Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Usulan Penelitian
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan
Skripsi Program Sarjana Strata-1 Teknik Pertambangan
Diajukan Oleh :
ANDI SYAPUTRA
NIM. H1C111030
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Pengusul
ANDI SYAPUTRA
NIM. H1C111030
Banjarbaru,
Februari 2015
Disetujui Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Agus Triantoro, MT
NIP. 19800803 200604 1 001
Uyu Saismana, MT
NIP. 19731013 200312 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
bidang
usaha
pertambangan
hal
utama
dalam
tahapan
pertambangan adalah produksi. Namun disamping itu ada satu tahapan dalam
proses penambangan batubara yang berperan penting dalam menentukan
kelangsungan usaha pertambangan yaitu pengolahan batubara. Unit pengolahan
batubara (coal processing plant) sangat penting dalam pengolahan batubara
karena unit pengolahan ini merupakan salah satu penentu dari kualitas dan
kuantitas produk yang dihasilkan. Pengolahan batubara yang dilakukan adalah
proses pengecilan material dengan peremukan sesuai dengan batubara yang di
inginkan konsumen atau pasar.
Dalam upaya mengolah batubara menjadi produk akhir yang diminati
konsumen
perlu
rancangan
pengolahan
yang
komprehensif
agar
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
1.4
Manfaat Penelitian
kegiatan
terjadi.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau usulan untuk memanfaatkan
secara efektif dan seefisien mungkin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Penimbunan Batubara
2.2.1
hasil dari penambangan yang berada dekat hopper, jika pada saat unit
pengolahan sedang memproses suatu produk batubara dengan kualitas tertentu
maka batubara yang tidak sama kualitasnya untuk sementara ditumpuk di ROM
stockpile atau jika terjadi kerusakan pada unit pengolahan tidak dapat bekerja
pada unit pengolahan sehingga unit pengolahan tidak dapat bekerja. Dan selain
itu proses pengangkutan batubara dari ROM stockpile sangat mempengaruhi
kelancaran supplay batubara menuju ke hopper, apalagi jika ada masalah pada
pengangkutan batubara dari pit.
2.2.2
Stockpile Management
Stockpile management adalah suatu proses pengaturan atau prosedur
Selain itu
stockpile management
pengaturan
bagaimana
cara
menyimpan
(menimbun)
batubara di stockpile yang aman, baik bagi kualitas batubaranya maupun aman
dari kontaminasi. Dalam mengatur penimbunan batubara di stockpile, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah desain stockpile, metode penimbunan dan
pembongkaran, serta sistem penimbunan.
2.3.2. Desain Stockpile
Pada umumnya stockpile batubara berbentuk kerucut dan limas
terpancung. Bentuk kerucut biasanya terbentuk dari curahan belt conveyor, dan
hanya digunakan sementara pada stockpile. Ditinjau dari panjang bidang miring
dan sudut yang dibentuk, limas terpancung dianggap lebih efisien untuk
menyimpan batubara dalam waktu lama.
Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
1. Kapasitas penyimpanan batubara
Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu
stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan kapasitas besar
mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan
tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus
benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base
stockpile tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut
menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan
terjadi kehilangan batubara di stockpile.
2. Banyaknya jenis product yang akan dipisahkan pada stockpile
Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan
stockpile yang diperlukan. Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan
semakin besar areal yang diperlukan.
3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan pemuatan
Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di
stockpile juga mempengaruhi desain atau area stockpile yang digunakan.
Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan,
membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer
juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang
berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubarabatubara tersebut.
2.3.3. Metode Penimbunan dan Pembongkaran Batubara
Metode penimbunan yang biasa digunakan pada stockpile batubara yaitu :
1. Cone
Batubara secara berkesinambungan ditumpuk pada satu titik. Metode ini
sangat tidak efisien untuk blending batubara dan dapat menimbulkan
segregasi yang tinggi.
2. Strata
Batubara yang ditumpukan membentuk lapisan horizontal, sehingga dengan
metode ini blending dapat dilakukan dengan cukup baik dan batubara dapat
tercampur dengan merata. Metode ini terdiri dari :
a. Chevron, sistem yang paling simple dimana hanya diperlukan satu titik
tengah pada stockpile
b. Windrow, sistem ini menggunakan pola baris segitiga dan bentuk belah
ketupat
c. Chevron-Windrow, sistem ini adalah gabungan dari kedua jenis diatas dan
akan menghasilkan segregasi ukuran butir yang sangat minimum, tapi jenis
alat yang digunakan sangat mahal
Sekeliling tumpukkan batubara harus dapat diakses oleh wheel loader atau
excavator
Penggunaan
tanda
larangan
terhadap
unit
atau
alat
yang
tidak
Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan / limbah
air dari drainage stockpile
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir alat berat, baik
untuk keperluan maintenance atau overshift operator. Kecuali dalam keadaan
emergency dan setelah itu harus diadakan housekeeping secara teliti
8. Menanggulangi batubara terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan
yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
-
Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang
Untuk penyetokan yang relatif lama bagian atas stockpile harus dipadatkan
(kompaksi), berguna untuk mengurangi resapan udara dan air ke dalam
stockpile
9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hal
ini untuk menghindari swamp di atas stockpile
10. Mengusahakan kontur permukaan basement berbentuk cembung atau datar,
hal ini berkaitan dengan kelancaran system drainage
2.4.
1
Vh = 3 t ( L atas+ L bawah + L atas x L bawah) .................................
(2.1)
............................................................(2.2)
Di mana :
K = Kapasitas hopper (ton)
Vh =Volume hopper (m3)
Bi = Bobot isi material (ton/m3)
T = Tinggi (m)
2.4.2. Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Grizzly berfungsi untuk menahan ukuran bongkah batubara
tertentu yang diijinkan lolos ke dalam hopper. Anyaman besi siku disusun
bersilangan saling sejajar pada jarak yang ditentukan dan ditempatkan di lubang
masuk hopper.
2.4.3. Vibrating Feeder
Vibrating feeder berfungsi sebagai pengumpan mesin peremuk, juga
untuk memisahkan material umpan yang sudah memenuhi ukuran yang
diharapkan. Dengan adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi
umpan produk tidak perlu dilalkukan pengecilan ukuran lagi. Produksi teoritis
Vibrating feeder didasarkan pada rumus :
K = T x L x V x Bi
..............................................................(2.3)
Dimana :
K = Produksi nyata Vibrating feeder (ton/jam)
T = Tebal material pada Vibrating feeder (m)
L = Lebar feeder (m)
V = Kecepatan Vibrating feeder (m/jam)
Bi = Bobot isi material (ton/m3)
2.4.4. Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua buah silinder baja dan masing-masing
dihubungkan pada as (poros) tersendiri. Silinder ini berputar berlawanan
arah sehingga material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk roll crusher ada dua macam, yaitu:
1) Rigrid Roll
7. Motor penggerak
Jika gerakannya karena dihubungkan dengan belt dan gear, maka
disebut gearedroll, dan jika digerakkan hanya oleh belt, motor
disebut belt roll.
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan, lebar permukaan,
diameter roll crusher dan jarak antara roll yang satu dengan lainnya.
Kapasitas roll crusher
dinyatakan dengan
rumus sebagai
berikut
(Gupta A,dik,2006) :
C = 188,5 x D x W x
x L x Pp
......................................................
(2.4)
Keterangan :
C = kapasitas (ton/jam)
W = kecepatan putar rol (rpm)
D = diameter rol (m)
F factor (%)
18
25
24
27
26
30
30
37
36
50
48
67
54
75
4. Idler
Berguna untuk menahan atau menyangga belt. Menurut letak dan fungsinya,
maka idler dibagi menjadi :
a. Impact roller
Roll penunjang daerah bermuatan material, biasanya roller ini diselimuti
dengan rubber untuk mengurangi impact langsung dengan roller.
Top Cover
ceceran (spills) pada saat curah dan membentuk curahan keposisi tengah
ban berjalan.
Kekerasan yang tidak terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu kaku
Bentuk blade
8. Belt cleaner
a. Primary belt cleaner
Sisa
material/carry-back/spillage
yang
tidak
terkendali
akan
mengakibatkan :
akan
menyebabkan
keausan
yang
tidak
wajar
dan
belt
conveyor
dalam
mengangkut
material
sangat
b.
Kandungan air
c.
Komposisi material
2. Keadaan topografi
Kondisi lapangan dapat mempengaruhi penggunaan belt conveyor. Untuk
daerah dengan keadaan berbukit-bukit Dimana kemiringan pada daerah
tersebut cukup besar, maka dibandingkan dengan lori atau truk dalam
mengangkut material, belt conveyor lebih memungkin untuk digunakan
karena dalam mengatasi kemiringan kemampuan belt conveyor lebih
besar yaitu dapat mencapai 30%-35. Hal ini dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pemilihan satu alat angkut.
3. Jarak pengangkutan
Belt conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material dekat maupun
jarak jauh. Untuk pengangkutan jarak jauh belt conveyor dibuat dalam
beberapa unit.
Kapasitas teoritis bel conveyor sangat dipengaruhi oleh luas
penampang melintang material yang terangkut bel conveyor, kececepatan
belt conveyor, dan bobot isi material yang terangkut.
Jumlah material yang dapat diangkut oleh belt conveyor tergantung :
1. Lebar belt
2. Kecapatan belt
3. Sudut roller/ Midler terhadap bidang datar (throughing angle)
4. Angle of surcharge material
5. Densitas material curah
6. Kemiringan belt
Rumus umum yang digunakan dalam menghitung kapasitas
produksi teoritis adalah (Prodjosumarto, 1993) :
Qt = 60. A. V. y. S
........................................................................(2.7)
Keterangan :
Qt = Produksi nyata bel conveyor (ton/jam)
A = Luas penampang muatan belt conveyor (m2)
S = Kecepatan belt conveyor (m/jam) atau V (m/menit)
s
Tabel 2.2
Produktivitas Belt Conveyor versi Handbook Bando Conveyor Belt
Conveyor Capacity metric tons per hour
(Based on 20 degree trough idlers, 20 degree surcharge angle
100
Belt
Speed ft/min
Belt
width
inch
16
20
24
30
36
42
48
54
56
60
64
72
mm
400
500
600
750
900
1050
1200
1350
1400
1500
1600
1800
30
60
75
100
120
150
180
230
300
m/min
22
36
54
88
130
181
43
72
108
176
260
361
54
90
135
220
325
451
72
120
180
293
434
602
87
144
216
352
521
722
108
180
271
440
651
903
216
325
528
781
108
675
998
1384
1302
1805
1195
3
143
1833
2391
2345
3059
239
306
330
381
435
555
478
598
797
956
765
102
122
152
5
183
825
0
1100
3
132
9
165
5
198
2530
3299
952
127
0
152
0
190
0
228
2920
3809
871
108
0
145
3
174
4
217
5
261
3338
4354
1111
9
138
1
185
2
222
7
277
3
333
4259
5555
612
660
762
80
2000
690
138
172
230
276
345
414
5291
6902
84
2100
763
0
152
5
190
1
254
1
305
1
381
1
457
5850
7630
1003
6
200
7
250
3
334
2
401
5
501
8
602
7692
10033
1583
7
316
8
395
4
527
3
633
7
791
0
949
1213
15826
96
120
2400
3000
Tabel 2.2 dibuat berdasarkan trough angle 200 dan surcharge angle 200.
Untuk trough angle maupun surcharge angle yang berbeda maka digunakan
koreksi seperti pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3
Koreksi Koefisien untuk Trough Angle dan Sucharge Angle
Trough
Angle
100
200
300
350
450
600
0
0,291
0,562
0,794
0,891
1,041
1,143
5
0,405
0,669
0,892
0,983
1,119
1,200
Sucharge Angle
100
0,520
0,778
0,990
1,076
1,198
1,256
200
0,755
1,000
1,192
1,256
1,360
1,373
No
Tabel 2.4
Koreksi Koefisien Sudut Inklinasi
Sudut kemiringan (0)
Koefisien kemiringan
1,00
0,99
0,98
0,97
300
1,001
1,233
1,405
1,465
1,530
1,495
10
0,95
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
12
14
16
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0,93
0,91
0,89
0,85
0,81
0,78
0,76
0,73
0,71
0,68
0,66
0,64
0,61
0,59
0,56
Jika tidak terdapat data spesifikasi mengenai sudut kemiringan belt maka
sudut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
....(2.8)
Keterangan :
- lf
= Jarak yang A-B
- H
= Jarak B terhadap permukaan tanah
- h
= Jarak A terhadap permukaan tanah
-
= Sudut kemiringan belt
B
A
Gambar 2.13
Sketsa Perhitungan Sudut Kemiringan Belt
Tabel 2.2 dibuat berdasarkan JIS B8805-1965 dimana perhitungan
kapasitas conveyor didasari berat jenis curah material 1 ton/m3. Untuk itu
dilakukan koreksi dengan mendapatkan berat jenis curah material penelitian
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Vb Va
.. (2.9)
Keterangan :
Y
Va
Vb
Qt= Q x Ks x k x ............(2.10)
Keterangan :
Q
2.5.
Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungan di
dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang akurat.
Sebagaian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu orang
yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila
ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan
operator yang bersangkutan. Ada penyebab yang tidak bisa dihindari seperti
cuaca, kerusakan mendadak, kabut dan lain-lain. Untuk meningkatkan efisiensi
kerja operator kadang-kadang perlu semacam perangsang atau bonus yang
MA=
W
100
....................................................................................(2.11)
W +R
dimana :
W
Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan pada alat dalam
kondisi dapat beroperasi, dalam arti tidak rusak (jam), hal ini
termasuk juga hambatan yang di alami alat ketika dalam
melakukan kerja.
PA=
W +S
100
.................................................................................(2.12)
W + R+ S
dimana :
S
Stand by hours, atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam
keadaan siap beroperasi
W+R+S
UA=
W
100
.....................................................................................(2.13)
W +S
seberapa
dipergunakan.
baik
pengelolaan
(management)
peralatan
yang
sebenarnya
sama
dengan
pengertian
effesiensi
kerja,
EU =
W
100
...............................................................................(2.14)
W + R+ S
.........................(2.15)
Keterangan :
Ctm = Total waktu edar alat muat
Am = Waktu total untuk mengisi muatan
Bm = Waktu pindah gigi maju
Cm = Waktu untuk maju
Dm = Waktu pindah gigi mundur
Em = Waktu kembali
b.
...................................................(2.16)
Keterangan :
q = Produksi per siklus (m3)
q1 = Kapisatas ujung bucket (m3)
K = Faktor pengisian bucket
Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat gali muat dapat
menggunakan persamaan di bawah ini ( Nurhakim, 2004) :
Q=
60
CT
xqxE
.......................................................................
(2.17)
Keterangan :
Q = Produktivitas alat gali muat (ton/jam)
q
= Efisiensi Kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Pengolahan Data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran,
dilakukan
korelasi
antara
hasil
pengolahan
dengan
meliputi:
1.
Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literaturliteratur dan internet tentang produktivitas crushing plant.
2.
3.
1. Data Primer
Data Primer kegiatan crushing plant dilapangan meliputi, meliputi :
2. Data Sekunder
3. Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung terhadap personal
dari pihak perusahaan yang merupakan sumber informasi yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian dan masalah yang terjadi.
3.2.1.
Instrumentasi
Instrumentasi adalah peralatan yang digunakan selama penelitian yang
Digunakan
sebagai
pembanding
perhitungan
dengan
3. Software Microsoft Office akan digunakan untuk mengolah data yang ada
dengan menerapkan analisis perhitungan seperti kerja unit, dan waktu unit.
3.4. Pengamatan dan Pengambilan Data
Data Produksi Perhari Data ini merupakan laporan hasil kerja atau hasil
produksi aktual unit perhari berdasarkan hitungan jumlah produksi yang telah
termuat di hopper. Data ini digunakan untuk mengetahui berapa ton produksi
yang didapat alat peremuk dalam 1 jam bekerja.
3.5
Rancangan Penelitian
Data yang telah diambil selama melakukan penelitian akan diolah dan
Pengambilan Data
Data Sekunder
Data Primer
Pengolahan Data
Perhitungan kapasitas produksi pada Hopper,
Perhitungan produksi Crusher
Perhitungan kapasitas Belt Conveyor
Analisis
Mengevaluasi ketercapaian target produksi pada unit
crushing Plant
Optimal per unit crushing PlantBelum
Produktivitas
dalam optimal
pencapaian
target produksi
Analisis Permasalahan
Kesimpulan
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan akhir ini memuat uraian secara garis besar
dari tiap-tiap bab dalam laporan tugas akhir, dijabarkan sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan mengenai latar belakang dilaksanakan penelitian disertai
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah mengenai
analisis produktivitas coal crushing plant untuk pengoptimalan hasil produksi.
Bab ini juga mengemukakan
memberikan suatu hasil penelitian yang berguna bagi perusahan pada umumnya
dan penulis pada khususnya.
2.
dan interpretasi yang diambil dari literatur-literatur baik itu melalui data yang
dimiliki oleh perusahaan maupun buku-buku yang berkenaan dengan materi
penelitian penulis.
3.
pembuatan laporan. Bab ini berisi rancangan penelitian, populasi dan sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
4.
BAB
PENELITIAN
IV
PROSEDUR
DAN
HASIL
BAB V PEMBAHASAN
Mengemukakan tentang pembahasan dari hasil penelitian dan data-data
BAB V
JADWAL PENELITIAN
5.1.
Jadwal Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 1 bulan, sejak tanggal 30
5.2.
No.
URAIAN KEGIATAN
1
2
3
4
5
6
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan
Konsultasi Laporan
Presentasi
Bulan ke-I
II
III
IV
Tempat Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di PT Binuang Mitra Bersama,
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, A., Susanto, B, & Nurhakim. 2004. Modul Ajar Pemindahan Tanah
Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
Prodjosumarto, P. 1993, Pemindahan Tanah Mekanis. Teknik Pertambangan,
ITB. Bandung.
Sudarsono, Arief S. 2003. Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara.
ITB.Bandung.
Wilopo, D. 2009. Metode Kontruksi dan Alat-Alat Berat. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Wills, B.A. 1980. Mineral Processing Technology Second Edition. Pergamon
Press. Oxford. New York.
Yan D.S. dam A. Gupta. 2006. Mineral Processing Design and Operation
An Introduction. Perth, Australia.
Yanto, I. 2007. Pemindahan Tanah Mekanis. Teknik Pertambangan. UPN.
Yogyakarta.
Zhao, L. Lin, Y. 2011. Operation and Maintenance of Coal Handling System
in Thermal Power Plant. School of Mechanical Engineering.
Northeast Dianli University. China.