Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dan material yang mudah
diakses dan mudah dipahami bagi pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan harus
berinisatif untuk mengungkapkan informasi, tidak hanya diwajibkan oleh hukum dan
regulasi, tetapi juga informasi lain yang dianggap penting bagi pemegang saham,
kreditor dan pemegang saham lain untuk pembuatan keputusan.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah salah satu prasyarat untuk memperoleh kinerja berkelanjutan.
Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan
antara organ-organ yang ada dalam perusahaan. Sebagai manajer perusahaan,
akuntabilitas erat kaitannya sebagai penanggungjawaban terhadap kinerja manajer,
manajer harus mampu melaporkan, menjelaskan, dan menjawab pertanyaanpertanyaan terkait kinerjanya dengan wajar dan transparan. Jadi, perusahaan harus
mampu mengatur cara agar kepentingan perusahaan sejalan dengan kepentingan
pemegang saham dan pemegang saham lainnya.
3. Responsibility (Tanggung Jawab)
Perusahaan menjalankan kewajiban terhadap hukum dan aturan-aturan yang berlaku
kepada komunitas dan lingkungan dengan tujuan mempertahankan kelangsungan
bisnis jangka panjang dan dikenal sebagai perusahaan yang baik. Kepatuhan terhadap
aturan-aturan yang berlaku untuk memastikan bahwa perusahaan dapat menjalankan
myopic market model. Selain itu juga dalam Omran (2015) juga menggunakan dua
teori lainnya yaitu legitimacy theory dan social contract theory.
Agency Theory
Seorang agen ditunjuk oleh principal untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan
keputusan kepada agen, dalam rangka menghasilkan keuntungan terbesar bagi
principal serta meningkatkan kemakmuran principal sebagai pemberi kuasa. Menurut
Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan adalah sebagai kontrak, dimana
satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk
melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil
keputusan kepada agen tersebut.
Teori agensi dimulai ketika pemilik perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan
sendiri, sehingga pemilik harus melakukan kontrak dengan eksekutif untuk
menjalankan perusahaan. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggungjawab
untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya
akan memperoleh kompensasi sesuai kontrak. Manajer selalu ingin mengurangi pos
pengurangan karena ingin mengejar target pencapaian laba, biasanya selalu ditentang
oleh pemilik. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam
perusahaan,
dimana
masing-masing
pihak
berusaha
untuk
mencapai
atau
dibandingkan
dengan
principal.
Hal
inilah
yang
menyebabkan
ketidakseimbangan
informasi
yang
dimiliki
oleh
principal
dan
agen.
1.
Konflik antara pemegang saham dengan manajer ini terjadi karena adanya
kesalahpahaman. Pengambilan kebijakan yang secara sepihak, membuat asimetri
informasi terjadi diantara mereka. Di satu sisi, pemegang saham menginginkan
kemakmuran untuk dirinya sendiri dengan mengharapkan adanya profitabilitas yang
terus meningkat, sedangkan di sisi lain, manajer juga menginginkan kemakmuran
untuk dirinya sendiri dengan kesejahteraan. Ketika manajer ingin menguntungkan
dirinya sendiri, dengan mendapatkan promosi, gaji, atau fasilitas lainnya, akan
merugikan pemegang saham. Hal ini terjadi karena tidak adanya keselarasan antara
tujuan manajer dan pemegang saham.
2.
Pemegang saham melalui manajer, bisa mengambil keuntungan atas kreditor. Konflik
tersebut bisa terjadi karena pemegang saham dengan kreditor mempunyai struktur
penerimaan yang berbeda. Kreditor memperoleh bunga dan kembalian pinjamannya,
sedangkan pemegang saham memperoleh pendapatan dari sisa kewajiban yang
dibayarkan ke kreditor. Jika nilai perusahaan berada dibawah nilai kewajiban,
kreditor berhak atas semua nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan naik di atas nilai
kewajiban, pemegang saham berhak atas kelebihan tersebut. Semakin tinggi
kelebihan tersebut, semakin tinggi nilai yang dimiliki pemegang saham, sementara
kekayaan kreditor tetap, tidak berubah.
3.
minoritas
Potensi konflik bisa terjadi ketika pemegang saham mayoritas memanfaatkan
kesempatannya dalam mengambil keuntungan yang merugikan pemegang saham
minoritas. Potensi konflik anta pemegang saham ini dikarenakan para pemegang
saham tidak bersifat homogen.
Salah satu mekanisme untuk mengatasi konflik agensi tersebut adalah corporate
governance. Corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Tujuan dilaksanakannya corporate governance ini adalah
agar manajer bertindak sesuai dengan kepentingan para pemegang saham. Dengan
adanya corporate governance dapat meyakinkan pemegang saham bahwa kebijakan
yang diambil oleh manajer dapat membawa keuntungan bagi mereka. Selain itu,
dengan adanya corporate governance, dapat meningkatkan daya tarik investor untuk
berinvestasi di perusahaan, karena dijadikan sebagai alat ukur nilai perusahaan itu
sendiri. Corporate governance diharapkan dapat memaksimalkan pendanaan modal
dan meminimalkan biaya keagenan, serta nilai perusahaan dapat bertambah karena
tata kelola yang baik (Rahadian, 2013).
Stewardship Theory
yang
mengisyaratkan
bahwa
perusahaan
hendaknya
mengurangi