Вы находитесь на странице: 1из 9

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp.

1~5
ISSN: 1978-1520

 1

Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Mentor


Dalam Kegiatan BSM STMIK Pontianak
Menggunakan AHP
Sukragani
Jurusan Sistem Informasi, STMIK Pontianak, Pontianak
Jl. Merdeka No. 372 Pontianak
e-mail: Sukragani.90@gmail.com

Abstrak
Mentor bertujuan memberikan bimbingan kepada mahasiswa baru dalam
melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa yang dilaksanakan oleh kampus STMIK
Pontianak. Maka dari itu diperlukan mentor yang dapat memberikan pelatihan yang optimal
kepada mahasiswa baru untuk meningkatkan mutu dalam kegiatan tersebut. Dalam
pelaksanaannya, yang menjadi permasalahan adalah ketidakhadiran mentor dalam melakukan
pelatihan kepada mahasiswa baru sehingga kegiatan tidak berjalan dengan baik. Menanggapi
permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem penunjang
keputusan pemilihan mentor dalam kegiatan Bakti Sosial Masyarakat (BSM) STMIK Pontianak
dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menentukan kriteriakriteria yang diperlukan untuk pemilihan mentor. Dengan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) penentuan kriteria dan intensitas ditentukan oleh pengguna dan bisa dirubah sesuai
dengan kebutuhan, diproses dengan menggunakan software Expert Choice. Hasil pengujian
sistem pendukung keputusan ini menyatakan bahwa sistem telah berjalan dengan benar,
sehingga sistem ini dapat digunakan dalam mengambil keputusan.
Kata kunci3-5 Pemilihan Mentor, Sistem Penunjang Keputusan, AHP, Expert Choice

Abstract
Mentor aims to provide guidance to new students in conducting Students Social Service
conducted by STMIK Pontianak Therefore needed a mentor who can provide optimal training
for new students to improve the quality in these activities. In practice, the problem is the
absence of a mentor in training to new students so that the activity did not go well. Responding
to these problems in this study developed a decision support system mentor election in the
activities of Social Service Society (BSM) STMIK Pontianak using AHP (Analytical Hierarchy
Process) in determining the criteria necessary for the selection of a mentor. With AHP
(Analytical Hierarchy Process) determination of the criteria and intensity determined by the
user and can be changed according to the needs, processed using Expert Choice software. The
test results of this decision support system stating that the system has been running correctly, so
that the system can be used in making decisions.
Keywords3-5 mentor election, decision support system, AHP, Expert Choice

1. PENDAHULUAN

egiatan BSM merupakan kegiatan wajib kampus STMIK Pontianak yang diadakan setiap
tahunnya saat tahun ajaran baru yang di kelola oleh BEM STMIK Pontianak sebagai ajang

Received June 1st,2012; Revised June 25th, 2012; Accepted July 10th, 2012

ISSN: 1978-1520

bakti mereka kepada masyarakat dan sebagai Promosi Kampus STMIK Pontianak tentunya.
Didalam kegiatan BSM, diperlukan mentor untuk menyampaikan materi ajaran kepada para
mahasiswa baru agar mereka siap terjun ke masyarakat. Mentor bertujuan memberikan
bimbingan kepada mahasiswa baru dalam melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa
(BSM) yang dilaksanakan oleh kampus STMIK Pontianak. Maka dari itu diperlukan mentor
yang dapat memberikan pelatihan yang optimal kepada mahasiswa baru untuk meningkatkan
mutu dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya, permasalahan yang terjadi adalah
ketidakhadiran mentor dalam pelasanaan BSM contohnya seperti mentor yang tiba-tiba ganti
yang menyebabkan materi ajaran menjadi setengah-setengah dan mentor yang tidak hadir saat
kegiatan persentasi turun ke masyarakat sehingga kegiatan tidak berjalan dengan baik. Untuk itu
diperlukan sebuah sistem penunjang keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical
Hierarchy Process) untuk memilih mentor yang professional dalam kegiatan Bakti Sosial
Masyarakat (BSM) STMIK Pontianak sehingga kegiatan berjalan dengan baik.
Penelitian sejenis mengenai sistem penunjang keputusan menggunakan metode AHP
yang relevan diantaranya adalah sistem penunjang keputusan menggunakan AHP dalam
pemilihan dosen model pemilihan dosen di STAIN Batsangkar [1]. Pengambilan keputusan
untuk menentukan ketua petugas guru piket dengan menggunakan metode AHP yang berguna
untuk mempermudah informasi mengenai penjadwalan guru piket dan informasi data guru [2].
Sistem pendukung keputusan pemilihan calon peserta cerdas cermat dengan mentode AHP
untuk mendapatkan informasi untuk pemilihan siswa yang tepat dalam mengikuti cerdas cermat
pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) [3]. Sistem pendukung keputusan dalam
menentukan supplier jeruk pontianak berbasis Fuzzy-AHP untuk akan diperoleh supplier terbaik
dengan kriteria-kriteria terpenting bagi perusahaan [4]. Sistem pendukung keputusan untuk
menentukan mahasiswa lulusan terbaik di perguruan tinggi menggunakan AHP [5], karena
dalam penyelesaiannya diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan dengan multikriteria.
Penelitian ini menegaskan bahwa penggunaan metode AHP sangat penting dalam proses
pengambilan keputusan, karena metode AHP menggunakan kriteria-kriteria yang utama dalam
menentukan keputusan. Tidak semua kriteria dapat di masukan didalam metode ini, hanya
kriteria yang sangat dominan saja yang bisa digunakan dalam metode ini supaya pengambilan
keputusannya bisa lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabkan. Pembobotan kriteria sangat
dibutuhkan dalam metode ini, karena diperlukan untuk proses perhitungan yang akan
menghasilkan persentase dari masing-masing kriteria yang menjadi acuan kriteria mana yang
diutamakan terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan sebuah alternatif
solusi dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat, dalam hal ini adalah pemilihan mentor
dalam kegiatan BSM sehingga dapat diperoleh mentor-mentor professional untuk membuat
kegiatan kampus menjadi lebih baik.

2. METODE PENELITIAN
2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut [6], menyatakan bahwa Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu
model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung
keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks
menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi
dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif.
2. 2 Prinsip Dasar AHP
Menurut [7], dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami antara lain:
IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

IJCCS

ISSN: 1978-1520

 3

2. 2.1 Dekomposisi (Decomposition)


Pengertian deomposisi adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi
unsurunsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau
elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan
terhadap unsurunsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki
keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki
keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang
mempunyai hubungan pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang
incomplete.
2. 2. 2 Perbandingan penilian (Comparative Judgement)
Perbandingan penilian dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen
elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matrix pairwise
comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan
tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan
tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Keterangan
Intensitas Kepentingan
1
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang
3
lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
2,4,6,8
berdekatan
Kebalikan

Jika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j,


maka I memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i

2. 2.3 Sintesa prioritas (Synthesis of Priority)


Sintesa prioritas dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur unsur pengambilan keputusan.
2. 2. 4. Konsentensi logis (Logical Consistency)
Konsentensi logis merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan
mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan
selanjutnya diperoleh suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan.
2. 3 Langkah langkah AHP
Menurut [8], Langkah langkah dalam menggunakan metode AHP adalah:

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

ISSN: 1978-1520

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.


2. Menentukan prioritas elemen.
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang di berikan dengan menggunakan bentuk matriks
b. Mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan
untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen
c. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis
untuk memperoleh keseluruhan prioritas.
1) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
2) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks.
3) Menjumlahkan nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4) Mengukur konsistensi.
a) Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatifelemen kedua,
dan seterusnya.
b) Menjumlahkan setiap baris.
c) Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas relatif
yang bersangkutan.
d) Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya disebut
eigen value (max)
e) Menghitung indeks konsistensi (consistency index) dengan rumus :
CI = (max - n) / n - 1
Dimana, CI
: Consistensi Index
(max)
: Eigen Value
n
: Banyak elemen
f) Menghitung konsistensi ratio (CR) dengan rumus : CR= CI / RC
Dimana, CR
: Consistency Ratio
CI
: Consistency Index
RC
: Random Consistency
Tabel 2, Daftar Indeks Random Konsistensi (IR)
Ukuran Matriks
Random Consistency
1
0,0
2
0,0
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
Jika CR< 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks
kriteria yang diberikan konsistensi. Jika CR 0,1 maka nilai
perbandingan berpasangan pada matriks criteria yang diberikan tidak
konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai nilai
IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

IJCCS

ISSN: 1978-1520

 5

pada matriks berpasangan pada unsure criteria maupun alternatif harus


diulang.
g) Hasil akhir berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh
pengambil keputusan berdasarkan nilai yang tertinggi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pengumpulan data
berupa suevey, wawancara dan kuesioner kepada pihak BEM dalam menerima mentor. Dari
data yang telah di kumpulkan, telah di peroleh kriteria yang akan digunakan dalam sistem ini.
Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain :
a. Menguasai Materi, mentor harus bisa menguasai materi yang akan di sampaikan,
mampu beradaptasi dan mampu belajar dengan cepat.
b. Tanggung Jawab, mentor harus membimbing dan bertanggung jawab atas apa yang
telah di sampaikan.
c. Disiplin Waktu, mentor siap datang setiap pertemuan pelatihan dan harus menemani
peserta dalam turu kelapangan.
d. Siap Ditugaskan, dalam keadaan genting, mentor harus siap ditugaskan keregion
manapun dalam keadaan apapun.
Sedangkan sebagai alternatifnya menggunakan Calon 1, Calon 2 Calon 3.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah menyusun hirarki yang terdiri dari tujuan,
kriteria-kriteria dan alternatif. Hasil dari hirarki dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1, Struktur hirarki pemodelan AHP

Langkah selanjutnya adalah melakukan pembobotan perbandingan berpasangan antara


kriteria dan kriteria menggunakan exper choice. Hasil dari perbandingan berpasangan dapat
dilihat pada gambar 2 berikut.
Gambar 2, Prioritas hasil perbandingan berpasangan kriteria

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa prioritas utama adalah kriteria tanggung
jawab dengan bobot 0,436 setara dengan 44%.Kriteria yang utama berikutnya adalah kriteria
siap ditugaskan yaitu dengan bobot 0,327 setara dengan 33%, selanjutnya adalah kriteria
disiplin waktu dengan 0,142 setara dengan 14%, dan yang terakhir adalah kriteria menguasai
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

ISSN: 1978-1520

materi dengan 0,095% setara dengan 10% dengan tingkat rasio inconsistency adalah sebesar
0,05 setara dengan 5% di bawah dari 10%.
Alasan mengapa kriteria menguasai materi di peringkat terakhir dan memiliki nilai terkecil,
karena menguasai materi adalah kewajiban mentor. Walaupun mentor sepenuhnya menguasai
materi, belum tentu juga mentor bisa bertanggung jawab, disiplin dan siap di tugaskan ke regian
yang lain karena yang dikuasainya hanya satu materi saja. Dengan begitu, mentor tidak
sepenuhnya harus menguasai materi ajaran dan mentor harus bisa belajar menguasai materi
yang lainnya juga pada saat dibutuhkan. Alasan mengapa kriteria tanggung jawab yang lebih di
utamakan, karena tanggung jawab itu mencakup dari semua aspek sedangkan masing-masing
aspek belum tentu bisa bertanggung jawab. Tanggung jawab disini bagaimana mentor bisa
menyampaikan pengetahuan kepada peserta dan bisa membimbing peserta hingga turun ke
masyarakat. Kriteria siap ditugaskan menempati urutan ke dua setelah kriteria tanggung jawab,
karena tidak semua mentor siap di tugaskan ke region yang lain untuk menggantikan mentor
yang berhalangan hadir saat kegiatan. Terakhir adalah kriteria disiplin waktu, karena disiplin
waktu memiliki banyak toleransi seperti mentor yang sakit, izin, terlambat, dan lain sebagainya.
Untuk itu, kriteria disiplin waktu di utamanakan diurutan ketiga setelah kriteria siap ditugaskan
dan kriteria tanggung jawab.
Langkah selanjutnya adalah memberikan nilai bobot masing-masing alternatif untuk
masing-masing kriteria dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Hasil dari perbandingan
berpasangan adalah akan terlihat nilai dari masing-masing alternatif kriteria menguasai materi.
Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%. Hasilnya dapat
terliha pada gambar 3 berikut.
Gambar 3, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria menguasai materi

Selanjutnya adalah nilai bobot dari masing-masing alternatif untuk kriteria ke dua yaitu
kriteria tanggung jawab. Hasilnya dapat dilihat nilai dari masing-masing alternatif kriteria
tanggung jawab. Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%.
Hasilnya dapat terliha pada gambar 4 berikut.
Gambar 4, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria tanggung jawab

Langkan berikutnya memberikan bobot pada masing-masing alternatif untuk kriteria


disiplin waktu. Hasilnya dapat terlihat nilai dari masing-masing alternatif kriteria disiplin waktu.
IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

IJCCS

ISSN: 1978-1520

 7

Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau 10%. Hasilnya dapat
terliha pada gambar 5 berikut.
Gambar 5, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria disiplin waktu

Langkan berikutnya memberikan bobot pada masing-masing alternatif untuk kriteria


terakhir yaitu kriteria siap ditugaskan. Hasilnya dapat terlihat nilai dari masing-masing alternatif
kriteria siap ditugaskan. Tingkat rasio inconsistency yang dihasilkan harus di bawah 0.10 atau
10%. Hasilnya dapat terliha pada gambar 6 berikut.
Gambar 6, prioritas hasil perbandingan berpasangan untuk kriteria siap ditugaskan

Setelah semua hasil pembobotan sudah di masukan dan menghasilkan data dari
perbandingan berpasangan masing-masing kriteria dan perbandingan berpasangan dari masingmasing alternatif untuk masing-masing kriteria, tahap terakhir dalam metode ini adalah hasil
dari sistesis pemilihan mentoryaitu nilai gabungan yang menyatakan alternatif mana yang
dominan yang sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan tetap dengan rasio dibawah 10%
atau 0,10. Untuk hasil dapat dilihat pada gambar 7 berikut.
Gambar 7 sintesis dari pemilihan mentor

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

ISSN: 1978-1520
4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal :
a. Penentuan kriteria merupakan dasar dari sistem dan dalam menentukan kriteria
juga harus dilihat kondisi apa yang di harus utamakan dahulu didalam
menyelesaikan suatu kasus menggunakan sistem AHP.
b. Penentuan nilai bobot merupakan bagian penting dalam sistem ini, karena rasio
dari tingkat kesuksesan sistem adalam 10%. Maka dari itu, apabila terjadi
kesalahan dalam pembobotan sehingga nilai tidak mencapai rasio, sistem akan
di ulang kembali sampai menemukan persentase yang optimal.
c. Hasil yang diberikan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan
dalam penerimaan mentor untuk kegiatan BSM STMIK Pontianak. Sistem ini
hanya sekedar membantu dalam pengambilan keputusan bukan berarti
keputusan harus menggunakan sistem, karena setiap orang memiliki
toleransinya masing-masing.

5. SARAN
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode Fuzzy AHP untuk
masalah yang lebih spesifik dengan kriteria dan alternatif yang banyak, karena perhitungan
dengan menggunakan metode Fuzzy AHP lebih akurat.

UCAPAN TERIMA KASIH


a. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemampuan dan inspirasi dalam
penyelesaian penelitian.
b. Kepada Dosen pengampu matakuliah metode penelitian di STMIK Pontianak
c. Kepada ketua jurusan Sistem Informasi STMIK Pontianak
d. Kepada dosen pembimbing akademik STMIK Pontianak
e. Kepada rekan-rekan yang membantu dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adriyendi & Yeni M., 2013, Sistem Penunjang Keputusan Menggunakan AHP Dalam
Pemilihan Dosen, International Journal of Advanced Science and Technology Vol. 52.
[2] Rahmat H.,2015, Sistem Pendukukung Keputusan Untuk Menentukan Ketua Petugas Guru
Piket Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) (Study Kasus
SDN 106166 Marindal), Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 1, ISSN :
2301-9425.
[3] Ermawati,2015,"Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Calon Peserta Cerdas Cermat
Dengan Mentode Analytical Hierarchy(AHP) Studi Kasus :Sma Negeri 1 Simpang Kiri
Subulussalam", Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 2, ISSN : 2301-9425
[4] Salahuddin, Sri H., 2012, Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Supplier
Jeruk Pontianak Berbasis Fuzzy-AHP, IJCCS, Vol.6, No.1 , pp. 67~78, ISSN: 1978-1520

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

IJCCS

ISSN: 1978-1520

 9

[5] Hilyah M., 2012, Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Mahasiswa Lulusan
Terbaik Di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Stmik Atma Luhur Pangkalpinang), Seminar
Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SENTIKA 2012) Yogyakarta, 10 Maret,
ISSN: 2089-9815
[6]Artika, R. (2013). Penerapan Analitycal Hierarchy Proccces (AHP) Dalam Pendukung
Keputusan Penilaian Kinerja Guru Pada SD Negeri 095224. Pelita Informatika Budi
Darma. Vol. IV. No. (3). 1 - 6.
[7]Kusrini. Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. PenerbitAndiOffest,
Yogyakarta, Edisi I, 2007.
[8]Tominanto. (2012). Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) Untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter Pada Rsud. Sukoharjo.
INFOKES. Vol. 2. No. (1). 1 - 15.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

Вам также может понравиться