Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Perilaku


2.1.1 Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku adalah suatu kegiatan aktifitas organisme atau
makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi biologis semua
makhluk hidup mulai dari binatang sampai manusia mempunyai aktifitas masingmasing (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori Stimulus Organisme Respon
(SOR).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit sistem,
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Dari batasan ini, perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo seperti yang
dikuti oleh Syakira (2009), dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1;

Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).


Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.

2;

Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau


sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3;

Perilaku kesehatan lingkungan.


Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a;

Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.

b;

Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang
yang akan mempengaruhi dalam perilakunya. Secara umum, seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c;

Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi perilaku
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d;

Fasilitas
Fasilitas

fasilitas

sebagai

sumber

informasi

yang

dapat

mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran,


dan buku.
e;

Penghasilan
Penghasilan

tidak

berpengaruh

langsung

terhadap

perilaku

seseorang.Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan


mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas fasilitas sumber
informasi.
f;

Sosial Budaya
Kebudayaan

setempat

dan

kebiasaan

dalam

keluarga

dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


Teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku
dari analisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green,
dalam Notoatmodjo 2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3
faktor, yaitu :

1; Faktor Faktor Predisposisi


a; Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh sendiri atau pengalaman orang lain, contoh


pengetahuan ibu tentang menyendawakan bayi sebelumnya atau
pengetahuan

yang

diperoleh

dari

teman

atau

bidan

yang

memberitahukan.
b; Kepercayaan

Kepercayaan sering diperolah dari orang tua, kakek, atau nenek.


Seseorang menerima berdasarkan keyakinan.
c; Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap


obyek. Sikap sering diperoleh dari pengetahuan sendiri atau dari orang
lain yang paling dekat.
d; Orang Penting sebagai Referensi

Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap


penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat orang tersebut
cenderung untuk dicontoh.
e; Sumber- Sumber Daya (Resource)

Sumber

daya

disini

mencakup

fasilitas

yaitu

uang

atau

keterjangkauan terhadap fasilitas kesehatan. Semua itu berpengaruh


terhadap perilaku seseorang dan kelompok masyarakat.
f; Kebudayaan

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat


kehidupan suatu masyarakat bersama.

2; Faktor Faktor Pendukung


a; Tempat Pelayanan

Jauh dekatnya tempat pelayanan sangat menentukan minat


seseorang bersedia atau tidak untuk datang ketempat tersebut.
b; Sarana dan Prasarana

Kelengkapan dan ketersediaan alat-alat mempengaruhi seseorang


untuk periksa ketempat tersebut atau tidak. Orang- orang akan enggan
untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan bila sarana dan prasrana
tidak memadai, begitu juga sebaliknya.
3; Faktor Faktor Pendorong

Sikap dan perilaku petugas kepada pasien akan mempengaruhi


seseorangn untuk datang periksa ketempat tersebut. Seseorang cenderung
lebih suka datang ketempat dimana petugas kesehatannya bersikap lebih
baik kepada pelanggan.

2.2 Konsep Remaja


2.2.1 Definisi Remaja
Remaja merupakan penggunaan istilah untuk menyebutkan masa
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa, ada yang memberi istilah
puberty (Inggris),

pubertiet

(Belanda),

pubertas

(Latin) yang berarti

kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda - tanda kedewasaan.

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peliharaan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa .di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
peasat

termasuk

fungsi

reproduksi

sehinggga

mempengaruhi

terjadinya

perubahan-perubahan perkembangan,baik fisik,mental,maupun peran sosial


( Surjadi, dkk, 2002).
Pieget ( 1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu
usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar ( Ali,2005).
2.2.2 Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja berbeda beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
ditinjau dari bidanga kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak
berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. berangkat dari masalah
pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10 - 20 tahun sebagi batasan usia remaja
(surjadi, dkk 2002).
Dengan demikian dari segi program pelayanan definisi remaja yang
digunakan oleh Departemen kesahatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun
dan belum kawin. sementara itu, menurut BKKBN ( Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi ) batasan usia remaja adalah 10-20 Tahun
(BKKBN, 2006).
2.2.3

Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur


1. Masa remaja awal (10-12 tahun).
a. Lebih dekat dengan teman sebaya.
b. Ingin bebas.

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.


d. Mulai berfikir abstrak.
2. Masa remaja petengahan (13-15 tahun)
a. Mencari identitas diri.
b. Timbul keinginan untuk berkencan.
c. Mempunyai rasa cinta yang dalam.
d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak.
e. Berhayal tentang aktifitas sex.
3. Remaja Akhir (17-21 tahun)
a. Pengungkapan kebesan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra tubuh terhadap dirinya sendiri
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
2.2.4

Kriteria Remaja
Wito (1974) dalam Sarlito (2002) membedakan remaja dalam tiga

kriteria yaitu remaja berdasarkan aspek biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Hal ini berarti bahwa remaja berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda - tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual,
juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak - kanak
menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
Sementara itu menurut Sarlito (2002), remaja dapat dibedakan menjadi 3
yaitu remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle adolescence) dan
remaja akhir (late adolescence). Masa remaja awal (early adolescence) yang

sering disebut masa puber/ pubertas. Pubertas berasal dari bahasa Latin yang
artinya mendapat pabes / rambut sekitar kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin
sekunder yang menampilkan perkembangan seksual (Rumini dan Sundari, 2004).
Masa remaja madya (middle adolescence), ditandai dengan remaja sangat
membutuhkan kawan - kawan. Remaja senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat - sifat yang sama dengan dirinya.
Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana, peka / idak peduli, ramai-ramai / sendiri, optimis / pesimis,
idealis / materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari
oedipoes complexyaitu, perasaan cinta terhadap ibu sendiri pada masa kanak
-kanak dengan mempererat hubungan dengan kawan - kawan dan lain jenis
(Sarlito, 2002).
Masa remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi
menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat si remaja tersebut yang
semakin mantap terhadap fungsi - fungsi intelek, egonya mencari kesempatan
untuk bersatu dengan orang - orang lain dan dalam pengalaman - pengalaman
baru. Terbentuklah identitas seksual yang tidak berubah, egosentrisme / terlalu
memusatkan perhatian pada dirinya sendiri dan mulai tumbuhnya dinding yang
memisahkan diri pribadi dan masyarakat umum dalam masa remaja akhir akan
mengalami masa kritis identitas. Selama perkembangan mengalami kegoncangan
karena perubahan dalam dirinya maupun dari luar dirinya, yaitu sikap orang tua,
guru, cara mengajar dan masih banyak lagi serta melepaskan diri dari orang tua
dan bergabung dengan teman sebayanya. Apa yang dianut / dipatuhi menjadi

goyah karena terpengaruh dengan teori - teori yang baru (Rumini & Sundari,
2004).
2.2.5

Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja


Menurut Jenson sebagai mana dikutip oleh Sarlito (2002), menjelaskan

bahwa faktor kenakalan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam kenyataannya banyak sekali faktor yang
menyebabkan kenakalan remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya,
sehingga dapat dikatakan faktor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang
belum diketahui pasti. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa
selain faktor di atas, perilaku menyimpang pada remaja dapat juga disebabkan
oleh faktor-faktor di dalam jiwa remaja itu sendiri dan oleh kelainan fisik /
genetik. Sedangkan Graham dalam Sarlito (2002), menyatakan bahwa faktor
penyebab kenakalan remaja dapat menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan
dan faktor pribadi. Faktor lingkungan mencakup malnutrisi, kemiskinan di kotakota besar, faktor sekolah dan keluarga yang tidak sehat, gangguan lingkungan
seperti bencana alam, dan juga karena pengaruh migrasi seperti pengungsian
karena perang dan urbanisasi, serta dari orang tua. Orang tua sakit-sakitan / sakit
jiwa, hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis dan karena oleh kesulitan
pengasihan yang dapat disebabkan oleh pengangguran, kesulitan keuangan, dan
tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat.

10

2.3 Konsep Seksual


2.3.1 Pengertian Seksual
Pengertian seksual di sini kita tanggapi dalam arti kata yang seluasluasnya dan umum sifatnya. Pengertian seksual tidak terbatas hanya pada masalah
reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan
eksitensi speciesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal
mengenai proses sikap dan perilakunya dalam pergaulan. Dengan demikian
pendidikan seksual sebetulnya mencangkup pengertian-pengertian yang sangat
luas yang satu dan yang lainnya berkaitan erat baik dalam pengertian biologis,
hubungannya dengan emosional dan kaitannya dengan sosio-budaya dalam
membesarkan peranan jenis seksnya.
Mengenai aktivitas seksual dari laporan-laporan Negara barat dikatakan
bahwa anak remaja laki-laki lebih dari anak remaja perempuan. Sebagai contoh,
Kinsey mengemukakan bahwa pada umur 17 tahun hampir semua remaja laki-laki
telah pernah mengalami orgasme sedang remaja perempuan 35%. Namun
demikian ini tidak berarti bahwa ini bukan merupakan sesuatu ketentuan yang
umum karena ini tergantung juga pada keadaan dan sosio budaya ssetempat.
2.3.2 Perkembangan Remaja Dan Seksualitas
Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latin adalescere, yang
berarti bertumbuh. Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik,
sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku dan
kebutuhan yang unik.
Penggunaan strategi kesehatan, yang direncanakan dan diimplementasi
dengan berlandas pada pemahaman tentang perkembangan remaja, akan lebih
berhasil daripada strategi yang direncanakan dan diimplementasi tanpa
pemahaman. Profesional kesehatan yang bekerja sama dengan remaja perlu

11

memahami tingkat tingkat perkembangan kognitif, lingkungan budaya, sistem


nilai, dan fungsi biologis remaja agar dapat merencanakan dan mengimplementasi
strategi perawatan kesehatan.
Peningkatan angka kehamilan pada masa remaja memiliki makna bahwa
pada suatu waktu kebanyakan perawat perinatal akan memberi perawatan kepada
remaja hamil atau bayi mereka. Bab ini memberi beberapa informasi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan remaja hamil.
2.3.3 Seksualitas Remaja
Pendekatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah kehamilan remaja
dimulai dengan suatu definisi masalah tersebut.mendefinisikan kembali kehamilan
remaja sebagai suatumasalah sosial masyarakat, bukan masalah sosial dalam
masyarakat, dapat memberikan penyelesaian yang lebih komprehensif. Ada
moralisme yang meluas dalam masyarakat Amerika, yang memandang aktivitas
seksual remaja sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima. Seks di luar nikah,
terlepas dan usia individu. Berbagai opini muncul tentang apakah isu utama pada
kehamilan remaja diakibatkan kurangnya akses untuk memperoleh kontrasepsi
atau merupakan salah satu akibat aktivitas seksual pranikah yang tidak
seharusnya. Beberapa orang khawatir bahwa pemberian pendidikan seks dan
penyediaan kontrasepsi mengijinkan atau mendorong aktivitas seksual.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu personal
individu yang tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang
kehidupan individu. Seksualitas tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah
interaksi faktor faktor biologi, psikologi personal, dan lingkungan. Fungsi
biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan menerima

12

kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri, identitas sebagai pria atau wanita, dan
pembelajaran peran peran maskulin atau feminin. Nilai atau aturan sosio
budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia dan
bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain.
2.3.4 Perilaku Seksual
Banyak remaja di Amerika Serikat adalah remaja yang aktif secara
seksual dan beresiko untuk hamil. Setiap tahun lebih dari satu juta remaja
Amerika Serikat hamil Amerika Serikat memiliki angka kehamilan remaja, angka
kelahiran, dan angka abortus yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara maju
lain. Pusat Statistik Kesehatan Nasional (National centers For Health Statistics)
(1993) melaporkan bahwa 86% remaja putra dan 95% remaja putri merupakan
remaja yang aktif secara seksual sebelum berusia 19 tahun. Peningkatan terbesar
kelahiran hidup per 1000 wanita ditemukan pada kelompok remaja tahap awal.
Dewasa ini hampir separuh remaja usia 14 tahun hamil sebelum mencapai usia 20
tahun.
Perilaku yang berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas remaja memiliki tema yang sama, yakni mengambil resiko. Mengambil
resiko didefinisikan sbagai perilaku disengaja yang hasil akhirnya tidak pasti
(Irwan, 1989). Para remaja mengatakan bahwa mereka mengambil risiko karena
risiko tersebut menyenangkan, konsekuensinya tampaknya tidak besar, dan semua
temannya mengambil kesempatan. Perilaku mengambil risiko terkait dengan
kehamilan remaja. Meskipun banyak remaja yang sehat, bahagia, dan menikmati
kehidupan seks secara aktif, mereka bertanggung jawab dan sadar akan dampak

13

ekspresi seksual mereka, Amerika Serikat adalah salah satu negara industri yang
memiliki angka kehamilan dan melahirkan terbesar pada masa remaja.
2.3.5 Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks dimasa lalu berfokus pada anatomi dan
fisiologis reproduksi dan penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga
Amerika kelas menengah. Baru baru ini pendidikan seks mulai membahas
masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya, program program
yang sekarang berfokus pada upaya membantu remaja untuk mengatakan tidak.
Pihak oponen program pendidikan seks disekolah percaya bahwa diskusi eksplisit
tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan
mengecilkan peran orangtua.
Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak anaknya
karena beberapa alasan, seperti : (1) orang tua tidak memiliki informasiyang
adekuat, (2) orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks, dan (3) para
remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks. Beberapa
orang tua mendapat kesulitan mengakui anaknya adalah individu seksual yang
memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang tua membahas perilaku
seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan putrinya merahasiakan aktivitas
seksnya dan dapat menghambat upaya untuk memperoleh bantuan.
Survei nasional padaorang tua menunjukkan bahwa semakin banyak
orang tua mendukung dimasukannya pendidikan seks pada usia dini (Center for
Disease Control and Prevention, 1991, Donovan, 1989, Rosoff, 1989).
2.3.6 Tujuan Pendidikan Seksual Pada Remaja

14

Pendidikan seksual bagi remaja adalah untuk menghindari terjadinya


penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan pada masa remaja maupun
akibat yang terbawa sampai masa dewasa dan tuanya kelak yang disebabkan
karena kelainan dalam hal pemahaman, sikap, dan perilaku seksualnya semasa
remaja.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa di dalam perkembangan biologi
khususnya pertumbuhan dorongan seksual telah tumbuh dan berkembang semasa
remaja, akan tetapi penyaluran dorongan seksual remaja ini tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana diharapkan oleh dorongan-dorongan biologis. Hal ini
karena manusia tidaklah sama dengan binatang, bahwa manusia mempunyai ciriciri kekhususannya yaitu bahwa untuk menyalurkan dorongan seksualnya ini
harus sesuai dengan kebudayaan, dan hal ini hanya dimiliki oleh manusia yang
bertujuan mendukung kelestarian untuk dapat hidup bermasyarakat.
Manusia perlu hidup bermasyarakat karena tanpa hidup bermasyarakat
manusia hilang kekuatannya yang berarti spesies manusia ini akan punah dimuka
bumi. Dalam bermasyarakat ini manusia diksa juga untuk dapat melakukan
peranannya sesuai dengan status sosialnya masing-masing yang diciptakan
sebagai pendukung kekuatan kebudayaan tersebut. Di dalam kebudayaan itu
diatur mengenai apa yang baik dan apa yang jelek, apa yang harus dilakukan dan
apa yang dilarang. Sedang dalam hidup bermasyarakat akan dituntut bertanggung
jawab terhadap: (1) kehidupan bermasyarakat, misalnya berprestasi kerja, dan (2)
beregenerasi sebaik-baiknya, yang berarti membesarkan anaknya, mengasuh dan
mendidiknya.

15

Jadi kita akan melihat bahwa manusia disatu pihak terdapat proses
perkembangan biologis, dan dilain pihak sebagai individu harus memenuhi
persyaratan kehidupan sosial. Karena itu tidaklah mustahil bahwa dalam proses ini
terjadi benturan - benturan antara tuntutan biologis dengan sikap dan perilaku
yang harus dibawakan sesuai dengan tuntutan sosio budayanya. Benturan
-benturan dari dua pihak ini dapat terbuka sifaatnya sehingga akan mengancam
keamanan

hidup

bermasyarakat,

ataupun

bersifat

tertutup

yang

dapat

menimbulkan keresahan dan ketegangan pada diri pribadi yang bersangkutan.


Disinilah peranan pendidikan seksual untuk menghindari benturanbenturan dan perkembangan mental remaja dapat terus berlangsung dengan baik.
Sebagai contoh dari benturan - benturan ini, remaja yang karena telah mencapai
kematangan seksual dia menikah namun ditinjau dari segi social dia tidak akan
mungkin membesarkan anaknya karena dia belum mempunyai penghasilan untuk
menjamin kehidupan anaknya, atau keadaan emosionalnya yang masih belum
mantap sehingga anak akan terombang - ambing karena perubahan emosi orang
tuanya.
2.3.7 Interaksi Seksual
Seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks dianggap
sebagai sesuatu yang stabil (Wahid , 2011). Handoyo (2010), Seks adalah bagian
dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak. Seks mempunyai
arti jenis kelamin, suatu yang dapat dilahat, dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini
memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan antara laki
- laki atau perempuan yang secara biologis ( PKBI, 2004).
Sarwono (2010), bentuk - bentuk perilaku interaksi seksual antar lain:

16

a) Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih
cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu.
b) Ciuman kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan
pipi dengan bibir.
c) Cium basah
Aktifitas cium basah berupah sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat
menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual
sehingga tidak terkendali.
d) Merabah bagian tubuh yang sensitif
Merupakan kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang
sensitif seperti payudara, vagina dan penis.
e) Petting
Merupakan keseluruan aktifitas seksual non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin). Dampaknya menimbulkan ketagihan.
f) Oral seksual
Oral seksual pada laki - laki adalah ketika seseorang mengunakan
bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita
melibatkan bagian disekitar vulva yaitu labia,klitoris dan bagian dalam vagina.
g) Intercourse atau bersenggama
Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki laki ke dalam alat kelamin perempuan.

17

2.4 Kerangka Konsep


Faktor-faktor yang
memepengaruhi perilaku :
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;

Usia
Tingkat Pendidikan
Sumber Informasi
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosial Budaya

Keterangan:

Proses pengukuran
perilaku melalui :

Perilaku remaja siswa


dan siswi ditinjau dari:

1; Study

1; Perilaku positif

Pendahuluan
2; Kuisioner

dengan nilai 40 - 80
2; Perilaku negatif
dengan nilai 0 39
( Nursalam, 2006 )

3. Wawancara

Diteliti
Tidak diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Gambaran perilaku remaja usia (15 18


tahun) tentang interaksi seksual di SMAN 1 Tenggarang Kec. Tenggarang
Kab. Bondowoso.

Вам также может понравиться

  • Mottof
    Mottof
    Документ1 страница
    Mottof
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Surat Pertanggjwb PKM JKN
    Surat Pertanggjwb PKM JKN
    Документ1 страница
    Surat Pertanggjwb PKM JKN
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Se 4
    Se 4
    Документ3 страницы
    Se 4
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Coverds
    Coverds
    Документ9 страниц
    Coverds
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • .BAB II Fix 6-39
    .BAB II Fix 6-39
    Документ31 страница
    .BAB II Fix 6-39
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Jadwal Penelitian
    Jadwal Penelitian
    Документ1 страница
    Jadwal Penelitian
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan Resum
    Lembar Pengesahan Resum
    Документ2 страницы
    Lembar Pengesahan Resum
    HilmanHidayat
    Оценок пока нет
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Документ1 страница
    Cover Luar
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Abstract PDF
    Abstract PDF
    Документ1 страница
    Abstract PDF
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Motto
    Motto
    Документ1 страница
    Motto
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Hubungan Antara Motivasi Dan Minat Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar
    Hubungan Antara Motivasi Dan Minat Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar
    Документ120 страниц
    Hubungan Antara Motivasi Dan Minat Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar
    NEET-
    Оценок пока нет
  • Surat Perjanjian Jatufcxgh Tempo BG 4001
    Surat Perjanjian Jatufcxgh Tempo BG 4001
    Документ7 страниц
    Surat Perjanjian Jatufcxgh Tempo BG 4001
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • COVER Dalam
    COVER Dalam
    Документ1 страница
    COVER Dalam
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ17 страниц
    Bab 2
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Документ5 страниц
    Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Kebudayaan
    Kebudayaan
    Документ4 страницы
    Kebudayaan
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • SPL P. Sani
    SPL P. Sani
    Документ3 страницы
    SPL P. Sani
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Ba Printer Nangkaan 29.05 JKN - Doc1
    Ba Printer Nangkaan 29.05 JKN - Doc1
    Документ4 страницы
    Ba Printer Nangkaan 29.05 JKN - Doc1
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan LP
    Lembar Pengesahan LP
    Документ2 страницы
    Lembar Pengesahan LP
    HilmanHidayat
    Оценок пока нет
  • Asam Amino & Protein
    Asam Amino & Protein
    Документ32 страницы
    Asam Amino & Protein
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Reward BG 4001 - New
    Reward BG 4001 - New
    Документ7 страниц
    Reward BG 4001 - New
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Документ5 страниц
    Cv. Aditya Sentana Agro Matahari Seed Group
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Reward BG 4001 Paleran
    Reward BG 4001 Paleran
    Документ4 страницы
    Reward BG 4001 Paleran
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Bab Bab
    Bab Bab
    Документ5 страниц
    Bab Bab
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Se 4
    Se 4
    Документ3 страницы
    Se 4
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Fluido
    Fluido
    Документ42 страницы
    Fluido
    Imama Ucimoz
    Оценок пока нет
  • Contoh Surat Undangan Tahlil 40, 100, 1000 Hari (Haul)
    Contoh Surat Undangan Tahlil 40, 100, 1000 Hari (Haul)
    Документ2 страницы
    Contoh Surat Undangan Tahlil 40, 100, 1000 Hari (Haul)
    gamawardhana
    Оценок пока нет
  • WOC Hiperbilirubin
    WOC Hiperbilirubin
    Документ8 страниц
    WOC Hiperbilirubin
    Vandhika Wicaksono
    Оценок пока нет
  • Pathway Keratitis (Poli Mata)
    Pathway Keratitis (Poli Mata)
    Документ1 страница
    Pathway Keratitis (Poli Mata)
    Ermawati Rohana
    100% (1)