Вы находитесь на странице: 1из 36

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Mila Asri Yulianti
CKR0150023
Regular A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Hipertensi.
Penulis menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini
tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulisan Laporan Pendahuluan ini.
Penulis juga menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
senantiasa

mengharapkan

saran

dan

kritik

guna

kesempurnaan penulisan Laporan Pendahuluan selanjutnya.


Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Kuningan, Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
...................................................................................................................ii

1.

Definisi

Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik


lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama

atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160

mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).


Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah

diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.


Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari

tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan

tekanan

darah

diastolik

lebih

dari

90

mmHg

(Luckman

Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena
dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

2.

Anatomi

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas
: pembuluh darah besar
2)
Bawah
: diafragma
3)
Setiap sisi
: paru
4)
Belakang
: aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki
banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh
yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)
saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 m. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi
dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat
dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri
dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada

jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah


akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah
kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya
mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di
ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung
antara pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui
dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama
dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal
110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar
seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang
yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi
vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding
tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

3.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


Sakit kepala
Pusing / migraine
Rasa berat ditengkuk
Penyempitan pembuluh darah
Sukar tidur
Lemah dan lelah
Nokturia
Azotemia
Sulit bernafas saat beraktivitas

4.

Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan

tekanan

perifer.

Namun

ada

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:


a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :

a.
b.
c.

Elastisitas dinding aorta menurun


Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah

d.

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:


Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

7)
8)
9)
10)
11)
12)

adalah
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
Vascular
Aterosklerosis

8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)

5.

Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolestrol
Vaskulitis
Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obat obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan

tambahan

aktivitas

vasokonstriksi.

Medulla

adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons


vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

6. Pathways

7.

Komplikasi
Efek pada organ :

a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
8.

Pemeriksaan diagnostik
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit

9.

Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :


1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan

factor

resiko

seperti:

hipokoagulabilitas,

anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi)

dapat

diakibatkan

oleh

pengeluaran

Kadar

ketokolamin (meningkatkan hipertensi).


Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan

tiroid

Hipertiroidisme

dapat

menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi


Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan

menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P


adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

10. Pengkajian Keperawatan


a.

Aktivitas / istirahat
Gejala :

Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton

Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
b.

Sirkulasi

Gejala :

Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /

katup, penyakit serebrovaskuler


Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat
c.

Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara

d.

Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )

e.

Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
f.

Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik

g.

Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen

h.

Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok

Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i.

j.

Keamanan
Gejala

: Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda

: Episode parestesia unilateral transien

Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala

Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol
RENCANA KEPERAWATAN
NO
DX
1

DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN
KOLABORASI
Resiko tinggi terhadap
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan peningkatan
afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia
miokard

TUJUAN (NOC)
NOC :
v
Cardiac
Pump
effectiveness
v Circulation Status
v Vital Sign Status
Kriteria Hasil:

Tanda Vital dalam


rentang
normal
(Tekanan darah, Nadi,
respirasi)

Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan

INTERVENSI (NIC)

NIC :
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri d
( intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan ge
penurunan cardiac putput
Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan y
menandakan gagal jantung

Monitor abdomen seb


indicator penurunan perfusi
Monitor balance cairan

Monitor adanya peruba


tekanan darah
Tidak ada edema paru, Monitor respon pasien terha
perifer, dan tidak ada
efek pengobatan antiaritmia
asites
Atur periode latihan dan istir

Tidak ada penurunan


untuk menghindari kelelahan
kesadaran
Monitor toleransi aktivitas pasi
Monitor adanya dyspneu, fati
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan st

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan R
Catat adanya fluktuasi teka
darah
Monitor VS saat pasien berbar
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua len
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebel
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradok
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantu
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan ir
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnor
Monitor suhu, warna,
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing t
(tekanan nadi yang mele
bradikardi, peningkatan sisto

Identifikasi penyebab
perubahan vital sign
2

Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan,
ketidakseimbangan
suplai
dan
kebutuhan oksigen.

NOC :
v Energy conservation
v Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa

NIC :
Energy Management
Observasi adanya pembata
klien dalam melakukan aktiv

Dorong
anal
un
mengungkapkan
peras

disertai
peningkatan
terhadap keterbatasan
tekanan darah, nadi dan
Kaji adanya factor y
RR
menyebabkan kelelahan
Mampu
melakukan Monitor nutrisi dan sumber en
aktivitas sehari hari
tangadekuat
(ADLs) secara mandiri Monitor pasien akan ada
kelelahan fisik dan emosi se
berlebihan
Monitor respon kardivask
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lama
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Ten
Rehabilitasi
M
dalammerencanakan
prog
terapi yang tepat.

Bantu
klien
un
mengidentifikasi aktivitas y
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktiv
konsisten yangsesuai den
kemampuan fisik, psikologi
social
Bantu untuk mengidentifikasi
mendapatkan
sumber
y
diperlukan untuk aktivitas y
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan
bantuan aktivitas seperti k
roda, krek
Bantu untu mengidentifi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jad
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga un
mengidentifikasi
kekuran
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif
yang aktif beraktivitas

Bantu
pasien
un
mengembangkan motivasi
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, so
dan spiritual
3

Nyeri akut berhubungan


dengan peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral

NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal

NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri se
komprehensif termasuk lok
karakteristik, durasi, frekue
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komuni
terapeutik untuk menget
pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempenga
respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri m
lampau
Evaluasi bersama pasien dan
kesehatan
lain
ten
ketidakefektifan kontrol n
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga un
mencari
dan
menemu
dukungan
Kontrol lingkungan yang d
mempengaruhi nyeri sep
suhu ruangan, pencahayaan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanga
nyeri
(farmakologi,
farmakologi dan inter person
Kaji tipe dan sumber nyeri un
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
farmakologi

Cemas
berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan
krisis
keperawatan selama 3 x
situasional sekunder
24 jam, cemas pasien
adanya
hipertensi
berkurang
dengan
yang diderita klien
kriteria hasil:
v Anxiety Control

Berikan
analgetik
un
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol ny
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
ada keluhan dan tindakan n
tidak berhasil

Monitor penerimaan pa
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteri
kualitas, dan derajat n
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang j
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlu
atau kombinasi dari analg
ketika pemberian lebih dari s

Tentukan pilihan analg


tergantung tipe dan bera
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV
untuk pengobatan nyeri se
teratur
Monitor vital sign sebelum
sesudah pemberian analg
pertama kali
Berikan analgesik tepat w
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analge
tanda dan gejala (efek sampin
Anxiety Reduction

Gunakan pendekatan y
menenangkan
Nyatakan dengan jelas hara
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan

v Coping
v Vital Sign Status
Menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas
teknik nafas dalam
Postur tubuh pasien rileks
dan ekspresi wajah
tidak tegang
Mengungkapkan cemas
berkurang
TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80
mmHg
RR = 14 24 x/ menit
N = 60 -100 x/ menit
S = 365 375 0C

Kurang
pengetahuan NOC :
berhubungan
v Kowlwdge : disease
dengan kurangnya
process
informasi
tentang v
Kowledge : health
proses penyakit
Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan

yang dirasakan selama prosed


Temani pasien untuk member
keamanan dan mengurangi ta
Berikan
informasi
fak
mengenai diagnosis, tinda
prognosis
Dorong keluarga untuk menem
anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan
dengan
pe
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal sit
yang menimbulkan kecemasa
Dorong
pasien
un
mengungkapkan
peras
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien mengguna
teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengur
kecemasan

NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tin
pengetahuan pasien ten
proses penyakit yang spesifik

Jelaskan patofisiologi
penyakit dan bagaimana hal
berhubungan dengan anat
dan fisiologi, dengan cara y
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala y
biasa muncul pada penya
dengan cara yang tepat
Gambarkan proses peny
dengan cara yang tepat

Identifikasi
kemungk
penyebab, dengna cara y
tepat

kembali
apa
yang Sediakan informasi pada pa
dijelaskan perawat/tim
tentang kondisi, dengan
kesehatan lainnya.
yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau
informasi tentang kema
pasien dengan cara yang tepa
Diskusikan perubahan gaya hi
yang mungkin diperlukan un
mencegah komplikasi di m
yang akan datang dan
proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
penanganan

Dukung
pasien
un
mengeksplorasi
mendapatkan second opin
dengan cara yang tepat
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sum
atau dukungan, dengan
yang tepat
Rujuk pasien pada grup
agensi di komunitas lo
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien meng
tanda
dan
gejala
un
melaporkan
pada
pem
perawatan kesehatan, den
cara yang tepat

12. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1.

2.

Diastolik
a.

< 85 mmHg

: Tekanan darah normal

b.

85 99

: Tekanan darah normal tinggi

c.

90 -104

: Hipertensi ringan

d.

105 114

: Hipertensi sedang

e.

>115

: Hipertensi berat

Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a.

< 140 mmHg

: Tekanan darah normal

b.

140 159

: Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c.

> 160

: Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang


mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b.

Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa


adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD
harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
13. Faktor Resiko

Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi

Pria usia 35 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause

Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium

Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh


beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum
meningkat, caffeine, DM, dsb.

Factor emosional dan tingkat stress

Gaya hidup yang monoton

Sensitive terhadap angiotensin

Kegemukan

Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

14. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
b.

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.


Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
15. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
i. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik


seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan

penderita

dan

penyakit

lain

yang

ada

pada

penderita.

Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi


3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
a.

Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran

b.

tekanan darahnya
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan

c.

darahnya
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun

d.

bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas


Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat

diketahui

dengan

mengukur

memakai

alat

tensimeter

Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu


Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
e.

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi


Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

f.

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah


Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x

g.

sehari atau 2 x sehari


Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek

h.

samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi


Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas

i.
j.
k.
l.

maksimal
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a.

Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

b.

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.


Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara

c.
d.

normal dan stabil mungkin.


Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi
Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
Batasi pemakaian garam.
Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
Tidak merokok.
Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
Hindari minum kopi yang berlebihan.
Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).

Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
Bagi yang sudah sakit
Berobat secara teratur.
Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat
tanpa petunjuk dokter.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk
penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk
hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran

Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang


panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih
15 gram perhari.
8) Minuman
Thea encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau
soda.
o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang,
sarden ikan teri, telur asin.
o Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan

:sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.

o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.


4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari

penggunaan

kelapa,

minyak

kelapa,lemak

hewan,

margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau


minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling
banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai
pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.


6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup,
coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara
tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang
perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya,
dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat
obat tradisional tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian
parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air
perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali.
Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi
mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan
buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi
dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan
darah.
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat
kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam
keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak

zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya,
sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir
sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian
diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari
mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur

5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas
diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Вам также может понравиться