Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
M.Heriyadi
32209210
3DD04
Abstrak
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Pengertian bank
umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 : Bank Umum adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa
pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu :
Penciptaan uang, Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran, Penghimpunan
Dana Simpanan Masyarakat, Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional,
Penyimpanan Barang-Barang Berharga, Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Peranan bank sangatlah penting bagi perkonomian Indonesia serta bank juga
mempunyai peranan dalam hal stabilitas keuangan, pengendalian inflasi, sistem
pembayaran, serta otoritas moneter.
BAB I
Pendahuluan
Seperti diketahui banyak orang, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu
bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkannya. Juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
memindah uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran
seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan meyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan kehiduapan rakyat banyak,
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
Nopember 1998.
Berbicara mengenai Bank pastilah tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas
perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang
dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan (Funding). Pengertian
menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan
cara membeli dari masyarakat luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini diakukan oleh Bank dengan cara memasang
berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk
simpanan. Jenis simpanan yang dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro,
tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Oleh karena itu pihak
perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga
masyarakat berniat untuk menanamkan dananya.
Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin
besar atau mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjamanan
dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunnga simpanan, pengaruh besar
kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya
operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh
lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (Funding) dan
menyalurkan uang (Lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan
Dalam pertumbuhan ekonomi sebenarnya, sejauhmana peranan bank dalam
membantu usaha para nasabah yang memerlukan dana, baik dana Investasi
maupun dana untuk modal kerja diharapkan adanya peningkatan pembangunan di
berbagai sektor.
Bagi pemerintah sendiri dengan menyebarnya pemberian kredit akan menambah
penerimaan pajak dari keuntungan dari para nasabah dan bank dan adanya
kesempatan kerja jika kredit digunakan sebagai pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha sehingga dapat menyedot tenaga kerja baru.
Meningkatnya jumlah barang dan jasa jelaslah bahwa sebagian besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar di masyarakat.
Akan menambah deviasa negara terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit,
yang jelas akan menghemat devisa negara.
Yang menjadikan permasalahan saat ini adalah apakah seluruh bank-bank swasta
yang ada di Indonesia dapat dikatakan sehat dan para nasabah untuk mendapatkan
dana dapat memenuhi syarat-syarat yang berlaku di dunia perbankan.
Bank-bank swasta di Indonesia tidaklah seluruhnya dapat dikatakan sehat. Adanya
ijin pendirian bank umum, biasanya akan diberikan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, persyaratan
pendirian sebuah bank adalah :
Permodalan.
Kepemilikan.
Setelah sebuah bank terbentuk apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan
bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
BAB II
Pembahasan
Pengertian bank
Bank adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan. Menurut
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak. Dari pengertian di
atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan.
Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai
dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan berlanjut sampai
sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa
keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi
bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan memberikan hak untuk
melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan memberikan
pinjaman.
Kata bank berasal dari bahasa Italia banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan
untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.
Situs lain mengatakan, Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa bank
itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi
masyarakat yang membutuhkan. Berikut akan disampaikan dua definisi bank,
sebagai berikut:
a) Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perbankan menyatakan:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
b) Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya
sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dariorang lain maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
c) Somary berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai
pengambil dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat
penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu
lintas pembayaran.
Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat
mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang
giral menyebabkan possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.
2.
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung
kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa
yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme
pembayaran.
Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoransetoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas
pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem
pembayaran elektronik.
3.
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di
Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan
lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun
akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui
penyaluran kredit.
4.
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar
transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.
Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul
karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing
negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan
memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank
umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat
ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.
5.
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang
ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang
berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak
yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box).
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa
pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.
6.
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak
dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon
seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan
jasa-jasa bank.
Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pihak yang menggunakannya.
Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap
berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia
telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat
menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan
perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum
(law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negaranegara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang
kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan
untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong
kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor
perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur
Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada
salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko
potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion
risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia
mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam
sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama
sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem
pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor
kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang
berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat
mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi
kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya
Keterlibatan
Hongkong
Sedikit
Perancis
Brunei
USA
Sedikit
Sedikit
Sebagian
Inggris
Sebagian
Indonesia
Malaysia
Sebagian
Belanda
Jepang
Pengawas
Ya
Ya
Ya
Saudi Arabia
Sumber: Maxwell, et all. (1996). Chandavarkar (1996). BIS dalam Tri Subari SM,
dan Ascarya (2003).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Berdasarkan UU. No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, wewenang mengatur,
mengawasi, dan memberi atau mencabut izin berdirinya bank mutlak menjadi
wewenang Bank Indonesia. Luasnya cakupan tugas dan wewenang Bank Indonesia
menimbulkan kerentanan akan keefektifan khususnya tugas pengawasan.
Mengingat begitu banyaknya bank-bank umum dan Bank Prekreditan Rakyat yang
harus diawasi. Maraknya kasus perbankan seperti kasus Bank Century, City Bank,
dan pembobolan bank oleh orang dalam menunjukkan lemahnya system intern
bank itu sendiri dan pengawasan oleh Bank Indonesia.
Oleh sebab itu, timbul gagasan tugas pengawasan perbankan diserahkan ke
lembaga khusus. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas
sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang yang
pembentukannya dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Tetapi
sampai dengan akhir tahun 2010, lembaga yang rencananya akan diberi nama
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum terbentuk.
Tarik menarik kepentingan antara Bank Indonesia dengan pihak-pihak lain terus
terjadi, sehingga terbentuknya OJK berjalan dengan alot. Rencanana OJK tidak
hanya bertugas mengawasi sektor perbankan, tetapi juga jasa keuangan lainnya
seperti: asuransi, dana pensiun, bursa efek, bursa berjangka, dan badan
penyelenggara program jaminan sosial.
Peran bank sentral dalam perekonomian suatu negara sangat penting. Bank sentral
adalah mitra utama pemerintah dalam menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi
melalui kebijakan suku bunga dengan statusnya sebagai otoritas moneter. Sebagai
otoritas moneter, bank sentral memiliki tujuan, tugas, maupun wewenang yang
tidak dimiliki lembaga ekonomi lainnya.
Sebelum membahas mengenai beberapa hal terkait otoritas moneter yang dimiliki
oleh Bank Indonesia, maka perlu diketahui terlebih dahhulu mengenai definisi dari
kebijakan moneter dan otoritas moneter itu sendiri.
Dalam kamus hukum ekonomi yang disusun oleh A. F. Elly Erawaty dan J. S.
Badudu dikatakan bahwa kebijakan moneter (monetary policy) adalah tindakan
bank sentral selaku pemegang otoritas moneter dalam menjaga keseimbangan
moneter negara.
Sedangkan otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak
untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan
persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun
kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi untuk
menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada
berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral
untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengkontrol jumlah uang
yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa
entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.
Agus Santoso dan Anton Purba mengatakan dalam tulisannya yang berjudul
Kedudukan Bank Indonesia dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Amandemen Keempat) dan Usulan Komisi Konstitusi dalam Konsep Amandemen
Kelima UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kewenangan otoritas
moneter yang dimiliki Bank Indonesia merupakan hasil dari sharing of executive
power kekuasaan Pemerintah di bidang ekonomi
Sharing of executive power ini dimaksudkan untuk menghindarkan Bank Indonesia
dari posisi yang dapat menimbulkan conflict of interest, yaitu antara agen program
Pemerintah dan pengelola kebijakan moneter.Kedua fungsi tersebut memang
tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga, karena kedua fungsi tersebut memiliki
tujuan yang berbeda. Disatu sisi, Pemerintah memiliki tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi berdasarkan kebijakan fiskal dan dilain pihak Bank Indonesia
memiliki tujuan untuk mendukung kestabilan ekonomi melalui kebijakan
moneternya.Dengan demikian, pembagian kekuasaan (sharing of executive power)
ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mendukung terciptanya demokratisasi dalam
pengelolaan (ekonomi) Negara.
Dalam konsep sharing of executive power ini, maka Pemerintah memegang otoritas
fiskal (dan sektor riil), sedangkan Bank Indonesia sebagai lembaga Negara yang
memliki fungsi khusus, yaitu sebagai otoritas di bidang moneter, perbankan, dan
system pembayaran, dengan tujuan menkonstruksikan pertumbuhan ekonomi
nasional yang sehat yang tercermin dari terjaganya kestabilan rupiah. fungsi ini
diyakini tidak dapat berjalan dengan baik apabila tercampur dengan ragam fungsi
departemental pemerintahan yang sarat dengan tarik menarik kepentingan politik
dan seringkali berubah karena mengandung faktor subyektifitas yang tinggi.
Dengan demikian, maka dengan adanya sharing of executive power ini, kekuasaan
Pemerintah dalam kebijakan ekonomi tidak terkonsentrasi.Hal ini juga secara tegas
tercantum dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara yang mengatur bahwa kekuasaan Presiden selaku Kepala
Pemerintahan tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi
antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undangundang.
Namun, sebagai organ of state Bank Indonesia dalam beberapa hal harus tetap
berkoordinasi dengan Pemerintah.Dengan kata lain, hubungan ini dapat
digambarkan sebagai fungsi pengelolaan moneter yang tidak berada di bawah
pengelolaan kebijakan fiskal, tetapi yang terpisah, namun tetap bekerjasama
dengan pengelola fiskal untuk memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin
dalam pembangunan ekonomi nasional.
1. Sebelum Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (UU No.
23/1999 jo UU No. 3/2004)
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada masa awal kemerdekaan,
terdapat dua bank yang menjalankan fungsi sebagai bank sentral, yaitu Bank
Negara Indonesia (BNI) 1946 dengan De Javasche Bank milik Belanda. Secara
formal sendiri, Indonesia hanya mengakui Bank Negara Indonesia sebagai Bank
Sentral.
Bank Negara Indonesia pada masa itu memiliki fungsi sebagai bank komersial
(dalam hal-hal khusus) dan fungsi utama sebagai bank sentral.Sebagai bank sentral
Bank Negara Indonesia memiliki kewenangan sebagai otoritas moneter, tetapi tidak
murni sebagai otoritas moneter, karena masih melakukan tugas lain seperti
pemberian kredit kepada badan Pemerintah.
Sejak diundangkannya UU No.11/1953 tentang Bank Indonesia, maka fungsi bank
sentral beralih dari Bank Negara Indonesia kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia
mempunyai tugas membantu Pemerintah dibidang moneter dan perbankan.
Berdasarkan tugas pokok bank sentral yang digariskan pada UU No.11/1953, maka
peran pokok Bank Sentral yang harus dijalankan oleh Bank Indonesia selain sebagai
otoritas moneter adalah mengembangkan sistem perbankan, mengawasi kegiatan
perbankan, penyaluran kredit bank dan merangkap sebagai bank komersil. Selain
itu karena pada masa itu Bank Indonesia menjadi bagian dari Pemerintah, maka
Peran strategis Otoritas Jasa Keuangan diatur dalam Pasal 34 UU No. 3/2004.
Dikatakan dalam ayat (1) bahwa Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh oleh
lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan
undang-undang. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa lembaga
pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap
Bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi
asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan,
serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugsnya dan kedudukannya
berada di luar Pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakya (DPR). Dalam melakukan
tugasnya lembaga ini (supervisory board) melakukan koordinasi dan kerjasma
dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang akan diatur dalam Undangundang pembentukan lembaga pengawasan yang dimaksud.
Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pengawasan Bank dengan berkoordinasi dengan Bank Indonesia
dan meminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yang
diperlukan.
Dalam ayat Pasal 34 ayat (2) dikatakan bahwa Pembentukan lembaga pengawasan
tersebut akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2010.
Sebelumnya, pada Pasal 34 ayat (2) UU No.23/1999, disebutkan bahwa
pembentukan lembaga pengawasan (Otoritas Jasa Keuangan) yang dimaksud akan
dilaksankan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2002. Namun, karena waktu
yang diamanatkan telah terlampaui maka dengan UU No.3/2004 ditegaskan kembali
bahwa pengawasan terhadap bank akan dilaksanakan oleh lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen yang akan dibentuk selambat-lambatnya
pada 31 Desember 2010.
Pengunduran batas waktu pembentukan lembaga tersebut, ditetapkan dengan
memperhatikan kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur lembaga tersebut
dalam menerima pengalihan pengawasan bank dari Bank Indonesia.
Pengalihan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan dilakukan secara bertahap setelah dipenuhinya
syarat-syarat yang meliputi infrastruktur, anggaran, personalia, struktur organisasi,
sistem informasi, sistem dokumentsi, dan peraturan pelaksanaan berupa perangkat
hukum serta dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka fungsi Bank Indonesia
untuk melakukan pengawasan bank sebgaimana diatur dalam Pasal 8 huruf c jo
Pasal 24 jo Pasal 27 UU No.23/1999 diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Namun demikian, selama Lembaga tersebut belum dibentuk maka tugas
pengaturan dan pengawasan Bank dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
BAB III
Penutup
Kebijakan yang diambil pemerintah bila di telah secara jernih sebenarnya
merupakan upaya untuk menekan laju pertumbuhan ekonomi secara sengaja, sadar
dan dilakukan secara sistematis.
Kondisi kehadiran Dana Moneter Internasional dalam ikut membenahi ekonomi
Indonesia yang di kecam banyak pihak karena di nilai bonafide oleh pelaku ekonomi
Internasional sehingga mereka masih mau bertransaksi dengan Indonesia. Bila tidak
ada dukungan IMF, Indonesia bisa dikucilkan dalam perdagangan Internasional,
artinya ekonomi Indonesia akan kian terpuruk setelah tertimpa krisis moneter.
Kondisi makro ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis apabila Indonesia ingin
menarik investasi asing lewat proses provitasi BUMN ataupun divestasi bank-bank
publik yang dilakukan oleh BPPN, maka Indonesia harus memberikan insentif lebih
bagi para calon investor tersebut. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah
dilakukan secara sadar, sehingga harus dipikirkan dampak jangka panjang dari
kebijakan tersebut dan jangan sampai Indonesia dijauhi oleh investor Internasional.
Disamping itu jika para pengusaha diberikan kesempatan untuk mendapatkan kredit
maka dia akan berupaya berproduksi untuk menghasilkan keuntungan guna
membayar utang dan membayar pajaknya. Upaya yang dilakukan pemerintah
adalah mendorong eksport nasional, terlebih lagi dalam kondisi dunia yang
mengalami resesi seperti ini.
Oleh sebab itu diperlukan kebijakan yang berbeda terutama untuk sektor-sektor
yang menjadi prioritas sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Dan harapan kita semua agar pemerintah melalui bank-bank yang sehat dapat
memberikan dana kepada para nasabah yang membutuhkan sekaligus sebagai
penunjang pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia yang kita cintai ini.
Daftar Pustaka
http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2011/07/19/peranan-bank-indonesia-dalamsistem-pembayaran/
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+In
donesia/Peran+BI/
http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalamperekonomian/
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2010/02/19/pengertian-bank/
http://stasiunhukum.wordpress.com/2009/10/22/peran-bank-sentral-sebagaiotoritas-moneter/
http://putracenter.net/2009/01/15/peranan-bank-indonesia-dalam-pengendalianinflasi/