Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
d. Perbuatan cabul
Seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
maka ia diancam dengan hukuman penjara maksimal 9 tahun (pasal 289
KUHP).
Hukuman perbuatan cabul lebih ringan, yaitu 7 tahun saja jika perbuatan
cabul ini dilakukan terhadap orang yang sedang pingsan, tidak berdaya.
berumur dibawah 15 tahun atau belum pantas dikawin dengan atau tanpa
bujukan (pasal 290 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap
orang yang belum dewasa oleh sesama jenis diancam hukuman penjara
maksimal 5 tahun (pasal 291 KUHP).
Perbuatan cabul yang dilakukan dengan cara pemberian, menjanjikan uang
atau barang, menyalahgunakan wibawa atau penyesatan terhadap orang
yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun
(pasal 293 KUHP) .
Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat,
anak yang belum dewasa yang pengawasan, pemeliharaan, pendidikan
atau penjagaannya diserahkan kepadanya, dengan bujang atau bawahan
yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 7 tahun.
Hukuman yang sama juga diberikan pada pegawai negeri yang melakukan
perbuatan cabul dengan bawahan atau orang yang penjagaannya
dipercayakan kepadanya, pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau
pesuruh dalam penjara, tempat peker]aan negara, tempat pendidikan,
rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial yang
melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya
(pasal 294 KUHP).
Orang yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan, menjadi
penghubung bagi perbuatan cabul terhadap korban yang belum cukup
umur diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 295
KUHP).
Jika perbuatan ini dilakukan sebagai pencarian atau kebiasaan maka
ancaman hukumannya satu tahun 4 bulan atau denda paling banyak Rp.
15.000,-
Persetubuhan
Diluar Perkawinan
Dengan
persetujuan
perempuan
Tanpa
persetujuan
perempuan
dimulai.
(5) Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan ini tidak diindahkan
selama
keputusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
Usia
Pemerkosaan
Perlakuan
Kekerasan
fisik
Kekerasan
psikis
KUHP pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan
menggunakan kekerasan
KUHP pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun
KUHP pasal 291
(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka berat,
dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
285, 286, 287, dan 290 itu mengakibatkan mati,
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu
orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu
orang laki sebagai suaminya.
2:
pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan
adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau
diserahkan kepadanya:
seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam
penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pemudikan, rumah piatu, rumah
sakit, rumah sakit ingatan atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
KUHP pasal 295
(1) Diancam:
1:
2:
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkan
atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya
yang belum cukup umur, atau oleh orang yang belum cukup umur yang
pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan kepadanya, atau
pun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang
lain;
dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul kecuali tersebut ke-1 di
atas yang dilakukan oleh orang yang diketahui belum cukup umurnya atau
yang sepatutnya harus diduga demikian, dengan orang lain.
(2) Jika yang bersalah, melakukan keahatan itu sebagai pencaharian atau
kebiasaan, maka pidana dapat ditambah sepertiga.
PENATALAKSANAAN
(INDONESIA)
KASUS
KEJAHATAN
SEKSUAL
1. Anamnesis :
Umur
Status perkawinan
Haid : siklus dan hari pertama haid terakhir
Penyakit kelamin dan kandungan
Penyakit lain seperti ayan dan lain-lain
Riwayat persetubuhan sebelumnya, waktu persetubuhan terakhir dan
penggunaan kondom
Waktu kejadian
Tempat kejadian
Ada tidaknya perlawanan korban
Ada tidaknya penetrasi
Ada tidaknya ejakulasi
Tanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian,
atau minum obat-obatan sejak kejadian tersebut. Pasien diminta untuk
mendeskripsikan dengan kata-kata pasien sendiri.Perlu ditanyakan apakah
korban pingsan dan apa sebabnya, apakah karena korban ketakutan hingga
pingsan atau korban dibuat pingsan dengan obat tidur atau obat bius yang
diberi pelaku.
2. Pemeriksaan fisik
2.1 Pemeriksaan fisik korban
a. Pemeriksaan pakaian :
Kancing putus
Umum :
Rambut atau wajah rapi atau kusut.
Emosi tenang atau gelisah
Tanda bekas pingsan, alkohol, narkotik. Ambil contoh darah
Tanda kekerasan : Mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha
Trace evidence yang menempel pada tubuh
Perkembangan seks sekunder
Tinggi dan berat badan
Pemeriksaan rutin lainnya
Genitalia :
Eritema (kemerahan) vestibulum atau jaringan sekitar anus(dapat akibat zat
iritan, infeksi atau iritan)
Adesi labia ( mungkin akibat iritasi atau rabaan)
Friabilitas (retak) daerah posterior fourchette (akibat iritasi, infeksi atau
karena traksi labia mayor pada pemeriksaan)
Fisura ani (biasanya akibat konstipasi atau iritasi perianal)
Pendataran lipat anus (akibat relaksasi sfingter eksterna)
Pelebaran anus dengan adanya tinja (refleks normal)
Kongesti vena atau pooling vena (juga ditemuka pada konstipasi)
Perdarahan pervaginam (mungkin berasal dari sumber lain, seperti uretra, atau
mungkin akibat infeksi vagina, benda asing atau trauma yang aksidental).
Pemeriksaan selaput dara.
Bentuk Hymen
Keterangan
Bentuk Hymen
Keterangan
Hymen anular
dimana lubang
hymen,
berbentuk
cincin. ketika
hymen mulai
robek entah
oleh karena
hubungan
seksual atau
aktivitas lain,
maka lubang
tersebut tidak
berbentuk
cincin lagi.
Hymen
crescentic, atau
lunar.Berbentuk
bulan sabit
Hymen seorang
wanita yang
pernah
melakukan
hubungan
seksual atau
masturbasi
beberapa kali.
Hymen seorang
wanita yang
hanya pernah
melakukan
aktivitas
seksual sedikit
atau pernah
kemasukan
benda.
Vulva dari
seorang wanita
yang pernah
melahirkan.
Hymen secara
lengkap hilang
atau hampir
hilang
seluruhnya
Pemeriksaan Ekstra-Genital
Pemeriksaan terhadap pakaian dan benda-benda yang melekat pada tubuh
Deskripsikan luka
Pemeriksaan rongga mulut pada kasus oral sex
Scrapping pada kulit yang memiliki noda sperma
Pemeriksaan kuku jari korban untuk mencari material dari tubuh pelaku
2.2. Pemeriksaan Pelaku
a. Pemeriksaan tubuh
Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan, dapat
dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel vagina pada glans penis. Perlu
juga dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit
kelamin.
b.
Pemeriksaan pakaian
pertama, memang tidak ada persetubuhan, dan kedua, persetubuhan ada tetapi
tanda-tandanya tidak dapat ditemukan.
Apabila persetubuhan telah dapat dibuktikan secara pasti, maka
perkiraan saat terjadinya persetubuhan harus pula ditentukan. Hal ini
menyangkut masalah alibi yang sangat penting di dalam proses penyidikan.
Sperma di dalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post
coital. Sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36
jam post-coital pada korban yang hidup. Perkiraan saat terjadinya
persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput dara
yang robek, yang pada umumnya penyembuhan akan dicapai dalam waktu 710 hari post-coital (Idries, 1997).
Tabel1.Hasil pemeriksaan yang diharapkan pada korban kejahatan seksual
Penyebab
Hasil pemeriksaaan yang diharapkan
Penetrasi zakar
1. Robekan pada selaput dara
2. Luka-luka pada bibir kemaluan dan
dinding vagina
Pancaran air mani (ejakulasi)
1. Sperma di dalam vagina
2. Asam fostase, kholin dan sperma di
dalam vagina
3. Kehamilan
Penyakit kelamin
1. G.O. (kencing nanah)
2. Lues (sifilis)
2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan
Pembuktian adanya kekerasan pada tubuh wanita korban tidaklah sulit.
Dalam hal ini perlu diketahui lokasi luka-luka yang sering ditemukan yaitu
pada daerah mulut dan bibir, leher, puting susu, pergelangan tangan, pangkal
paha serta di sekitar dan pada alat genital. Luka-luka akibat kekerasan pada
kejahatan seksual biasanya berbentuk luka-luka lecet bekas kuku, gigitan serta
luka memar.
Di dalam hal pembuktian adanya kekerasan, tidak selamanya kekerasan
tersebut meninggalkan jejak atau bekas berbentuk luka. Oleh karena itu tidak
ditemukannya luka tidak berarti bahwa tidak terjadi kekerasan, sehingga
penting bagi dokter untuk berhati-hati mengggunakan kalimat tanda-tanda
kekerasan dalam VeR yang dibuat. Oleh karena tindakan pembiusan
dikategorikan pula sebagai tindakan kekerasan maka diperlukan pemeriksaan
toksikologi pada korban untuk menentukan ada tidaknya obat atau racun yang
kiranya dapat membuat wanita menjadi pingsan.
3. Memperkirakan umur
Tujuan pemeriksaan untuk memperkirakan umur korban salah satunya
mengacu pada pasal 287 KUHP bahwa barang siapa yang bersetubuh dengan
Rambut Pubis
Payudara
Preremaja
Preremaja