Dalam proses perawatan, area permukaan dapat terkontaminasi dengan saliva, darah, dan substasi yang dapat menginfeksi. Penggunaan bahan kimia disinfektan dan pelengkapan sekali pakai sangat penting karena tidak mungkin dan tidak butuh mensterilkan semua peralatan atau permukaan. Kontaminasi darah dan saliva dapat mengandung staphylococci, streptococci, Mycobacterium tuberculosis, cytomegalovirus, virus herpes simplex tipe 1 dan 2, virus hepatitis B, virus hepatitis C, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan beberapa virus sitem pernapasan. Diperkirakan apabila dalam sehari sebuah klinik kedatangan 20 orang pasien, terdapat 1 orang carrier aktif hepatitis B setiap 7 harinya. Semua infeksi virus termasuk virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan HIV tidak memberikan tanda dan gejala yang signifikan. Karena itu, diperlukan universal precautions untuk mencegah resiko infeksi. Tujuan secara umum dari program kotrol infeksi adalah: (1) untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patologi ke level dimana pasien dapat menahan mekanisme infeksi; (2) untuk memecah siklus infeksi dan eliminasi infeksi silang; (3) untuk merawat setiap pasien dan dan instrumen dari penyakit infeksi; (4) melindungi pasien dan pekerja dari infeksi dan konsekuensinya. Sterilisasi adalah tujuan utama dari kontrol infeksi karena sterilisasi berperan sebagai pembunuh dari semua mikroorganisme. Untuk membasmi adalah membunuh virus dan bateri yang resisten membutuhkan aplikasi panas bersuhu tinggi dan/ atau bahan kimia dalam waktu tertentu. Dalam kedokteran gigi digunakan panas kering, perebusan, dan unit sterilisasi chemical vapor. Dalam industri medik, sterilisasi menggunakan ethylene oxide dan gas formaldehid, radiasi ultraviolet dan radiasi gamma, dan filtrasi. Disinfeksi merupakan aplikasi dari bahan kimia untuk membunuh organisme patogen pada permukaan yang tidak bernyawa. Walaupun beberapa bahan kimia digunakan sebagai disinfektan dapat mencapai tahap sterilisasi, tetapi dalam kenyataanya tidak dianjurkan karena ditemukan beberapa kegagalan.
Antisepsis merupakan penggunaan bahan kimia untuk membunuh
kebanyakan organisme patogen pada permukaan benda hidup. Perbedaan disinfeksi dan antisepsis mungkin terlihat kecil, tetapi penggunaanya dan produk yang digunakan sangat berbeda jauh. Disinfektan yang ideal harus memiliki beberapa hal: kemampuan untuk membunuh semua organisme patogen vegetatif; keefektifan dari waktu exposure; dan keefktifan dalam suhu ruang. Selain itu harus bersifat tidak korosif, tidak beracun untuk manusia, dan tidak mahal. Antiseptik yang ideal harus memiliki properti yang hampir serupa dengan disinfektan. Hal penting dalam antiseptik adalah harus membunuh semua organisme kecuali sel manusia. Klasifikasi antiseptik dan disinfektan dibagi berdasarkan mekanisme dari aksinya: yang mendenaturasi protein, yang menghancurkan osmotik sel, dan yang mencampuri proses metabolisme. Agen yang mendenaturasi protein dan menghancurkan osmotik sel dideskripsikan sebagai bactericidal, virucidal, atau
fungicidal
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pencampuran
proses
metabolime biasanya menggangu tumbuh dan reproduksi sel tanpa
membunuh sel yang menghasilkan efek bakteriostatik. Tabel Klasifikasi Antiseptik dan Disinfektan dalam Kedokteran Gigi
Sumber: Yagiela. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry 5th Edition.
Page 757 2.1.1. Halogen dan Bahan Kimia Pelepas Halogen Halogen dan bahan kimia pelepas halogen mengandung beberapa bahan kimia antimikroba untuk disinfeksi dan antisepsis. Aksinya bergantung dari halogen bebas yang bereaksi secara kovalen dengan
sistem enzim. Dalam penelitian beberapa tahun, mekanisme yang pasti
belum diketahui, walaupun reaksi dari sulfhydrls dan disulfida dalam protein diduga menjadi mekanisme utama. Halogen yang efektif adalah iodin dan klorin. Garam (sodium, kalsium, dan litium) dari hipoklorit dalam bentuk chloride lime digunakan pertengahan 1800 M sebagai sumber klorin dalam disinfeksi dan antiseptik. Tetapi karena sifatnya yang mengiritasi, digunakan sebagai disinfektan saja. Standar bleach dalam rumah tangga memiliki 5.25% campuran sodium hipoklorit dengan tambahan basa kuat. Kehadiran basa kuat menyeimbangkan hipoklorit, dimana harus diubah menjadi asam hipoklorus sebelum menghasilkan klorin. Penggunaan disinfeksi untuk permukaaan memiliki perbandingan 1:10 dan 1:100 bleach:air, dengan waktu exposure 10-30 menit. Kekurangan dari bleach adalah bersifat merusak metal, bau yang mengganggu beberapa orang, dan harus dipersiapkan secara baru setiap penggunaanya. Walaupun sifatnya membunuh organisme, tubercle bacilli resistan terhadap hipoklorit. Iodin sudah digunakan sejak awal 1800 M sebagai antiseptik dan disinfektan. Iodin bersifat tidak beracun dan tidak korosif, aktivitasnya tidak menghalangi komposisi organik, dan memiliki aktivitas yang luas. Iodin merupakan antimikrobial yang mendekati ideal. Kombinasi sodium klorit dengan sodium bromida merupakan disinfeksi yang efektif terhadap permukaan tuberculocidal. Dalam pasaran, dijual tablet disinfektan yang mengandung sodium klorit dan sodium bromida. Cara pemakaiannya adalah dilarutkan pada air dan cocok dengan hampir semua permukaan peralatan kedokteran gigi.