Вы находитесь на странице: 1из 11

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Dosen Pengampu : Putri Wahyu Wigati, SST


OLEH
KELOMPOK II (8.1 Pendidik)
1. Dian Ria Puji R
2. Erlin Vaulina
3. Hurin Fitriatun N
4. Klara Rebeka W
5. Lutfiah Intifadah A
6. Nurftriyani
7. Anggita Septyani P
8. Asti Nuris M.R
9. Avita Lilik F
10. Duta Rifqi H
11. Eka Ristania
12. Erin Rizkiana
13. Fitri Astuti

(15615118)
(15615121)
(15615125)
(15615130)
(15615130)
(15615139)
(15615155)
(15615156)
(15615158)
(15615163)
(15615164)
(15615166)
(15615169)

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK D-IV (MINAT PENDIDIK)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan merupakam tindakan pelanggaran HAM
yang paling kejam yang dialami perempuan. Kekerasan terhadap perempuan
dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik karena banyak
diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya
tuntutan peren perempuan yang semakin komplek seiring dengan
perkembangan jaman yang cendrung lebih memperhatikan Hak-Hak Asasi
Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin.
Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah
mencemaskansetiap negara di dunia, tidak saja negara-negara yang sedang
berkembang tetapi juga termasuk negara-negara maju yang dikatakan sangat
menghargai dan peduli terhadap HAM seperti Amerika Serikat.Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang, menyandang predikat buruk dalam
masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang salah satu diantaranya
pelanggaran HAM perempuan.
Pelanggaran HAM perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak
kekerasan terhadap perempuan .Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi
di mana saja (di tempat umum, di tempat kerja, dilingkungan keluarga (rumah
tangga) dan lain-lainnya.Dapat dilakukan oleh siapa saja (orang tua, saudara
laki-laki ataupun perempuan dan lain-lainnya dan dapat terjadi kapan saja
(siang dan malam). Kekerasan terhadap perempuan yang menjadi sorotan
tulisan ini yakni kekerasan terhadap perempuan yang khususnya dalam rumah
tangga.Dewasa ini kekerasan terhadap perempuan sangat mencemaskan
banyak kalangan terutama kalangan yang peduli terhadap perempuan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah pengertian kekerasan terhadap perempuan?
2. Apa saja kategori kekerasan terhadap perempuan?
3. Apa dampak kekerasan terhadap perempuan?
4. Apa faktor pendorong kriminalitas terhadap perempuan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kekerasan terhadap perempuan
2. Mengetahui kategori kekerasan terhadap perempuan

3. Mengetahui dampak kekerasan terhadap perempuan


4. Mengetahui faktor pendorong kriminalitas terhadap perempuan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap

diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang


mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma,
kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Secara filosofis, fenomena kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran
hubungan antarpribadi, di mana orang tidak lagi bisa duduk bersama untuk
memecahkan masalah.
Kekerasan pada perempuan dapat diartikan sebagai tindakan atau sikap
yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga dapat merugikan perempuan
baik secara fisik maupun secara psikis (Ihromi, 2000 : 267).
2.2 Kategori Kekerasan Terhadap Perempuan
1. Terdapat 4 kategori dalam kekerasan terhadap perempuan yaitu :
a) Physical battering
Termasuk dalam kategori ini adalah penamparan, pemukulan,
pembakaran, penendangan, penembakan, penusukan, dan semua
bentuk kekerasan fisik non seksual.
b) Sexual battering
Yang termasuk dalam kategori kedua adalah semua kekerasan
yang berkaitan dengan seksualitas seperti pemukulan di payudara atau
kelamin, dan perkosaan secara oral, anal, dan vaginal.
c) Psychological battering
Kategori yang ketiga ini selalu dianggap paling minimal
dampaknya namun kenyataannya justru yang paling menyakiti korban.
Banyak perempuan yang mengalami kekerasan melaporkan bahwa
psychological battering merupakan kekerasan yang paling merusak
keadaan jiwa mereka.
d) The destruction pets and property
Kategori yang terakhir ini merupakan kategori yang tidak lazim
dilakukan oleh para pelaku kekerasan, baik dalam segi sandang,
papan, maupun properti lain milik korban.
2. Secara umum terdapat dua jenis kekerasan yang paling sering dialami oleh
para perempuan yaitu :
a) Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Masalah kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
dipengaruhi banyak faktor, bersifat kompleks, dan multidimensi.
Merupakan komplikasi dari faktor internal, seperti kegagalan hubungan
interpersonal, disfungsi marital, personal psikopatologi. Selain itu,

faktor eksternal, khususnya struktrur sosial budaya yang meminggirkan


peran dan kedudukan perempuan.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kekerasan domestik
adalah segala bentuk perilaku kekerasan yang terjadi dalam lingkup
kehidupan keluarga. Pelaku biasanya adalah sosok yang mempunyai
peran otoritas atau berstatus lebih kuat (suami atau orang tua),
sedangkan korban adalah anggota keluarga yang berstatus subordinat
atau lebih lemah (istri atau anak). Kekerasan dalam rumah tangga
sering kali bersembunyidu balik tatanan budaya paternalistik patriarki,
yang menempatkan suami sebagai sebagai kepala keluarga wajib
dipatuhi. Istri sebagai ibu rumah tangga yang wajib melayani. Selain
itu, anak yang harus tunduk dan patuh kepada orang tua.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan yaitu:
1) Battered women syndrome
Battered women syndrome merupakan sindroma psikologik
yang ditemukan pada perempuan hidup dalam siklus KDRT yang
berkepanjangan. Dicirikan dengan perilaku tak berdaya,
menyalahkan diri, ketakutan akan keselamatan diri dan anaknya,
serta ketidakberdayaan untuk menghindar dari pelaku kekerasan.
2) Gangguan stres pascatrauma
Gangguan stres pascatrauma merupakan problem mental
serius yang terjadi pada korban yang mengalami penganiayaan
luar biasa (perkosaan, penyiksaan, dan ancaman pembunuhan).
Ciri khas dari stres pascatrauma (PTSD) adalah penderita tampak
selalu tegang dan ketakutan, menghindari situasi situasi tertentu,
gelisah, tidak bisa diam, takut tidur, takut sendirian, serta mimpi
buruk, seperti mengalami kembali peristiwa traumatisnya.
3) Depresi
Depresi merupakan problem kejiwaan yang paling sering
ditemukan pada korban KDRT. Gejala yang khas adalah perasaan
murung, kehilangan gairah hidup, putus asa, perasaan bersalah
dan berdosa, serta pikiran bunuh diri sampai usaha bunuh diri.
Gejala depresi sering terselubung dalam wujud keluhan fisik,

seperti kelelahan kronis, problem seksual, kehilangan nafsu


makan (atau sebaliknya), dan gangguan tidur.
4) Gangguan panik
Gangguan panik merupakan gangguan cemas akut yang
sering dijumpai korban KDRT. Penderita mengalami serangan
ketakutan katastrofik bahwa dirinya akan mati atau menjadi gila
(biasanya didahului keluhan subjektif, seperti sesak napas,
perasaan tercekik, berdebar debar, atau perasaan durealisasi).
Ganguan panik yang tidak ditangani dengan benar akan
berkembang menjadi agorafobia, yakni takut keramaian dan
cenderung menghindar dari kehidupan sosial.
5) Keluhan psikosomatis
Perempuan korban KDRT sering kali datang ke fasilitas
kesehatan dengan keluhan fisik kronis, seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan, sesak napas, dan jantung berdebar. Namun,
pada pemeriksaan medis tidak ditemukan penyakit fisik. Kondisi
ini disebut sebagai gangguan psikosomatis. Keluhan psikosomatis
bukan gangguan buatan atau sekadar upaya mencari perhatian.
Namun, merupakan penderitaan yang sungguh dirasakan
penderita, yakni konversi dari problem psikis yang tak mampu
diungkapkan
b) Perkosaan
Perkosaan adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa
kehendak bersama, dipaksakan oleh satu pihak pada pihak yang
lainnya. Korban dapat berada di bawah ancaman fisik dan atau
psikologis, kekerasan, dalam keadaan tidak sadar atau tidak berdaya,
berada di bawah umur, atau mengalami keterbelakangan mental
sehingga tidak sunguh sungguh mengerti, atau dapat bertanggung
jawab atas apa yang terjadi padanya.
Selama perkembangannya, perkosaan dilengkapi dengan beberapa
mitos yang diyakini oleh masyarakat. Mitos mitos tersebut yaitu:
a. Korban memprovokasi pelaku dengan tindakan tindakan yang
mengundang;
b. Perempuan dapat menghindari terjadinya perkosaan;

c. Perempuan mengaku diperkosa untuk membalas dendam,


mendapat santunan, atau karena ia punya karakteristik kepribadian
khusus (misal : ingin cari perhatian);
d. Perkosaan hanya terjadi di daerah asing slum pada malam hari;
e. Perkosaan dilakukan oleh laki laki yang sakit atau kriminal;
f. Laki laki yang sopan dapat terangsang untuk memperkosa karena
provokasi tindakan atau pakaian yang dikenakan perempuan; dan
g. Perkosaan terjadi karena pelaku tidak dapat mengendalikan impuls
impuls seksualnya.
Mitos mitos ini tidaklah benar setelah data menunjukkan
bahwa mitos mitos tersebut bertentangan dengan fakta fakta
yang ada. Seorang korban perkosaan akan lebih menderita secara
psikologis dibandingkan fisik.
Dari sisi fisik dapat terjadi luka luka di alat kelamin dan
sekitarnya, anus, mulut, maupun bagian bagian tubuh lain,
pendarahan, infeksi, dan penularan penyakit seksual, kehamilan
bahkan kematian. Sedangkan secara psikologis biasanya akan
dimulai dengan beberapa reaksi setelah kejadian perkosaan atau
serangan seksual :
a. Fase akut (segera setelah serangan terjadi)
Pada fase ini individu mengalami shock dan rasa takut
yang sangat kuat, kebingungan, dan disorganisasi serta rasa
lelah dan lemah yang intens. Karena itu, terdapat kemungkinan
korban tidak dapat menjelaskan secara rinci dan tepat apa yang
sesungguhnya terjadi pada dia, siapa penyerangnya, ciri ciri
penyerang secara detil dan seterusnya.
b. Fase kedua (adaptasi awal)
Individu menghayati emosi negatif seperti pemberontakan,
rasa marah ketakutan, terhina, rasa malu, dan jijik yang
kemudian dapat ditanggapi melalui represi dan pengingkaran
(upaya untuk mencoba menutupi pengalaman menyakitkan,
menolak mengingat lagi atau minimalisasi, menganggap yang
terjadi bukan suatu hal yang sangat serius. Korban dapat
menampilkan ekspresi emosi yang sangat kuat (menangis,
eksplosif) atau tampil tenang dan dingin, seolah olah tanpa
penghayatan.

c. Fase reorganisasi jangka panjang


Fase ini dapat membutuhkan waktu bertahun tahun
hingga individu keluar dari trauma yang dialami dan sungguh
sungguh menerima apa yang terjadi sebagai suatu yang
faktual. Pada fase ini, individu tidak jarang masih
menampilkan ciri ciri depresi, serta mengalami mimpi
mimpi buruk atau kilas balik. Tidak jarang terjadi gangguan
dalam fungsi dan aktivitas seksual misalnya ketakutan pada
seks, hilangnya gairah seksual, dan ketidakmampuan
menikmati hubungan seks. Bahkan mengalami dysparenuia
(merasakan sakit saat berhubungan seks) maupun vaginismus
(kekejangan otot otot vagina).
2.3 Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan
1. Pada Korban :
a. Kesehatan Fisik antara lain memar, cedera (mulai dari sobekan hingga
patah tulang dan luka dalam), gangguan kesehatan yang kronis,
gangguan pencernaan, perilaku seksual beresiko, gangguan makan,
kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual,
HIV/AIDS
b. Kesehatan Mental antara lain depresi, ketakutan, harga diri rendah,
perilaku obsesif kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca
trauma
c. Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja,
sulit berkonsentrasi, berhalangan kerja karena harus mendapat
perawatan medis, atau memenuhi panggilan polisi/menghadiri sidang.
d. Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena
aborsi/kegugur-an/AIDS
2. Pada Anak :
a. Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah,
b. Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan
positif dengan orang lain,
c. Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri
d. Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban
kekerasan yang serupa di masa remaja/dewasanya
3. Pada Masyarat & Negara :

a. Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut


serta dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan
dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
b. Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun
pengadilan, serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban
c. Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik

2.4 Faktor Pendorong Kriminalitas Terhadap Perempuan


Berikut ini merupakan hal - hal yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan kriminal :
a. Diri Sendiri
Untuk terjadinya suatu pelanggaran dibutuhkan dua unsur utama yaitu
niat untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk
melaksanakan niat tersebut. Apabila hanya terdapat satu unsur saja dalam
kedua unsur tersebut, maka pelanggaran tidaklah mungkin terjadi.
Terdapat beberapa faktor faktor baik langsung maupun tidak
langsung yang dapat mempengaruhi kedua unsur ini. Faktor faktor ini
yaitu :
1) Faktor faktor langsung (faktor endogin)
Faktor - faktor endogin adalah faktor faktor yang berasal dari
dalam diri orang itu sendiri yang mempengaruhi tingkah lakunya,
yaitu :
a) Cacat yang bersifat biologis dan psikis.
b) Perkembangan kepribadian dan intelegensi yang terhambat
sehingga tidak bisa menghayati norma norma yang berlaku.
Faktor faktor endogin ini hanya mempengaruhi unsur niat.
2) Faktor faktor tidak langsung (faktor eksogin)
Faktor - faktor eksogin adalah faktor faktor yang berasal dari
luar diri seseorang yang mempengaruhi tingkah lakunya, yaitu :
a) Pengaruh negatif dari orang tua
b) Pengaruh negatif dari lingkungan sekolah
c) Pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat
d) Tidak ada/kurang pengawasan pemerintah
e) Tidak ada/kurang pengawasan masyarakat
f) Tidak/kurang pengisian waktu yang sehat
g) Tidak ada pekerjaan

9
h) Lingkungan fisik kota yang besar
i) Anonimitas karena banyaknya penduduk kota kota besar
Faktor faktor eksogin dari poin a hingga c mempengaruhi
unsur niat, sedangkan poin d hingga k mempengaruhi unsur
kesempatan.
b. Keluarga
Keluarga merupakan faktor utama kedua yang mempengaruhi
seseorang melakukan tindak kejahatan. Hubungan erat yang terjalin antara
orang tua dengan anak semasa kecilnya hingga dewasa menjadikan
keluarga memainkan peranan penting dalam pembentukan pola pola
tingkah laku seseorang.
Keluarga dapat diartikan sebagai :The family is a social group
characterized by common residence, economic cooperation, and
reproduction. It includes adults of whom maintain a socially approved,
own or adopted to the sexually cohabiting adults
Terdapat beberapa kondisi dalam keluarga yang menjadi faktor
penyebab seseorang menjadi seorang kriminal yaitu :
a) Anggota anggota keluarga yang lainnya juga penjahat, pemabuk,
dan imoral.
b) Tidak adanya satu orang tua atau kedua duanya karena kematian,
perceraian, atau melarikan diri.
c) Kurangnya pengawasan orang tua, karena masa bodoh, cacat
inderanya, atau sakit.
d) Ketidakserasian karena adanya yang main kuasa sendiri, iri hati,
cemburu, terlalu padatnya anggota keluarga, atau pihak lain yang turut
campur.
e) Perbedaan rasial dan agama, ataupun perbedaan adat istiadat, rumah
piatu, panti panti asuhan.
f) Tekanan ekonomi, seperti pengangguran, kurangnya penghasilan, ibu
yang bekerja di luar
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan pada perempuan dapat diartikan sebagai tindakan atau sikap
yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga dapat merugikan perempuan

baik secara fisik maupun secara psikis. Kategori kekerasan terhadap


perempuan dibagi menjadi 4 yaitu Physical battering, Sexual battering,
Psychological battering, The destruction pets and property. Dampak yang
ditimbulkan yaitu pada korban itu sendiri, anak, dan masyarakat.
3.2 Saran
Sebaiknya penanggulangan kekerasan pada perempuan harus melibatkan
seluruh lapisan, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah. Stop
kekerasan pada perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Choukova, Anna. 1997. Violence Against Women and the Role of The Police.
Amersfoort : European Network of Police Women.
https://ayuresanf.wordpress.com/2014/11/14/makalah-kekerasan-terhadap
perempuan/

Вам также может понравиться