Вы находитесь на странице: 1из 68

KARSINOMA

NASOFARING
Muhammad Ryan S.A.
1010313064
Panji Hadi Permana 1110312029
Preseptor:
dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL (K) FICS

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
Anatomi Hidung dan Nasofaring Tampak Samping

Anatomi Nasofaring tampak Belakang

Bangunan-bangunan penting yang terdapat di


nasofaring

Adenoid atau Tonsila Lushka Bangunan ini hanya terdapat pada


anak-anak usia kurang dari 13 tahun. Pada orang dewasa struktur
ini telah mengalami regresi.
Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
Struktur ini berupa
lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi fibroma nasofaring
atau angiofibroma nasofaring.
Torus Tubarius
Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari
saluran tuba Eustachii (ostium tuba).
Fosa Rosenmulleri Fossa Rosenmulleri merupakan suatu lekuk
kecil yang terletak di sebelah belakang torus tubarius. Lekuk kecil
ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang disebut
sulkus salfingo-faring.

DEFINISI
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas
yang tumbuh didaerah nasofaring dengan
predileksi di fosa Rossenmuller dan atap
nasofaring.
Tumor ini sifatnya menyebar secara cepat
ke kelenjar limfe leher dan organ jauh,
seperti paru, hati, dan tulang.

EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah
kepala leher yang terbanyak yang ditemukan di
Indonesia.
Data registrasi kanker di Indonesia berdasarkan
histopatologi tahun 2003 menunjukan bahwa karsinoma
nasofaring menempati urutan pertama dari semua tumor
ganas primer.
Lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan.
Dapat mengenai semua umur.
Insidens meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai
puncak pada umur 40-60 tahun.

ETIOLOGI

Virus Eptein Barr (EBV)


Letak geografis
Rasial jenis kelamin
Genetic
Pekerjaan
Lingkungan
Kebiasaan hidup : konsumsi ikan asin
Social ekonomi
Infeksi kuman atau parasit.

FAKTOR RESIKO

Virus Epstein Barr


Ikan asin
Kurang konsumsi buah dan sayuran segar
Tembakau
Paparan pekerjaan asap lain
Familial clustering

PATOGENESIS
INFEKSI

GRADE
BERAT

KANKER

PERUBAHAN
SEL
DYSPLASIA

GRADE
RENDAH

PROGESIF

PERKEMBANGAN

PATOLOGI
MAKROSKOPIS

Ulseratif
Biasanya berupa lesi kecil disertai jaringan nekrotik. Terbanyak
dijumpai di dinding posterior nasofaring atau fossa Rossenmuller
yang lebih dalam dan sebagian kecil dinding lateral.
Nodular
Biasanya berbentuk anggur atau polipoid tanpa adanya ulserasi tetapi
kadang-kadang terjadi ulserasi kecil. Lesi terbanyak muncul di area
tuba eustachius sehingga menyebabkan sumbatan tuba.
Eksofitik
Biasanya non-ulseratif, tumbuh pada satu sisi nasofaring, kadangkadang bertangkai dan permukaan licin.

PATOLOGI
MIKROSKOPIS

Perubahan pra keganasan


Perubahan ini merupakan sebagai kondisi
dari jaringan atau organ yang tumbuh
menjadi ganas secara perlahan.
Perubahan patologik pada mukosa
nasofaring

Perubahan patologik pada mukosa nasofaring

Reaksi radang
Radang akut dan kronis sering dijumpai pada mukosa nasofaring. Bentuk
perubahan ini biasanya dihubungkan dengan tukak mukosa yang
mengandung sejumlah leukosit PMN, sel plasma dan eosinofil. Pada
peradangan kronis akan dijumpai limfosit dan jaringan fibrosis.
Hiperplasia
Hiperplasia kelenjar sering dihubungkan dengan proses radang. Sedang
hiperplasia jaringan limfoid dapat terjadi dengan atau tanpa proses radang.
Metaplasia
Sering terlihat metaplasia pada epitel kolumnar nasofaring berupa perubahan
kearah epitel skuamosa bertingkat.
Neoplasia
Mulai tumbuh di bagian basal lapisan sel epitel. Lapisan basal ini yang mulanya
sangat kecil akan bertambah besar, jumlah sel bertambah banyak dan
bentuknya akan menjadi bulat atau pleomorfik.

KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
Tipe WHO 1
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
sel-sel kanker berdiferensiasi baik
menghasilkan cukup banyak keratin

Tipe WHO 2
Termasuk di sini adalah karsinoma non
keratinisasi (KNK)
Sebagian tumor berdiferensiasi sedang dan
sebagian sel berdiferensiasi baik
Gambaran yang didapatkan menyerupai
karsinoma sel transisional

Tipe WHO 3
Merupakan karsinoma tanpa diferensiasi
(KTD)
Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa
keratinisasi mempunyai sifat yang sama,
yaitu bersifat radiosensitif
Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak
begitu radiosensitif

MANIFESTASI KLINIS
Gejala Hidung/Nasofaring
Bila penderita mengalami pilek lama, lebih dari 1 bulan
Bila penderita pilek dan keluar sekret yang kental,
berbau busuk
Pada penderita yang berusia lebih dari 40 tahun, sering
keluar darah dari hidung (epistaksis)
Sumbatan hidung. Sumbatan hidung yang menetap
terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana

Gejala Telinga
Sumbatan tuba eutachius / kataralis
Radang telinga tengah sampai perforasi
membran timpani
Gejala Tumor Leher

Gejala Mata
Penderita akan mengeluh penglihatannya
berkurang
Diplopia
Kelumpuhan mata yang disebut dengan
oftalmoplegia
Kebutaan

Gejala Saraf
Nyeri kepala atau kepala terasa berputar
Hipoestesia pada daerah pipi dan hidung
Sulit menelan (disfagia)

Gejala akibat tumor yang mengadakan infiltrasi


Limfadenopati servikal

Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar dan


metastase jauh
n.IX : Kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor
superior serta gangguan pengecap pada sepertiga belakang
lidah
n.X : Hiper/hipo/anastesi mukosa palatum mole, faring dan
laring disertai gangguan respirasi
n.XI : Kelumpuhan atau atropi otot-otot trapezius,
sternokleidomastoideus, serta hemiparesis palatum mole
n.XII : Hemiparalisis dan atropi sebelah lidah

Gejala akibat metastase jauh


Yang sering ialah tulang (femur), hati dan paru
Merupakan stadium akhir dan prognosis
sangat buruk

DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan telinga
Keluhan hidung
Keluhan mata
Pembesaran kelenjar limfe leher
Gejala kelainan saraf kranial

Pemeriksaan Nasofaring
Rinoskopi posterior :
Rinoskopi posterior tanpa menggunakan
kateter
Rinoskopi posterior menggunakan kateter
Nasofaringoskopi :
Nasofaringoskopi kaku
Nasofaringoskopi lentur

Pemeriksaan Radiologi
Foto polos nasofaring dan dasar tengkorak
CT-Scan nasofaring
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
USG hepar
Positron Emission Tomography (PET)

Pemeriksaan Patologi Anatomi


Sitologi : melalui kerokan (scraping), sikatan
(brushing), usapan (swab) atau dengan
menggunakan
alat
khusus
yang
dihubungkan dengan penghisap
Biopsi aspirasi jarum halus

Histopatologi
Untuk menegakan diagnosis pasti
menentukan subtipe histopatologi

Pemeriksaan Imunohistokimia
Untuk identifikasi lokasi antibodi
menggunakan penanda molekuler yang
dapat dilihat

Pemeriksaan Serologi
Terhadap penyebab virus Epstein Barr

Polimerase chain reaction (PCR)


Digunakan untuk menyalin rantai DNA spesifik
dalam jumlah besar
Dapat menunjukkan ada atau tidaknya sebuah
gen
Mendeteksi adanya mutasi, amplifikasi,
rekayasa genetika
Untuk mendeteksi DNA virus atau bakteri.

DIAGNOSIS BANDING
Angiofibroma Juvenile
Pada
pemeriksaan
radiologis
dengan
menggunakan
foto
polos
didapatkan
gambaran masa jaringan lunak di nasofaring
Limfoma
terlihat licin, eksofitik, sub mukosal, non
ulseratif
Kordoma
Rhabdomiosarkoma

PENATALAKSANAAN

Stadium I : Radioterapi
Stadium II-III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N <6cm : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N >6cm : Kemoterapi
dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi
Lingkungan hidup yang tidak sehat
Menghindari faktor resiko : konsumsi ikan
asin

BAB 2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. E
Umur
: 66 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
No MR
: 918707
Alamat
: Pariaman
Tanggal masuk : 18 Januari 2016

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berusia 66 tahun
datang RSUP Dr.M.Djamil Padang pada
tanggal 18 Januari 2016 dengan diagnosis
karsinoma sel skuamosa nasofaring
stadium II (T2N1M0):

Keluhan Utama :
Pasien dengan karsinoma sel skuamosa nasofaring non keratinized
undifferentiated stadium II (T2N1M0) datang untuk pro kemoterapi ke II.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien dengan karsinoma sel skuamosa nasofaring non keratinized
undifferentiated stadium II (T2N1M0) datang untuk pro kemoterapi ke II.
Awalnya, pasien merasakan ada benjolan di leher sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan awalnya sebesar kelereng, lalu bertambah besar menjadi
sebesar telur ayam. Benjolan tidak nyeri, permukaan licin, tidak ada keluar
sekret, tidak merah. Satu bulan kemudian, pasien merasakan susah
menelan dan terasa ada yang mengganjal di tenggorok. Pasien berobat ke
RSUD tetapi tidak ada perbaikan. Lalu, pasien berobat ke RS Dr. M. Djamil
Padang dan dilakukan biopsi dengan hasil karsinoma sel skuamosa non
keratinized undifferentiated.

Hidung tersumbat hilang timbul sejak 46 tahun yang lalu. Keluar


sekret apabila pasien pilek saja.
Penurunan berat badan ada sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya,
berat badan pasien 75 kg kemudian turun menjadi 65 kg sekarang.
Telinga terasa penuh tidak ada, telinga berdenging tidak ada.
Penurunan pendengaran tidak ada.
Hidung berdarah tidak ada.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Penurunan kesadaran tidak ada.
Kejang tidak ada.
Sakit kepala tidak ada.
Muntah tidak ada.

Penglihatan ganda tidak ada.


Sesak nafas tidak ada.
Bengkak di ketiak tidak ada.
Bengkak di lipat paha tidak ada.
Wajah terasa kebas tidak ada.
Gigi goyah tidak ada.
Bengkak di wajah tidak ada.
Bengkak di langit-langit mulut di tidak ada.
Nyeri tulang tidak ada.
Batuk tidak ada.
Demam tidak ada.
Suara serak tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien sudah mendapat kemoterapi I bulan November 2015.
Pasien pernah melakukan operasi polip hidung tahun 1970 dan 1973.
Pasien menderita diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat hipertensi tidak ada.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :


Pasien seorang tukang jahit
Pasien merokok sejak berusia 12 tahun dan berhenti sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
biasanya mengkonsumsi 2 bungkus rokok/hari.
Pasien mengkonsumsi ikan asin sejak kecil.
Pasien suka meminum kopi 2 5 gelas/hari.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis kooperatif

Tekanan darah
: 120/80 mmHg

Frekuensi nadi
: 88 x/menit

Frekuensi nafas
: 20 x/menit

Suhu
: afebris

Pemeriksaan Sistemik
Kepala
: normochepal
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, gangguan gerakan bola mata (-)
Wajah
: tidak ditemukan kelainan
Thorax
: paru dan jantung dalam batas
normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas: akral hangat dan refilling kapiler <2

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher


Dextra
I : tidak terlihat pembesaran KGB leher, tanda radang
(-).
P :tidak teraba pembesaran KGB leher, nyeri tekan
(-)
Sinistra
I : tidak terlihat pembesaran KGB leher, tanda radang
(-).
P :tidak teraba pembesaran KGB leher, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (7/12/2015)

Pemeriksaana Anjuran :
Cek labor darah lengkap
Diagnosis : Karsinoma sel skuamosa
nasofaring stadium II (T2N1M0) pro
kemoterapi ke 2.
Diagnosis banding: Diagnosis tambahan: -

Tatalaksana: Protokol Kemoterapi


Hari 1:
Hidrasi dengan NaCl 0,9% 1 liter/24 jam (14 tetes/menit selama 24 jam)
Deksametason 20 mg iv
Ondansentron 8 mg iv
Ranitidin 50 mg iv
Difenhidramin 50 mg iv
Hari 2:
Paclitaxel 295,75 mg dalam 250 ml Dextrose 5% 24 tetes/menit, dilanjutkan
Dextrose 5% 36 tetes/menit, kemudian Cisplatin 126,75 mg dalam NaCl 0,9%
42 tetes/menit, dilanjutkan NaCl 0,9% dan Dextrose 5% 20 tetes/menit.
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

BAB 3
DISKUSI

Awalnya, pasien merasakan ada benjolan di


leher sebelah kiri sejak 6 bulan yang lalu.
Benjolan awalnya sebesar kelereng, lalu
bertambah besar menjadi sebesar telur ayam.
Benjolan tidak nyeri, permukaan licin, tidak ada
keluar sekret, tidak merah.
Satu bulan kemudian, pasien merasakan susah
menelan dan terasa ada yang mnegganjal di
tenggorok. Pasien berobat ke RSUD tetapi tidak
ada perbaikan. Lalu, pasien berobat ke RS Dr,
M. Djamil Padang dan dilakukan biopsi dengan
hasil karsinoma sel skuamosa nasofaring non
keratinized undifferentiated.

Pembesaran kelenjer limfe leher


merupakan penyebaran terdekat secara
limfogen dari karsinoma nasofaring
Yang khas jika timbulnya di daerah
samping leher, 3-5 cm di bawah daun
telinga dan tidak nyeri, karenanya sering
diabaikan oleh pasien

Hidung tersumbat hilang timbul sejak 46


tahun yang lalu. Keluar sekret apabila
pasien pilek saja. Sumbatan hidung terjadi
akibat pertumbuhan tumor ke dalam
rongga hidung dan menutupi koana.
Gejala menyerupai pilek kronis, kadangkadang disertai dengan gangguan
penciuman dan adanya ingus kental.

Penurunan berat badan ada sejak 6


bulan yang lalu. Awalnya, berat badan
pasien 75 kg kemudian turun menjadi 65
kg sekarang.
Pasien suka memakan ikan asin setiap
hari sejak kecil. Pasien suka meminum
kopi 2 5 gelas/hari.
Kaitan antara virus Epstein-Barr dan
konsumsi ikan asin dikatakan sebagai
penyebab utama timbulnya penyakit ini.

Pasien sudah mendapat kemoterapi I


bulan November 2015. Pasien pernah
melakukan operasi polip hidung tahun
1970 dan 1973. Pasien menderita
diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien seorang tukang jahit. Pasien
adalah perokok sejak berusia 12 tahun
dan berhenti sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien biasanya mengkonsumsi 2
bungkus rokok/hari.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan,


pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan
kavum nasi dextra dan sinistra sempit.
Konka inferior dextra dan sinistra tampak
hipertrofi berwarna merah muda,
permukaan licin, dan edem serta
ditemukan sekret mukoid dengan jumlah
sedikit.
Pada rinoskopi posterior ditemukan masa
di fosa Rossenmuller.

Fossa Rosenmulleri merupakan tempat


perubahan atau pergantian epitel dari
epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel
pipih. Tempat pergantian ini dianggap
merupakan predileksi terjadinya
keganasan nasofaring.
Diagnosis karsinoma nasofaring dapat
ditegakkan berdasarkan hasil biopsi.
Pemeriksaan CT-scan daerah kepala dan
leher dapat mengetahui tumor primer dan
arah perluasannya

Tatalaksana yang dilakukan saat ini


adalah pasien akan direncanakan
melakukan kemterapi yang ke 2.
Kemoterapi adalah segolongan obatobatan yang dapat menghambat
pertumbuhan kanker atau bahkan
membunuh sel kanker

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться

  • Selulitis Orbitalis
    Selulitis Orbitalis
    Документ23 страницы
    Selulitis Orbitalis
    Agnes Pretty
    Оценок пока нет
  • Urolithiasis
    Urolithiasis
    Документ43 страницы
    Urolithiasis
    shanaokun
    Оценок пока нет
  • Struktur Dan Fungsi Sel
    Struktur Dan Fungsi Sel
    Документ62 страницы
    Struktur Dan Fungsi Sel
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Surat Ali Imran
    Surat Ali Imran
    Документ17 страниц
    Surat Ali Imran
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Surat Al Alaq
    Surat Al Alaq
    Документ14 страниц
    Surat Al Alaq
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Terrarium
    Terrarium
    Документ16 страниц
    Terrarium
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Mitokondria
    Mitokondria
    Документ6 страниц
    Mitokondria
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Susunan Acara Mini Workshop
    Susunan Acara Mini Workshop
    Документ1 страница
    Susunan Acara Mini Workshop
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет
  • Komposisi Bahasa
    Komposisi Bahasa
    Документ11 страниц
    Komposisi Bahasa
    Nana Sri Rahayu Wissenschaft
    Оценок пока нет