Вы находитесь на странице: 1из 24

PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT


Jl. Timor Raya KM. 37 Oelamasi
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
E-mail :rsdnaibonat@yahoo.co.id, Telp. (0380) 8562376, 8562377

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


NAIBONAT
KELAS C KABUPATEN KUPANG
NOMOR :.............../PERDIR/ RSUDN/BULAN/TAHUN
TENTANG
PANDUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT,

Menimbang:

a. Bahwa pelaksanaan pemeliharaan kesehatan


karyawan dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas kerja karyawan dengan tubuh yang
sehat

agar

dapat

meningkatkan

kinerja

karyawan.
b.

Bahwa Untuk kepentingan tersebut di atas,


perlu diterbitkan Peraturan Diretur tentang
Panduan pemeliharaan kesehatan karyawan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat

Mengingat :

1. Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit.
2.

Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan.

3.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia No. 1045/PER/MENKES/XI/2006


tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
4.

Standar

Pelayanan

Departemen
tahun 2008.

Minimal

Kesehatan

Rumah

Republik

Sakit

Indonesia

MEMUTUSKAN
Menetapkan

PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN

PEMELIHARAAN KESEHATAN KERYWAN


BAB I
KETENTUAN UMUM
PERATURAN DIREKTUR TANTANG PANDUANPEMELIHARAAN
KESEHATAN KARYAWAN

Pasal 1
(1)

Panduan Kesehatan Karyawan sebagaimana tercantum

dalam lampiranPeraturan ini.


(2)Perubahan Panduan harus di bahas sekurang-kurangnya
setiap (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, sewaktuwaktu akan dilakukan perubahan sesuai perkembangan
yang ada.
(3)Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL
RSUD NAIBONAT

: OELAMASI
:

Lampiran I
Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat
Nomor
Tentang
Panduan Pemeliharaan Kesehatan Karyawan

PANDUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan

salah

satu

kebutuhan

dasar

manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu


tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang
mempunyai

hak

yang

sama

dalam

memperoleh

derajat

kesehatan yang optimal, mendapatkan pelayanan yang baik


dari instansi pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk
dapat

melaksanakan

hal

tersebut

maka

diperlukan

pembangunan

kesehatan

dan

penyelenggaraan

upaya

pemeliharaan kesehatan ke arah yang lebih baik.


Upaya

pemeliharaan

kesehatan

meliputi

aspek-aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara tak terpisahpisah. Namun demikian, khusus untuk Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi tenaga kerja lebih ditekankan pada aspek
kuratif dan rehabilitatif tanpa mengabaikan dua aspek lain.
Pemeriksaan

kesehatan

dilakukan

untuk

menjamin

kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di Rumah


Sakit Umum Daerah Naibonat.
Mengapa

kita

perlu

melakukan

pemeriksaan

kesehatan

terhadap calon karyawan?


Pemeriksaan kesehatan terhadap calon karyawan adalah
pemeriksaan kesehatan sebelum calon karyawan tersebut
diterima bekerja.Sehingga perusahaan mengetahui riwayat
kesehatan

calon

karyawan

tersebut.Apakah

sebelumnya

pernah menderita Tuberculosis Paru, Gagal Ginjal, Hepatitis,


Hipertensi, Gagal Jantung, dan sebagainya.Hal ini sangatlah
penting karena ketika rumah sakit menerima seseorang
menjadi karyawan maka rumah sakit akan bertanggung
jawab terhadap kesehatannya selama yang bersangkutan
melakukan

pekerjaan

di

rumah

sakit.Hal

ini

akan

berhubungan dengan tuntutan karyawan terhadap rumah


sakit dikemudian hari.
Misalnya, seorang karyawan yang baru bekerja 3 (tiga)
bulan didiagnosa mengalami penyakit Paru lalu karyawan
tersebut menyalahkan perusahaan, tempat ia bekerja karena
setelah bekerja di sana ia menderita penyakit tersebut.
Perusahaan tidak bisa mengelak karena tidak memiliki record
kesehatan karyawan tersebut sebelum ia bekerja. Tetapi jika
sebelum bekerja karyawan tersebut melakukan pemeriksaan
kesehatan

maka

perusahaan

dapat

mengetahui

record

kesehatan apakah memang karyawan tersebut sudah terkena


penyakit Paru sebelumnya dan tidak diobati.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas kerja karyawan, dengan tubuh yang
sehat tentu kinerja karyawan tersebut akan lebih maksimal
sehingga produktivitas juga lebih baik
2. Bagi calon karyawan untuk mengetahui catatan kesehatan
calon karyawan, sehingga yang memiliki penyakit menular
dapat diobati terlebih dahulu sebelum bekerja. Dengan
maksud penyakit tersebut tidak menular ke karyawan
lainnya.

3. Menghindari

tuntutan

karyawan

dikemudian

hari,

mengenai penyakit yang ia dapat setelah tidak bekerja lagi


di rumah sakit.
4. Mengetahui record kesehatan para pekerja per tahun dan
dapat mengetahui lebih dini penyakit yang ditimbulkan
akibat kerja. Penyakit Akibat Kerja bukanlah penyakit biasa
yang layaknya dialami orang.
5. Menindaklanjuti

karyawan

yang

terpapar

penyakit

infeksius sesuai dengan kasus yang dijumpai. Apabila


dijumpai
karyawan

hasil

pemeriksaan

akan

dikirim

ke

yang

abnormal,

maka

dokter

spesialis

untuk

mendapatkan perawatan sesuai dengan kasusnya.

C. PENGERTAN
1.

Pemeriksaan

kesehatan

calon

karyawan

adalah

pemeriksaan kesehatan terhadap calon karyawan yang


dilaksanakan di Poli Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Naibonat

yang

laboratorium.

meliputi

pemeriksaan

fisik

dan

2.

Pemeriksaan kesehatan untuk pengangkatan adalah


pemeriksaan kesehatan calon pegawai yang telah selesai
masa percobaan, di Poliklinik yang meliputi pemeriksaan
fisik dan penunjang.

3.

Pemeriksaan

kesehatan

berkala adalah pemeriksaan

terhadap kesehatan seluruh karyawan tetap Rumah Sakit


Umum Daerah Naibonat selama setahun sekali di Poliklinik
yang meliputi pemeriksaan fisik, penunjang dan gigi,
pemeriksaan kesehatan berkala juga dapat mengetahui
lebih

dini

penyakit

yang

ditimbulkan

akibat

kerja.

Pemeriksaan kesehatan berkala seyogianya dilaksanakan


dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal
sebelum penempatan. Pada pemeriksaan kesehatan rutin
tidak

selalu

diperlukan

pemeriksaan

medis

lengkap,

terutama bila tidak ada indikasi yang jelas.Cakupan dan


keberkalaan pemeriksaan kesehatan tersebut hendaknya
didasarkan pada sifat dan luasnya risiko yang terlibat.
Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan
sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahanbahan

berbahaya

di

tempat

kerja,

sebagai

contoh,

audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga


kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising.
Sedangkan pemeriksaan radiologis dada (foto thorax)

penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko


menderita

pneumokoniosis,

karena

lingkungan

kerja

tercemar debu.
4. Penyakit Akibat Kerja adalah Risiko penyakit yang mungkin
timbul

akibat

pekerjaan

dan

lingkungan

kerja

yang

dilakukan di sebuah tempat kerja baik pabrik maupun


kantor. Penyakit Akibat Kerja bukanlah penyakit biasa
yang layaknya dialami orang.
5. Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada karyawan yang bekerja pada tempattempat berisiko tinggi kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja seperti Instalasi Laboratorium,
Instalasi Radiologi dan Instalasi Kamar Operasi.

BAB IV
TATA LAKSANA

Tata laksana Pemeriksaan Berkala :


1. Subbag

Kepegawaian

dan

PSDM

membuat

jadwal

pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan Rumah Sakit


Panti Nirmala menurut Instalasi/Unit/Sub Bagian terkait dan
berkoordinasi

dengan

dokter

yang

akan

melakukan

pemeriksaan.
2. Karyawan yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala

datang

ke

Poliklinik

sesuai

jadwal

yang

telah

ditentukan.
3. Dokter Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4. Jika ada kelainan kesehatan maka dilakukan pemeriksaan
penunjang medis di Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi
yang

dibutuhkan

sesuai

penyakitnya

dikonsultasikan kepada dokter spesialis.

dan

akan

5. Dokter pemeriksa menulis catatan medis setiap karyawan di


buku pemeriksaan
6. Hasil pemeriksaan kesehatan berkala seluruh karyawan
untuk selanjutnya dilaporkan ke Direktur.
Tata laksana Pemeriksaan Khusus :
1. Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
2. Dokter pemeriksan membuat surat pengantar pemeriksaan
penujang medis sesuai dengan keperluan.
3. Karyawan yang akan diperiksa datang ke tempat pemeriksaan
khusus untuk dilakukan pemeriksaan.
4. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada dokter pemeriksan
5. Dokter menulis catatan medis di lembar rekam medis
6. Apabila memerlukan penanganan lebih lanjut maka dokter
pemeriksa akan mengirim ke dokter spesialis.
7. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis dan
diberikan surat jawaban maka surat jawaban dari dokter
spesialis diserahkan kembali ke dokter Poli Umum untuk
ditindaklanjuti.
8. Apabila hasil pemeriksaan baik maka dilakukan pemberian
vaksinasi sesuai dengan kebutuhan.
Tata

laksana

pemberian

bertugas di unit khusus :

vaksinasi

untuk

karyawan

yang

1. Subbag Kepegawaian dan PSDM membuat janji dengan dokter


poliklinik untuk penjadwalan pemeriksaan dan pemberian
imunisasi
2. Karyawan yang akan periksa mengambil surat pengantar di
Subbag Kepegawaian dan PSDM.
3. Karyawan datang ke tempat pemeriksaan.
4. Dokter pemeriksa melihat hasil pemeriksaan apabila hasil
baik maka dilakukan pemberian imunisasi atau vaksinasi

Perlindungan terhadap Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus
mendapatkan

pelatihan

mengenai

cara

penularan

dan

penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian


infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit
menular

melalui

udara

harus

menjaga

fungsi

saluran

pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik


dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa

suhu

dua

kali

sehari

dan

mewaspadai

munculnya gejala pernapasan terutama batuk


o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami.
Catatan tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri
dari area umum. Segera lapor kepada Tim
Pengendalian

Infeksi

Rumah

Sakit

Pencegahan

(PPIRS),

Tim

Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana


(K3)

dan

dokter

poliklinik

rumah

sakit,

adanya

kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang


ditangani.

Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan


Untuk penyakit menular melalui udara (droplet, airborne),
misalnya Avian Influenza, SARS.

Untuk

mencegah

transmisi

penyakit

menular

dalam

tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan


APD

yang

sesuai

Kewaspadaan

untuk

Isolasi

kewaspadaan

(berdasarkan

Standar

penularan

dan

secara

kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran


penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan
tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu
harus dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan
ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan dari kontak
langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
Instalasi Perawatan Intensif (IPI), ruang anak, ruang bayi.
Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau
gangguan pernapasan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau
gangguan pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun
harus melaporkan pajanan yang dialami segera kepada Tim
PPIRS.
Surveilan aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan
gangguan

pernapasan

setiap

hari

kepada

petugas

kesehatan yang terpajan. Petugas diinstruksikan untuk


mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn dan
atau peradangan konjungtiva selama 10 (sepuluh) hari
setelah terpajan dengan penyakit menular melalui udara.
Tata Laksana Pajanan
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti
tertusuk jarum suntik bekas pasien, atau terpercik bahan
infeksius, maka perlu pengelolaan yang cermat, tepat serta efektif
untuk

mencegah

semaksimal

mungkin

terjadinya

infeksi

nosokomial yang tidak diinginkan.


Yang paling penting adalah segera mencucinya dengan air
mengalir dan sabun antiseptik, dan usahakan meminimalkan
kuman yang masuk ke dalam aliran darah dengan menekan luka
sehingga darah keluar.
Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali, bila mengenai mata, cucilah mata dengan
air mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, bila percikan mengenai
hidung, hembuskan keluar hidung, dan bersihkan dengan air.
Tata laksana Pajanan di tempat kerja
Penatalaksanaan

pajanan

darah

di

tempat

kerja

dan

pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) disesuaikan dengan

sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah


Naibonat

Panduan terpapar adalah sebagai berikut:


Langkah 1 : CUCI tangan
Tindakan darurat pada bagian yang terpajan seperti di atas
Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan dalam 24 (dua puluh
empat) jam kepada atasan langsung dan tim PPIRS serta tim
K3. Laporan ini sangat penting untuk menentukan langkah
selanjutnya. Memulai PPP setelah 72 (tujuh puluh dua) jam
tidak dianjurkan karena tidak efektif.
Langkah 2 : TELAAH PAJANAN
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi:
Perlukaan kulit
Pajanan pada selaput mukosa
Pajanan melalui kulit yang luka
Gigitan yang berdarah
Bahan pajanan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata

Cairan yang berpotensial terinfeksi: semen, cairan vagina,


cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan perikardial, cairan
amnion, cairan peritoneal
Virus yang terkonsentrasi
Status Infeksi: tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum
diketahui)
HbsAg positif
HCV positif
HIV positif
Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko
yang tinggi atas 3 (tiga) infeksi di atas
Jangan melakukan pemeriksaan (laborat) jarum bekas
Kerentanan : tentukan kerentanan orang yang terpajan:
Pernahkah mendapatkan vaksinasi Hepatitis B
Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkan
vaksin
Anti HCV dan ALT
Antibodi HIV
Langkah 3 : Berikan PPP kepada terpajan berisiko tinggi infeksi:
HBV : lihat tabel
o Berikan PPP sesegera mungkin, lebih utama dalam 24
jam I

o PPP boleh diberikan pada ibu hamil


HCV : PPP tidak dianjurkan
HIV :
o Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan, berupa
pemberian (Anti Retro Viral) ARV jangka pendek untuk
menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan
o PPP

merupakan

kewaspadaan

bagian

Standar

dari

yang

pelaksanaan

paket

meminimalkan

risiko

pajanan terhadap bahan infeksius di tempat kerja


Perlu diingat bahwa Pencegahan pajanan yang tidak diinginkan
adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan
HIV pada petugas kesehatan. Prioritas utama adalah meningkatkan
pemahaman petugas kesehatan tentang kewaspadaan standar dan
isolasi dan menyediakan sarana pencegahan yang memadai.
Petugas kesehatan diharapkan memiliki pemahaman tentang risiko
mendapatkan infeksi HIV secara hubungan seks, tahu manfaat dan
mudah mendapatkan kondom, serta pelayanan pengobatan yang
bersifat rahasia.
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) dengan ARV
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam
waktu 2 (dua) - 4(empat) jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan

karena lebih efektif daripada pengobatan tunggal. Pengobatan dua


atau tiga jenis obat sangat dianjurkan.
Pengobatan didasarkan atas riwayat pengobatan sebelumnya pada
pasien sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan
obat yang berbeda, juga didasarkan atas tingkat keseriusan
pajanan dan ketersediaan Anti Retro Viral (ARV). Kombinasi dan
dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap
Zidovudinen (AZT) atau Lamivudin (3TC) pada pasien sumber
adalah:
ZDV 250 300mg 2 x / hari
Lamivudine 150 mg 2 x / hari
Obat ketiga yang ditambahkan:
Indinavir 800 mg 3 x /hari atau Efavirenz 600 mg hanya
sekali sehari (tidak dianjurkan untuk wanita hamil)
Sebaiknya pemberian ARV diasarkan pada protokol yang ada, dapat
juga

disediakan

satu

kit

yang

berisis

ARV

yang

direkomendasikan, atau berdasar konsultasi dengan dokter ahli.


Konsultasi dengan dokter ahli ini sangat penting jika diduga ada
resistensi terhadap ARV. Penting sekali untuk menyediakan ARV
dalam jumlah yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh
sejak awal pemberian PPP.

Pengobatan dianjurkan diberikan

dalam jangka waktu minimal 2 (dua) minggu dan paling lama


sampai 4 (empat) minggu.

BAB VII
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pemeliharaan


kesehatan karyawan sesuai prosedur di Rumah Sakit Umum
Daerah

Naibonat.

Tentunya

masih

banyak

kelemahan dalam pembuatan panduan ini,

kekurangan

dan

kerena terbatasnya

pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.


Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada tim penyusun demi
kesempurnaan

panduan

di

kesempatan

berikutnya.

Semoga

panduan ini berguna bagi tim penulis pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Вам также может понравиться