun 2009

RA.

adalah 23,6% sampai 31,3%.


Pemahaman terhadap RA berkaitan
dengan komorbiditas dan mortalitas dini

Volume 3, Nomor 1 (2016)

tetapi

secara

target

fisik

terapi.

mampu
Sistem

II. METODE REVIEW


Metode

penulisan

review

yang

digunakan yaitu studi pustaka dengan

Jurnal Pharmascience

12
teknik menganalisis isi dari pustaka yang

pada otot dan kekuatan kontraksi otot

berkaitan dengan rheumatoid arthritis.

(Smeltzer & Bare, 2002).

Pencarian fakta yang mendukung data


yang ditulis dan bahan untuk referensi

B. Manisfestasi Klinis

lainnya melalui sarana internet. Penyusun

RA pada umumnya sering di tangan,

mengambil bahan dari berbagai jurnal dan

sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan

artikel

lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat

dari

berbagai

situs

website

terpercaya.

berlangsung dalam waktu terus-menerus


dan semakin lama gejala keluhannya akan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Rheumatoid arthritis (RA) adalah
penyakit

autoimun

yang menyebabkan

peradangan kronis pada sendi. Penyakit

semakin berat. Keadaan tertentu, gejala


hanya berlangsung selama beberapa hari
dan kemudian sembuh dengan melakukan
pengobatan (Tobon et al., 2010)

autoimun adalah penyakit yang terjadi

Rasa nyeri pada persendian berupa

ketika jaringan-jaringan tubuh diserang

pembengkakan,

panas,

eritema

dan

oleh sistem imunnya sendiri yang keliru

gangguan fungsi merupakan gambaran

(Aletaha et al., 2010).

klinis yang klasik untuk rheumatoid

A. Patofisiologi

arthritis. Persendian dapat teraba hangat,

Rheumatoid arthritis akibat reaksi

bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung

autoimun dalam jaringan sinovial yang

selama lebih dari 30 menit. (Smeltzer &

melibatkan

Bare,

proses

fagositosis.

Dalam

2002).

Pola

karakteristik

dari

prosesnya, dihasilkan enzim-enzim dalam

persendian yang terkena adalah : mulai

sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutnya

pada

akan memecah kolagen sehingga terjadi

pergelangan, dan kaki. Secara progresif

edema, proliferasi membran sinovial dan

mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,

akhirnya terjadi pembentukan pannus.

siku, pergelangan kaki, tulang belakang

Pannus akan menghancurkan tulang rawan

serviks, dan temporomandibular.

persendian

kecil

di

tangan,

dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya

Adapun tanda dan gejala yang umum

adalah menghilangnya permukaan sendi

ditemukan atau sangat serius terjadi pada

yang akan mengganggu gerak sendi. Otot

lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu:

akan merasakan nyeri akibat serabut otot

sendi terasa kaku pada pagi hari dan

mengalami perubahan degeneratif dengan

kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku,

menghilangnya

pergelangan tangan dan kaki, juga pada

kemampuan

elastisitas

jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah


Volume 3, Nomor 1 (2016)

Jurnal Pharmascience

13
beberapa bulan, bila diraba akan terasa

mengurangi nyeri sendi dan bengkak, serta

hangat, terjadi kemerahan dan terasa

meringankan kekakuan dan mencegah

sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat

kerusakan

menyebabkan demam dan terjadi berulang

meningkatkan

kualitas

hidup

pasien

dapat terjadi berulang.

meringankan

gejala

tetapi

juga

sendi

memperlambat

sehingga

kemajuan

dapat

penyakit.

Penderita RA memulai pengobatan mereka

C. Diagnosis
Dagnosis RA di Indonesia mengacu

dengan DMARDs (Disease Modifying

pada kriteria diagnosis menurut American

Anti-Rheumatic

College

metotreksat, sulfasalazin dan leflunomid

of

Rheumatology/European

League Against Rheumatism 2010 yaitu

(American

College

Tabel 1. Kriteria RA ACR/EULAR 2010

Subcommittee, 2012).

Drugs)

of

seperti

Rheumatology

Terapi pengobatan di mulai dengan


pendidikan pasien mengenai penyakitnya
dan penatalaksanaan yang akan dilakukan
sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau
tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,

tetap berobat dalam suatu jangka waktu

2014).
Pada pasien dengan skor kurang dari 6 dan
tidak diklasifikan sebagai RA kondisinya
dapat

dapat memelihara ketaatan pasien untuk

dinilai

kembali

dan

yang lama (Schwinghammer & Koehler,


2009).

mungkin
1.

krierianya dapat terpenuhi.

Disease Modifying Anti Rheumatic


Drugs (DMARDs)
Disease Modifying Anti Rheumatic

D. Terapi Farmakologi
Tujuan dari pengobatan rheumatoid
arthritis tidak hanya mengontrol gejala
penyakit, tetapi juga penekanan aktivitas
penyakit

untuk

mencegah

kerusakan

permanen (Nikolas, 2012). Pemberian


terapi rheumatoid arthritis dilakukan untuk

Drugs (DMARDs) memiliki potensi untuk


mengurangi

kerusakan

pada

sendi,

mempertahankan integritas dan fungsi


sendi dan pada akhirnya mengurangi biaya
perawatan dan meningkatkan produktivitas
pasien RA. Obat-obat DMARDs yang
sering digunakan pada pengobatan RA

Volume 3, Nomor 1 (2016)

Jurnal Pharmascience

14
adalah metotreksat (MTX), sulfasalazin,

(Perhimpunan

leflunomide, klorokuin, siklosporin dan

2014).

azatioprin (Saag et al., 2008).

Reumatologi

Penanganan

medik

Indonesia,

kombinasi

Semua DMARDs memiliki beberapa

DMARDs dengan pemberian salsilat atau

ciri yang sama yaitu bersifat relatif slow

Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)

acting yang memberikan efek setelah 1-6

dalam dosis terapeutik. Pemberian dalam

bulan pengobatan kecuali agen biologic

dosis

yang efeknya lebih awal. Setiap DMARDs

tersebut akan memberikan efek anti-

mempunyai toksisitas masing masing yang

inflamasi

memerlukan

pasien

persiapan

dan

monitor

terapeutik yang penuh, obat-obat

maupun
perlu

analgesik.

Namun

diberitahukan

untuk

dengan cermat. Keputusan untuk memulai

menggunakan obat menurut resep dokter

pemberian DMARDs harus dibicarakan

agar kadar obat yang konsisten dalam

terlebih dahulu kepada penderita tentang

darah

risiko dan manfaat dari pemberian obat

keefektifan obat anti-inflamasi tersebut

DMARDs ini (Kremer, et al., 1994).

dapat mencapai tingkat yang optimal

Pemberian DMARDs bisa diberikan

bisa

dipertahankan

sehingga

(Smeltzer & Bare, 2002).

tunggal atau kombinasi. Pada penderita


yang

tidak

merespon

pengobatan

2.

Agen Biologik

DMARDs dengan dosis dan waktu yang

Beberapa DMARDs biologik dapat

optimal, diberikan pengobatan DMARDs

diberikan dengan infeksi bakterial yang

tambahan atau diganti dengan DMARDs

serius aktif seperti aktivasi hepatitis B dan

jenis yang lain. Berikut adalah tabel

aktivasi TB. Berikut adalah pengobatan

DMARDs

famakologi RA dengan agen biologik

yang

digunakan

pada

pengobatan RA (Saag et al., 2008).

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. DMARDs yang digunakan pada

Tabel 3. DMARDs Biologik yang


dipergunakan prngobatan farmakologi
rheumatoid arthritis

pengobatan rheumatoid arthritis

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,


2014).

Volume 3, Nomor 1 (2016)

Jurnal Pharmascience

15
3.

Kortikosteroid

E. Potensi Kurkumin dan Analognya

Pengobatan farmakologi dengan


kortikosteroid

oral

dalam

dalam

dosis

dihindari
selagi

RA,

namun

pemberian
menunggu

DMARDs

(Innes

kurkumin memiliki potensi besar dalam

OAINS

penanganan RA. Pemberian kurkumin

terapi

menyebabkan

penurunan

indeks

peradangan pada hewan uji (Aggarwal &

Kortikosteroid diberikan dalam jangka

Harikumar, 2009). Pemberian kurkumin

waktu sesingkat mungkin dan dosis rendah

mampu menghambat perburukan keadaan

yang dapat mencapai efek klinis. Perlu

RA.

diingatkan

meningkatkanrespon

bahwa

mempengaruhi

al.,

dari
2009).

ataupun

et

Sejumlah penelitian menunjukkan

sebaiknya

bersama
efek

Rhemautoid

Arthritis

rendah/sedang bisa menjadi bagian dari


pengobatan

Penanganan

OAINS

perjalanan

mencegah

tidak
penyakit

kerusakan

sendi.

Kurkumin

juga

mampu

kekebalan

tubuh

selama peradangan. Kurkumin mampu


menekan

TNF

sehingga

menurunkan

Pemilihan OAINS yang dipergunakan

kerusakan tulang rawan (Aggarwal &

tergantung pada pencegahan efek samping

Harikumar,

Kombinasi 2 atau lebih OAINS harus

diberikan kurkumin selama 2 minggu

dihindari

karena

menunjukkan perbaikan keadaan, dapat

efektivitas

tetapi

tidak

menambah

meningkatkan

efek

samping (Petri, 2007).


Dikatakan

dosis

2009).

Pasien

RA

yang

ditoleransi tubuh, dan tidak menimbulkan


efek samping. Pada penelitian lain yang

rendah

jika

dilakukan pada 50 pasien menunjukkan

diberikan kortiksteroid setara prednison <

pemberian kurkumin mampu menurnkan

7,5 mg sehari dan dosis sedang jika

nilai IL-1, IL-6, CD40, dan laju endap

diberikan 7,5 mg-30 mg sehari (Dipiro,

darah. Efek samping yang terjadi dapat

2010). Selama penggunaan kortikosteroid

ditekan dibandingkan penggunaan OAINS

harus diperhatikan efek samping yang

(Gupta et al., 2012)

dapat ditimbulkannya seperti hipertensi,

Gamavuton-0 (GVT-0) merupakan

retensi cairan, hiperglikemi, osteoporosis,

analog kurkumin yang banyak dilaporkan

katarak

terjadinya

memiliki aktivitas antiinflamasi termasuk

aterosklerosis dini. (Alldredge, et al.,

dalam penanganan RA. Hasil penelitian

2003).

yang dilakukan pada hewan uji dengan

dan

kemungkinan

berbagai dosis selama 21 hari diketahui


mampu menekan progres RA. Pasca
pemberian
Volume 3, Nomor 1 (2016)

GVT-0

terjadi

penurunan

Jurnal Pharmascience

16
rematik indeks, peradangan pada kaki

membentuk

tikus, nilai TNF, dan IL-1. Kerusakan

pencampuran dengan air. Proses self-nano-

tulang

secara

emulsifikasi terjadi secara spontan karena

toksisitas

tidak memerlukan tambahan perlakukan

rawan

signifikan.

juga
Pada

menurun
uji

menunjukkan senyawa ini aman (Ikawati


et al., 2014).

nanoemulsi

pada

atau energy dari luar (Villar et al., 2012).


Sistem penghantaran yang berdasar
nanoemulsi

F. Pendekatan Sistem Nanopartikel


Pada

Penghantaran

Obat

memperbaiki

potensi

kestabilan

untuk
obat,

meningkatkan durasi efek terapi dan


memungkinkan pemberian enteral dan

Rhemautoid Arthritis
Obat

memiliki

konvensional

maupun

parenteral, yang dapat mencegah, atau

senyawa bahan alam dan turunannya

meminimalkan degradasi dan metabolism

umumnya memiliki permasalahan dalam

obat dan juga efflux seluler (Mohanraj &

kelarutan. Sistem nanopartikel mampu

Chen, 2006).

memperbaiki

kelarutan

dari

suatu

SNEDDs mampu meningkatkan

senyawa, sehingga meningkatkan penetrasi

penyerapan dan bioavailabilitas oral nya

untuk mencapai target aksi. Nanopartikel

dari senyawa aktif. Sebagai tujuan akhir,

didefinisikan sebagai partikel terdispersi

formulasi SNEDDs mampu meningkatkan

atau partikel padat dengan ukuran 10-1000

efektivitas sebagai pengobatan anti RA

nm. Obat dilarutkan, terjebak, dikapsulasi

(Patel et al., 2011).

atau dijerat dalam matriks nanopartikel


(Mohanraj & Chen, 2006).
Sistem

nanopartikel

IV. KESIMPULAN
dirancang

Penderita

rheumatoid

pengobatan

mereka

(Disease

Modifying

arthritis

untuk mampu membuat obat mencapai

memulai

dengan

target terapi, terutama pada keadaan RA.

DMARDs

Hal tersebut dapat menurunkan kejadian

Rheumatic Drugs) seperti metotreksat,

efek samping karena kerja spesifik dari

sulfasalazin dan leflunomid. Alternatif

sistem nanopartikel (Pham, 2011).

pengobatan yang dapat dijadikan salah

Anti-

Salah satu sistem nanopartikel

satu pilihan dalam penanganan rheumatoid

yang banyak dikembangkan yaitu Self-

arthritis yaitu senyawa kurkumin dan

Nano Emulsifying Drug Delivery Systems

analognya. Sistem nanopartikel mampu

(SNEDDs) didefinisikan sebagai campuran

meningkatan efektifitas dalam pengobatan

isotropik

terutama keadaan rheumatoid arthritis.

kosurfaktan

minyak,
yang

Volume 3, Nomor 1 (2016)

surfaktan
dengan

dan
cepat

Jurnal Pharmascience

17
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B., and Harikumar, K., 2009,
Potential Therapeutic Effects of
Curcumin, the Anti-inflammatory
Agent, Against Neurodegenerative,
Cardiovascular,
Pulmonary,
Metabolic,
Autoimmune
and
Neoplastic Diseases, Int J Biochem
Cell Biol. 2009 ; 41(1): 4059
Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits,
Felson T. 2010. Rhematoid
Arthritis Collaborative Initiative.
Arthritis Rheum. 62: 2569 2581
Alldredge, B.K., Corelli, R.L, Ernst, M.E,
Guglielmo, B.J, Jacobson, P.A, &
Kradjan, W.A. 2013, Koda-Kimble
& Youngs Applied Therapeutics
The Clinical Use of Drugs.
Lippincott Williams & Wilkins
Pennsylvania, United States of
America.
American College of Rheumatology
Subcommittee Reumatoid Arthritis.
2012.
Guidelines
for
the
Management of Rematoid Arthritis.
46: 328-46
Arthritis Foundation, 2015, Arthritis
Foundation Scientific Strategy
2015-2020, http://www.arthritis.org
/Documents/arthritis-foundationscientific-strategy.pdf
Brooke MP. 2014. Rheumalology. Med J
Australia.160: 374-377.
Choy, E., 2012, Understanding the
dynamics: pathways involved in
the pathogenesis of rheumatoid
arthritis, Rheumatology, 2012
;51:v3-v11.
doi:10.1093
/rheumatology/kes113
Darmawan J.1988. Rheumatic condition in
the northern part of Central Java.
An epidemiological survey. 97111.
DiPiro, Robert L. Talbert, Gary, C. Yee,
Gary, R. Matzke, Barbara G.
Wells,
Michael,
P.
2010.
Pharmacotherapy
:
A
Pathophysiologic Approach. The
Mc. Graw Hill Company. USA.

Volume 3, Nomor 1 (2016)

Gupta, S., Patchva, S., Aggarwal, B.,


2012, Therapeutic Roles of
Curcumin: Lessons Learned from
Clinical Trials, The AAPS Journal,
Vol. 15, No. 1.
Ikawati, Z., Yuniarti, N., Marnono, A.,
2014,
Acute
Toxicity
and
Suppressive Effects of a Curcumin
Analogue Gamavuton-0 (Gvt-0)
On CFA-Induced Arthritis in rats,
Journal of Applied Pharmaceutical
Science, Vol. 4 (11), pp. 019-023.
Innes I.B., Jacobs J.W.G, Woodnurn J, van
Laar J.M. Treatment of Rematoid
Arthritis 2009. Dalam: Bijlsma
JWJ, Buermester GR, da Silva
JAP. Eular Coompedium on
Rheumatic Diseases. London. 20:
81-91.
Kim J. M & Weian MH. 2007. When does
Rhematoid Artritis Begin and Why
Do We Need to Know ?. Arthtrits
Rheum. 23: 143-156.
Kremer J.M., Alarcon GS, Lightfoot RW.
1994. Methotrexate for Rematoid
Arthritis: Suggested Guidelines for
Monitoring
Liver
Toxicity.
Arthritis Rheum 37:316-328
Mohanraj, V.J., and Y. Chen. 2006.
Nanoparticles-A Review. Tropical
Journal
of
Pharmaceutical
Research 5 (1): 561-573.
Muchid A. 2006. Pharmaceutical Care
untuk Pasien Penyakit Arthiritis
Rematik. Izkafiz. Direkloral Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik,
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Jakarta.
Nainggolan, O. 2009. Prevalensi dan
Determinan Penyakit Rheumatik di
Indonesia. Majalah Kedokteran
Indonesia 59: 587-594.
Nikolas, S. 2012. Fatigue in Rheumatoid
Arthritis: from Patient Experience
to Measurement. Thesis, University
of Twente.
Pham,
C.,
2011,
Nanotherapeutic
approaches for the treatment of
rheumatoid
arthritis,
Wiley
Interdiscip
Rev
Nanomed

Jurnal Pharmascience

18
Nanobiotechnol. 2011 ; 3(6): 607
619
Schwinghammer, T.L., & Koehler, J.M.
2009. Pharmacotherapy Casebook
: A Patient-Focused Approach. The
Mc. Graw Hill Company. USA.
Singh, J., Saag, K., Bridges, L., Aki, E.,
Bannuru, R., 2015, 2015 American
College
of
Rheumatology
Guideline for the Treatment of
Rheumatoid Arthritis, Arthritis
Care
&
Research,
DOI
10.1002/acr.22783, VC 2015,
American
College
of
Rheumatology.
Sokka T, B. Abelson, & T. Pincus. 2008.
Mortality in Rematoid Arthitis.
Clin Exp Rheumatol. 26: 35-36
Tobon G.J., P. Youinou, A. Saraux. 2010,
The
Environment,
GeoEpidemiology, and Autoimmune
Disease: Rematoid arthritis. J
Autoimmun 35: 10-4
Patel J, Patel A, Raval M, and Sheth N,
2011,
Formulation
and
development
of
a
selfnanoemulsifying drug delivery
system of irbesartan, J Adv Pharm
Techno Res, 2(1): 9-16
Perhimpunan Rematologi Indonesia, 2014.
Diagnosis dan Pengelolaan Artritis
Reumatoid.
Perhimpunan
Reumaologi Indonesia, Bandung.
Petri M. 2007. Hopkins Lupus Pregnancy
Centre: Ten Key Issues in
Management. Rheum Dis Clin
North Am. 33: 227-34
Saag K.G., Teng G.G, Patkar N.M,
Anuntiyo J, Finney C, & Curtis.
2008. American College of
Rheumatology Recommendations
for the Use of Nonbiologic and
Biologic
Disease-Modifying
Antirheumatic Drugs in Rematoid
Arthritis. Arthritis Rheum. 59: 762784.
Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda,
2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Ed.8. EGC, Jakarta.

Volume 3, Nomor 1 (2016)

Villar, A. M., Naveros, B. C., Campmany,


A. C., Trenchs, M. A., Rocabert, C.
B. & bellowa, L. H. 2012. Design
and
optimization
of
self
nanoemulsifying drug delivery
systems (SNEDDs) for enhanced
dissolution of gemfibrozil. Int J
Pharm.
Yazici, Y & Simsek I. 2005. Traetment
Options for Rhematoid Arthritis
Beyond TNF-Alpha Inhibitors.
Expert Rev Clin Phamrcol. 3: 663666.
Yazici Y., T. Sokka, H. Kautiainen,
Swearingen, I. Kulman, Pincus.
2005.
Longterm
Safety
of
Methotrexate in Routine Clinical
Care: Discontinuation Is Unusual
and Rarely Due to Laboratory
Abnormalities. Ann Rheum Dis. 64:
207-211

Jurnal Pharmascience

Вам также может понравиться