BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Vertigo adalah perasaan yang dialami seseorang seperti dirinya berputar atau

objek di sekitarnya berputar. Biasanya dirasakan seperti berputar atau melayang

dan berhubungan dengan mual, muntah, dan kesulitan berjalan. Vertigo adalah
bentuk

paling

sering

dari

dizziness.1

Namun,

berbeda

dengan

vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat
perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri

mempunyai

empat

subtipe,

yaitu

vertigo,

disekuilibrium tanpa vertigo, presinkop, dan pusing psikofisiologis.2

Penyakit yang paling sering menyebabkan vertigo adalah benign paroxysmal
positional vertigo, Meniere disease, dan labirinitis. Sedangkan yang jarang
menyebabkan vertigo adalah stroke, tumor otak, cedera otak, multiple sclerosis,
dan migraine.2 Vertigo fisiologis dapat terjadi akibat terpapar gerakan dalam
waktu yang lama seperti pada perjalanan jauh dengan kapal, atau berputar dengan
mata tertutup.3 Penyebab lain dapat berupa paparan zat toksik seperti karbon
monoksida, alkohol, atau aspirin.4
Dizziness mempengaruhi sekitar 20-40% orang pada suatu poin tertentu dan
7,5-10% nya mengalami vertigo. Sekitar 5% mengalami vertigo tiap tahunnya.
Hal ini lebih sering terjadi seiring dengan semakin bertambahnya usia. Vertigo
mengenai wanita tiga kali lipat dibandingkan dengan laki-laki. Vertigo
bertanggung jawab atas 2-3% kasus kunjungan gawat darurat pada negara-negara
berkembang.5
Vertigo dibagi menjadi dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular
dan non vestibular. Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena gangguan
pada visual dan sistem proprioseptif. Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi
dua yaitu vertigo sentral dan perifer. Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada
daerah pons, medulla, maupun serebelum. Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar

20-25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan keseimbangan

(disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus vertigo.6
1.2.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
menjalani kepaniteraan klinik di bagian saraf RSUP DR M Djamil.
1.3.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan kasus ini yaitu diharapkan penulis dan pembaca

dapat mengetahui cara mendiagnosis dan melakukan tatalaksana awal vertigo

sentral.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi dan Fisiologi

Terdapat tiga sistem yang

mengatur

keseimbangan tubuh yaitu sistem

vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi

labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral.
Sistem vestibuler dapat dibagi menjadi lima komponen yaitu Aparatus
reseptor perifer yang berada pada telinga dalam dan bertanggung jawab untuk
menghantarkan informasi berupa gerakan kepala dan posisi pada neuron, nukleus
vestibular sentral yang terdiri dari neuron pada batang otak yang berfungsi
menerima, mengitegrasikan, dan mendistribusikan informasi yang mengontrol
aktivitas motorik seperti gerakan kepala, refleks postural, dan refleks otonom
terkait gravitasi serta orientasi spasial, jaras vestibulookular yang naik dari
nukleus dan berfungsi mengontrol pergerakan mata, Jaras vestibulospinal yang
mengkoordinasikan pergerakan kepala, dan refleks postural, jaras vestibulotalamo-kortikal yang bertanggung jawab untuk persepsi gerakan yang disadari dan
orientasi spasial.7
Alat vestibuler (alat keseimbangan) yang terdapat di telinga dalam disebut
labirin. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Antara labirin
membran dan labirin tulang terdapat perilimfe, sedangkan endolimfe terdapat di
dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfe lebih tinggi daripada cairan
perilimfe. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung
dalam perilimfe, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3
kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis horizontal (lateral), anterior
(superior) dan posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan
sakulus.8
Utrikulus dan sakulus merupakan dua kantong yang terdapat dalam labirin
membran yang berlokasi di vestibulum telinga dalam dengan makula sebagai
reseptornya. Pada permukaan makula terdapat gelatin disertai endapan kalsium
otolit. Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang
merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin

tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya

terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan
dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang
terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan se-luruhnya tertutup oleh suatu
substansi gelatin yang disebut kupula.8
Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis semisirkularis yaitu kanalis
semisirkularis horizontal (lateral), anterior (superior) dan posterior (inferior).
Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus. Kelima organ reseptor
tersebut memiliki fungsi masing-masing. Kanalis semisirkularis menangkap sinyal
pergerakan kepala memutar (angular acceleration) sedangkan organ otolit
merespon pergerakan kepala linear (linear acceleration).7
2.2.

Definisi

Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tidak stabil akibat
gangguan pada organ keseimbangan di telinga. Gejala vertigo antara lain, pusing,
rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah, sempoyongan saat berdiri dan
berjalan, nistagmus. Perubahan posisi kepala dapat memperhebat gejala.9
2.3.

Epidemiologi

Vertigo perifer yang terbanyak adalah BPPV, sekitar 107 kasus per 100.000
penduduk, lebih banyak pada perempuan dan usia tua (diatas 50 tahun). BPPV
dapat ditemukan pada usia dibawah 35 tahun namun dengan riwayat cedera kepala
sebelumnya.8
2.4.

Etiologi dan Patofisiologi

Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ vestibular, visual, dan sistem

proprioseptif. Labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan

dengan rangsangan akselerasi angular serta utrikulus dan sakulus yang berkaitan
dengan rangsang gravitasi dan akseleras vertikal. Rangsangan berjalan melalui
nervus vestibularis menuju nukleus vestibularis di batang otak, kemudian ke
fasikulus medialis dan meninggalkan traktus vestibulospinalis. Kemudian,

serebelum menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat untuk iintegrasi
antara respons okulovestibuler dan postur tubuh.
Fungsi vestibular dinilai dengan melihat refleks okulovestibular dan nistagmus
akibat rangsangan dari perputaran tubuh dan rangsangan kalori pada labirin.
Refleks okulovestibular mengatur fiksasi mata terhadap objek diam saat kepala
dan badan bergerak. Nistagmus dapat terjadi sebagai respon rangsangan labirin,
berupa gerakan bola mata yang abnormal. Vertigo perfer sendiri menunjukkan
bahwa gangguan terjadi pada end organ ( utrikulus maupun kanalis semisirkularis)
maupun saraf perifer. Gangguan pada kanalis

semisirkularis menyebabkan

sensasi berputar (rotatoar) semenara gangguan pada sistem otolit menyebabkan

sensasi berayun (linear). 4,5,6
BPPV adalah penyakit yang paling sering terjadi, dimana vertigo terjadi
mendadak dan berlangsung kurang dari semenit. Vertigo dipicu oleh perubahan
posisi kepala dan tubuh. Pada BPPV terdapat dua mekanisme yang sering terjadi,
yaitu:
2.4.1. Teori cupulolithiasis
Partikel otolit terlepas dari makula utrikulus kemudian menempel pada
permukaan kupula. Kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif terhadap
gravitasi akibat perlengketan partikel tersebut di kupula.
2.4.2. Teori canalithiasis
Partikel otolit bergerak bebas dalam kanalis semisirkularis. Saat kepala
direbahkan terajdi rotasi pada partikel otolit di sepanjang lengkung kanalis. Cairan
endolimfe menjadi mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula
membelok, hal iniah yang menyebabkan pusing dan nistagmus. Saat kepala
kembali ditegakkan, terjadi pembelokan kupula sehingga pusing dan nistagmus
bergerak ke arah berlawanan.

Gambar 1. Patofisiologi BPPV

2.4.3. Drug induced vertigo
Contohnya salisilat, kina, golongan aminoglikosida.
2.4.4. Labirinitis
Labirinitis merupakan inflamasi yang terjadi dalam telinga atau labirin. Pada
pemeriksaan akan ditemukan adanya gangguan keseimbangan dan pendengaran.
Infeksi dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi viral ditandai dengan
hilangnya fungi vestibular dan pendengaran unilateral, tiba-tiba, sering disertai
mual dan muntah serta perbaikan terjadi dalam hitungan hari atau minggu.
Sementara infeksi bakteri merupakan komplikasi dari meningitis dan otitis media.
Bisa supuratif maupun serosa. Gejalanya adalag vertigo, tuli, tinitus, otorhea,
otalgia, mual muntah, demam, wajah asimetris, nyeri daerah leher, infeksi saluran
nafas atas dan gangguan visual.
2.4.5. Penyakit Meniere
Terjadi vertigo dan gangguan pendengaran berupa tinitus, penurunan
pendengaran, dan sering berhubungan dengan rasa tertekan pada telinga. Vertigo
terjadi dalam 1-2 jam, sering disertai gangguan keseimbangan yang menetap dan
telinga berdenging yang semakin berat.
2.4.6. Vestibular neuritis

Terjadi infeksi saraf keseimbangan, biasanya serangan vertigo terjadi berulang

kali setelah serangan pertamanya, sering disertai perasaan cemas. Terjadi setelah
infeksi virus sebelumnya disertai gangguan dan penurunan pendengaran.9
Tabel 1. Perbedaan vertigo perifer
Gejala

BPPV

Meniere

Neuritis vestibular

Episode serangan

Hitungan detik

Hitungan menit atau

Hitungan hari

jam

sampai minggu

Etiologi

Endapan kalsium pada Fluktuasi tekanan

Fungsi pendengaran

canalis semisirkularis

cairan dalam telinga

Tidak terganggu

Tajam pendengaran

Infeksi virus
Tidak terganggu

menurun sampai tuli

2.5.

Gejala klinis
- Pusing
- Kepala terasa ringan
- Rasa terapung atau terayun
- Mual dan muntah
- Keringat dingin
- Pucat
- Sempoyungan saat berjalan atau berdiri
- Nistagmus
- Gejala dapat diperberat dengan perubahan posisi kepala10
Perbedaan vertigo perifer dan sentral:
-

Vertigo perifer : onset akut, disertai mual muntah, dipengaruhi posisi

Vertigo sentral : onset kronis atau perlahan, jarang disertai mual
muntah
Penyebab vertigo perifer: infeksi (labirinitis), neuritis, iskemia, trauma,
toksin.
Penyebab vertigo sentral: vaskuler, demielinating, neoplasma.
Intensitas vertigo perifer: sedang hingga berat
Intensitas vertigo sentral: ringan hingga sedang.
Vertigo perifer: sering disertai gangguan telinga
Vertigo sentral: diikuti oleh defisit neurologis.9,10

2.5.

Diagnosis

2.5.1. Anamnesis

Tanyakan kepada pasien mengenai bentuk vertgio, onset, pengaruh perubahan

posisi kepala, faktor pencetus dan gejala lain yang mengikut vertigo.
2.5.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan terpenting pada vertigo adalah pemeriksaan keseimbangan
seperti romberg test, stepping gait, tandem gaitt. Lalu dilakukan pemeriksaan
koordinasi yaitu finger to finger, finger to nose, pronasi supinasi test, heel to toe
tes.7
Lakukan manuever nylen barany atau hallpike. Manuever dilakukan untuk
menimbulkan vertigo pada pederita dengan gangguan sistem vestibular.
Pemeriksaan dengan meminta pasien duduk dipinggir ranjang, kemudian
rebahkan pasien tiba-tiba dengan kepala bergantung dipinggir tempat tidur, sudut
30 derajat dibawah horizon lalu kepala ditolehkan kekiri. Ulangi tes dengan
kepala melihat kedepan dan dulangi kepala menoleh ke kanan. mata pasien harus
dalam keadaan terbuka agar dapat dinilai munculnya nistagmus. Lalu tanyakan
kepada penderita apakah muncul vertigo atau tidak.9
Jika tidak ada perforasi pada membran timpani atau serumen, dapat
dilakukan tes kalori. Tes ini dilakukan dengan memasukkan air dengan suhu 30
derajat celcus sebanyak 10 ml. Tes ini dipakai untuk mengevaluasi nistagmus,
keluhan pusing dan gangguan fikasi bola mata.7

Gambar 2. Tes Dix Hallpike

2.5.3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakuakn antara lain pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan fungsi tiroid. Pemeriksaan CT Scan, MRI atau
angiografi juga dapat dilakukan untuk mnilai struktur organ dan menilai adanya
gangguan aliran darah. 7
2.6.

Penatalaksanaan
Tatalaksana vertigo tergantung pada lamanya keluhan dan ketidaknyamanan

akibat gejala yang ditimbulkan. Penatalaksanaan medikamentosa untuk vertigo

ditujukan untuk mengurangi gejala, emperbaiki proses kompensasi vestibular dan
mengurangi gejala neurovegetatif atau psikoefektif. Obat yang sering digunakan
antara lain11:
2.6.1. Antikolinergik
Merupakan obat pertama yang digunakan, yang sering digunakan adalah
skopolamin dan homatropin. Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibular
melalui reseptormuskarinik. Pemberian dengan oral memiliki efek sekitar 4 jam.

Efek samping yang terjadi terutama gangguan memori dan kebingungan, mulut
kering, konstipasi dan gangguan berkemih.
2.6.2. Anti histamin
Contohnya adalah difenhidramin dan dimenhidrinat.
2.6.3. Histaminergik
Contohnya betahistin. Betahistin merpakan prekursor histamin, memiliki
efek bvasodilatasi, memperbaiki aliran darah pada mikrosirkulasi di telinga tengah
dan sestem vestibular. Efek samping diantaeanya nyeri kepala dan mual.
2.6.4. Antidopaminergik
Digunakan untuk mengontrol keluhan mual. Contohnya adalah domperidon
dan metoklopramid.
2.6.5. Benzodiazepin
Merupakan modulator GABA, dengan efek supresan vestibular. Contohnya
adalah lorazepam, diazepam dan klonazepam.10 Untuk BPPV dapat diunakan
bedside manuever atau yang dsebu dengan epley particle repositioning
manuever.12

Gambar 3. Epley particle repositioning maneuver

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Post, RE; Dickerson, LM (2010). "Dizziness: a diagnostic approach".American
Family Physician 82 (4): 361369.
2. Hogue, JD (June 2015). "Office Evaluation of Dizziness.". Primary care 42(2):
249258.
3. Falvo, Donna R. (2014). Medical and psychosocial aspects of chronic illness and
disability (5 ed.). Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning. p. 273.
4. Goebel, Joel A. (2008). Practical management of the dizzy patient (2nd ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 97.
5. Neuhauser HK, Lempert T (November 2009). "Vertigo: epidemiologic
aspects". Semin Neurol 29 (5): 47381.
6. von Brevern, M; Neuhauser, H (2011). "Epidemiological evidence for a link
between vertigo & migraine". Journal of vestibular research: equilibrium &
orientation 21(6): 299304.
7. Gilman, Sid, William J Herdman, Hadi Manji, Sean Connolly, Neil Dorward, Neil
Kitchen, et. al. 2010. Oxford Medical Handbook of Neurology. Oxford University
Press.
8. Sarny,

Hesham

M.

2013.

Dizzines,

Vertigo,

and

Imbalance.

emedicine.medscape.com/article/2149881-overview diakses pada 9 Mei 2016.

9. Wahyudi, Kupiya Timbul.Tinjauan Pustaka: Vertigo. CDK-198/ vol. 39 no. 10, th.
2012.
10. Rascol O, Hain TC, Brefel C, et al. 1995. Antivertigo Medications and Drugs
Induced Vertigo. A pharmacological Review. 50(5): 777-91.
11. Fauci, Anthony S.; Daniel L. Kasper; Dan L. Longo; Eugene Braunwald; Stephen
L. Hauser; J. Larry Jameson (2008). Chapter 22. Dizziness and Vertigo Harrison's
Principles of Internal Medicine (17th ed.). New York: McGraw-Hill.
12. Haines, Duane. 2007. Fundamental Neuroscience for Basic and Clinical
Application. Elsevier: Philadelphia. p 351-360.

11