Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2;
3;
Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b;
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang
yang akan mempengaruhi dalam perilakunya. Secara umum, seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c;
Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi perilaku
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
d;
Fasilitas
Fasilitas
fasilitas
sebagai
sumber
informasi
yang
dapat
Penghasilan
Penghasilan
tidak
berpengaruh
langsung
terhadap
perilaku
Sosial Budaya
Kebudayaan
setempat
dan
kebiasaan
dalam
keluarga
dapat
yang
diperoleh
dari
teman
atau
bidan
yang
memberitahukan.
b; Kepercayaan
Sumber
daya
disini
mencakup
fasilitas
yaitu
uang
atau
pubertiet
(Belanda),
pubertas
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peliharaan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa .di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
peasat
termasuk
fungsi
reproduksi
sehinggga
mempengaruhi
terjadinya
Kriteria Remaja
Wito (1974) dalam Sarlito (2002) membedakan remaja dalam tiga
kriteria yaitu remaja berdasarkan aspek biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Hal ini berarti bahwa remaja berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda - tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual,
juga mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak - kanak
menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
Sementara itu menurut Sarlito (2002), remaja dapat dibedakan menjadi 3
yaitu remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle adolescence) dan
remaja akhir (late adolescence). Masa remaja awal (early adolescence) yang
sering disebut masa puber/ pubertas. Pubertas berasal dari bahasa Latin yang
artinya mendapat pabes / rambut sekitar kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin
sekunder yang menampilkan perkembangan seksual (Rumini dan Sundari, 2004).
Masa remaja madya (middle adolescence), ditandai dengan remaja sangat
membutuhkan kawan - kawan. Remaja senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat - sifat yang sama dengan dirinya.
Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana, peka / idak peduli, ramai-ramai / sendiri, optimis / pesimis,
idealis / materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari
oedipoes complexyaitu, perasaan cinta terhadap ibu sendiri pada masa kanak
-kanak dengan mempererat hubungan dengan kawan - kawan dan lain jenis
(Sarlito, 2002).
Masa remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi
menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat si remaja tersebut yang
semakin mantap terhadap fungsi - fungsi intelek, egonya mencari kesempatan
untuk bersatu dengan orang - orang lain dan dalam pengalaman - pengalaman
baru. Terbentuklah identitas seksual yang tidak berubah, egosentrisme / terlalu
memusatkan perhatian pada dirinya sendiri dan mulai tumbuhnya dinding yang
memisahkan diri pribadi dan masyarakat umum dalam masa remaja akhir akan
mengalami masa kritis identitas. Selama perkembangan mengalami kegoncangan
karena perubahan dalam dirinya maupun dari luar dirinya, yaitu sikap orang tua,
guru, cara mengajar dan masih banyak lagi serta melepaskan diri dari orang tua
dan bergabung dengan teman sebayanya. Apa yang dianut / dipatuhi menjadi
goyah karena terpengaruh dengan teori - teori yang baru (Rumini & Sundari,
2004).
2.2.5
bahwa faktor kenakalan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam kenyataannya banyak sekali faktor yang
menyebabkan kenakalan remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya,
sehingga dapat dikatakan faktor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang
belum diketahui pasti. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa
selain faktor di atas, perilaku menyimpang pada remaja dapat juga disebabkan
oleh faktor-faktor di dalam jiwa remaja itu sendiri dan oleh kelainan fisik /
genetik. Sedangkan Graham dalam Sarlito (2002), menyatakan bahwa faktor
penyebab kenakalan remaja dapat menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan
dan faktor pribadi. Faktor lingkungan mencakup malnutrisi, kemiskinan di kotakota besar, faktor sekolah dan keluarga yang tidak sehat, gangguan lingkungan
seperti bencana alam, dan juga karena pengaruh migrasi seperti pengungsian
karena perang dan urbanisasi, serta dari orang tua. Orang tua sakit-sakitan / sakit
jiwa, hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis dan karena oleh kesulitan
pengasihan yang dapat disebabkan oleh pengangguran, kesulitan keuangan, dan
tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat.
10
11
12
kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri, identitas sebagai pria atau wanita, dan
pembelajaran peran peran maskulin atau feminin. Nilai atau aturan sosio
budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia dan
bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain.
2.3.4 Perilaku Seksual
Banyak remaja di Amerika Serikat adalah remaja yang aktif secara
seksual dan beresiko untuk hamil. Setiap tahun lebih dari satu juta remaja
Amerika Serikat hamil Amerika Serikat memiliki angka kehamilan remaja, angka
kelahiran, dan angka abortus yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara maju
lain. Pusat Statistik Kesehatan Nasional (National centers For Health Statistics)
(1993) melaporkan bahwa 86% remaja putra dan 95% remaja putri merupakan
remaja yang aktif secara seksual sebelum berusia 19 tahun. Peningkatan terbesar
kelahiran hidup per 1000 wanita ditemukan pada kelompok remaja tahap awal.
Dewasa ini hampir separuh remaja usia 14 tahun hamil sebelum mencapai usia 20
tahun.
Perilaku yang berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas remaja memiliki tema yang sama, yakni mengambil resiko. Mengambil
resiko didefinisikan sbagai perilaku disengaja yang hasil akhirnya tidak pasti
(Irwan, 1989). Para remaja mengatakan bahwa mereka mengambil risiko karena
risiko tersebut menyenangkan, konsekuensinya tampaknya tidak besar, dan semua
temannya mengambil kesempatan. Perilaku mengambil risiko terkait dengan
kehamilan remaja. Meskipun banyak remaja yang sehat, bahagia, dan menikmati
kehidupan seks secara aktif, mereka bertanggung jawab dan sadar akan dampak
13
ekspresi seksual mereka, Amerika Serikat adalah salah satu negara industri yang
memiliki angka kehamilan dan melahirkan terbesar pada masa remaja.
2.3.5 Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks dimasa lalu berfokus pada anatomi dan
fisiologis reproduksi dan penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga
Amerika kelas menengah. Baru baru ini pendidikan seks mulai membahas
masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya, program program
yang sekarang berfokus pada upaya membantu remaja untuk mengatakan tidak.
Pihak oponen program pendidikan seks disekolah percaya bahwa diskusi eksplisit
tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan
mengecilkan peran orangtua.
Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak anaknya
karena beberapa alasan, seperti : (1) orang tua tidak memiliki informasiyang
adekuat, (2) orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks, dan (3) para
remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks. Beberapa
orang tua mendapat kesulitan mengakui anaknya adalah individu seksual yang
memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang tua membahas perilaku
seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan putrinya merahasiakan aktivitas
seksnya dan dapat menghambat upaya untuk memperoleh bantuan.
Survei nasional padaorang tua menunjukkan bahwa semakin banyak
orang tua mendukung dimasukannya pendidikan seks pada usia dini (Center for
Disease Control and Prevention, 1991, Donovan, 1989, Rosoff, 1989).
2.3.6 Tujuan Pendidikan Seksual Pada Remaja
14
15
Jadi kita akan melihat bahwa manusia disatu pihak terdapat proses
perkembangan biologis, dan dilain pihak sebagai individu harus memenuhi
persyaratan kehidupan sosial. Karena itu tidaklah mustahil bahwa dalam proses ini
terjadi benturan - benturan antara tuntutan biologis dengan sikap dan perilaku
yang harus dibawakan sesuai dengan tuntutan sosio budayanya. Benturan
-benturan dari dua pihak ini dapat terbuka sifaatnya sehingga akan mengancam
keamanan
hidup
bermasyarakat,
ataupun
bersifat
tertutup
yang
dapat
16
a) Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih
cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu.
b) Ciuman kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan
pipi dengan bibir.
c) Cium basah
Aktifitas cium basah berupah sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat
menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual
sehingga tidak terkendali.
d) Merabah bagian tubuh yang sensitif
Merupakan kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang
sensitif seperti payudara, vagina dan penis.
e) Petting
Merupakan keseluruan aktifitas seksual non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin). Dampaknya menimbulkan ketagihan.
f) Oral seksual
Oral seksual pada laki - laki adalah ketika seseorang mengunakan
bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita
melibatkan bagian disekitar vulva yaitu labia,klitoris dan bagian dalam vagina.
g) Intercourse atau bersenggama
Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki laki ke dalam alat kelamin perempuan.
17
Usia
Tingkat Pendidikan
Sumber Informasi
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosial Budaya
Keterangan:
Proses pengukuran
perilaku melalui :
1; Study
1; Perilaku positif
Pendahuluan
2; Kuisioner
dengan nilai 40 - 80
2; Perilaku negatif
dengan nilai 0 39
( Nursalam, 2006 )
3. Wawancara
Diteliti
Tidak diteliti