Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Grand Theory
2.1.1 Auditor
Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam
melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan
suatu perusahaan atau organisasi.
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
A. Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar
1945yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri..
ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai
dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak
tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikapindependen.
Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Badan
Pengawasan Daerah.
B. Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
C. Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan
atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan
pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan
besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang diadaptasi
oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:

Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor

perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat


pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor
khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
2.1.2 Independensi Auditor
Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen
bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak
kepada siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang
dimilikinya, ia
akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya Carey dalam Mautz mendefinisikan
independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat
akuntan atas laporan keuangan.Independensi meliputi:
1.
Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
2.
Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya
dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
2.1.3 Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi tersebut,
dibutuhkan pendidikan dan pelatiha bagi auditor yang dikenal dengan nama
pendidikan professional berkelanjutan (continuing professional education). Ada
beberapa komponen dari kompetensi auditor, yakni mutu personal, pengetahuan
umum, dan keahlian khusus.
Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang
baik, seperti:
1.
Berpikiran terbuka (open-minded);
2.
Berpikiran luas (broad-minded);
3.
Mampu menangani ketidakpastian;
4.
Mampu bekerjasama dalam tim;
5.
Rasa ingin tahu (inquisitive);
6.
Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah;
7.
Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif.

Di samping itu, auditor juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik,
karena selama masa pemeriksaan banyak dilakukan wawancara dan permintaan
keterangan dari auditan untuk memperoleh data.
Buttery, Hurford, dan Simpson (Audit in the Public Sector, 1993) menyebutkan
beberapa mutu personal lainnya yang harus dimiliki oleh seorang auditor, seperti
kepandaian (intelegensi), perilaku yang baik, komitmen yang tinggi, serta kemampuan
imajinasi yang baik untuk menciptakan sikap kreatif dan penuh inovasi.
Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang
diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan
untuk melakukan reviu analitis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk
memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan tentang sektor
public. Yang tak boleh dilupakan, adalah pengetahuan akuntansi untuk membantu
dalam memahami siklus entitas dan laporan keuangan serta mengolah data dan angka
yang diperiksa.
Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistic, keterampilan
mengoperasikan computer, serta kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan
dengan baik. Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan
keahlian khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam
SPKN, dinyatakan bahwaauditor dalam dua tahun paling tidak 80 jam pendidikan
yang secara langsung meningkatkan kecakapan professional auditor untuk
melaksanakan audit.
2.1.4 Skeptisisme Profesional Auditor
Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI, 2011) menjelaskan bahwa skeptisisme
profesional adalah sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi bukti
audit secara kritis. Pengertian serupa dipaparkan dalam International Standards on
Auditing (IAASB, 2009), skeptisisme profesional adalah sikap yang meliputi pikiran
yang selalu bertanyatanya (questioning mind), waspada (alert) terhadap kondisi dan
keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji material yang
disebabkan oleh kesalahan atau kesengajaan (fraud), dan penilaian (assessment)
bukti-bukti audit secara kritis. Konsep skeptisisme profesional yang tercermin dalam
standar tersebut adalah sikap selalu bertanya-tanya, waspada, dan kritis dalam
melaksanakan seluruh proses audit.
2.1.5 Kualitas Audit
Kualitas audit seperti dikatakan oleh De Angelo (1981) dalam Alim dkk. (2007),
yaitu sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan
tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Sedangkan
Christiawan

(2005) mengungkapkan, kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan
kompetensi. Dari definisi di atas, maka kesimpulannya adalah auditor yang kompeten
adalah auditor yang mampu menemukan adanya pelanggaran sedangkan auditor
yang independen adalah auditor yang "mau" mengungkapkan pelanggaran tersebut.
Jelas terlihat bahwa independensi dan kompetensi seperti dikatakan Christiawan
(2005) dan merupakan faktor penentu kualitas audit dilihat dari sisi auditor.
2.2 Penelitian Terdahulu
Elisha dan Rangga (2010) melakukan penelitian tentang hubungan independensi
dengan kualitas audit dengan judul Pengaruh Independensi, pengalaman, due professional
care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit Penelitian ini memperluas dua percobaan
sebelumnya (Aji, 2009 dan Rahman, 2009), menunjukkan seberapa jauh independensi,
pengalaman, perawatan profesional karena audit dan akuntabilitas dipengaruhi kualitas.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan kuesioner. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di "Big Four" kantor akuntan publik
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan simple random sampling di mana dilakukan oleh
penentuan sampel dihitung dengan rumus Slovin, sehingga jumlah sampel 95 responden. dari
200 kuesioner didistribusikan, kembali adalah 136 kuesioner, dan 11 tidak lengkap, sehingga
hanya 125 kuesioner bisa proses. Analisis data dilakukan dengan model regresi berganda.
Hasilnya membuktikan bahwa independensi, pengalaman, perawatan profesional karena dan
akuntabilitas dipengaruhi kualitas audit secara bersamaan. Selain itu, penelitian ini
membuktikan bahwa independensi, perawatan profesional karena dan akuntabilitas kualitas
audit dipengaruhi sebagian, tapi Pengalaman tidak mempengaruhi kualitas audit. Penelitian
ini juga membuktikan bahwa independensi adalah Faktor dominan yang mempengaruhi
kualitas audit. Untuk penelitian masa depan, kami sarankan untuk memperpanjang
survei cakupan wilayah dan menambahkan lebih variabel yang dapat mempengaruhi kualitas
audit.
Jogi (2002) membuat penelitian tentang kompetensi dan
independensi terhadap kualitas audit dengan judul Kompetensi Dan
Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris penilitian
ini menjelaskan Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi
dan independensi. Hasil penelitian tentang kompetensi menunjukkan
bahwa profesi akuntansi mulai tidak menarik dan tergeser oleh profesi
yang lain. Hal ini berdampak terhadap kualitas calon mahasiswa yang
memasuki pendidikan formal akuntansi, yang pada akhirnya akan
membuat rendah kompetensi lulusan pendidikan formal akuntansi. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan formal
akuntansi dirasa masih kurang memadai untuk menunjang kompetensi
lulusan program studi akuntansi. Penelitian juga memberikan bukti
empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor
untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan
meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Untuk itu maka
masukan dari Kantor Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat
diperlukan untuk mengembangkan suatu kurikulum pendidikan formal
akuntansi dan pelatihan akuntansi.

Hasil penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam


mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk
mempertahankan klien auditnya. Tetapi disisi lain terdapat beberapa
kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut. Hasil penelitian juga
memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit dari staf yang
melakukan consulting service dirasakan oleh pemakai laporan akan
meningkatkan independensi akuntan publik. Pengaruh Budaya
masyarakat atau organisasi terhadap pribadi akuntan publik akan
mempengaruhi sikap independensinya.
Mutia, Saiful, dan Lili (2015) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
skeptisisme profesional , keahlian , independensi , dan pengurangan kualitas audit untuk audit
mutu di BPK RI Perwakilan Pemerintah Auditor di South Provinsi Kalimantan . Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan penjelasan survei metode. Penelitian ini
diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada seluruh auditor yang bekerja di BPK RI
Perwakilan Pemerintah Auditor di Provinsi Kalimantan Selatan . Itu Sampel penelitian ini
adalah 40 responden . Metode penentuan sampel menggunakan Metode purposive sampling
dan beberapa liniear digunakan sebagai analisis data technique.The hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa skeptisisme profesional , keahlian , kemandirian , dan
kualitas audit
pengurangan berpengaruh pada kualitas audit secara simultan dan parsial . Profesional
skeptisisme adalah pengaruh yang paling dominan pada kualitas audit
Trirahayu (2010) melakukan penelitian tentang skeptisisme terhadap kualitas audit
dengan judul Pengaruh Integritas dan Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas
Audit Sebuah akuntan publik memiliki kewajiban untuk memberikan kualitas audit yang
baik, tapi auditrelated kasus, membuktikan bahwa auditor tidak memiliki sikap dan sikap
profesional integritas skeptisisme bahwa kualitas audit diragukan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan pengaruh integritas dan skeptisisme profesional auditor terhadap
kualitas audit. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan
populasi 12 kantor akuntan publik, jumlah responden adalah 24 auditor, dengan ukuran
sampel 12 kantor akuntan publik, pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh, di mana
seluruh penduduk sampel. Pengumpulan data menggunakan observasi, studi pustaka,
kuesioner, dan wawancara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa integritas berpengaruh
signifikan auditor pada kualitas audit dengan arah positif, yang berarti bahwa semakin tinggi
integritas auditor, audit kualitas untuk menjadi baik. Demikian pula untuk skeptisisme
profesional berpengaruh signifikan auditor pada kualitas audit dengan arah positif, yang
berarti bahwa semakin tinggi auditor ini skeptisisme profesional kualitas audit untuk menjadi
baik.
Norma (2012) melakukan penelitian tentang kompetensi auditor
terhadap kualitas audit dengan judul Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi Penelitian ini bertujuan menganalisis secara empiris
mengenai pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas
audit dan menganalisis secara empiris mengenai pengaruh kompetensi
dan independensi terhadap kualitas audit yang dimoderasi oleh etika
auditor khususnya pada internal auditor (APIP) yang bekerja di BPKP DKI
Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang

bekerja pada BPKP DKI Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan


mengggunakan metode purposive sampling dan jumlah sampel
sebanyak 82 responden. Metode pengambilan data primer yang
digunakan adalah metode kuesioner. Data dianalisis menggunakan
teknik analisis Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Ini berarti bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit
internal. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa secara
bersama-sama kompetensi, independensi, dan etika auditor
memberikan sumbangan terhadap variabel dependen (kualitas audit)
sebesar 71,5% sedangkan sisanya 28,5% dipengaruhi oleh faktor lain di
luar model.
Luqman (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi
auditor terhadap kualitas audit masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan
standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut
maka akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya.
Terlebih dengan adanya kasus keuangan yang menimpa banyak perusahaan yang ikut
melibatkan akuntan publik, membuat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit
yang dihasilkannya. Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan
yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya tentang kondisi
keuangan kliennya. Adapun kualitas audit, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor yang sangat penting peranannya dalam
menentukan kualitas audit tersebut diantaranya adalah kompetensi dan independensi. Oleh
karena itu maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah
kompetensi dan independensi secara simultan mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
(2) Apakah kompetensi dan independensi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
kualitas audit. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) di provinsi Yogyakarta dengan sampel penelitian yang diambil
menggunakan teknik Convenience Sampling berukuran 35 auditor. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah kompetensi dan independensi, sedangkan variabel dependennya
adalah kualitas audit. Untuk metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner.
Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis diskriptif dan analisis statistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan
Publik (KAP) diharapkan dapat meningkatkan kualitas auditnya. Adapun untuk
meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditor yakni
dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk
mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Sedangkan hasil penelitian
mengenai kompetensi dan independensi ini tidak berengaruh secara parsial terhadap kualitas
audit. Hal ini berkaitan dengan tingkat independensi auditor yang masih kurang. Oleh karena
itu auditor diharapkan dapat meningkatkan independensinya, auditor yang mendapat tugas
dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan
tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas

auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya
perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut
maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Dita dan Sudarma (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi
dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit .Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan membuktikan bukti empiris pengaruh pengalaman,
pengetahuan, lama hubungan dengan klien, telaah dari rekan auditor (peer
review), tekanan dari klien dan jasa non- audit yang diberikan oleh KAP terhadap
kualitas audit. Sampel yang digunakan sebanyak 60 responden yaitu auditor
yang terdapat pada 8 kantor akuntan publik di Kota Malang menurut direktori
IAPI tahun 2012, 60 data dapat diolah dengan menggunakan Partial Least Square
(PLS). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam
melaksanakan audit, pengetahuan seorang auditor, telaah dari rekan auditor
(peer review), lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, dan jasa non
audit yang diberikan oleh KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.
Lukman (2015) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi, Independensi,
Objektivitas dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh kompetensi auditor di BPKP
DIY terhadap kualitas hasil audit, (2) Pengaruh independensi auditor BPKP DIY
terhadap kualitas hasil audit, (3) Pengaruh objektivitas auditor BPKP DIY
terhadap kualitas hasil audit, (4) Pengaruh sensitivitas etika profesi auditor BPKP
DIY terhadap kualitas hasil audit, (5) Pengaruh kompetensi, independensi,
objektivitas dan sensitivitas etika pofesi auditor BPKP DIY secara bersamaan
terhadap kualitas hasil audit .Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei
pada suatu populasi. Penelitian ini termasuk penelitian penjelasan
(explanatory/confirmatory research). Sampel diambil sebanyak 94 auditor pada
BPKP DIY. Pengumpulan data menggunakan metode kuisioner. Kuisioner diuji
validitas dan reliabilitasnya sebelum dilakukan pengumpulan data penelitian.
Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
prasyarat analisis yang meliputi uji normaitas, uji linearitas, uji multikolonieritas
dan uji heteroskedastisitas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Hasil
Audit. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,314 yang lebih besar
dari t tabel 1,66123 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,235. (2) Independensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 2,138 yang lebih besar dari t tabel
1,66123 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,218. (3) Objektivitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung
sebesar 2,541 yang lebih besar dari t tabel 1,66123 dan nilai korelasi (r) sebesar
0,256. (4) Sensitivitas Etika Profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kualitas Hasil Audit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai nilai t hitung sebesar 3,403
yang lebih besar dari t tabel 1,66123 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,334. (5)
Kompetensi, Independensi, Objektivitas, dan Sensitivitas Etika Profesi secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit.
Hal ini ditunjukkan oleh F hitung 10,894 yang lebih besar dari F tabel 3,94 dan
nilai korelasi (5) sebesar 0,573.

Rizky Wahyuni dkk (2013) yang berjudul Pengaruh Independensi,


Kompetensi, Profesionalisme dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas
Hasil Audit (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Sulawesi Selatan). Populasi
dalam penelitian yang dilakukan Rizky Wahyuni adalah seluruh auditor BPK RI
Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah Populasinya sebanyak 109 auditor.
Persamaa dari penelitian ini yaitu sama-sama menguji kompetensi, independensi
dan sensitivitas etika profesi terhadap kualitas hasil audit, sedangkan
perbedaannya, penulis menambah satu variabel independen dengan memakai
objektivitas, penelitian Rizky Wahyuni memakai pengalaman kerja, dan
penelitian ini dilakukan di BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan Rizky
Wahyuni di BPK RI perwakilan Sulawesi Selatan.
Kemudian oleh Alim dkk (2007)dengan judul penelitian Pengaruh
kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit dengan Etiika
Auditor sebagai Variabel Moderasi pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Jawa
Timur. Alim dkk menguji mengenai pengaruh kompetensi dan independensi
terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi
menemukan bukti empiris bahwa indepedensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit serta interaksi independensi dan etika auditor juga berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh
sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai
dengan perilaku etis yang dimiliki.Persamaan dari penelitian ini dengan
penelitian Alim dkk lakukan yaitu sama-sama menguji kompetensi dan
independensi terhadap kualitas hasil audit, akan tetapi penulis menambahkan
dua variabel independen yaitu objektivitas dan sensitivitas etika profesi,
sedangkan Alim dkk memakai etika auditor sebagai variabel pemoderasi.
Penelitian yang dilakukan oleh M.Nizaruul Alim bertujuan untuk menguji
pengaruh dari kompetensi & independensi terhadap kualitas hasil audit, berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan, bukan hanya menguji pengaruh
independensi dan kompetensi tetapi juga objektivitas dan sensitivitas etika
profesiterhadap kualitas hasil audit.

2.3 Kerangka Pemikiran


Independensi
Auditor
X1
Kompetensi
Kualitas Audit
Auditor
(Y)
X2
Skeptisisme
Professional
Auditor

2.3.1 Hipotesis

H1: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional


auditor.
H2: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
H3: Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional
auditor.
H4: Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
H5: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadapkualitas audit.

Вам также может понравиться